Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

I DENGAN DIAGNOSA MEDIS F.25.0 (GANGGUAN SKIZOAFEKTIF


TIPE MANIK) DI RSJ KELAWA ATEI PALANGKA RAYA

DI SUSUN OLEH:

Nuning Pratiwie
2021-01-14901-048

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Nuning Pratiwie
NIM : 2021-01-14901-048
Program Profesi : Ners Angkatan IX
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada
Tn. I Dengan Diagnosa Medis F.25.0 (Gangguan Skizoafektif Tipe Manik) di RSJ
Kelawa Atei Palangka Raya.
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
penyelesaian Stase Keperawatan Jiwa pada program Studi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Pembimbing Praktik

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Dwi Agustian Faruk, Ners.,M.Kep Wiwik Haryenie, S.kep.,Ners.


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul
“Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. I Dengan Diagnosa
Medis F.25.0 (Gangguan Skizoafektif Tipe Manik) di RSJ Kelawa Atei Palangka
Raya”. Asuhan Keperawatan ini merupakan salah satu persyaratan pada
Pendidikan Program Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
Selama menyusun laporan kasus asuhan keperawatan ini, penulis mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak serta bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini secara khusus
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1) Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2) Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan dan Ners.
3) Bapak Dwi Agustian Faruk, Ners.,M.Kep selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan dorongan, arahan dan pemikiran serta penuh kesabaran
membimbing penyusunan dalam menyelesaikan laporan kasus asuhan
keperawatan ini.
4) Ibu Wiwik Haryenie, S.kep.,Ners. selaku pembimbing klinik yang telah
memberikan dorongan, arahan dan pemikiran serta penuh kesabaran
membimbing penyusunan dalam menyelesaikan laporan kasus asuhan
keperawatan ini.
Semoga laporan kasus asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu keperawatan.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun laporan kasus asuhan keperawatan
ini masih jauh dari sempurna untuk itu kepada semua pihak, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat menunjang
kesempurnaan laporan kasus asuhan keperawatan ini.
Palangka Raya, 17 Januari 2022
Penulis
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Halusinasi


1.1.1 Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek rangsangan
dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi
merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan
sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal
orientasi realitas (Yusuf, PK, & Nihayati, 2015).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
dalam Zelika, (2015).
Halusinasi pendengaran merupakan gangguan stimulus dimana pasien
mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan, mengancam,
memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang hal yang berbahaya)
(Trimelia, 2011). Sedangkan halusinasi pendengaran menurut (Damaiyanti, 2014),
merupakan suatu kondisi dimana klien mendengar suara-suara yang tidak
berhubungan dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak mendengarnya.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa halusinasi
pendengaran adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan
persepsi pendengaran berupa suara-suara palsu yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata dan pasien mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas.
1.1.2 Rentang Respon Halusinasi

Respon Adaptif Respon Psikososial Respon Maladaptif

Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan


Persepsi akurat pikiran
menyimpang
Emosi konsisten Halusinasi
dengan • Ilusi
• Reaksi Sulit merespon
pengalaman emosi
emosi
Perilaku sesuai tidak stabil
Perilaku
Berhubungan Perilaku

sosial aneh/tidak biasa Isolasi sosial
• Menarik diri

1.1.3 Respon Adaptif


Respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial budaya yang berlaku.
Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu
masalah dan akan dapat memecahkan masalah tersebut. Adapun respon adaptif
yakni :
1. Pikiran Logis merupakan pandangan yang mengarah pada kenyataan yang
dapat diterima akal.
2. Persepsi Akurat merupakan pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa
secara cermat dan tepat sesuai perhitungan.
3. Emosi Konsisten dengan Pengalaman merupakan perasaan jiwa yang timbul
sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.
4. Perilaku Sosial dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan
individu tersebut yang diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang
tidak bertentangan dengan moral.
5. Hubungan Sosial merupakan proses suatu interaksi dengan orang lain dalam
pergaulan ditengah masyarakat dan lingkungan.
1.1.4 Etiologi
1.1.4.1 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi menurut Yosep ( 2012 ) :
1. Faktor Pengembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya mengontrol emosi
dan keharmonisan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi hilang percaya diri.
2. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak terima dilingkungan sejak bayi akan membekas
diingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa disingkirkan, kesepian dan
tidak percaya pada lingkungannya.
3. Faktor Biokimia
Adanya stres yang berlebihan yang dialami oleh seseorang maka di dalam
tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia dan metytranferase sehingga terjadi ketidaksembangan asetil kolin
dan dopamin.
4. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan mudah
terjerumus pada penyelah gunaan zat adaptif. Klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
5. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Hasil studi menujukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
1.1.4.2 Faktor Presipitasi
Penyebab halusiansi dapat dilihat dari lima dimensi menurut (Rawlins,
1993 dalam Yosep, 2011).
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa
perintah memaksa dan manakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut sehingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi
merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,
namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengobrol semua
perilaku klien
4) Dimensi Sosial
Klien mengganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan, klien asik dengan halusinasinya, seolah- olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan
harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi di jadikan
sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa
ancama, dirinya ataupun orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena
itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan
menupayakan suatu prosesinteraksi yang menimbulkan pengalam
interpersonal yang memuaskan, serta menguasakan klien tidak menyediri
sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungan dan halusinasi tidak
lagsung.
5) Dimensi Spiritual
Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya
aktivitas ibadah dan jarang berupanya secara spiritual untuk menyucikan diri.
Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki,
memyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya
memburuk.

1.1.5 Klasifikasi
Klasifikasi halusinasi terbagi menjadi 5 menurut Yusuf (2015).
1. Halusinasi Pendengaran
Data objektif antara lain: bicara atau tertawa sendiri, marah tanpa sebab,
mengarahkan telinga kearah tertentu,klien menutup telinga.
Data subjektif antara lain: mendengarkan suara-suara atau kegaduhan,
mendengarkan suara yang ngajak bercakap-cakap, mendengarkan suara yang
menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
2. Halusinasi Penglihatan
Data objektif antara lain: menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu
yang tidak jelas. Data subjektif anatar lain: melihat bayangan, sinar, bentuk
kartun, melihat hantu atau monster.
3. Halusinasi Penciuman
Data objektif antara lain: mencium seperti membaui bau-bauan tertentu dan
menutup hidung. Data subjektif antara lain: mencium bau- bau seperti bau
darah, feses, dan kadang-kadang bau itu menyenagkan.
4. Halusinasi Pengecapan
Data objektif antara lain: sering meludah, muntah. Data subjektif antara lain:
merasakan seperti darah, feses, muntah.
5. Halusinasi Perabaan
Data objektif antara lain: menggaruk-garuk permukaan kulit. Data subjektif
antara lain: mengatakkan ada serangga dipermukaan kulit, merasa seperti
tersengat listrik.

1.1.6 Manifestasi Klinis


Tanda-tanda halusinasi menurut Fajariyah (2012) meliputi sebagai berikut :
Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Halusinasi
Jenis Halusinasi Data Subjektif Data Objektif
Halusinasi Pendengaran - Klien mengatakan - Klien tampak bicara
(Auditory-hearing voices mendengar suara atau sendiri.
or sounds) kegaduhan. - Klien tampak
- Klien mengatakan tertawasendiri.
mendengar suara yang - Klien tampak
mengajaknya untuk marah- marah tanpa
bercakap-cakap. sebab.
- Klien mengatakan - Klien tampak
mendengar suara yang mengarahkan
menyuruhnya untuk telinga ke arah
melakukan sesuatu tertentu.
yang berbahaya. - Klien tampak
- Klien mengatakan menutup telinga.
mendengar suara yang - Klien tampak
mengancam diri nya menunjuk-nunjuk
atau orang lain. kearah tertentu.
Halusinasi Penglihatan - Klien mengatakan - Klien tampak
melihat seseorang tatapan mata pada
(Visual-seeing persons or
yang sudah tempat tertentu.
things)
meninggal, melihat - Klien tampak
makhluk menunjuk nunjuk
tertentu, melihat kearah tertentu.
bayangan hantu atau - Klien tampak
sesuatu yang ketakutan pada
menakutkan. objek tertentu yang
dilihat.
Halusinasi Penghidu - Klien mengatakan - Klien tampak
(Olfactory-smeeling mencium sesuatu mengarahkan hidung
odors) seperti : bau mayat, pada tempat tertentu.
bau darah, bau bayi, - Ekspresi wajah klien
bau feses, atau bau tampak seperti
masakan, parfum mencium sesuatu
yangmenyenangkan. dengan gerakan cuping
- Klien mengatakan hidung.
sering mencium bau
sesuatu.
Halusinasi Perabaan - Klien mengatakan ada - Klien tampak
(Tactile-feeling bodily sesuatu yang mengusap,
sensations) menggerayangi tubuh menggaruk garuk,
seperti tangan, meraba-raba
binatang kecil, atau permukaan kulitnya.
makhluk halus. - Klien tampak
- Klien mengatakan menggerak-gerakkan
merasakan sesuatu di tubuhnya seperti
permukaan kulitnya merasakan sesuatu
seperti merasakan merabanya.
sangat panas atau
dingin, merasakan
tersengat aliran listrik,
dan sebagainya.
Halusinasi Pengecapan - Klien mengatakan - Klien tampak seperti
(Gustatory- merasakan makanan mengecap sesuatu.
experiencingtastes) tertentu, rasa tertentu, - Klien tampak sering
atau mengunyah meludah.
tertentu padahal tidak - Klien tampak mual
ada yang sedang atau muntah.
dimakannya.
- Klien mengatakan
merasakan minum
darah, nanah.
1.1.7 Tahapan Proses Terjadinya Halusinasi
Menurut Direja (2011), proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap,
yaitu :
1.1.7.1 Tahap I (Comforting)
Memberi rasa nyaman, tingkat ansietas sedang, secara umum halusinasi
merupakan suatu kesenangan dengan karakteristik klien mengalami ansietas,
kesepian, rasa bersalah dan ketakutan, mencoba berfokus pada pikiran yang dapat
menghilangan ansietas, pikiran dan pengalaman masih dalam kontrol kesadaran.
Perilaku klien yang mencirikan dari tahap I (Comforting) yaitu tersenyum atau
tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.

1.1.7.2 Tahap II (Condeming)


Menyalahkan, tingkat kecemasan berat, secara umum halusinasi
menyebabkan rasa antisipasi dengan karakteristik pengalaman sensori
menakutkan, merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut, mulai merasa
kehilangan control, menarik diri dari orang lain.
Perilaku klien yang mencirikan dari tahap II yaiu dengan terjadi peningkatan
denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah, perhatian dengan lingkungan
berkurang, konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya, kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi denganrealitas.
1.1.7.3 Tahap III (Controlling)
Mengontrol, tingkat kecemasan berat, pengalaman halusinasi tidak dapat
ditolak lagi dengan karakteristik klien menyerah dan menerima
pengalamansensorinya (halusinasi), isi halusinasi menjadi atraktif, dan kesepian
bila pengalaman sensori berakhir.
Perilaku klien pada tahap III ini adalah perintah halusinasi ditaati, sulit
berhubungan dengan orang lain, perhatian terhadap lingkungan berkurang, hanya
beberapa detik, tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan
berkeringat.
1.1.7.4 Tahap IV (Conquering)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi, klien tampak panik.
Karakteristiknya yaitu suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak
diikuti. Perilaku klien pada tahap IV adalah perilaku panik, resiko tinggi
mencederai, agitasi atau kataton, tidak mampu berespon terhadap lingkungan.

1.1.8 Mekanisme Koping Halusinasi


Mekanisme koping merupakan perilaku yang mewakili upaya untuk
melindungi diri sendiri, mekanisme koping halusinasi menurut Yosep (2016),
diantaranya:
1.1.8.1 Regresi
Proses untuk menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali
pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses
informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
1.1.8.2 Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat di toleransi, mencurahkan emosi pada orang
lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk
menjelaskan kerancuan identitas).
1.1.8.3 Menarik Diri
Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis.
Reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor, sedangkan
reaksi psikologis yaitu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.

1.1.9 Penatalaksanaan Halusinasi


1.1.9.1 Penatalaksanaan Medis
1) Psikofarmakoterapi
Terapi dengan menggunakan obat bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala gangguan jiwa. Klien dengan halusinasi perlu mendapatkan
perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun obat- obatannya seperti :
2) Golongan butirefenon : haloperidol (HLP), serenace, ludomer.
Pada kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3 x 5 mg (IM),
pemberian injeksi biasanya cukup 3 x 24 jam. Setelahnya klien biasanya diberikan
obat per oral 3 x 1,5 mg. Atau sesuai dengan advis dokter (Yosep, 2016).
3) Golongan fenotiazine : chlorpromazine (CPZ), largactile, promactile.
Pada kondisi akut biasanya diberikan per oral 3 x 100 mg, apabila kondisi
sudah stabil dosis dapat dikurangi menjadi 1 x 100 mg pada malam hari saja, atau
sesuai dengan advis dokter (Yosep, 2016).

1.1.9.2 Terapi Somatis


Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik
pasien walaupun yang diberi perlakuan adalah fisik klien, tetapi target terapi
adalah perilaku pasien. Jenis terapi somatis adalah meliputi pengikatan, ECT,
isolasi dan fototerapi (Kusumawati & Hartono, 2011).

1. Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual untuk


membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera fisik
pada klien sendiri atau orang lain.
2. Terapi kejang listrik adalah bentuk terapi kepada pasien dengan menimbulkan
kejang (grandmal) dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah (2-3
joule) melalui elektrode yang ditempelkan beberapa detik pada pelipis
kiri/kanan (lobus frontalis) klien.
3. Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri diruangan
tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan melindungi klien, orang lain,
dan lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin terjadi. akan tetapi tidak
dianjurkan pada klien dengan risiko bunuh diri, klien agitasi yang disertai
dengan gangguan pengaturan suhu tubuh akibat obat, serta perilaku yang
menyimpang.
4. Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
mengurangi jumlah jam tidur klien sebanyak 3,5 jam. cocok diberikan pada
klien dengan depresi.

1.1.10 Implementasi Keperawatan


Penatalaksanaan terapi keperawatan pada klien skizofrenia dengan
halusinasi bertujuan membantu klien mengontrol halusinasinya sehingga
diperlukan beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan perawat dalam
upaya meningkatkan kemampuan untuk mengontrol halusinasinya yaitu dengan
tindakan keperawatan generalis dan spesialis (Kanine, 2012).
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan Halusinasi
1.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan, yang salah satu
dilakukan dalam tahap pengkajian keperawatan ini adalah pengumpulan data.
Pengumpulan data yang dikumpulkan meliputi data pasien secara holistik, yakni
meliputi aspek biologis, psikologis, social dan spiritual. Seseorang diharapkan
memiliki kesadaran atau kemampuan tilik diri (self awareness), kemampuan
mengobservasi dengan akurat, berkomunikasi secara terapeutik, dan kemampuan
berespons secara efektif (Stuart, 2017).
Aspek yang harus dikaji selama proses pengkajian meliputi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan
kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart, 2017).
Secara lebih terstruktur proses pengkajian keperawatan jiwa adalah sebagai
berikut :

1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama/Alasan Masuk
3. Faktor Predisposisi
4. Pemeriksaan Fisik
5. Psikososial
6. Hubungan Sosial
7. Spiritual
8. Status Mental
9. Kebutuhan Persiapan Pulang
10. Masalah Psikososial Dan Lingkungan

1.2.2 Analisa Data Keperawatan


Analisa data halusinasi pendengaran menurut (Yosep, 2016) meliputi
sebagai berikut :
Tabel 2.2 Analisa Data Halusinasi Pendengaran

Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji

Gangguan Persepsi Subjektif


Sensori : Halusinasi - Klien mengatakan mendengar suara atau
Pendengaran kegaduhan
- Klien mengatakan mendengar suara yang
mengajaknya untuk bercakap-cakap
- Klien mengatakan mendengar suara yang
menyuruhnya untuk melakukan sesuatu yang
berbahaya
- Klien mengatakan mendengar suara yang
mengancam dirinya atau orang lain

Objektif
- Klien tampak bicara sendiri
- Klien tampak tertawa sendiri
- Klien tampak marah-marah tanpa sebab
- Klien tampak mengarahkan telinga ke arah
tertentu
- Klien tampak menutup telinga
- Klien tampak menunjuk-nunjuk kearah tertentu
- Klien tampak mulutnya komat-kamit sendiri

1.2.3 Daftar Masalah Keperawatan


Daftar masalah keperawatan halusinasi pendengaran menurut (Yosep, 2016)
meliputi sebagai berikut :

1.2.3.1 Resiko perilaku kekerasan


1.2.3.2 Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
1.2.3.3 Gangguan komunikasi verbal
1.2.3.4 Gangguan proses pikir
1.2.3.5 Isolasi sosial
1.2.3.6 Harga diri rendah
1.2.3.7 Koping individu tidak efektif
1.2.4 Pohon Masalah Keperawatan

Effect Resiko Perilaku Kekerasan

Core Problem Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Causa Isolasi Sosial

Skema 2.2 Pohon Masalah Halusinasi

1.2.5 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


1. Diagnosa keperawatan halusinasi pendengaran menurut (Yosep, 2016)
meliputi sebagai berikut :
2. Resiko perilaku kekerasan.
3. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
4. Gangguan isolasi sosial : menarik diri.
5. Harga Diri Rendah.
6. Koping Individu Tidak Efektif.

1.2.6 Strategi Pelaksanaan Tindakan


1.2.6.1 SP Pasien Pertemuan 1
1) Identifikasi halusinasi : dengan mendiskusikan isi, frekuensi, waktu terjadi
situasi pencetus, perasaan dan respon
2) Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik
Pertemuan 2
1) Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar obat, jenis,
guna, dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat)
3) Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
4) Jelaskan akibat jika obat tidak diminum sesuai program
5) Jelaskan akibat putus obat
6) Jelaskan cara berobat
7) Masukkan pada jadwal kegiatan-kegiatan untuk latihan menghardik dan beri
pujian
Pertemuan 3
1) Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan obat. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap ketika halusinasi
muncul
3) Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap
Pertemuan 4
1) Evaluasi kegiatan latihan menghardik, penggunaan obat dan bercakap-
cakap, beri pujian
2) Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2
kegiatan )
3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan harian
Pertemuan 5 sd 12
1) Evaluasi kegiatan latihan menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan
melakukan kegiatan harian. Beri pujian
2) Latih kegiatan harian
3) Nilai kemampuan ynag telah mandiri
4) Nilai apakah halusinasi terkontrol
1.2.6.2 SP KeluargaPertemuan 1
1) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya halusinasi
(gunakan booklet)
3) Jelaskan cara merawat pasien dengan halusinasi
4) Latih cara merawat halusinasi: menghardik
5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan beri pujian

Pertemuan 2
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien menghardik beri
pujian
2) Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
3) Latih cara memberikan / membimbing minum obat
4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan beri pujian
Pertemuan 3
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawta/melatih pasien dalam
menghardik dan meberikan obat. Beri pujian
2) Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk mengontrol
halusinasi
3) Latih dan sediakan waktu untuk bercakap-cakap dengan pasien terutama
saat halusinasi
4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian
Pertemuan 4
1) Evaluasi kegiatan keluarga merawat/ melatih pasie menghardik, memberikan
obat dan bercakap-cakap. Beri pujian
2) Jelaskan follow up ke RSJ / PKM
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal. Beri pujian
Pertemuan 5 sd 12
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien menghardik,
bercakap-cakap, kegiatan harian dan follow up. Beri pujian
2) Nilai kemampuan keluarga merawat pasien

3) Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ / PKM

1.2.7 Rencana Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan


rencana asuhan keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Carpenito dalam Yusuf, dkk. 2015). Sebelum tindakan keperawatan
diimplementasikan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan yang
Dalam asuhan keperawatan jiwa, untuk mempermudah pelaksanaan tindakan
keperawatan maka perawat perlu membuat strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan yang meliputi SP pasien dan keluarga (Trimeilia, 2011). SP dibuat
menggunakan komunikasi terapeutik yang terdiri dari fase orientasi, fase kerja,
dan terminasi (Yusuf dkk. 2015).

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,


mempunyai tujuan serta kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Farida
dan Yudi, 2010). Terdapat 3 fase dalam dalam komunikasi terapeutik, dimana fase
pertama yaitu fase orientasi yang menggambarkan situasi pelaksanaan tindakan
yang akan dilakukan, kontrak waktu dan tujuan pertemuan yang diharapkan. Fase
kerja berisi beberapa pertanyaan yang akan diajukan untuk pengkajian lanjut,
pengkajian tambahan, penemuan masalah bersama dan/atau penyelesaian
tindakan. Fase terminasi merupakan saat untuk mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan, menilai keberhasilan atau kegagalan dan merencanakan untuk kontrak
waktu pertemuan selanjutnya. (Yusuf dkk. 2015).

1.2.8 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan
prioritas yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan
mandiri maupun kolaboratif (Damaiyanti, 2014).
Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan
perawat perlu menvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih
dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini (here and now) dan
sebelumnya harus dilakukan kontrak dengan klien.

1.2.9 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tahap kelima atau terakhir dalam proses keperawatan.
Penilaian terakhir pada proses keperawatan yang ditetapkan, penetapan
keberhasilan asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria
hasil yang sudah ditetapkan, yaitu terjadi adaptasi pada individu (Nursalam,
2016).
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

Ruangan Rawat : Benuas. A


Tanggal Dirawat : 12 Januari 2022

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. I
Umur : 26 Tahun
Tanggal Pengkajian : 17 Januari 2022
Informan : Klien

II. ALASAN MASUK DAN FAKTOR PENCETUS


Pada saat dikaji pada tanggal 17 Januari 2022 klien mengatakan sebelum masuk
rumah sakit jiwa klien sering mendengar suara perempuan seperti mengajak ngobrol,
mengamuk tanpa sebab, berbicara mengacau, gelisah dan sulit tidur. Lalu klien diantar
oleh keluarga keluarga kerumah sakit jiwa bukit rawi.

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya : Berhasil kurang berhasil tidak berhasil

3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya fisik

Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal

Jelaskan No. 1, 2, 3
1. Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya
2. Klien tidak pernah melakukan pengobatan sebelumnya
3. Klien tidak pernah mengalami atau melakukan kekerasan dalam
keluarganya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : Ya Tidak


Hubungan keluarga Gejala Riwayat
Pengobatan / perawatan
.......................................... .......................................... ..........................................
. . .
.......................................... .......................................... ..........................................
. . .
.......................................... .......................................... ..........................................
. . .
.......................................... .......................................... ..........................................
. . .

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Jelaskan: Klien mengatakan tidak memiliki pengalaman masalalu yang tidak
menyenangkan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

IV.FISIK
1. Tanda Vital: TD: 120/80 mmHg
N: 90x/ menit
S: 36,5 OC
RR: 20x/ menit
2. Ukur: TB: 169 cm
BB: 56 kg
3. Pasien tidak ada keluhan fisik
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Meninggal
: Klien
... : Tinggal Serumah
: Hubungan Keluarga
Jelaskan: Klien tingal bersama istri dan anaknya, klien anak bungsu dari 9 bersaudara,
klien memiliki 4 saudara laki-laki dan 5 saudara perempuan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya.

b. Identitas : Klien dapat menyebutkan namanya Tn. I, klien


mengatakan agamanya hindu dan klien mengatkan
seorang laki-laki
c. Peran : Klien mengatakan dirinya seorang ayah

d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan berkumpul


kembali dengan keluarganya

e. Harga diri : Klien mengatakan malu kondisinya seperti sekarang


apalagi sampai harus dirawat dirumah sakit jiwa.
Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang : Klien mengatakan orang yang berarti adalah orang
berarti tuanya, istri dan anaknya

b. Peran serta : Klien mengatakan sebelum masuk RSJ klien lebih


dalam kegiatan sering dirumah dan jarang mengikuti kegiatan
kelompok / dimasyarakat
masyarakat
c. Hambatan dalam : Pasien mengatakan tidak ada hambatan
berhubungan berhubungan dengan orang lain dan bisa berteman
dengan orang dengan orang lain
lain
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

4. Spiritual
a. Nilai dan : Pasien mengatakan beragama Hindu dan klien
keyakinan mengatakan tidak ada yang bertentangan dengan
keyakinanya

b. Kegiatan ibadah : Selama dirumah klien sering melakukan besarah


keluarga dan selama di RSJ klien sering berdoa sendiri

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan

Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak seperti


tidak Sesuai biasanya
Jelaskan:
Rambut klien tgampak rapi, memakai pakaian yang sudah disiapkan oleh perawata
dan badan tampak bersih.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Tidak mampu memulai pembicaraan

Loghorea Echolalia
Jelaskan: Klien berbicara dengan jelas
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3. Aktivitas Motorik:

Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan: Klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri dan klien terlihat
gelisah
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Alam Perasaaan

Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira

Jelaskan: Klien tampak senang saat diajak berbicara


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Afek

Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan : Klien tampak senyum-senyum sendiri ketika diajak berbicara


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi Selama Wawancara

Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan : Klien cukup kooperatif walaupun kontak mata kurang ketika


diajak mengobrol dan mengalihkan pandangan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi : Halusinasi

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : Klien mengatakan mendengar suara perempuan mengajak mengobrol,


klien mengatakan suara muncul sekitar 5 menit, klien mengatakan suara muncul
pada siang atau malam hari kadang tidak menentu, klien mengatakan suara terdengar
2-3 x/sehari, klien mengatakan gelisah ketika suara muncul dan klien mengatakan
hanya diam ketiika suara itu muncul.
Masalah Keperawatan : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinansi
Pendengaran
8. Proses Pikir

sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea blocking pengulangan pembicaraan/persevarasi

neologisme

Jelaskan : Pembicaraan pasien baik tidak ada masalah, pasien mampu menjawab
setiap pertanyaan perawat dengan tepat dan sesuai dengan apa yang ditanyakan,
pembicaraan pasien dapat dimengerti.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis

Waham

Agama Somatik Kebesaran Curiga

nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan : Klien tidak mengalami waham


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat Kesadaran

bingung sedasi stupor

Disorientasi

waktu tempat orang

Jelaskan : Klien dapat membedakan waktu siang dan malam dan mengetahui dimana
dia berada sekarang
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
11. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek

Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi


Jelaskan : Klien tidak mengalami gangguan daya ingat, klien dapat mengigat tanggal
lahir dan namanya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
12. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung

mudah beralih tidak mampu konsentrasi Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan : Klien mampu berkonsentrasi, serta mampu berhitung sederhana seperti


berhitung mundur dari 10 ke 1
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
13. Kemampuan Penilaian

Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan : Klien dapat menilai bahwa sebelum dan sesudah makan mencuci tangan
terlebih dahulu.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
14. Daya Tilik Diri

Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : Klien tidak mengingkari dirinya dan tidak menyalahkan orang lain
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan

Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan : Klien bisa makan sendiri


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. BAB/BAK

Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan : Klien bab dan bak sendiri


Masalah Keperawatan : Tidak ada asalah keperawatan
3. Mandi

Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan : Klien bisa mandi sendiri


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Berpakaian/ Berhias

Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan : Klien bisa berpakaian sendiri dan menyisir rambut sendiri


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Istirahat Dan Tidur

Tidur siang lama : 1 s/d 2 jam

Tidur malam lama : 1s/d 7 jam

Kegiatan sebelum / sesudah tidur : tidak ada

Jelaskan : Klien tidur teratur sesuai jadwal


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Penggunaan Obat

Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan : Klien minum obat sesuai jadwal dan dibantu oleh perawat
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Pemeliharaan Kesehatan

Perawatan lanjutan Ya tidak

Perawatan pendukung Ya tidak

Jelaskan : pasien memerlukan perawatan lanjutan ke RSJ atau Puskesmas terdekat


untuk control.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Kegiatan Di Dalam Rumah

Mempersiapkan makanan Ya Tidak

Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak

Mencuci pakaian Ya Tidak

Pengaturan keuangan Ya Tidak

Jelaskan : Klien tampak mengikuti perintah dan bisa mengatur kegiatan dirumah
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Kegiatan di luar rumah

Belanja Ya Tidak

Transportasi Ya Tidak

Lain-lain Ya Tidak

Jelaskan : Klien mengatakan bisa keluar belanja menggunakan transportasi motor


sebelum masuk RSJ
Masalah Keperawatan : Tidak masalah Keperawatan

VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alcohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya ......................... lainnya .................................

Masalah Keperawatan : Tidak masalah Keperawatan

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:

Masalah dengan : Klien memiliki keluarga yang mendukung kesembuhan


dukungan kelompok, klien selama dirawat di RSJ maupun dirumah
spesifik
Masalah berhubungan : Klien mengatakan ada keluarganya yang selalu
dengan lingkungan, mendukung kesembuhannya
spesifik
Masalah dengan : Klien mengetahui pendidikan yang ditempuh adalah
pendidikan, spesifik SMA
Masalah dengan : Klien mengatakan sebelum sakit/masuk RSJ klien
pekerjaan, spesifik bekerja sebagai seorang penambang emas
Masalah dengan : Klien tinggal bersama istri dan anaknya
perumahan, spesifik
Masalah ekonomi, : Klien mengatakan kadang memiliki masalah ekonomi
spesifik dikarenakan hasil dari menambang emas tidak menentu
Masalah dengan : Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan
pelayanan kesehatan, kesehatan
spesifik
Masalah lainnya, : Tidak ada
spesifik

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

X. Pengetahuan Kurang Tentang:

Penyakit jiwa system pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik

Koping obat-obatan

Lainnya :

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


ANALISA DATA

NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1 DS: Gangguan Persepsi Sensori :
- Klien mengatakan mendengar suara Halusinasi Pendengaran
perempuan seperti mengajak ngobrol
- Klien mengatakan suara muncul pada
siang atau malam hari dan kadang
tidak menentu
- Klien mengatakan mendengar suara
2-3 x sehari
- Klien mengatakan gelisah ketika
suara muncul
- Klien mengatakan diam jika suara itu
muncul
DO:
- Klien berbicara dengan jelas
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak senyum-senyum ketika
diajak berbicara
- Kontak mata kurang
2 DS : Klien mengatakan malu dengan Gangguan Konsep Diri :
kondisinya sekarang Harga Diri Rendah
DO :
- Klien tampak malu
- Klien tampak mengalihkan
pandangannya
- Kontak mata kurang ketika diajak
mengobrol

XI. Aspek Medik


Diagnosa Medik : F. 25.0 (Gangguan Sizoafektif Tipe Manik
Terapi Medik :
- Risperidone 2 mg 1-0-1
- Olanzapin 10 mg 0-0-1

XII. Daftar Masalah Keperawatan

1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran


2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
XIII. Daftar Diagnosis Keperawatan ( sesuai urutan prioritas )
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

XIV Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan Effect



Gangguan Persepsi Sensori: Halusianasi Pendengaran Core Problem

Koping Individu Inefektif Causa
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN
Nama Klien : Tn. I Diagnosa Medik : F. 25. 0
No RM : Ruangan : Benuas A

NO DIAGNOSA TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS INTERVENSI


1. Gangguan Persepsi Klien dapat mengontrol Setelah 3 x interaksi Lakukan Tindakan SP 1 Halusinasi
halusinasi 1. Klien mampu membina hubungan :
Sensori : Halusinasi
saling percaya 1. Bina hubungan saling percaya
Pendengaran 2. Klien mampu mengidentifikasi 2. Identifikasi halusinasi : dengan
halusinasi: dengan mendiskusikan mendiskusikan isi, frekuensi,
jenis, isi, frekuensi, waktu terjadi waktu terjadi situasi pencetus,
situasi pencetus, perasaan dan respon perasaan dan respon
3. Klien mampu mengontrol halusinasi 3. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik dengan menghardik
4. Masukkan pada jadwal kegiatan 4. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik untuk latihan menghardik

Setelah 3 x interaksi Lakukan Tindakan SP 2 Halusinasi:


1. Klien mampu mengevaluasi 1. Evaluasi kegiatan menghardik.
kegiatan menghardik Beri pujian
2. Klien mampu mengetahui cara 2. Latih cara mengontrol halusinasi
mengontrol halusinasi dengan obat, dengan obat (jelaskan 6 benar obat,
mengetahui dan mampu menjelaskan jenis, guna, dosis, frekuensi,
benar obat, jenis, guna, dosis, kontinuitas minum obat)
frekuensi, kontiuntas minum obat. 3. Jelaskan pentingnya penggunaan
3. Klien mampu memahami pentingnya obat pada gangguan jiwa
penggunaan obat jiwa 4. Jelaskan akibat jika obat tidak
4. Klien mampu mengetahui akibat jika diminum sesuai program
tidak meminum obat 5. Jelaskan akibat putus obat
5. Klien mampu melakukan kegiatan 6. Jelaskan cara berobat
harian 7. Masukkan pada jadwal kegiatan-
kegiatan untuk latihan menghardik
Setelah 3 x interaksi dan beri pujian
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan
latihan menghardik dan meminum Lakukan Tindakan SP 3 Halusinasi:
obat 1. Evaluasi kegiatan latihan
2. Klien mampu mengontrol halusinasi menghardik dan obat. Beri pujian
dengan bercakap- cakap ketika 2. Latih cara mengontrol halusinasi
halusinasi muncul dengan bercakap-cakap ketika
3. Klien mampu melakukan kegiatan halusinasi muncul
latihan menghardik, minum 3. Masukan pada jadwal kegiatan
obat,bercakap-cakap untuk latihan menghardik, minum
obat dan bercakap-cakap
Setelah 3 x interaksi
1. Klien mampu mengevaluasi Lakukan Tindakan SP 4 Halusinasi:
kegiatan latihan menghardik, 1. Evaluasi kegiatan latihan
penggunaan obat dan bercakap- menghardik, penggunaan obat dan
cakap bercakap-cakap, beri pujian
2. Klien mampu mengontrol 2. Latih cara mengontrol halusinasi
halusisnasi dengan kegiatan harian dengan melakukan kegiatan harian
3. Klien mampu memasukan pada (mulai 2 kegiatan )
jadwal kegiatan harian untuk latihan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan
menghardik, minum obat, bercakap- untuk latihan menghardik, minum
cakap dan latihan harian obat, bercakap-cakap dan kegiatan
harian
IMPLEMENTASI ( CATATAN PERKEMBANGAN)

NO Hari/Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


1. Senin, 17 Januari SP 1 Halusinasi S:
2022 1. Membina hubungan saling percaya - Klien mengatakan mendengar suara
2. Mengidentifikasi halusinasi : dengan perempuan seperti mengajak ngobrol
mendiskusikan isi, frekuensi, waktu terjadi - Klien mengatakan suara muncul
situasi pencetus, perasaan dan respon pada siang atau malam hari kadang
3. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi : tidak menentu
hardik, obat-obatan, bercakap-cakap dan - Klien mengatakan mendengar suara
melakukan kegiatan 2-3 x sehari
4. Melatih cara mengontrol halusinasi - Klien mengatakan gelisa ketika
dengan menghardik suara muncul
5. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk - Klien mengatakan hanya diam ketika
latihan menghardik suara muncul
O:
- Klien bicara dengan jelas
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak senyum-senyum
- Klien tampak sesekali tertawa
- Klien tampak masih belum bisa
melakukan cara menghardik
A : Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran
P : Masalah belum teratasi ulangi SP 1
1. Jelaskan cara mengontrol halusinasi :
hardik, obat-obatan, bercakap-cakap
dan melakukan kegiatan
2. Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik
3. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik
2. Selasa, 18 Januari SP 1 Halusinasi S:
2022 4. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi : - Klien mengatakan masih mendengar
hardik, obat-obatan, bercakap-cakap dan suara perempuan seperti mengajak
melakukan kegiatan ngobrol
5. Melatih cara mengontrol halusinasi - Klien mengatakan suara muncul
dengan menghardik tidak menentu
6. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk - Klien mengatakan gelisah
latihan menghardik O:
- Klien tampak masih gelisah
- Klien tampak belum tepat
melakukan cara menghardik
A : Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran
P : Masalah belum teratasi ulangi SP 1
1. Identifikasi halusinasi : dengan
mendiskusikan isi, frekuensi, waktu
terjadi situasi pencetus, perasaan dan
respon
2. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik
3. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik
3. Rabu, 19 Januari 2022 SP 1 Halusinasi S : Klien mengatakan sudah tidak
1. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi : mendengar suara lagi
hardik, obat-obatan, bercakap-cakap dan O :
melakukan kegiatan - Klien tampak tenang
2. Melatih cara mengontrol halusinasi - Klien tampak senyum-senyum
dengan menghardik - Klien tampak sudah tepat melakukan
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk cara menghardik
latihan menghardik A : Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran
P : SP 1 teratasi lanjutkan SP 2
1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri
pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan obat (jelaskan 6 benar obat,
jenis, guna, dosis, frekuensi,
kontinuitas minum obat)
3. Jelaskan pentingnya penggunaan
obat pada gangguan jiwa
4. Jelaskan akibat jika obat tidak
diminum sesuai program
5. Jelaskan akibat putus obat
6. Jelaskan cara berobat
7. Masukkan pada jadwal kegiatan-
kegiatan untuk latihan menghardik
dan beri pujian
4. Kamis, 20 Januari SP 2 Halusinasi S:
2022 1. Mengevaluasi kegiatan menghardik. Beri - Klien mengatakan sudah tidak
pujian mendengarkan suara lagi
2. Melatih cara mengontrol halusinasi - Klien mengatakan melakukan cara
dengan obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, menghardik jika sewaktu suara itu
guna, dosis, frekuensi, kontinuitas minum muncul
obat) O:
3. Menjelaskan pentingnya penggunaan obat - Klien tampak kooperatif ketika
pada gangguan jiwa diajak mengobrol
4. Menjelaskan akibat jika obat tidak - Klien tampak sesekali senyum-
diminum sesuai program senyum sendiri
5. Menjelaskan akibat putus obat - Klien tampak binggung ketika
6. Menjelaskan cara berobat ditanya manfaat dari obat yang
7. Memasukkan pada jadwal kegiatan- diminum
kegiatan untuk latihan menghardik dan - Klien dapat mempraktekan cara
beri pujian menghardik
A : Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran
P : Masalah belum tearatsi ulangi SP 2
1. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan obat (jelaskan 6 benar obat,
jenis, guna, dosis, frekuensi,
kontinuitas minum obat)
2. Jelaskan pentingnya penggunaan
obat pada gangguan jiwa
3. Jelaskan akibat jika obat tidak
diminum sesuai program
4. Jelaskan akibat putus obat
5. Jelaskan cara berobat
6. Masukkan pada jadwal kegiatan-
kegiatan untuk latihan menghardik
dan beri pujian
5. Jum’at, 21 Januari SP 2 Halusinasi S:
2022 1. Melatih cara mengontrol halusinasi - Klien mengatakan sudah tidak
dengan obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, mendengarkan suara lagi
guna, dosis, frekuensi, kontinuitas minum - Klien mengatakan belum tahu
obat) kegunaan obat diminum
2. Menjelaskan pentingnya penggunaan obat O:
pada gangguan jiwa - Klien tampak kooperatif ketika
3. Menjelaskan akibat jika obat tidak diajak mengobrol
diminum sesuai program - Klien tampak sesekali senyum-
4. Menjelaskan akibat putus obat senyum sendiri
5. Menjelaskan cara berobat - Klien tampak masih binggung ketika
6. Memasukkan pada jadwal kegiatan- ditanya mengenai obat yang
kegiatan untuk latihan menghardik dan dikonsumsi
beri pujian A : Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran
P : Masalah belum tearatsi ulangi SP 2
1. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan obat (jelaskan 6 benar obat,
jenis, guna, dosis, frekuensi,
kontinuitas minum obat)
2. Jelaskan pentingnya penggunaan
obat pada gangguan jiwa
3. Jelaskan akibat jika obat tidak
diminum sesuai program
4. Jelaskan akibat putus obat
5. Jelaskan cara berobat
6. Masukkan pada jadwal kegiatan-
kegiatan untuk latihan menghardik dan
beri pujian
6. Sabtu, 23 Januari SP 2 Halusinasi S : Klien mengatakan kadang lupa
2022 1. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan kegunaan obat yang diminum
obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, O:
dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat) - Klien tampak tenang dan kooperatif
2. Menjelaskan pentingnya penggunaan obat ketika diajak mengobrol
pada gangguan jiwa - Klien tampak bingung
3. Menjelaskan akibat jika obat tidak - Klien masuk belum bisa menyebut 6
diminum sesuai program benar tentang obat
4. Menjelaskan akibat putus obat A : Gangguan Persepsi Sensori :
5. Menjelaskan cara berobat Halusinasi Pendengaran
6. Memasukkan pada jadwal kegiatan- P : Masalah belum tearatsi ulangi SP 2
kegiatan untuk latihan menghardik dan 1. Latih cara mengontrol halusinasi
beri pujian dengan obat (jelaskan 6 benar obat,
jenis, guna, dosis, frekuensi,
kontinuitas minum obat)
2. Jelaskan pentingnya penggunaan
obat pada gangguan jiwa
3. Jelaskan akibat jika obat tidak
diminum sesuai program
4. Jelaskan akibat putus obat
5. Jelaskan cara berobat
6. Masukkan pada jadwal kegiatan-
kegiatan untuk latihan menghardik dan
beri pujian
7. Senin, 24 Januari SP 2 Halusinasi S : Klien mengatakan masih bingung
2022 1. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan membedakan kedua obat yang diminum
obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, O:
dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat) - Klien tampak tenang dan kooperatif
2. Menjelaskan pentingnya penggunaan obat ketika diajak mengobrol
pada gangguan jiwa - Klien tampak bingung untuk
3. Menjelaskan akibat jika obat tidak membedakan jenis obat yang
diminum sesuai program diminum
4. Menjelaskan akibat putus obat - Klien masih belum bisa menyebut 6
5. Menjelaskan cara berobat benar tentang obat
6. Memasukkan pada jadwal kegiatan- A : Gangguan Persepsi Sensori :
kegiatan untuk latihan menghardik dan Halusinasi Pendengaran
beri pujian P : Masalah belum tearatsi ulangi SP 2
1. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan obat (jelaskan 6 benar obat,
jenis, guna, dosis, frekuensi,
kontinuitas minum obat)
2. Jelaskan pentingnya penggunaan
obat pada gangguan jiwa
3. Jelaskan akibat jika obat tidak
diminum sesuai program
4. Jelaskan akibat putus obat
5. Jelaskan cara berobat
6. Masukkan pada jadwal kegiatan-
kegiatan untuk latihan menghardik dan
beri pujian
8. Selasa, 25 Januari SP 2 Halusinasi S : Klien mengatakan sudah mengetahui
2022 1. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan manfaat dari obat yang diminum tapi
obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, masih belum bisa mengigat tentang 6
dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat) benar obat
2. Menjelaskan pentingnya penggunaan obat O:
pada gangguan jiwa - Klien tampak tenang dan kooperatif
3. Menjelaskan akibat jika obat tidak ketika diajak mengobrol
diminum sesuai program - Klien tampak masih bingung
4. Menjelaskan akibat putus obat - Klien masuk belum bisa menyebut 6
5. Menjelaskan cara berobat benar tentang obat secara berurutan
6. Memasukkan pada jadwal kegiatan- A : Gangguan Persepsi Sensori :
kegiatan untuk latihan menghardik dan Halusinasi Pendengaran
beri pujian P : Masalah belum tearatsi ulangi SP 2
1. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan obat (jelaskan 6 benar obat,
jenis, guna, dosis, frekuensi,
kontinuitas minum obat)
2. Jelaskan pentingnya penggunaan
obat pada gangguan jiwa
3. Jelaskan akibat jika obat tidak
diminum sesuai program
4. Jelaskan akibat putus obat
5. Jelaskan cara berobat
6. Masukkan pada jadwal kegiatan-
kegiatan untuk latihan menghardik dan
beri pujian
9. Rabu, 26 Januari 2022 SP 2 Halusinasi S : Klien mengatakan sudah mengetahui
1. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan manfaat dari obat yang diminum tapi
obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, masih belum bisa mengigat tentang 6
dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat) benar obat
2. Menjelaskan pentingnya penggunaan obat O:
pada gangguan jiwa - Klien tampak tenang dan kooperatif
3. Menjelaskan akibat jika obat tidak ketika diajak mengobrol
diminum sesuai program - Klien tampak masih bingung
4. Menjelaskan akibat putus obat - Klien tampak masih belum tepat
5. Menjelaskan cara berobat menyebut 6 benar tentang obat
6. Memasukkan pada jadwal kegiatan- secara berurutan
kegiatan untuk latihan menghardik dan A : Gangguan Persepsi Sensori :
beri pujian Halusinasi Pendengaran
P : Masalah belum tearatsi ulangi SP 2
1. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan obat (jelaskan 6 benar obat,
jenis, guna, dosis, frekuensi,
kontinuitas minum obat)
2. Jelaskan pentingnya penggunaan
obat pada gangguan jiwa
3. Jelaskan akibat jika obat tidak
diminum sesuai program
4. Jelaskan akibat putus obat
5. Jelaskan cara berobat
6. Masukkan pada jadwal kegiatan-
kegiatan untuk latihan menghardik dan
beri pujian

Anda mungkin juga menyukai