Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Merencanakan dan memilih karier perlu dilakukan sejak dini karena
merupakan tugas perkembangan siswa pada sekolah menengah atas.
Merencanakan dan memilih karier tidak hanya terbatas pada pekerjaan yang
diinginkan saja, pemilihan studi lanjutan dan rencana hidup di masa mendatang
merupakan bagian dari rencana karier. Sekolah sebagai lembaga penyelenggara
pendidikan formal berperan penting pada proses perkembangan siswa secara
optimal. Bimbingan dan konseling sebagai bagian dari lembaga sekolah berperan
dalam proses perencanaan karier siswa karena selain bimbingan pribadi, sosial
dan belajar. Bimbingan karier termasuk dalam layanan dasar bimbingan dan
konseling yang diberikan kepada siswa. Bimbingan karier sebagai layanan dalam
bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa untuk melakukan
perencanaan karier sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimilikinya.
Dalam kehidupan sehari-hari, tentulah tidak lepas dari berbagai pilihan
hidup bagi masa depan, terutama pilihan sebuah karir. Karir adalah perkembangan
dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan, dan sebagainya. Penentuan
karir, tentulah tidak lepas dari bimbingan seseorang untuk membimbing dalam
menentukan karir. Bimbingan ini disebut bimbingan karir. Bimbingan karir
merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu dalam
memecahkan masalah karir untuk memperoleh penyesuaian diri yang sebaik-
baiknya dengan masa depannya. Untuk itu, peran konselor dalam menuntun klien
agar dapat memilih karir dalam kehidupannya sangatlah penting. Salah satunya
adalah dengan menggunakan teori belajar sosial.
Teori pengambilan keputusan atau penentuan karir ini berasal dari teori
belajar sosial Bandura. Teori Krumboltz menganggap penting pribadi dan
lingkungan sebagai faktor-faktor yang menentukan pengambilan keputusan atau
penentuan karir. Teori belajar sosial sebagai landasan teori Krumboltz
menyatakan bahwa kepribadian dan tingkah laku lebih merupakan hasil belajar
daripada pembawaan sejak lahir. Namun, individu mempunyai pikiran sebagai

1
pengambil keputusan atau penentuan karir. Individu merupakan makhluk yang
tidak reaktif, pasif atau menyerah saja kepada kendali yang berasal dari luar
dirinya. Teori Krumboltz ini memberikan pandangan bagi klien bahwa genetik,
lingkungan dan pengalaman belajar mempengaruhi pengambilan keputusan. Klien
yang pernah mengalami pengalaman buruk tentang pengambilan keputusan dalam
penentuan karir sebelumnya mungkin akan diliputi perasaan takut dan ragu-ragu
dalam mengambil keputusan di masa depan, apalagi jika berkaitan dengan hal
yang sama. Pengambilan keputusan yang realistik perlu mempertimbangkan
situasi lingkungan misalnya, keluarga dan sistem pendidikan, faktor genetik
seperti bakat dan kecerdasan serta pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Dari uraian di atas tentang teori krumboltz, penulis akan mengupas lebih
jelas tentang bagimana perkembangan dari teori pengambilan keputusan karir
Krumboltz.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana konsep dasar dari teori karir behavioral krumboltz?
1.2.2 Bagaiamana teori pengambilan keputusan karir behavioral
krumboltz?
1.2.3 Bagaiamana aplikasi teori karir behavioral krumboltz?
1.2.4 Bagaimana keterampilan mengancang tugas dan pengambilan
keputusan karir?
1.2.5 Bagaimana status dan kegunaan teori krumboltz?
1.2.6 Apa saja kelebihan dan kekurangan teori karir behavioral
krumboltz?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari rumusan masalah di atas sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui konsep dasar dari teori karir behavioral krumboltz
1.3.2 Mengetahui bagaiamana teori pengambilan keputusan karir
behavioral krumboltz

2
1.3.3 Mengetahui bagaiamana aplikasi teori karir behavioral krumboltz
1.3.4 Mengetahui bagaimana keterampilan mengancang tugas dan
pengambilan keputusan karir
1.3.5 Mengetahui bagaimana status dan kegunaan teori krumboltz
1.3.6 Mengetaui apa saja kelebihan dan kekurangan teori karir behavioral
krumboltz

3
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR


Jika kita bicara mengenai bimbingan karir melalui pendekatan pemilihan
karir dengan teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Krumboltz, Mitchell dan
Gelatt. Maka kita harus melihat terlebih dahulu konsep dasar dan latar belakang
dari teori belajar sosial itu sendiri, yang dikemukakan oleh Albert Bandura yang
telah memperoleh penghargaan APA (American Psychological Award) pada tahun
2004, atas kontribusinya dalam disiplin ilmu psikologi.
Bandura memandang bahwa kepribadian harus memperhitungkan konteks
sosial dimana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara. Teori belajar sosial dari
Bandura ini didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism),
tanpa penguatan (beyond reinforcement), dan pengaturan diri sendiri/berfikir (self
regulation/cognition).
1. Determinis resiprokal ini menjelaskan bahwa tingkah laku manusia dalam
bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan
kognitif, behavioral dan lingkungan.
2. Tanpa reinforcement ini Bandura memandang teori Skinner dan Hull
terlalu bergantung pada reinforcemen, sehingga jika setiap unit respon
sosial yang komplek harus diberi reinforce satu persatu, bisa jadi individu
tidak belajar apapun. Maka Bandura memandang individu belajar lewat
observasi dan tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi.
3. Kognisi dan regulasi diri, konsep ini mengtakan bahwa individu memiliki
kemampuan untuk mengtur diri sendiri, mempengaruhi tingkah laku
dengan cara mengobservasi lingkungan dan berfikir secara komprehensif.
Maka dengan adanya konsep saling menentukan yaitu resiprocal
determinism, individu bertingkah laku akan bergantung pada resiprokal antara
lingkungan dengan kondisi personal (kognitif, afektif, biological events), yang
berujung kepada faktor kognitif pada keyakinan dan pengharapan bahwa dia
mampu atau tidak mampu dalam suatu aktifitas atau pekerjaan. Bandura menyebut

4
keyakinan dan pengharapan ini dengan efikasi diri (self effication) dan ekspektasi
hasil (outcome expectations).
Menurut Bandura sumber dari efikasi diri ini yaitu:
1. Mastery Experience (pengalaman yang telah dikuasai/pengalaman
performansi), hal ini berkaitan akan keberhasilan dan pengalaman individu
dalam suatu kegiatan dan aktifitas, yang menunjang aktifitasnya kedepan.
2. Vicarious Experience (pengalaman yang disubtitusikan), hal ini berkaitan
akan pengalaman individu dalam mengamati aksi atau tindakan orang lain
sebagai modelnya. Semakin tinggi pengaruh sumber ini jika individu
tersebut menganggap orang lain tersebut memiliki kesamaan dengannya.
3. Social Persuasions (persuasi sosial), hal ini berkaitan dengan pesan sosial
yang diperoleh individu dari orang yang berada di lingkungannya.
4. Psychological States (kondisi psikologis), hal ini berkaitan tentang
keadaan emosi individu seperti stress, anxiety (ketakutan) serta kondisi
mood.
Maka menurut Bandura (dalam Al Wisol hal. 363), sumber pengontrol
tingkah laku adalah resiprokal antara lingkungan, tingkah laku dan kognitif yang
berhubungan dengan pribadi yang terbentuk dari sumber efikasi diri di atas. Yang
tentunya akan mengarahkan individu kepada kecendrungan aktifitas mana yang
akan di lakukannya dalam kehidupan sosialnya.
Berdasarkan perspektif teori di atas tersebut Krumboltz, Mitchell dan
Gelatt mengembangkan teori tersebut dalam konseling karir serta menjadi
pendekatan dalam membuat pemilihan dan penentuan karir.

2.2 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR BEHAVIORAL


KRUMBOLTZ
Teori Krumboltz yang disebutkan secara umum, mengenali empat kategori
faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karier sesorang yaitu, factor-
faktor genetik, lingkungan, belajar, dan ketrampilan menghadapi tugas atau
masalah.

5
2.2.1 Faktor Genetik
Faktor ini dibawa sejak lahir berupa wujud dan keadaan fisik dan
kemampuan. Keadaan ini bisa membatasi preferensi dan ketrampilan seseorang
untuk menyusun rencana pendidikan dan akhiranya untuk bekerja. Teori ini
mengatakan bahwa orang-orang tertentu terlahir memiliki kemampuan, besar atau
kecil, untuk memperoleh manfaat dari pengalaman pergaulannya dengan
lingkungan, sesuai dengan keadaan dirinya. Kemampuan- kemampuan khusus
seperti kecerdasan, bakat, music, demikianpun gerak otot, merupakan hasil
interaksi pradisposisi bawaan dengan lingkungan yang dihadapi seseorang.
2.2.2 Kondisi Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh pada pengambilan kerja, berupa
kesempatan kerja, kesempatan pendidikan dan pelatihan, kebijaksanaan dan
prosedur seleksi, imbalan, undang-undang, dan peraturan perburuhan, peristiwa
alam, sumber alam, kemajuan teknologi, perubahan dalam organisasi sosial,
sumber keluarga, sistem pendidikan, lingkungan tetangga dan masyarakat sekitar,
pengalaman belajar. Faktor-faktor ini umumnya ada di luar kendali individu,
tetapi pengaruhnya bisa direncanakan atau tidak bisa direncanakan.
2.2.3 Faktor Belajar
Kegiatan yang paling banyak dilakukan manusia adalah belajar.
Pengalaman belajar ini mempengaruhi tingkah laku dan keputusan orang, antara
lain tingkah laku pilihan pekerjaan. Ada dua jenis belajar, yaitu belajar
instrumental dan asosiatif. Belajar instrumental ialah belajar yang terjadi melalui
pengalaman orang waktu berada di dalam suatu lingkungan dan ia mengerjakan
langsung lingkungan itu, dan ia mendapatkan sesuatu sebagai hasil dari tindak
perbuatannya itu, yaitu hasil yang dapat diamatinya. Tiga komponen penglaman
belajar ini adalah antiseden ialah segala sesuatu mengenai diri, lingkungan,
kejadian yang hadir sebelum, atau mendahului, dan ada sangkut pautnya dengan
perbuatan (respons). Respons perbuatan ialah apa yang dilakukan orang, baik
yang tampak maupun yang tidak. Konsekuensi ialah segala apa yang terjadi
setelah perbuatan dilakukan atau tindakan diambil, yang kelihatan langsung
sebagai hasil atau akibat yang tidak kelihatan.

6
2.2.4 Keterampilan Menghadapi Tugas (Task-Approach Skills)
Ketrampilan ini dicapai sebagai buah interaksi atau pengalaman belajar,
ciri genetik, kemampuan khusus (bakat), dan lingkungan. Termasuk di dalam
keterampilan ini adalah standar kinerja, nilai kinerja, kebiasaan kerja, proses
persepsi dan kognitif (perhatian, daya ingat), set mental dan respon emosional.
Dalam pengalamannya, individu menerapkan keterampilan ini untuk menghadapi
dan menangani tugas-tugas baru.

2.3 APLIKASI TEORI KARIR BEHAVIORAL KRAMBOLTZ


Krumboltz dan Baker (1973) mengidentifikasi beberapa langkah yang
terlibat dalam konseling karir yaitu
1. Menjelaskan masalah dan tujuan
2. Mengidentifikasi bermacam solusi
3. Mengumpulkan informasi tentang masalah yang telah dikenali
4. Menguji kemungkinan hasil dari pilihan yang beragam
5. Mengevaluasi ulang tujuan, menentukan
6. Menyamaratakan semua proses kepada masalah yang baru
Masalah karir klien sering berhubungan kepada ketidak mampuan individu
untuk membuat pemilihan yang berhubungan dengan apa yang dibutuhkan dalam
karirnya (Krumboltz and Thoresen, 1969). Crites (1981) memberikan beberapa
point mengenai masalah klien yang berhubungan dalam konseling karir yang
termasuk dalamnya beberapa kombinasi yaitu:
1. Ketidakjelasan tujuan
2. Adanya penghalang dalam aktifitas
3. Adanya ketakutan akan kemungkinan kegagalan
4. Konflik dalam pilihan
Keempat point ini adalah diantaranya item dalam Skala Pilihan Karir
(Osipow, Carney, Win;er, Yanico and Koschier, 1976; Osipow, 1980), sebagai
instrument yang didesain untuk mengukur kebimbangan karir terdahulu dengan
differential-diagnosis-treatment.
Krumboltz et al. juga memberikan beberapa observasi untuk konseling
karier sebagai berikut:

7
1. Pembuatan keputusan karier merupakan keterampilan yang dipelajari.
2. Individu yang mengaku telah melakukan pilihan karier memerlukan
bantuan juga (pilihan kariernya mungkin telah dilakukan berdasarkan
informasi yang tidak akurat dan alternative yang keliru).
3. Keberhasilan diukur berdasarkan keterampilan yang telah ditunjukkan
mahasiswa dalam membuat keputusan (diperlukan evaluasi terhadap
keterampilan membuat keputusan).
4. Klien berasal dari berbagai macam kelompok.
5. Klien tidak usah merasa bersalah jika mereka tidak yakin tentang karier
apa yang harus dimasukinya.
6. Tidak ada satu okupasi yang dapat dipandang tepat untuk semua orang.

2.4 KETERAMPILAN MENGANCANG TUGAS DAN PENGAMBILAN


KEPUTUSAN KARIR
Menurut Krumboltz dan Baker (Mitchell dan Krumboltz, 1984), hal yang
penting dalam pengambilan keputusan karir adalah kemampuan untuk:
1. Mengenal situasi keputusan penting.
2. Menentukan apa keputusan atau tugas yang dapat dikelola dan yang
realistis.
3. Memeriksa dan menilai secara cermat dan tepat generalisasi observasi-
diri dan generalisasi pandangan atas dunia.
4. Menyusun alternate-alternatif yang luas dan beragam.
5. Mengumpulan informasi yang diperlukan tentang alternatif-alternatif
itu.
6. Menentukan sumber observasi mana yang paling andal, cermat, dan
relevan.
7. Merencanakan dan melaksanakan urutan langkah-langkah pengambilan
keputusan tersebut.
Menurut teori belajar, dalam pengambilan keputusan karir, orang berada di
lingkungan tertentu, dengan membawa ciri-ciri bawaan dari keturunannya dan
menghadapi berbagai pengalaman belajar. Orang memang tidak bisa mengatur
sifat bawaannya, tetapi bisa mempengaruhi lingkungan dan pengalaman

8
belajarnya. Ini kemudian menimbulkan pengalaman-pengalaman baru dan
pengambilan keputusan berikutnya.
Teori belajar tentang keputusan karir berguna untuk mengenali kondisi-
kondisi lingkungan dan peristiwa yang memberikan pengalaman belajar kepada
seseorang untuk menyusun rencana karir. Teori ini tidak menentukan urutan
langkah-langkah tertentu yang harus ditempuh, karena ada banyak jalan yang bisa
membawa orang ke keberhasilan menyusun rencana. Hal yang penting adalah
bahwa jalan itu memberikan kepuasan. Teori Krumboltz termasuk dalam
pendekatan belajar sosial untuk perkembangan karir.
Krumboltz et al. menekankan bahwa pengalaman belajar yang unik dari
masing-masing individu selama hidupnya menyebabkan berkembangnya
pengaruh-pengaruh primer yang mengarahkan pilihan karirnya. Pengaruh tersebut
mencakup:
1. Penggeneralisasian self berdasarkan pengalaman dan kinerja yang
terkait dengan standar yang dipelajari.
2. Keterampilan yang dipergunakan dalam menghadapi lingkungan, dan
3. Perilaku memasuki karir seperti melamar pekerjaan atau memilih
lembaga pendidikan atau pelatihan
Pembentukan keyakinan dan generalisasi individu merupakan hal yang
sangat penting dalam model social-learning. Peranan konselor adalah menelusuri
asumsi-asumsi dan keyakinan individu dan mengeksplorasi alternative keyakinan
dan tindakan yang perlu dilakukan. Membantu individu memahami sepenuhnya
validitas keyakinan individu merupakan komponen utama model social-learning.
Secara spesifik, konselor sebaiknya berusaha mengatasi masalah-masalah berikut:
1. Individu mungkin tidak dapat mengakui bahwa masalah yang
dihadapinya dapat diatasi (mereka berasumsi bahwa sebagian besar
masalah merupakan bagian dari kehidupan yang normal dan tidak
dapat diatasi).
2. Individu mungkin tidak dapat melakukan upaya yang dibutuhkan
untuk membuat keputusan atau memecahkan masalah (mereka tidak
banyak berusaha mengeksplorasi alternatif).

9
3. Individu mungkin tidak menyadari adanya alternative yang
memuaskan (mereka melakukan overgeneralisasi asumsi yang salah).
4. Individu mungkin memilih alternative yang buruk atau alas an yang
tidak tepat (individu tidak mampu mengevaluasi karir secara realistic
karena keyakinan yang salah dan ekspektasi yang tidak relistik).
5. Individu mungkin mengalami kekecewaan dan kecemasan akibat
persepsi bahwa mereka tidak dapat mencapai tujuan yang
diinginkannya (tujuannya mungkin tidak realistik atau konflik dengan
tujuan lain).

2.5 STATUS DAN KEGUNAAN TEORI KRUMBOLTZ


Teori Krumboltz (Krumboltz, 1996; Mitchell & Krumboltz, 1996) hanya
menarik perhatian sebagian kecil peneliti dan praktisi meskipun banyak yang
merekomendasikannya. Teori ini cukup atraktif sebagai dasar konseling karir.
Krumboltz menolak gagasan tradisional bahwa tujuan konseling karir adalah
untuk memilih pekerjaan berdasarkan karakter personal pembuat keputusan.
Tetapi, Krumboltz menyarankan bahwa tujuannya adalah untuk memfasilitasi
perolehan pengetahuan tentang diri dan skill yang dibutuhkan untuk menangani
dunia yang selalu berubah yang dipenuhi dengan ketidakpastian. Dia
mengembangkan Career Beliefs Inventory (Krumboltz, 1991) dan buku catatan
yang menyertainya (Levin, Krumboltz, & Krumboltz, 1995) untuk membantu
pembaca mengidentifikasi keyakinan mereka dan memadukannya dengan minat
mereka. Menurut Krumboltz, Individu yang tidak belajar untuk mengambil
keuntungan dalam kesempatan pembelajaran yang diberikan kepada mereka
dalam pelatihan dasar berkelanjutan cenderung untuk membuat keputusan tidak
bagus. Yang paling penting, konseling karir harus menyiapkan klien untuk
mengenali dan mengambil keuntungan dari kesempatan pembelajaran yang
diberikan pada mereka. Konseling karir harus dilakukan dengan empat
pertimbangan.
1. Para klien harus siap untuk mengembangkan pengetahuan dan keahlian
mereka dibandingkan keadaan mereka ketika pertama kali mereka masuk
proses konseling. Konselor karir harus membantu klien untuk memetakan

10
status mereka dan memberikan garis besar rencana untuk perubahan dan
pengembangan. Dengan adanya rencana untuk berubah. Para klien
mengembangkan struktur kesempatan mereka.
2. Para klien harus siap dengan sebuah kondisi umum pekerjaan yang sedang
berubah.
3. Meskipun diagnosa permasalahan pengembangan karir saat ini adalah
sebuah langkah dalam proses konseling karir, hal ini tidak cukup. Para
klien harus didorong untuk menghadapi tekanan dunia yang selalu
berubah.
4. Para konselor karir harus lebih fokus dan membantu klien menangani
serangkaian masalah pekerjaan yang mereka hadapi. Klien harus
memahami nilai dan hal yang memuaskan mereka. Mereka harus meraih
kontrol hidup mereka, untuk mampu menangani permasalahan di tempat
kerja, termasuk bagaimana maju di tempat kerja dan rencana untuk
berhenti.

2.6 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI KARIR


BEHAVIORAL KRUMBOLTZ
1. Kelebihan :
a. Pendekatan ini menekankan bahwa proses konseling dipandang
sebagai proses belajar yang akan menghasilkan perubahan perilaku
konseli secara nyata.
b. Pendekatan ini menunjukkan fleksibilitas yang besar, karena tujuan
konseling dan prosedur yang diikuti untuk sampai pada tujuan tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan konseli.
c. Pendekatan ini akan membantu individu untuk bisa membekali dirinya
untuk mencegah timbulny persoalan kejiwaan.
2. Kelemahan:
Pendekatan ini tidak bermanfaat untuk kasus-kasus berkaitan dengan
kehilangan makna dalam hidup. Dengan kata lain, konseling ini hanya menangani
kasus berupa cara bertingkah laku yang salah/tidak sesuai.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa Teori Krumboltz ini
memberikan pandangan bagi klien bahwa genetik, lingkungan dan pengalaman
belajar mempengaruhi pengambilan keputusan. Menurut teori belajar, dalam
pengambilan keputusan karir, orang berada di lingkungan tertentu, dengan
membawa ciri-ciri bawaan dari keturunannya dan menghadapi berbagai
pengalaman belajar. Krumboltz et al. menekankan bahwa pengalaman belajar
yang unik dari masing-masing individu selama hidupnya menyebabkan
berkembangnya pengaruh-pengaruh primer yang mengarahkan pilihan karirnya.
Pendekatan ini tidak bermanfaat untuk kasus-kasus berkaitan dengan kehilangan
makna dalam hidup. Dengan kata lain, konseling ini hanya menangani kasus
berupa cara bertingkah laku yang salah/tidak sesuai

3.2 SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

12

Anda mungkin juga menyukai