PENDAHULUAN
1
Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti
Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa
Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah
Ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi
Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H.
Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pemberontakan
yang paling dahsyat dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni perang
antara pasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan Ibn Muhammad (Dinasti
Bani Umayyah) yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan
jatuhnya negeri Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan bersama
dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah.
Pada masa inilah masa kejayaan Islam yang mengalami puncak keemasan
pada masa itu berbagai kemajuan dalam segala bidang mengalami peningkatan
seperti bidang pendidikan, ekonomi, politik dan sistem pemerintahannya.
1
Latifa Annum Dalimunthe,“ Kemunduran Dan Keruntuhan Daulah Abbasiyah Di Baghdad, Fai Vol.
2 No. Stain Palangka Raya, 2011 hal 2
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengapa Dinasti Abbasiyah maju pada masa Harun Al-Rasyid ?
2. Apa yang menyebabkan kemajuan Dinasti Abbasiyah ?
3. Apa kebijakan dari Harun Al-Rasyid ?
4. Apa saja aliran yang muncul pada masa Dinasti Abbasiyah ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Di antara yang mempengaruhi berdirinya khilafah bani Abbasiyah adalah
adanya beberapa kelompok umat yang sudah tidak mendukung lagi terhadap
kekuasaan imperium bani Umayah yang notabenenya korupsi, sekuler dan memihak
sebagian kelompok diantaranya adalah kelompok Syiah dan Khawarij (Badri Yatim.
2008:49-50) serta kaum Mawali (orang-orang yang baru masuk islam yang mayoritas
dari Persi). Mereka merasa diperlakukan tidak adil dengan kelompok Arab dalam hal
pembebanan pajak yang terlalu tinggi, kelompok ini lah yang mendukung revolusi
Abbasiyah.
Di saat terjadi perpindahan kekuasaan dari Umayyah ke Abbasiyah, wilayah
geografis dunia islam membentang dari timur ke barat, meliputi Mesir, Sudan, Syam,
Jazirah Arab, Iraq, Parsi sampai ke Cina. Kondisi ini mengantarkan terjadinya
interaksi intensif antara daerah satu dengan daerah lainnya. Interaksi ini
memungkinkan proses
asimilasi budaya dan peradaban setiap daerah. Nyanyian dan musik menjadi tren dan
style kehidupan bangsawan dan pemuka istana era Abbasiyah. Anak-anak khalifah
diberikan les khusus supaya pintar dan cakap dalam mendendangkan suara mereka.
Seniman-seniman terkenal bermunculan, diantaranya Ibrahim bin Mahdi, Ibrahim al
Mosuly dan anaknya Ishaq. Lingkungan istana berubah dan dipengaruhi nuansa
Borjuis mulai dari pakaian, makanan, dan hadirnya pelayan-pelayan wanita.
Para penguasa Abbasiyah membentuk masyarakat berdasarkan rasa
persamaan. Pendekatan terhadap kaum Malawi dilakukan antara lain dengan
mengadopsi sistim Administrasi dari tradisi setempat (Persia) mengambil beberapa
pegawai dan Menteri dari bangsa Persia dan meletakan ibu kota kerajaannya,
2
A. Najili Aminullah,” Dinasti Bani Abassiyah, Politik, Peradaban Dan Intelektual”(Banten : IAIN
Sultan Maulana Hasanudin,2017) hal 18
3
Baghdad di wilayah yang dikelilingi oleh bangsa dan agama yang berlainan seperti
bangsa Aria dan Sumit dan agama Islam, Kristen, dan Majusi.
Pembagian kelas dalam masyarakat Daulat Abbasiyah tidak lagi berdasarkan
ras atau kesukaan, melainkan berdasarkan jabatan, menurut jarzid Zaidan, masyarakat
Abbasiyah terbagi dalam 2 kelompok besar, kelas khusus dan kelas umum. Kelas
khusus terdiri dari khalifah, keluarga khalifah (Bani Hasyim) para pembesar negara
(Menteri, gubernur dan panglima), Kaum bangsawan non Bani Hasyim (Quraisy)
pada umumnya. Dan para petugas khusus, tentara dan pembantu Istana. Sedangkan
kelas umum terdiri dari para seniman, ulama, pujangga fukoha, saudagar dan
penguasa buruh dan petani.
3
Khoirul Umam,Skripsi :“Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah
Abbasiyah”(Surabaya : IAIN Sunan Ampel, 2012) hal 24
4
Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Pada masanya
sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-
pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya.
Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak
tertandingi. Khalifah - khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori
perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari
berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan
diterapkan di Dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu
pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada masa ini.
Pesatnya perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajua ekonomi
imperium yang menjadi penghubung Dunia Timur dan Barat. Stabilitas politik yang
relatif baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan
peradaban Islam. Oleh sebab itu, tidak heran jika dalam waktu yang sangat cepat
Islam mampu mencapai kebangkitan ilmu pengetahuan dalam berbagai cabangnya,
baik fisika, kimia, falak, biologi, matematika, kedokteran, ilmu bedah, maupun ilmu
farmasi dan sebagainya.
4
Khoirul Umam,Skripsi :“Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah Abbasiyah”(Surabaya
: IAIN Sunan Ampel, 2012) hal 24
5
melantik Harun sebagai putra mahkota untuk menggantikan al-Hadi apabila al-Hadi
mangkat, dan Harun Ar - Rasyid pun dengan resmi menjadi khalifah pada tahun 170
H/786 M.
Pribadi dan akhlak Harun Ar - Rasyid merupakan salah seorang khalifah yang
sangat dihormati, suka bercengkrama, alim dan sangat dimuliakan sepanjang menjadi
khalifah. Beliau menyukai syair dan para penyair serta tokoh-tokoh sastra dan ilmu
fiqh, beliau juga sangat mengghormati dan merendah diri kepada alim ulama.
Khalifah Harun Ar - Rasyid mempunyai perhatian yang sangat baik terhadap
ilmuwan dan budayawan. Ia mengumpulkan mereka dan melibatkannya dalam setiap
kebijakan yang akan diambil pemerintah. Perdana menterinya adalah seorang ulama
besar di zamannya, Yahya al-Barmaki juga merupakan guru Khalifah Harun Ar -
Rasyid, sehingga banyak nasihat dan anjuran kebaikan mengalir dari Yahya. Hal ini
semua membentengi Khalifah Harun Ar - Rasyid dari perbuatan-perbuatan yang
menyimpang dari ajaran-ajaran Islam.
Pada masa Khalifah Harun Ar - Rasyid, hidup juga seorang cerdik pandai
yang sering memberikan nasihat-nasihat kebaikan pada Khalifah, yaitu Abu Nawas.
Nasihat-nasihat kebaikan dari Abu Nawas disertai dengan gayanya yang lucu,
menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Khalifah Harun Ar - Rasyid. Pada
masanya hidup ahli-ahli bahasa terkenal yang mempelopori penyusunan tata bahasa,
seni bahasa dab nada sajak, yaitu Khalaf al-Ahmar (wafat 180 H), al-Khalil Ahmad
al-Farahidi (wafat 180 H ), Akhfasy al-Akbar (wafat 176 H), Akhfasy al-Awsath
(wafat 215 H), Sibawaihi (wafat 180 H), dan al-Kisai (wafat 189 H).
Selain itu hidup juga para tokoh-tokoh sufi pertama yaitu Ibrahim Ibn Idham
(wafat 166 H) seorang pangeran dari kota Balkh yang meninggalkan
kebangsawanannya dan kekayaannya dan mengembara sebagai seorang Faqir, hidup
dari hasil kerajinan tangannya sendiri dan wafat dalam pertempuran lautan sewaktu
armada Islam menghadai armada Bizantium. Dan Rabiatul Adawiyah (wafat 185 H),
6
seorang sufi wanita dari Basrah yang amat terkenal dengan sajak- sajak mistik. Serta
abu Ali Syaqiq al-Balkh (wafat 194 H), seorang tokoh mistik yang menjadi tokoh
legendaris pada masa belakangan di dalam aliran-aliran mistik (Thariqat-thariqat)
dalam sejarah Islam.
1. Gerakan Penerjemahan
7
berbahasa Yunani diterjemahkan dahulu kedalam bahasa Syiria kuno sebelum ke
bahasa Arab. Hal ini dikarenakan penerjemah adalah para pendeta Kristen Syiria
yang hanya memahami bahasa Yunani dan bahasa mereka sendiri. Kemudian para
ilmuan yang memahami bahasa syiria dan Arab menerjemahkan naskah tersebut ke
dalam bahasa Arab. Khalifah Harun Ar - Rasyid juga sangat giat dalam penerjemahan
berbagai buku berbahasa asing ke dalam bahasa Arab. Dewan penerjemah dibentuk
untuk keperluan penerjemahan dan penggalian informasi yang termuat dalam buku
asing. Dewan penerjemah itu diketuai oleh seorang pakar bernama Yuhana bin
Musawyh.
2. Baitul Hikmah
8
Yunani, India, dan sebagainya. Pada masa itu Baitul Hikmah juga berperan sebagai
pusat terjemahan.
Selain itu, rumah sakit ini juga berfungsi sebagai tempat praktikum bagi para
mahasiswa dari sekolah kedokteran yang mengadakan berbagai penelitian dan
percobaan dalam bidang obat-obatan, bahkan tidak jarang sekolah-sekolah
kedokteran itu didirikan dekat dengan rumah sakit. Pada masa itu sudah terdapat
paling tidak 800 orang dokter. Sejumlah dokter dan ahli bedah ditetapkan untuk
memberikan kuliah kepada mahasiswa kedokteran dan memberikan ijazah bagi
mereka yang dianggap mampu melakukan praktik.
4. Kuttab
Kuttab atau bisa juga disabut maktab berasal dari kata dasar kataba yang
berarti menulis, maka Kuttab adalah tempat belajar dan menulis. Lembaga ini adalah
lembaga pendidikan terrendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan,
menghitung dan menulis serta anak remaja belajar dasar-dasar ilmu agama. Menurut
9
Ibnu Djubaer pendidikan ini berlangsung di luar masjid. Kurikulum pendidikan di
Kuttab ini berorientasi kepada Al-qur’an sebagai suatu tex book, hal ini mencakup
pengajaran membaca dan menulis, kaligrafi, gramatikal bahasa arab, sejarah Nabi
SAW. Belajar di Kuttab tidak ditentukan lamanya, murid yang telah menguasai
materi, maka lebih cepat selesai dan berpindah pada ilmu yang lain. Setelah tepat
waktunya, dan sudah mulai memahami materi dasar, barulah mempelajari pelajaran
yang lebih tinggi tingkatannya dari sebelumnya. Belajar di kuttab dilakukan pada
waktu pagi hari sampai waktu shalat ashar, dari hari Sabtu sampai hari Kamis. Setiap
tanggal 1 Syawal dan tiga hari pada hari raya Idul Adha merupakan hari libur.
5. Lembaga Kesusasteraan
10
Khalifah Harun Ar - Rasyid wafat pada tahun 193 H, ketika berusia kurang
lebih 44 tahun. Sebelum meninggal beliau pergi ke Khurasan untuk menumpas
pemberontakan yang dilancarkan oleh Rafi’ bin Laith. Beliau telah melantik al-Amin
sebagai penggantinya di Bagdad, dalam perjalanan tersebut beliau ditemani putranya
al-Ma’mun. Tetapi di tengah perjalanan beliau ditimpa penyakit dan terpaksa
berhenti bersama rombongannya di suatu tempat bernama Tus. Ketika merasa
keadaannya bertambah berat beliau meminta anaknya al-Ma’mun untuk memimpin
pasukan tentara meneruskan perjalanan ke Khurasan. Beliau bersama dengan
menterinya al-Fadhl bin ar-Rabi’ dan pasukan tentara yang kecil beserta sejumlah
harta benda tetap berada di Tus. Tak lama setelah itu khalifah Harun Ar - Rasyid pun
menghembuskan nafasnya yang terakhir. Menjelang wafat beliau telah meninggalkan
wasiat bahwa putranya al-Amin menggantikannya dan kemudian putranya al-
Ma’mun.
11
c. Pribadi beberapa kholifah pada masa itu, terutama pada maasa dinasti
Abbasiyah I, seperti Al Mansur, Harun Al Rasyid dan Al Ma’mun
yang sangat mencintai ilmu pengetahuan sehingga kebijaksanaannya
banyak ditujukan pada kemajuan ilmu pengetahuan.
d. diadakannya pengaturan, pembukuan, dan pembidangan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu naqli seperti kedokteran, mantiq dan
ilmu- ilmu riyadliyat, telah dimulai oleh umat islam dengan metode
yang teratur.5
3. Aktivitas Ilmiah
a. Penyusunan buku- buku ilmiah
b. Penerjemahan
c. Pensyarahan
4. Kemajuan Ilmu Pengetahuan
a. Kemajuan ilmu agama
b. Kemajuan ilmu- ilmu umum
2.5 Munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme kesukuan pada masa bani
abbasiyah.
12
tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua
belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu.
6
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di
balik ajaran Syi'ah, sehingga banyak aliran Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrem)
dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi'ah sendiri. Aliran Syi'ah memang
dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan paham
Ahlussunnah. Antara keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga
melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil, misalnya, memerintahkan agar makam Husein
Ibn Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.),
kembali memperkenankan orang Syi'ah "menziarahi" makam Husein tersebut. Syi'ah
pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani Buwaih lebih dari seratus
tahun. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir adalah dua
dinasti Syi'ah yang memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni.
6
https://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Abbasiyah, diakses pada 20 mei 2016
13
Aliran Mu'tazilah bangkit kembali pada masa Bani Buwaih. Namun pada
masa Dinasti Seljuk yang menganut paham Sunni, penyingkiran golongan Mu'tazilah
mulai dilakukan secara sistematis. Dengan didukung penguasa aliran Asy'ariyah
tumbuh subur dan berjaya. Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung aliran ini
menjadi ciri utama paham Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai
efek yang tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas intelektual Islam
konon sampai sekarang.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
14
Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa khalifah
Harun al-Rashid (786-809 M) dan putranya al-Ma’mun (813-833 M). Kesejahteraan,
sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan
berada pada zaman keemasannya. Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka
mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah
kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan,
diadaptasi dan diterapkan di Dunai Islam.
15