Anda di halaman 1dari 4

Endy Julisetiawan

Senior Manufacturing Leader, TPM Instructor and Certified PMP

Total Productive Maintenance (TPM), Menuju Budaya Kerja yang Lebih


Produktif
May 23, 2014 • 33 Suka • 15 Komentar

Jika memabaca judul di atas mungkin bagi sebagian pembaca yang mengenal apa itu TPM akan
memiliki konotasi “maintenance”, “pemeliharaan”, “teknisi” dan hal-hal yang berhubungan dengan
kegiatan pemeliharaan yang membosankan. Padahal makna TPM jauh lebih luas daripada sebuah
kegiatan pemeliharaan atau operasional produksi manufacturing. TPM adalah sebuah budaya kerja
khususnya di bidang manufacturing dan operasional. TPM adalah sebuah “manufacturing tools” yang
tetap aplikatif dalam semua kegiatan operasional sejak era Toyota Way hingga Lean Six Sigma.

Dunia Industri Manufaktur di Indonesia

Tentunya kita sangat paham kondisi industri manufaktur yang beberapa waktu belakangan ini marak
dengan unjuk rasa pekerja yang menuntut kenaikan upah, jaminan social yang lebih baik dan
sebagainya. Tentunya hal ini sangat mengganggu kinerja produktifitas perusahaan dan membuat
hubungan manajemen dan pekerja menjadi tidak harmonis dan dipenuhi suasana saling curiga. Apa
pun kondisinya, sebenarnya kedua belah pihak menerima akibat negative dari situasi ini.

Penulis bukan pakar dalam permasalahan Hubungan Industrial, namun di tengah situasi hubungan
industrial secara umum yang kurang kondusif kita masih beruntung dengan kenyataan di lapangan
yang menunjukkan iklim investasi yang masuk ke tanah air masih menjanjikan. Komplek-komplek
Industri (Industrial Estate) terus berkembang, bahkan sebagian mengeluh kekurangan lahan untuk
memenuhi permintaan investor. Tentunya kondisi ini menyebabkan kenaikan harga lahan mecapai
200% dalam kurun waktu kurang dari 12 bulan.

Salah satu investor pernah mengungkapkan kepada penulis alasan Indonesia masih menarik bagi
investor asing adalah tersedianya tenaga kerja terampil-skilled worker dalam jumlah yang cukup. Hal
ini yang membedakan dengan salah satu Negara tetangga yang dalam dasa warsa terakhir menjadi
pesaing kuat Indonesia dalam menarik investor dalam sector industri, Vietnam. Tentunya modal ini
menjadi tidak berarti ketika iklim dan budaya kerja tidak memberikan dorongan lebih besar bagi
tercapainya produktivitas kerja yang optimal. Sebaliknya modal yang sangat baik ini dapat menjadi
competitive edge bagi dunia Industri di Indonesia untuk menuju persaingan global.

Menciptakan Budaya Kerja Positif dan Mencapai World Class Manufacturing Standard

Dalam sebuah industri manufaktur ataupun industri yang lain, pihak manajemen dan karyawan
memiliki saling ketergantungan dalam arti yang positif. Jika situasi saling ketergantungan ini
dipahami dengan baik dan benar oleh kedua belah pihak tentunya yang akan terjadi adalah sinergi
yang positif dan bukan yang sebaliknya.

TPM dapat menjadi path way menuju sinergi positif tersebut. Pertanyaannya adalah, kenapa harus
TPM? Kenapa bukan TQM? Atau Lean Manufacturing yang digadang-gadang sebagai alat canggih yang
dapat menyulap sebuah kegiatan manufaktur menjadi sangat efisien dan efektif.

33 Suka
15 Komentar
Apa pun inisiatif yang dipilih tentunya akan ada sesuatu yang positif yang akan dihasilkan dari
aktifitas tersebut, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Jangka panjang? Mungkin
menarik untuk ditelaah bersama pengalaman “hands on” dari penulis selama bergulat dalam dunia
industri manufaktur 15 tahun terakhir.

Pada saat kita membicarakan Lean Manufacturing kita akan melihat sebuah usaha untuk mencapai
kegiatan manufaktur yang smooth dan slim mulai dari supplier incoming hingga pada pendistribusian
barang jadi. Sebuah kondisi yang ideal. Jika kita membicarakan Six Sigma, kita akan melihat sebuah
kualitas produk yang koinsisten dalam hal kualitas yang hanya memiliki satu per sejuta kemungkinan
mengalami cacat. Apakah itu semua mungkin? Jawabannya, adalah YA. Namun apakah Lean
Manufacturing dan Six Sigma dapat tercapai jika kondisi production shoop floor masih carut marut
dengan jam break down yang tinggi, waktu ganti produk yang lebih dari 1 shift, dan kondisi saling
menyalahkan antara tim produksi dan tim teknik atau engineering. Semua akan menjadi tidak
mungkin untuk tercapainya sebuah manufaktur yang Lean atau produk dengan kualitas Six Sigma.

Penulis meyakini dan mengalami bahwa TPM akan memberikan dasar yang kuat bagi sebuah
manufaktur untuk bergerak sesuai strategy perusahaan.

Industri manufaktur mencakup sinergi antara pihak manajemen – karyawan – asset (mesin dan
fasilitas penunjang). Atau dengan kata lain TIME-QUALITY dan EFFORT. Dengan implementasi TPM
secara “benar” dan “menyeluruh” karyawan akan mendapat apresiasi yang layak dan luas untuk
mengembangkan kemampuan/skill nya, menyampaikan gagasan, dan sekaligus berusaha
mewujudkannya di lapangan. Dalam suatu siklus PDCA (Plan-Do-Check-Again; not Cancel Again) yang
sudah lama kita kenal akan banyak muncul ide-ide Keizen / Continuous Improvement dari lingkungan
kerja. Cara kerja makin efektif, biaya makin efisien, dan secara menyeluruh Perusahaan dan
Karyawan makin “sehat”.

Total Productive Maintenance (TPM) @Glance

Dalam bahasa yang sangat sederhana adalah suatu usaha terus menerus (seumur hidup) melawan
rugi-rugi (losses) melalui perbaikan terus menerus (Continuous Improvement).

Kenapa harus dimulai dari TPM sebelum melangkah ke Lean Manufacturing, Six Sigma dan
sebagainya? Karena:

1. Dimulai dari hubungan antara manusia (operator) dengan mesin

2. Berorientasi pada hasil; Target ditetapkan pada menghilangkan sumber masalah dan aktifitas NON
Value Added yang akan menghasilkan unjuk kerja yang semakin meningkat

3. Program yang bertahap dan berkesinambungan

4. Overlapping small group activities (Circle)

5. Terbukti pada banyak perusahaan di Indonesia maupun seluruh dunia

TPM pada dasarnya mempunyai ultimate goal : Zero Breakdown, Zero Defect, Zero Accident, dengan
penakanan pada filosofi dan budaya perbaikan secara terus menurus. TPM memiliki fondasi 5S (atau 5
R dalam terjemahan Indonesia), diatas Pondasi 5 S terdapat 8 Pillar TPM, yaitu: Autonomous
Maintenance, Plant Maintenance, Focused Improvement, Quality Maintenance, Early Product & Machine
Management,
33 Suka Training dan Health Safety Environment, TPM in Office (Administration). Ke delapan pillar
ini harus dilaksanakan secara menyeluruh agar tercipta perubahan budaya. Dengan komitmen yang
15 Komentar
kuat dari Top Management terutama sebagai Change Management Agent, dalam kurun waktu 2-3
tahun kita akan melihat suatu kegiatan manufacturing yang sangat berbeda dan jauh lebih produktif.

Secara singkat ke delapan pillar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Autonomous Maintenance

Tujuan dari kegiatan AM adalah tercapainya kondisi mesin yang stabil sesuai dengan standardnya
(standard performance), yang kedua, meningkatkan kemampuan operator untuk melakukan
pemeliharaan secara rutin dengan cleaning, inspeksi dan mendeteksi keadaan abnormal.

1. Plant Maintenance (Effective Maintenance)

Kegiatan PM bertujuan untuk mengurangi variability umur pakai dari mesin dan part-partnya,
sekaligus menerapkan upaya-upaya untuk memperpanjang umur dari mesin-mesin tersebut.

1. Focused Improvement

Semua kegiatan dengan memaksimalkan/menigkatkan efisiensi mesin melalui kegiatan-kegiatan


menghilangkan rugi-rugi dan meningkatkan kinerja.

1. Quality Maintenance

Kegiatan yang berkaitan untuk menetapkan standard mesin sehingga tidak menghasilkan produk
yang cacat. Mencegah cacat quality yang terjadi secara bersamaan. Quality Maintenance didasarkan
pada 2 aspek kegiatan: Kaizen dan AM.

1. Early Product and Machine Management

Kegiatan yang menitik beratkan pada penurunan waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan
produk dari ide hingga produksi penuh (Vertical start up – free of bugs and right first time).

1. Training

Kegiatan pelatihan yang bertujuan menghasilkan kompetensi tentang peralatan dan mesin yang
digunakan pada karyawan. Kegiatan training ini bersifat di dalam kelas maupun praktek langsung di
lapangan. Pillar ini merupakan kunci sukses proses pengembangan TPM.

1. Health Safety Environment

Rangkaian kegiatan yang bertumpu pada perilaku manusia terhadap keselamatan kerja, keamanan
mesin dan kepemimpinan. Pillar ini didasarkan pada seluruh pillar yang lain.

1. TPM in Office (Administration)

Kegiatan-kegiatan yang akan mengidentifikasikan dan mengurangi tugi-rugi waktu yang berakibat
pada panjangnya waktu untuk keperluan administrasi. Diharapkan pillar ini akan mempercepat
“speed” dari kegiatan administrasi.
33 Suka
15 Komentar
Penelitian empiris yang pernah dilakukan menyebutkan kegiatan TPM yang dilakukan secara “benar”
akan menghasilkan:

} 30% Labour productivity improvement

} 85% Operational Efficiency

} 90% Reduction in product defects

} 50% Reduction in product inventories

} 30% Reduction in maintenance costs

} Zero Safety, Environmental problems

Final Aim:

} ‘Non-stop’ or ‘no-touch’ operation of production lines

TPM bukan pekerjaan semudah teori dan membalikkan tangan, namun dengan dukungan penuh Top
Management hasil nyata akan terlihat di lini produksi dan pada akhirnya akan meningkatkan
produktifitas dan keuntungan perusahaan.

SELAMAT BER-TPM !!

Ditulis oleh

Endy Julisetiawan
Senior Manufacturing Leader, TPM Instructor and Certified PMP

15 komentar

Berikan opini Anda di sini…

Syaipul Anuar 1 thn


Accounting and Tax

Tulisan yang bernas.

Suka Balas

e Factory - Vmtech 1 thn


Managing Director at VMtech

Interesting article :)

Suka Balas

budisutomoputra putra 1 thn


Quality Assurance, Incoming, Inspection Head at PT.…

33 Suka ruar biasa


15 Komentar

Anda mungkin juga menyukai