Anda di halaman 1dari 7

Public Relation tak Sekedar Mengundang Wartawan dalam Konfrensi Pers

Oleh: Arifin S. Harahap

Dosen Universitas Esa Unggul

Public relations must have extensive knowledge and experience in the field of journalism.
He should not be introverted, but must be extroverted in his daily life. He must be sociable
and friendly to everyone. His knowledge and friendliness will easily relate to reporters.
Important knowledge so I know what journalists need. Every press release submitted must
be considered, is there news value for reporters? If the news value does not yet exist or is
not strong enough, can it still be created to be attractive to journalists? This method is
usually less thought of homework. They just invite reporters and deliver messages according
to their wishes without thinking about the benefits for journalists. Hospitality is important
so that reporters are comfortable and can ask questions about material outside the time of
a press conference. There may be something forgotten or there is an important problem
that just arises in his mind.

Journalist, Public Relations, Press Conference

PR wajib mempunyai pengetahuan dan pengalaman luas di bidang jurnalistik. Ia tak boleh
introvert, tapi harus ekstrovert dalam keseharian. Ia harus banyak bergaul dan ramah pada
setiap orang. Pengetahuan dan keramahannya itu akan mudah berhubungan dengan
wartawan. Pengetahuan penting suapaya tahu apa yang dibutuhkan wartawan. Setiap press
release yang disampaikan sudah harus dipikirkan, adakah nilai beritanya bagi wartawan?
Bila nilai beritanya belum ada atau kurang kuat, masih bisakah dikreasi supaya menarik bagi
wartawan? Cara ini biasanya kurang dipikirkan PR. Mereka hanya sekedar mengundang
wartawan dan menyampaikan pesan sesuai kehendak mereka tanpa memikirkan
keuntungan buat wartawan. Keramahan penting supaya wartawan nyaman dan bisa
bertanya soal materi di luar waktu konfrensi pers. Bisa saja ada yang terlupa atau ada
masalah penting yang baru muncul dalam pikirannya.

Wartawan, Public Relation, Konfrensi Pers

Pendahuluan pers dengan tekun. Pihak perusahaan


bangga dengan kehadiran wartawan. PR
PR Instansi atau perusahaan
pun mendapat pujian atas
mengundang wartawan hadir dalam
keberhasilannya mengundang wartawan.
konfrensi pers. Banyak wartawan yang
hadir dalam acara itu. Bahkan, jumlahnya Esok harinya pimpinan dan pihak
melebihi target undangan karena ada PR mulai heran, kenapa tak ada media
wartawan yang tak diundang pun datang. yang menerbitkan hasil konfrensi pers?
Semua yang hadir menyimak, konfrensi Bukankah wartawan memburu berita
mengejar aktualitas? Kenapa mereka tak wartawan supaya hadir dalam setiap
memperhatikan itu? Mungkin lusa, pikir acara yang perlu diberitakan atau
mereka. Lusa ditunggu, tak ada juga disebarluaskan kepada masyarakat. Tapi
beritanya. PR dan pimpinan perusahaan juga harus berpikir, bagaimana caranya
mulai kecewa. Tak ada satu media massa supaya hasil konfrensi pers diberitakan
yang diundang menerbitkan hasil wartawan ? PR harus sadar, wartawan
konfrensi pers perusahaan. Kekecewaan datang menghadiri undangan untuk
itu kian bertambah mengingat biaya yang mencari berita yang memiliki nilai. Bila tak
dikeluarkan sangat besar untuk menjamu ada masalah aktual, menarik dan penting
para wartawan. mereka tak akan memberitakannya.
Sekalipun anda sudah memberi servis
Kasus seperti ini kerap terjadi usai
yang memuaskan kepada mereka. Jangan
konfrensi pers. Tak ada satu pun media
pernah berpikir, servis yang anda berikan
yang memberitakannya sekalipun banyak
sebagai imbalan pemuatan berita. Tak ada
wartawan yang hadir. Kalau pun ada
itu dalam pemikiran mereka. Bila materi
hanya beberapa suratkabar atau media
konfrensi pers tak layak jadi berita,
online yang tak diandalkan
wartawan tak akan memberitakannya.
memberitakannya. Kenapa kasus seperti
ini terjadi? Kasus ini terjadi karena pola Ingat, berita yang disajikan di
pikir PR hanya memikirkan bagaimana media massa adalah berita yang sudah
caranya wartawan banyak yang datang terseleksi dari berbagai laporan yang
datang dalam konfrensi pers? PR tak masuk setiap hari. Dalam penyajian berita
pernah serius memikirkan, wartawan itu, ada kebijakan redaksi untuk memilih
butuh berita apa? Kalau konfrensi pers berita yang layak diterbitkan atau
isinya hanya informasi meluncurkan disiarkan. Tugas wartawan hanya mencari,
produk bank, dan membuka jaringan baru, mengumpulkan dan menulis berita.
misalnya, tak ada nilai beritanya buat Redaktur media cetak dan produser berita
wartawan. Informasi yang disampaikan di media elektronik akan menyeleksi
hanya menguntungkan pihak bank sebagai setiap berita yang dibuat para wartawan.
promosi. Masyarakat sebagai penyimak
PR harus sadar, jumlah halaman
media massa tentu tak akan tertarik pula.
suratkabar, majalah berita dan media
Tak ada nilai beritanya bagi mereka. Kalau
online terbatas. Ada ketentuan, jumlah
tak ada nilai beritanya bagi masyarakat,
pemuatan berita dan iklan di media cetak
redaktur media massa sudah pasti akan
berkisar 60 persen berita dan 40 persen
men-drop berita yang dibuat wartawan
iklan. Sementara jumlah iklan begitu
yang meliput konfrensi pers. Inilalah salah
banyak dan antri setiap hari untuk media
satu kekeliruan PR yang kurang
besar. Apalagi di media elektronik
pengalaman ketika mengadakan konfrensi
durasinya hanya berkisar 30 menit atau 60
pers.
menit setiap program. Dari durasi itu,
Tugas PR mestinya tak hanya masih harus diisi iklan. Paling tidak setiap
memikirkan, bagaimana mengundang tayang durasi hanya berkisar 18-20 menit
untuk program berita 30 menit dan 36-40 menyampaikan informasi yang dapat
menit untuk program setengah jam. Jadi, membangun image instansi atau
jumlah berita yang dimuat hanya sekitar perusahaan kepada media massa. Melalui
10-12 item untuk program 30 menit dan media massa, masyarakat menilai
24-26 item untuk program setengah jam. informasi yang disampaikan menarik dan
ada gunanya atau tidak buat mereka.
PR harus pula menyadari, tidak
semua wartawan yang datang mampu Morison dalam Mukarom (2015)
menggali informasi secara mendalam. menyatakan, untuk
Karena itu, PR harus memikirkan apa nilai mengimplementasikan strategi
berita yang akan ditonjolkan dalam komunikasi manajer PR/humas harus
konfrensi pers supaya bisa menjadi bahan berkomunikasi dan melakukan beberapa
pemberitaan bagi media massa? Sebelum hal antara lain membingkai pesan dan
membahas masalah itu, kita ulas dulu soal menambah nilai berita. Berartarti,
nilai berita yang meliputi aktualitas, PR harus membingkai pesan yang akan
menarik dan penting bagi media disampaikan agar memiiki nilai berita saat
massadan khalayak. Dari pembahasan ini disampaikan dalam konprensi pers.
kita akan menemukan celah atau peluang Adakah nilai beritanya? Kuatkan nilai
untuk menyampakaian informasi yang beritanya? Masalah lainnya, apakah PR
saling menguntungkan antara PR dan sudah mengundang wartawanan sesuai
media massa. Ini kuncinya, berita yang masalah instansi atau core busines
disampaikan PR kepada wartawan” harus perusahaan? Ini penting karena di media
saling menguntungkan kedua belah cetak biasanya ada pembagian tugas
pihak”. PR beruntung karena konfrensi wartawan berdasarkan bidang
persnya dimuat media massa. Media masalahnya. Pembagian ini biasanya
massa beruntung karena mendapat berdasarkan kapasitas dan kemampuan
informasi yang bagus untuk pembaca dan mereka supaya berita yang mereka buat
penontonnya dari PR. lebih mendalam. Tapi kalau di media
elektronik biasanya tidak terlalu
Pembahasan
mendalam seperti media cetak.
Dalam setiap konfrensi pers, ada
Nilai Berita
dua masalah paling tidak kita ungkapkan.
Pertama, masalah baru terkait Nilai berita adalah kegunaan
instansi/perusahaan, dan follow up berita/manfaat bagi khalayak. Adakah
masalah yang tengah berkembang atau guna/manfaat berita itu mereka? Kalau
kelanjutan dari masalah sebelumnya. ada guna/manfaatnya pasti mereka akan
Persoalannya sekarang, apakah masalah membaca, mendengarkan atau
itu aktual, menarik dan penting bagi menontonnya. Bila tidak, mereka akan
media massa? Ini harus dibahas detil. acuhkan.
Bukan sekedar memahami artinya. Dari
Nilai berita ini berlaku umum dan
sini, kita akan menemukan celah PR
sangat ditentukan aktualitas, daya tarik
dan kegunaannya bagi khalayak. Bila dua Aneh, berarti sesuatu yang di luar
dari unsur tidak terpenuhi, aktual dan kebiasaan. Sesuatu yang tidak wajar.
menarik atau aktual dan berguna, maka Misalnya, PR rumah sakit mengundang
berita tak akan mereka baca, dengarkan wartawan untuk menjelaskan penyakit
dan tonton melalui media cetak atau aneh atau baru yang tengah berkembang
elektronik. Lebih bagus lagi tiga nilai itu di masyarakat. Selain menarik,
terpenuhi dalam pemberitaan. Tapi itu sesungguhnya masalah ini juga sangat
sangat tergantung kontek/masalah berita. penting bagi masyarakat.
Tidak biasa dipaksakan tiga nilai itu harus
Penting/berguna/bermanfaat
terpenuhi.
Sesuatu yang penting
Aktualitas
menunjukkan berita ada manfaatnya bagi
Aktualitas berarti jarak waktu khalayak. Manfaat itu bisa langsung
penyampaian informasi kepada khalayak. diaplikasikan/digunakan atau sebagai
Semakin cepat disiarkan berarti semakin pengetahuan yang dapat digunakan untuk
aktual nilai berita itu. Bila lambat merancang kehidupan di masa datang.
penyiarannya berarti cenderung semakin Misalnya, pemerintah mengumumkan
basi berita itu. Ini harus serius dipikirkan kenaikan BBM. Ini tentu ada manfaat
PR. Masalah yang disampaikan harus langsung yang bisa dirasakan masyarakat.
sesuatu yang baru. Kalau pun sesuatu Sebelum waktu kenaikan mereka bisa
yang lama, tapi belum pernah diketahui membeli BBM sekalipun tak ada gunanya
sebagian besar public ini tetap dapat cara yang mereka lakukan setelah itu.
diakatakan sesuatu yang aktual. Jadi, Mereka hanya diuntungkan sekali
aktualitas itu bisa diukur dengan sesuatu membeli. Masalah lain, pemerintah
yang baru atau belum pernah diketahui mengumumkan di Indonesia sedang
khalayak. wabah DBD. Paling tidak informasi ini
bermanfaat secara langsung bagi
Menarik
masyarakat untuk menghindari penyakit
Apa yang menarik dari masalah itu. Manfaat secara tidak langsung,
yang akan kita sampaikan kepada para contohnya, pemerintah mengumumkan
wartawan? Bagi wartawan, ada dua Indonesia rawan gempa sekitar dua tahun
ukuran menarik bagi mereka. Pertama, mendatang. Manfaatnya adalah
sesuatu masalah besar/magnitude. masyarakat punya pengetahuan luas
Sebesar apa masalah yang kita mau tentang gempa dan berantisipasi bila
sampaikan? Misalnya, perusahaan mau memang kelak akan terjadi.
buat pagelaran seribu bedug di Taman
1. PR Kemas Press Release supaya
Impian Jaya Ancol menyambut Ramadan.
punya Nilai Berita
Ini tentu menarik perhatian karena tak
ada pagelaran serupa yang pernah Bila tak ada hal menarik dari yang
dilakukan pada masa itu. Kedua, adakah mau kita sampaikan, poleslah sedikit press
hal aneh dari yang mau kita sampaikan? release supaya punya nilai berita.
Misalnya, perusahaan mau meluncurkan komunikasi itu transaksional, membuat
produk cat baru. Masalah ini tentu lebih analisis mengenai tujuan komunikasi.
banyak kepentingan perusahaan. Komunikator dilukiskannya bertujuan
Bagaimana cara memolesnya supaya menjaga sistem, sedangkan khalayak
wartawan hadir dan mereka bertujuan berdaptasi dengan sistem
memberitakannya? Nah, di sinilah tersebut. Berdasarkan hal tersebut lalu
kreatifitas PR harus muncul. Perbesarlah membuat perincian fungsi komunikasi
masalahnya dan undang pakar sebagai pada komunikator dan penerima. Apa
pembicara. Artinya, PR buat acara jumpa yang dilakukan komunikator melalui
pers dengan membahas masalah produk tindak komunikasinya, memenuhi
cat di Indonesia. Apalagi kalau pakar yang kebutuhan penerima.
anda undang untuk bicara itu sudah
TUJUAN TUJUAN PENERIMA
terkenal. Ini akan lebih menarik lagi bagi
KOMUNIKATOR (Adaptasi pada sistem;
wartawan. Wartawan akan mengutip
( Menjaga Sistem ) pemuasan kebutuhan)
masalah menarik dan penting dari
pernyataan wartawan itu. Pada saat 1. Menginformas 1. Belajar tentang
menulis berita, paling tidak mereka akan ikan peluang dan
menyebutkan, bahwa masalah itu ancaman, memahami
diungkapkan dalam peluncuran produk lingkungan menguji
realitas, mengambil
baru di Jakarta, hari ini, misalnya.
keputusan
Wartawan menulis itu saja bukankah 2. Mengerjakan 2. Mendapatkan
sudah menjdi sarana promosi bagi pabrik keterampilan dan
cat? pengetahuan yang
diperlukan agar
2. Undang Wartawan Sesuai berfungsi efektif di
Kapasitas atau Core Busines tengah masyarakat;
mempelajari nilai-
Undanglah wartawan sesuai nilai, perilaku dan
kapasitas atau bidangnya. Jangan undang peran yang tepat agar
wartawan politik di media cetak untuk diterima masyarakat.
meliput masalah rumah sakit. Untuk 3. Membujuk 3. Memutuskan;
masalah ini, anda bisa undang wartawan mengambil nilai-nilai,
perilaku dan peran
yang biasa meliput masalah itu. Biasanya
yang tepat agar
di media cetak ada pembagian wartawan diterima masyarakat
sesuai masalahnya. Beda dengan media 4. Menggembira 4. Menikmati, bersantai,
elektronik seperti televisi. Biasanya kan, menghindari masalah
undangan disampaikan ke redaksi. memenuhi
Redaksilah yang menunjuk wartawan kebutuhan
untuk meliput masalah tersebut. penerima

Tan dalam Iriantara dan


Surachman (2006) menyatakan,
Sebagaimana kita ketahui, media Kesimpulan
massa hanyalah alat perantara untuk
Intinya, PR tak sekedar
menyampaikan pesan pada khalayak.
mengundang wartawan dan
Media massa punya batasan atau aturan
menyampaikan informasi hanya sesuai
untuk menyampaikan pesan atau berita
kebutuhan PR. Pesan yang akan
yang memiliki nilai berita kepada
disampaikan PR dapat menentukan sudut
khalayak. PR sebagai komunikator tentu
pandang berdasarkan nilai berita. Nilai
bisa mengemas sebuah pesan bertambah
berita adalah patokan utama jurnalis
nilainya sehingga memenuhi ketentuan
memuat berita. Mereka hanyalah media.
bagi media massa untuk menyiarkan atau
Penikmat informasi adalah masyarakat.
mempublikasikannya kepada khalayak.
Bila masalah yang akan disampaikan
Jadi, menurut Iriantara (2006), apa yang
kurang nilai beritanya tentu khalayak akan
disampaikan komunikator akan bisa
menolaknya. Namun, bila informasi yang
diterima komunikan mana kala isi
disampaikan diminati khalayak media
pesannya berkesesuaian dengan tujuan
massa akan beruntung. Nah, PR harus
komunikan terlibata dalam tindak
mengacu pada konsep ini sehingga terjalin
komunikasi. Bila informasi yang
hubungan yang saling menguntungkan
disampaikan komunikator sesuai dengan
dengan media massa. Bila materi
kebutuhan untuk memperoleh informasi
konfrensi pers kurang bernilai bisa diakali
yang berkenaan dengan pengambil
dengan menambah nilai berita supaya
keputusan maka komunikasi organisasi
sesuai dengan harapan wartawan. Tapi
dengan publiknya bisa berjalan dengan
ingat, bukan sekedar menambah nilai lalu
baik.
melupakan tujuan utama konfrensi pers.
5. Bangun Relasi dengan Wartawan
Wartawan bukanlah komunikator
Sesuai Bidang Masalah
dalam konfrensi pers. Mereka hanya
PR intansi atau perusahaan sebagai media penyampai pesan kepada
haruslah membangun relasi sesuai bidang khalayak melalui media massa tempat
masalahnya. Kalau perusahaan mereka bekerja. Patokan mereka
menyangkut masalah perminyakan, sederhana, adakah isi konfrensi pers yang
berhubungan baiklah dengan wartawan memiliki nilai berita? Bila ada, mereka tak
yang biasa meliput di bidang sungkan-sungkan memuatnya dalam
pertambangan. Kalau terkait dengan pemberitaan.
politik, bangunlah jaringan dengan
Canfield, Abertrand dalam
mereka. Langkah ini akan memudahkan
Mukarom dan Laksana (2015)
upaya PR pada saat hendak mengundang
menyatakan, fungsi PR adalah mengabdi
wartawan atau punya masalah yang
pada kepentingan umum. Jika tidak untuk
hendak dipublikasikan.
kentingan publik baik internal maupun
eksternal, tidak akan mungkin tercipta
hubungan yang menyenangkan.
Sebaliknya, suatu badan/perusahaan Sembiosa Rekatama Media,
dapat sukses apabila segala tindakannya Bandung, 2005
merupakan pengabdian kepada
kepentingan umum. 3. Mukarom Zainal dan Laksana
Muhibudin: Manajemen Public
Relation, Pustaka Setia bandung,
Daftar Pustaka: Bandung, 2015.
4. Ruslan Rosady: Manajemen Public
1. Harahap, Arifin: Manajemen Relation & Media Komunikasi, PT
Pemberitaan dan Jurnalistik TV, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
Indeks, Jakarta, 2018 2016.
2. Iriantara, Yosal dan Surachman
Yani: Public Relation Writing,

Anda mungkin juga menyukai