Anda di halaman 1dari 16

UJIAN TENGAH SEMESTER

ANALISIS SOAL FILSAFAT ILMU

Mariyana 0102521024
Magister Administrasi Pendidikan Universitas Negeri Semarang
nanabelinyu@students.unnes.ac.id

Analisis ini ditulis untuk memenuhi mata kuliah Filsafat Ilmu yang diampu
oleh Prof. Dr. Suyahmo, M.Si

1. All science, based on logical thinking. We know the logic of the syllogism as
follows: "Some officials corrupt. SUNDEL BOLONG is an official. So SUNDEL
BOLONG is corrupt". This syllogism, is true. How do you comment on this?
Explain.
Answer:
Dari silogisme tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Premis mayor : Beberapa pejabat korupsi
Premis minor : Sundel Bolong adalah pejabat
Konklusi : Sundel Bolong korupsi
Silogisme ini merupakan silogisme kategorik, silogisme kategorik yang terdiri dari
tiga proporsi, dari dua premis menjadi satu konklusi yang diperoleh dari proses
penalaran berdasarkan kesesuaian, namun dalam silogisme kategorik konklusi pada
pada silogisme di atas tidak memenuhi hukum silogisme kategorik yaitu salah satu
premis harus bersifat particular atau negative. Pada silogisme di atas kedua premis
baik mayor dan minor masing-masing bersifat particular. Maka tidak sah diambil
satu konklusi. Kedua premis tersebut tidak harus diambil keputusannya. Karena
konklusi di atas hanya bersifat hipotesis sementara dan harus dibuktikan keabsahan
dan kebenarannya. Jika dibuat konklusi maka terdapat dua hipotesis yang harus
diuji. Sebagai berikut:
Ho : Sundel Bolong korupsi
Hi : Sundel Bolong tidak korupsi
Jika sudah diuji keabsahan dan kebenarannya, maka silogisme yang tepat dapat
diubah dengan mengedepankan syarat dan hukum silogisme kategorik yang
berlaku. Contohnya:
Premis mayor : Korupsi adalah perilaku tidak jujur
Premis minor : Sundel Bolong korupsi
Konklusi : Sundel Bolong berperilaku tidak jujur

2. On the one hand, the President of France, Macron, is consistent with the ideology
of Liberal. On the other hand, related to the caricature of the Prophet Muhammad,
the majority of Muslims in France do not condemn Macron, but Muslims outside
France, condemn Macron. Why, both Muslims, inside and outside France, have
different perceptions? Explain, this is in the perspective of the philosophy of
education.
Answer:
Menurut filsafat ilmu pendidikan, pemahaman liberalisme merupakan metode
pembelajaran dengan zaman terkini, pemecahan masalah merupakan konsentrasi
pendidikan yang utama. Kasus karikatur Nabi Muhammad sudah ada sejak lama,
namun muncul kembali di permukaan saat adanya pembunuhan kepada seorang
guru yang membawa karikatur Nabi Muhamaad kedalam kelas dalam pembelajaran
kebebasan berekspresi yang kemudian kebenaran akan hal ini masih dipertanyakan.
Adanya perbedaan Muslim dari dalam dan luar Perancis terhadap kasus karikatur
Nabi Muhammad terbagi menjadi tiga, secara ontology perbedaan persepsi yang
ada dikarenakan perbedaan hakikat kasus itu sendiri. Mayoritas penduduk Muslim
di Perancis menganggap mengolok-olok ajaran atau tokoh agama adalah bagian
dari ekspresi kebebasan berpendapat yang bersifat mutlak dan menjadi nilai sentral.
Masyarakat liberal Perancis percaya bahwa tidak ada figure dan objek yang tidak
bisa digambarkan, dikritik, dan disatirisasi. Sedangkan menurut masyarakat
Muslim di luar Perancis, misalnya di Asia objek material adalah kepanjangan
ontology dari tokoh suci yang sebenarnya. Masyarakat muslim di luar Perancis
mempercayai bahwa ada hubungan antara gambar dan tokoh yang digambarkan
sama dengan hubungan antara benda atau gambar dengan keyakinan agama. Maka
adanya kasus karikatur Nabi Muhammad diartikan sebagai bentuk blasphemy
terhadap Islam itu sendiri. Secara epistemology perbedaan persepsi didasarkan
pada sudut pandang hukum yang terjadi. Muslim di Perancis yang mayoritas adalah
imigran, suka tidak suka harus menaati hukum yang berlaku di Perancis. Hukum
mengambar karikatur tokoh apapun dilindungi dalam hukum Perancis dalam
Hukum Konstitusi dan Deklarasi Hak Asasi Manusia pada pasal 10 ayat satu yang
menyebutkan bahwa kebebasan berekspresi adalah hak setiap orang. Hal ini
mendasari secara runtut bahwa sebagai warga negara Perancis yang taat terhadap
aturan yang berlaku di negara tersebut. Sedangkan menurut Muslim di luar
Perancis, Indonesia contohnya hal serupa diatur dalam Undang-undang dan secara
jelas melanggar. Ketua bidang komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI),
Professor Huzaemah Tahido Yanggo, menjelaskan, pada tahun 1988, MUI dengan
tanda tangan KH Hasan Basri telah mengeluarkan fatwa soal penggambaran
Rasulullah. Fatwa MUI mengharamkan hal tersebut. Pelarangan visualisasi bukan
hanya kepada Nabi Muhammad, tetapi juga pada keluar serta para sahabat dengan
alasan yang sama. Huzaemah menjelaskan, dalam hadist Al-Bukhori dan Muslim
dinyatakan bahwa 'barang siapa yang berdusta tentang saya dengan sengaja, maka
dipersilakan menempati tempat duduknya di api neraka'. Muslim di Indonesia
melarang karena semua tindakan tersebut juga dinilai bertentangan dengan prinsip
dan nilai demokrasi, serta berpotensi menyebabkan perpecahan antar umat
beragama. Hal senada juga diungkapkan oleh Pemimpin Turki dan Paksitan yang
menyudutkan pendapat Macron bahwa tindakan tersebut tanpa moralitas dan
kesopanan serta hanya menambah benih kebencian dan permusuhan.
Sesungguhnya dalam praktik nyata, Muslim Perancis juga merasa keberatan atas
kasus yang terjadi dan berulang hingga menghilangkan nyawa berharga. Muslim di
Perancis beberapa diketahui mengugat penerbit yang mencetak karikatur Nabi
Muhammad namun ditolak. Putusan Pengadilan Eropa untuk Hak Asasi Manusia
untuk kasus Majalah Jyllands-Posten Denmark menyebut bahwa karikatur ini dapat
diterima karena ini kritik kepada fundamentalisme agama, bukan kepada agama itu
sendiri. Kritik ini dianggap sesuatu yang normal dalam masyarakat demokratis. Di
sinilah umat Islam merasa ada penerapan hukum yang arbitrer dan hipokrit. Dalam
sudut pandang filsafat secara aksiologi yang memandang dari segi manfaat untuk
manusia, kasus ini terkesan sengaja diperpanjang untuk menstigmatisasi Islam dan
penganutnya. Terjadinya tindakan radikal dengan membunuh tentu saja suatu
perbuatan barbarik yang tidak dapat diterima dan dibenarkan oleh siapapun. Namun
proses kejelasan untuk meminta keadilan tidak juga menemukan titik terang. Dalam
penerapan filsafat ilmu dan moral harus bersanding agar menimbulkan tanggung
jawab. Bersikap netral pada kondisi krisis moral adalah justru perbuatan amoral.
Sikap masyarakat Muslim yang tidak mengecam Macron dianggap secara deduktif
negative karena asas moral dalam hakikat nilai guna tidak diterapkan. Pada
dasarnya tindakan Macron membela karikatur Nabi Muhammad itu sudah
mencoreng kodrat dan martabat kemanusiaan, mencampuri permasalahan
kehidupan agama lain dan keberpihakan pada nilai dogmatis agama. Orang-orang
Perancis enggan untuk mengakui adanya perbedaan ideologi semiotik ini. Ini tentu
saja didukung oleh keyakinan narsistik bahwa cara berfikir mereka adalah yang
paling maju, beradab, bersifat universal, dan harus menjadi yard stick (ukuran) dari
segala-galanya. Andaikan ada pengakuan terhadap relativitas perspektif dan
penghormatan terhadap keberagaman, maka benturan sudut pandang yang
melahirkan korban nyawa tidak akan terjadi lagi. Sedangkan Muslim di luar
Perancis secara jelas menentang hal ini, mengecam, mengutuk Maccron sehingga
berakhir pada tindakan boikot produk dari Perancis. Hukum di Eropa sendiri yang
berbunyi bahwa ‘Pelaksanaan kebebasan ini, karena itu membawa serta tugas dan
tanggung jawab, dapat tunduk pada formalitas, kondisi, pembatasan, bahkan
hukuman sebagaimana ditentukan oleh hukum. Hal seperti itu diperlukan dalam
masyarakat demokratis, demi kepentingan keamanan nasional, keutuhan wilayah
atau keselamatan publik, untuk pencegahan kekacauan atau kejahatan, untuk
perlindungan kesehatan atau moral, untuk perlindungan reputasi atau hak orang
lain, untuk mencegah terungkapnya informasi rahasia, atau untuk menjaga otoritas
dan imparsialitas peradilan’. Secara empiris menjelaskan bahwa masyarakat
manapun di dunia ini pada kenyataannya tidak ada kebebasan berekspresi yang
absolut, termasuk di masyarakat liberal Barat. Oleh karena itu, Perancis sebaiknya
berhenti berpura-berpura dan mengklaim bahwa nilai kebebasan berekepresi yang
absolut benar-benar ada. Bersikukuh dengan nilai ini untuk melegalkan blasphemy
terhadap Islam selain menciderai perasaan milyaran kaum muslimin sedunia yang
semestinya menjadi partner strategis bagi Perancis, juga hanya menunjukkan
adanya double standard yang diterapkan. Kemudian menciptakan permasalahan
politik baru dengan mengatakan bahwa Islam merupakan agama dalam krisis di
seluruh dunia. Bahwa hal yang tepat untuk bersikap netral yang empiric adalah
dengan mengurus dapur agama umat sendiri, tanpa harus dipuji ataupun dihina.

3. In the history of the struggle of the Indonesian people, we know that Bung Karno,
Bung Hatta, and their friends were educated by the Dutch East Indies Government.
However, after graduating to become scholars, they turned to hate the Dutch East
Indies Government. Analysis, this is in the perspective of the Philosophy of Science
(education).
Answer:
Penyebab utama Bung Karno dan teman-teman melawan Hindia Belanda yang kala
itu sebagai kolonial yang menguasi bakal calon Indonesia adalah untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia. Secara ontology pejuang proklamasi mengikuti sekolah di
Hindia Belanda bukan semata-mata ingin sekolah di Hindia Belanda. Namun
karena kekuasaan colonial Hindia Belanda merata di Asia. Pendidikan yang
didapatkan pejuang proklamator sendiri sejatinya merupakan hutang kehormatan
dari Hindia Belanda yang diterapkan melalui sistem pendidikan di Indonesia pada
masa penjajahan Belanda sejak adanya Politik Etis. Pendidikan yang ada di
Indonesia saat itu meliputi, pendidikan dasar dengan pengantar Bahasa Belanda
yaitu ELS, HCS, HIS dan pendidikan dasar dengan pengantar Bahasa Daerah yaitu
IS, VS, VgS serta sekolah peralihan. Pendidikan lanjutan yang meliputi pendidikan
umum yaitu MULO, HBS, AMS dan dapat menlanjutkan dengna memilih di
pendidikan kejuruan dan pendidikan tinggi. Dalam pandangan epistemology Bung
Karno dan rekanan memulai pemberontakan terhadap kolonial Hindia Belanda
dimulai aat Bung Karno yang dinilai sebagai pemberontak disidang bersama tiga
rekannya, yaitu Gatot Mangkoepradja, Maskoen, dan Soepriadinata. Saat itu,
mereka didakwa atas tuduhan akan menggulingkan pemerintahan kolonial Hindia
Belanda. Dalam sidang itu, Bung Karno menulis pledoi atau pembelaan dengan
judul 'Indonesie Klaagt Aan' atau 'Indonesia Menggugat'. Pledo itu dibacakan Bung
Karno dalam dua hari persidangan yaitu pada 1-2 Desember 1930. Pledoi itu sendiri
dibuat Bung Karno selama dalam penjara, tepatnya di Penjara Banceuy yang
berlokasi di sekitar Jalan Banceuy, Kota Bandung. Seiring berjalannya waktu, Bung
Karno dan tiga kawan seperjuangannya dijatuhi hukuman penjara 4 tahun 6 bulan.
Mereka kemudian mendekam di Penjara Sukamiskin. Gerakan-gerakan
Nasionalisme yang menjadi era baru kemerdekaan Indonesia dimulai sejak
diberlakukan Politik Etis itu sendiri, para nasionalisme Komponen pendidikan
dalam politik ini berkontribusi signifikan pada kebangkitan nasionalisme Indonesia
dengan menyediakan alat-alat intelektual bagi para elite masyarakat Indonesia
untuk mengorganisir dan menyampaikan keberatan-keberatan mereka terhadap
pemerintah kolonial. Politik Etis ini memberikan kesempatan lewat sistem edukasi,
untuk sebagian kecil kaum elit Indonesia, untuk memahami ide-ide politik Barat
mengenai kemerdekaan dan demokrasi. Maka, untuk pertama kalinya orang-orang
pribumi mulai mengembangkan kesadaran nasional sebagai 'orang Indonesia'.
Gerakan-gerakan penting lainnya yang menyebabkan terbukanya pemikiran politik
pribumi adalah Muhammadiyah, gerakan reformis sosio-religius Islam yang
didirikan pada tahun 1912 dan Asosiasi Sosial Demokrat Hindia, gerakan komunis
yang didirikan pada tahun 1914 yang menyebarluaskan ide-ide Marxisme di Hindia
Belanda. Perpecahan internal di gerakan ini kemudian mendorong pendirian Partai
Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1920. Pada awalnya, pemerintah kolonial
Belanda mengizinkan pendirian gerakan-gerakan politik lokal namun ketika
ideologi Indonesia diradikalisasi pada tahun 1920an (seperti yang tampak dalam
pemberontakan-pemberontakan komunis di Jawa Barat dan Sumatra Barat di tahun
1926 dan 1927) pemerintah kolonial Belanda mengubahkan kebijakannya. Sebuah
rezim yang relatif toleran digantikan dengan rezim represif yang menekan semua
tindakan yang diduga subversif. Rezim represif ini justru memperparah keadaannya
dengan meradikalisasi seluruh gerakan nasionalis Indonesia. Sebagian dari para
nasionalis ini mendirikan Partai Nasionalis Indonesia (PNI) pada tahun 1927
sebagai sebuah reaksi terhadap rezim yang represif. Tujuannya adalah mencapai
kemerdekaan penuh untuk Indonesia. Secara aksiologi kebencian yang ada
terhadap Hindia Belanda didasari atas tidak adanya moralitas dan kemanusian yang
diberikan kepada orang pribumi, penyiksaan dan kerja paksa berlarut-larut
kemudian menimbulkan pemikiran merdeka dari para pejuang dan timbul rasa
nasionalisme. nasionalisme Indonesia dibentukkan oleh kesadaran para pemuda
dan bangsa Indonesia yang beragam itu (apa pun latar belakangnya, etnisnya,
budayanya atau agamanya) bahwa mereka memiliki satu musuh bersama-bersama,
yaitu para penjajah Belanda. Justru karena memiliki satu musuh yang kuat ini,
bangsa yang sangat beragam itu sempat bersatu, menjadi bangsa Indonesia. Itu juga
menjelaskan kenapa - setelah musuhnya itu telah hilang pada tahun 1949 - muncul
periode kacau yang berkepanjangan dalam politik dan masyarakat Indonesia antara
tahun 1949 dan 1967. Dengan musuhnya hilang, tiba-tiba semua perbedaan
mendasar antara rakyat Indonesia muncul ke permukaan yang kemudian
mengakibatkan pemberontakan (PRRI di Sumatra dan Semesta di Sulawesi),
panggilan untuk separatisme (Aceh dan Maluku), dan panggilan untuk mendirikan
negara Islam (Darul Islam). Hanya ketika sebuah rezim otoriter yang baru, yaitu
Orde Baru Suharto, mengambil kendali, kekacauan tersebut jadi hilang (dan, sama
seperti waktu penjajahan Belanda, dengan mengorbankan hak asasi manusia). Maka
demi kepentingan nasionalisme (untuk menjaga kesatuan Indonesia), pemerintah
Indonesia (pas setelah kemerdekaan) sengaja tidak menyebutkan (misalnya dalam
buku-buku sekolah) bahwa daerah-daerah dan pulau-pulau masing-masing tidak
memiliki sejarah yang sama dalam konteks penjajahan.
4. Science is essentially value-free. The IVF process, according to religious
teachings, is justified, can be carried out, if the male and female parties are legally
married, and this is in line with the nature of this value-free science. How do you
comment on this, explain in the perspective of the philosophy of science.
Answer:
Bayi tabung atau inseminasi buatan merupakan wacana yang telah lama ada dan
dapat dilihat tataran empiriknya sekarang. Bayi tabung dilihat dari sudut ontologi
merupakan hasil temuan dari sebuah ilmu pengetahuan tentang reproduksi Bayi
tabung adalah pembuahan in vitro yang teknik pembuahan dari sel telur dibuahi di
luar tubuh wanita. Ini merupakan salah satu metode untuk mengatasi masalah
kesuburan. Sel telur dan sel sperma diambil dan menjalani proses pembuahan di
luar kandungan pada satu tabung yang dirancang secara khusus. Setelah terjadi
pembuahan lalu menjadi zigot kemudian dimasukkan ke dalam Rahim sampai
dilahirkan. Ilmu bebas nilai artinya pengetahuan dikembangkan hanya berdasarkan
pada pengetahuan saja tidak boleh dikembangkan berdasarkan pertimbangan lain
di luar pengetahuan. Namun tuntutan bebas nilai bersifat tidak mutlak karena harus
tetap peduli pada nilai kebenaran dan kejujuran. Bayi tabung dalam keilmuan
adalah upaya untuk memperoleh ketururan dengan bantuan pengetahuan dan
berlangsung di laboratorim dan dilaksanakan oleh tenaga medis sampai
menghasilkan suatu embrio dan diimplementasikan ke dalam rahim wanita yang
mengikuti program tersebut. Secara epistemology ada dua metode dalam proses
bayi tabung, yaitu konvensional dan injeksi sperma intra sitoplasma (Intra
Cytoplasmic Sperm Injection/ICSI). Dua metode ini dilakukan dengan berbagai
pertimbangan yang berbeda. Metode konvensional dilakukan jika berdasarkan
pertimbangan medis, sel sperma masih dapat berenang dan membuahi sendiri sel
telur. Pada teknik ini pertama dilakukan perangsangan indung telur (superovulasi).
Perangsangan berlangsung 5-6 minggu sampai sel telur dianggap cukup matang
untuk "dipetik". Selanjutnya, sel telur diambil dengan tuntunan alat ultrasonografi
melalui vagina. Ketika sel telur tersebut disimpan dalam inkubator, sperma
dikeluarkan, dibersihkan, lalu diambil sekitar 50.000 - 100.000 sperma. Sperma
tersebut disebarkan di sekitar sel telur dalam sebuah wadah khusus. Dari sinilah
kemungkinan nama bayi tabung berasal, karena pembuahan berlangsung dalam
sebuah tabung. Sel telur yang telah dibuahi, ditandai dengan adanya dua sel inti,
segera membelah menjadi embrio. Maksimal empat embrio yang berkembang
ditanamkan ke rahim. Proses selanjutnya tak jauh berbeda dengan kehamilan biasa.
Tingkat keberhasilan metode ini sekitar 15% dan jika pertimbangan teknis maupun
fisiologis tak memungkinkan metode konvensional maka metode ICSI adalah
pilihan terakhir. Teknologi reproduksi buatan merupakan hasil kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berprinsip netral dan dikembangkan untuk
meningkatkan derajat hidup dan kesejahteraan umat manusia. Dalam
pelaksanaanya yang akan berbenturan dengan berbagai moral, etika, dan hukum
yang komplek sehingga memerlukan pertimbangan dan pengaturan yan gbijaksana
dalam rangka memberikan jaminan perlindungan hukum terhadap semua pihak
yang terlibat dan tetap mengaju kepada penghormatan harkat dan martabat manusia
serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Di Indonesia sendiri hukum pelaksanan
program bayi tabung selaras dengan hukum agama yang berlaku diatur dalam UU
Kesehatan no. 36 tahu 2009 pasal 127 yang menyatakan bahwa upaya kehamilan di
luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan
ketentuan yang berlaku. Undang-undang ini juga didukung oleh Keputusan Menteri
Kesehatan No. 72/Menkes/Per/II/1999 tentang Penyelenggaraan Teknologi
Reproduksi Buatan yang berisikan ketentuan umum, perizinan, pembinaan, dan
pengawasasan. Ada dua metode dalam proses bayi tabung, yaitu konvensional dan
injeksi sperma intra sitoplasma (Intra Cytoplasmic Sperm Injection/ICSI). Dua
metode ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan yang berbeda. Metode
konvensional dilakukan jika berdasarkan pertimbangan medis, sel sperma masih
dapat berenang dan membuahi sendiri sel telur. Pada teknik ini pertama dilakukan
perangsangan indung telur (superovulasi). Perangsangan berlangsung 5-6 minggu
sampai sel telur dianggap cukup matang untuk "dipetik". Selanjutnya, sel telur
diambil dengan tuntunan alat ultrasonografi melalui vagina. Ketika sel telur tersebut
disimpan dalam inkubator, sperma dikeluarkan, dibersihkan, lalu diambil sekitar
50.000 - 100.000 sperma. Sperma tersebut disebarkan di sekitar sel telur dalam
sebuah wadah khusus. Dari sinilah kemungkinan nama bayi tabung berasal, karena
pembuahan berlangsung dalam sebuah tabung. Sel telur yang telah dibuahi,
ditandai dengan adanya dua sel inti, segera membelah menjadi embrio. Maksimal
empat embrio yang berkembang ditanamkan ke rahim. Proses selanjutnya tak jauh
berbeda dengan kehamilan biasa. Tingkat keberhasilan metode ini sekitar 15% dan
jika pertimbangan teknis maupun fisiologis tak memungkinkan metode
konvensional maka metode ICSI adalah pilihan terakhir. Dalam sudut pandang
aksiologi program bayi tabung tidak sesuai dengan budaya dan tradisi ketimuran.
Beberapa agamawan menolak IVF sebab berasumsi bahwa tindakan tersebut
mengintervensi pada kehendak Tuhan yang berarti ikut campur dalam hal
penciptaan yang tentunya menjadi hak priogratif Tuhan. Nilai etika dan norma
program bayi tabung dianggap baik jika sesuai dengan syarat dan ketentuan yang
berlaku. teknik bayi tabung tidak memiliki nilai moral. Ada tiga alasan. Yang
pertama di dalam proses bayi tabung, tidak terjadi hubungan seksual yang
merupakan simbol cinta antara pria dan wanita. Padahal proses hubungan seksual
amatlah penting, dan itu merupakan “bahasa” yang melandasi hubungan antara
suami dan istrinya. Yang kedua di dalam prosedur bayi tabung, hanya satu sperma
bertemu dengan satu ovum, supaya bisa tercipta pembuahan, yang juga disebut
sebagai embrio. Yang kemudian digunakan hanyalah satu embrio saja. Artinya
pemahaman bahwa sains itu otonom sebenarnya adalah pernyataan yang palsu.
Karena sains itu tidak bebas nilai, maka teknologi juga tidak bebas nilai. Lagi pula
teknologi itu bertolak dari niat manusia yang merancangnya, untuk apa teknologi
itu dirancang (designed). Dari segi inipun teknologi tidak bebas nilai. Diambil
kesimpulan pada program IVF ilmu bebas nilai tidak sesuai dengan konsep
kebenaran dan kebaikan. Pada program IVF, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diterapkan harus berdasar pada nilai kebaikan dan kebenaran yang berlaku pada
manusia itu sendiri.

5. René Descartes, stated that human nature is "Cogito Ergo Zum", I think therefore
I exist. About God and man. That God as an infinite substance, while humans as
a finite substance. If there is a group of people whose existence is limited, they
declare that they are obliged to defend the existence of God whose existence is
infinite. So it can be justified scientifically. Analysis, this is with the perspective of
the philosophy of science (education).
Answer:
Berbicara soal Tuhan sebagai zat yang tidak terbatas, mengarah kepada hakikat
Tuhan itu sendiri, Tuhan adalah wujud yang haq (benar) yang bukan asal tidak ada
menjadi ada. Tuhan itu mustahil tidak ada. Tuhan itu selalu ada dan akan selalu ada.
Tuhan adalah wujud sempurna yang tidak didahului wujud lain, tidak berakhir dan
tidak dapat diserupai. Manusia tidak memiliki wewenangan untuk menilai Tuhan
karena manusia adalah ciptaan Tuhan dan Tuhan adalah Pencipta alam semesta.
Sebagai ciptaan, manusia memiliki pengetahuan yang amat terbatas. Sedangkan
Tuhan memiliki pengetahuan tak terbatas dan tak terjangkau pemikiran manusia.
Definisi terbatas secara ontology manusia tentu saja segala suatu yang memiliki
batas dimana manusia bisa mengukur dan atau bisa membayangkan tepi batas
terakhirnya nya, misal yang berwujud materi. Wujud yang terbatas dalam arti bisa
ditangkap dan diukur hingga ke tepi batas akhirnya, alam semesta walau tak bisa
diukur luasnya oleh keserba terbatasan manusia tetapi masih bisa dibayangkan
sebagai suatu yang terbatas karena alam semesta adalah wujud materi dan manusia
tahu bahwa materi apapun bentuknya adalah pasti wujud yang terbatas sehingga
seluas apapun alam semesta tentu ia terbatas atau memiliki batas akhir. Hal dalam
non materi pun masih terbatas, misalnya pikiran manusia dapat dibayangkan sendiri
dengan batas kemampuan dan kapasistasnya. Untuk memahami yang maha tak
terbatas manusia yang terbatas harus diberi batasan berupa definisi yang kiranya
bisa ia tangkap dan fahami dengan pengertiannya. Maka Tuhan memberi manusia
batasan definisi agar diri-Nya bisa dipahami oleh yang terbatas seperti manusia
yaitu dengan memberi manusia definisi tentang diri-Nya sebagaimana yang
dideskripsikan dalam kitab suci: maha esa-maha tahu-maha baik-maha kuasa-maha
adil-maha bijak, dan sebagainya. Bila tuhan terbatas maka suatu saat ilmu
pengetahuan tentang Tuhan akan berakhir, sebab itu karena Ia maha tak terbatas
maka Ia akan senantiasa menjadi misteri yang tak akan pernah berakhir. Secara
epistemology keberadaan Tuhan pencipta alam ialah esa dari sebagala bentuk dan
dia berbeda dengan alam. Tiap-tiap benda, memiliki 2 hakikat yaitu hakikat
particular (juz’i) yang disebut dengan aniah dan hakikat universal (kulli), yang
disebut dengan mahiah, yaitu hakikat yang bersifat universal yang terdiri atas genus
dan spesies. Tuhan dalam filsafat AL-Kindi tidak memiliki hakikat dalma arti aniah
atau mahiah. Tuhan tidak aniah karena dia tidak termasuk bagian dari benda-benda
yang ada dalam alam, karena Dia ialah pencipta alam. Dia tidak tersusun dari materi
dan bentuk (al hayyula huwa al surah). Tuhan juga tidak mempunyai hakikat dalam
bentuk mahiah karena Tuhan bukan terdiri atas genus dan spesies. Tuhan hanya
satu dan Ia tidak akan serupa dengan ciptaannya. Tuhan unik, yang benar pertama
dan yang benar tunggal. Hanya tuhanlah satu, selain ia semuanya mengandung arti
banyak. Pembuktian ini pada dasarnya berangkat dari kenyataan tentang adanya
aturan-aturan yang terdapat dalam alam semesta yang tertib, tapih dan bertujuan.
Secara sederhana pembuktianin i beranggapan bahwa: 1) Serba teraturnya alam
memiliki tujuan, 2) Serba teraturnya dan keharmonisan ala mini tidaklah oleh
kemampuan alam itu sendiri, 3) Di balik ala mini ada sebab yang Maha Bijak.
Secara aksiologi nilai moral bahwa manusia sebagai makhluk terbatas senantiasa
bertanggungjawab atas perbuatannya kepada sang Pencipta, dengan cara
memahami ekstensi kemahaan Tuhan itu sendiri. Dengan menjalankan segala
sesuatu yang sudah diturunkan Tuhan sebagai wahyu untuk mempertahankan
ketuhanan itu sendiri. Manusia sebagai makhluk terbatas kemudian akan
menjumpai ketiadaan setelah batas waktu kehidupannya selesai di dunia nyata.
Ketiadaan di dunia nyata ini, kemudian aktivitas yang pernah dilakukan harus
dipertanggungjawabkan menuju ketidakterbatasan itu sendiri.

6. The term of office of the President. On the one hand, some agree only two periods.
On the other hand, some agree three periods. Analysis of this, in the perspective of
the philosophy of science (education).
Answer:
Secara ontology masa jabatan Presiden selama dua periode diatur dalam Perubahan
atas UUD 1945 ini meliputi Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 ayat (2),
Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) dan (3), Pasal 20, dan Pasal 21. Perubahan pada
Pasal 7 ini membatasi masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI sehingga
maksimal dua periode. Selain itu, beberapa kewenangan Presiden RI harus
berkoordinasi dengan DPR berdasarkan perubahan ini. Sudah berlaku sejak masa
pemerintahan Presiden BJ. Habibie. Tentu adanya wacana masa jabatan tiga
periode ini melanggar dari UUD 1945 yang dianggap sebagai imajinas politik
belaka. Wacana masa jabatan presiden tiga periode kembali menghangat setelah
muncul relawan Jok-Pro mendukung Presiden Joko Widodo maju kembali di
Pilpres 2024 berpasangan dengan Prabowo Subianto. Menilik maksud
epistemology adanya wacana ini dari orang-orang yang memiliki kepentingan
sendiri. Berdasarkan wacana yang timbul Saiful Mujani Research and Consulting
(SMRC) melaporkan survei mengenai perlunya perubahan masa jabatan presiden
dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Hasilnya, SMRC mencatat sebanyak
74% masyarakat menginginkan presiden hanya boleh menjabat selama dua periode
dengan lama jabatan masing-masing selama lima tahun. Wacana masa jabatan
Presiden selama 3 periode menimbulkan banyak problematika baru, wacana ini
menimbulkan kekhawatiran adanya polarisasi yang besar dari masyarakat
Indonesia. Secara aksiologi perbedaan dari sampel penelitian masyarakat
perbedaan yang mencolok bahwa kurang dari 30% masyarakat yang mengingkan
masa jabatan Presiden menjadi 3 periode. Tentu pendapat ini tidak dapat menggugat
konstitusi nasional yang sudah ada. Namun jika terindikasi akan digelarnya
amandemen peraturan yang baru oleh MPR, jika ini dipaksakan dan publik tidak
banyak yang terlibat atau partisipasi yang luas, bisa jadi ada social disobedience,
atau gerakan sosial yang mungkin anti-pemerintahan Joko Widodo. Nilai kebaikan
dari adanya wacana ini sendiri negative. Masa jabatan presiden 3 periode tidaklah
beralasan secara historis, filosofis, dan sosiologis. Bahkan usulan tersebut sangat
prematur. Menurutnya, yang perlu dibenahi merevisi sistem seleksi kepemimpinan
nasional yang membatasi jumlah calon presiden melalui aturan presiden threshold.
Selain itu, membangun sistem dan budaya terhadap pejabat negara yang gagal
memenuhi janjinya masa kampanye agar mengundurkan diri dan memberikan
kesempatan ke orang yang lebih mampu mengelola negeri ini menjadi lebih baik.
Perbedaan pendapat yang ada dimasyarakat adalah suatu kewajaran, namun
memaksakan sebuah wacana yang akan menimbulkan nilai tidak etis dalam
kehidupan masyarakat, sebaiknya dihindari. Peneliti Senior Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (Lipi) Prof Siti Zuhro berpandangan wacana yang bergulir
perpanjangan masa jabatan presiden 3 periode tak relevan dibahas MPR. Hal ini
bertentangan dengan semangat gerakan reformasi 1998 silam. Menurutnya,
pembatasan masa jabatan 2 periode bertujuan menciptakan sirkulasi kepemimpinan
yang pasti. Sistem demokrasi yang disepakati sejak 1998 memerlukan konsistensi
dan komitmen semua komponen bangsa. Karena itu, para elit terikat dengan
kesepakatan yang telah dibangun pada gerakan reformasi, bukan malah membuat
gaduh dan membingungkan masyarakat. Begitu pula dengan aturan hukum yang
disepakati mesti ditaati para pejabat publik agar tidak diisi oleh orang dalam waktu
yang lama.

7. Scientists have responsibilities: (1) professional responsibility, (2) moral


responsibility, (3) political responsibility. Where is the relevance, that is, to
Einstein as the inventor of the atomic bombs that destroyed Hiroshima and
Nagasaki? Explain it from the perspective of the philosophy of science (education).
Answer:
Ontologi pengeboman Hiroshima dan Nagasaki adalah satu peristiwa yang paling
menentukan dalam Perang Dunia ke 2 di wilayah Pasifik. Dijatuhkannya bom atom
di dua kota itu seketika merontokkan mental tentara Jepang yang sebelumnya tidak
mau menyerah. Di sudut lain, peristiwa tersebut telah menelan banyak korban jiwa
yang mayoritasnya berasal dari penduduk sipil. Selain ratusan ribu korban jiwa,
tercatat juga sejumlah kerusakan infrastruktur dan radiasi yang dihasilkan. Alkisah,
pada 26 Juli 1945, Presiden AS Truman, PM Inggris Clement Attlee dan Presiden
Nasionalis Cina Chiang Kai Shek bersama-sama mengeluarkan sebuah Deklarasi
Postdam. Deklarasi itu berisi seruan penyerahan tanpa syarat dari Jepang dan
mencantumkan persyaratan perdamaian tambahan. Kendati Deklarasi Postdam
sudah menjelaskan bahwa Jepang bakal menghadapi konsekuensi berat kalau
mereka memilih untuk melanjutkan perang, pada akhirnya Jepang tetap menolak
ultimatum tersebut. Penelitian terbaru tentang uranium di tahun 1930-an benar-
benar membuat Einstein berguncang. Penemuan itu memungkinkan umat manusia
dapat menemukan sumber energi besar terbaru, tapi sekaligus dapat menciptakan
alat pemusnah massal yang paling mematikan: bom atom. Einstein tak mau
penemuan tersebut jatuh ke tangan orang yang salah. Dalam sudut pandang
epistemology untuk menindaklanjuti temuan terbaru itu, Einstein mengirim surat
ke Presiden Amerika Serikat Franklin D Roosevelt pada hari ini 11 Oktober 81
tahun lalu atau pada 1939. Ia mendorong agar presiden AS bersedia mendukung
penelitian tersebut secepat mungkin. Sebab penemuan serupa telah dikembangkan
Jerman yang dipimpin Nazi. Empat bulan sebelumnya, para fisikawan berhasil
menciptakan sebuah inovasi yang berhasil merumuskan cara untuk membuat
sebuah reaksi nuklir berantai (nuclear chain reaction) dalam skala besar. Hal itu
yang nantinya dapat menciptakan kekuatan besar dan menghasilkan elemen radium
baru dalam jumlah besar. "Fenomena baru ini juga akan mengarah pada
pembangunan bom, dan bisa dibayangkan meskipun belum pasti bahwa bom jenis
baru yang sangat kuat dapat dibangun," tulis Einstein dalam suratnya. Dua paragraf
lagi dalam surat tersebut berisi uraian langkah-langkah yang perlu diambil untuk
mempercepat penelitian uranium. Einstein juga mencatat sebuah peringatan bahwa
penjualan uranium telah dihentikan di Cekoslowakia, salah satu wilayah yang
mengandung mineral uranium dengan kuantitas dan kualitas yang baik. Einstein
juga membocorkan rahasia, penelitian serupa sedang diupayakan Jerman. Einstein
sebetulnya tidak pernah menduga bahwa ia akan menulis surat seperti itu. Terlepas
dari fakta bahwa ia adalah seorang pasifis --pecinta damai--, ia tak percaya bahwa
energi dari atom akan benar-benar diciptakan. Bahkan ketika neutron dalam atom
baru ditemukan pada tahun 1932 ia sempat mengatakan "tidak ada indikasi
sedikitpun bahwa energi itu bisa diperoleh. Artinya atom jangan sampai dipecahkan
sesuka hati," katanya seperti ditulis The New York Times. Namun harapan Einstein
pupus. Pada 1938 ilmuwan Jerman berhasil membelah atom uranium. Mereka
segera membuat cetak biru penemuan mereka pada akhir Januari 1939. Oleh
karenanya Amerika Serikat bersiap melaksanakan invasi ke Jepang untuk memaksa
Jepang mengakhiri perang. Itu membuat Einstein ketakutan, pasalnya Jerman saat
itu dipimpin oleh seorang fasis Adolf Hitler. Ketakutan yang sudah dipendam
bahkan sebelum Nazi menyapu tanah kelahirannya. Einstein dan fisikawan Niels
Bohr berpandangan bahwa mereka tidak mendukung adanya penelitian soal fisi
uranium --pengetahuan yang nantinya melahirkan bom atom. Para ilmuwan
khawatir dengan kemajuan ilmuwan Jerman. Mereka khawatir bila Hitler
mendapatkan bom atom terlebih dahulu, ia akan memiliki senjata super untuk
meningkatkan dominasi kekuatannya di dunia. Atas dasar itu, Einstein meminta
kepada Presiden Roosevelt untuk segera menggencarkan penelitian mereka. Dari
beberapa penelitian, akhirnya dibangunlah proyek manhattan atau Manhattan
Engineering District yang bertujuan untuk mengembangkan bom atom pertama.
Proyek pembuatan bom nuklir ternyata tidak sesuai harapan Einstein. Amerika tak
menggunakan bom atom itu untuk melawan Jerman. Tiga bom nuklir yang
diciptakan dari proyek tersebut diledakan di berbagai tempat. Pertama sebagai uji
coba di Alamogordo, New Mexico. Dan dua lagi diledakan di Kota Nagasaki dan
Hiroshima Jepang. Dalam nilai aksiologi Einsten kemudian mengutarakan
kekecewaannya. "Saya dapat membakar tangan saya karena menulis surat kepada
Roosevelt," kata Einstein. Dari sisi ini Einsten yang seorang pecinta damai merasa
ilmu mengenai teknologi yang ditemukannya digunakan untuk hal yang merusak.
Einsten yang pada maksudnya menghindari Nazi dengan hijrah ke US agar ilmu
yang dimilikinya tidak digunakan oleh pengusaha. Namun kenyataan berkata lain,
penguasa menggunakan bom nuklir atas dasar kepentingan nasional untuk
mengakhiri Perang Dunia II. Albert Einstein adalah salah satu dari banyaknya
ilmuwan, yang hasil penemuannya disalahgunakan oleh beberapa orang. Bahkan
akibat teori yang ditemukannya itu, Einstein dianggap menjadi pembuka gerbang,
dimulainya era nuklir di dunia. Einsten dalam pengambilan keputusan politiknya
paham benar bahwa politik selalu bersifat bermata dua seperti simalakama, dan
bersifat netral dalam krisis moral adalah sikap yang amoral.

Anda mungkin juga menyukai