Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan
perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan
akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Sedang yang dimaksudkan dengan zat
gizi adalah zat kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sampai saat ini dikenal berbagai
macam zat gizi yang digolongkan menjadi dua yaitu zat gizi makro (zat gizi
sumber energi seperti karbohidrat, lemak dan protein) serta zat gzizi mikro seperti
vitamin dan mineral (Soekirman 2000)
Vitamin A merupakan zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia,
karena zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari
luar. Kekurangan vitaminA (KVA) merupakan salah satu masalah gizi kurang
yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Vitamin A juga bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-anak
yang cukup mendapat vitamin A, bila terkena diare, campak atau penyakit infeksi
lain, maka penyakit-penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah , sehingga tidak
membahayakan jiwa anak. KVA pada wanita usia reproduksi dapat meningkatkan
resiko kesakitan dan kematian selama kehamilan dan periode awal postpartum.
KVA yang berat pada maternal juga memberikan kerugian bagi anak baru lahir
karena dapat akibatkan peningkatan kematian dibulan pertama kehidupan.
Kekurangan vitamin A dalam makanan sehari-hari menyebabkan setiap
tahunnyasekitar 1 juta anak balita di seluruh dunia menderita penyakit mata
tingkat berat (xeropthalmia) ¼ diantaranya menjadi buta dan 60 % dari yang buta
ini akan meninggaldalam beberapa bulan. Kekurangan vitamin A menyebabkan
anak berada dalam resiko besarmengalami kesakitan, tumbuh kembang yang
buruk dan kematian dini. Di Indonesia KVA tingkat berat (xeropthalmia) sudah
jarang ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum
menampakkan gejala nyata, masih menimpa masyarakat luas terutama kelompok

1
balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar
vitamin A dalam darah di laboratorium.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk menghindari pembahasan makalah yang terlalu luas dan untuk
membuat penulisan makalah lebih terarah, maka kami sebagai penulis dari
makalah ini membatasi perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Kekurangan Vitamin A?
2. Bagaimana etiologi Kekurangan Vitamin A?
3. Apa akibat Kekurangan Vitamin A?
4. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan Kekurangan Vitamin A?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah kami
jabarkan, pembuatan makalah ini bertujuan untuk membuat pembaca
mendapatkan bebagai informasi tentang Kekurangan Vitamin pada Ibu Menyusui
dan Bayi. Secara jelas pembaca akan mendapatkan ilmu sebagai berikut:
1. Pembaca diharapkan mengetahui pengertian KVA
2. Pembaca diharapkan mengetahui etiologi dari KVA
3. Pembaca diharapkan mengetahui akibat KVA
4. Pembaca diharapkan mengetahui pencegahan dan penanggulangan KVA

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Vitamin A


Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak atau
minyak. Vitamin A stabil terhadap panas, asam dan alkali tetapi sangat mudah
teroksidasi oleh udara dan akan rusak pada suhutinggi (Soejarwo, 2002,p.49)
Vitamin A merupakan komponen penting dari retina (selaput jala), maka fungsi
utama adalah untuk penglihatan. Disamping ituvitamin A juga membantu
pertumbuhan dan mempunyai peranan penting dalam jaringan epitel. (Karta
Sapoetra & Warsetyo, 2003,p.31) Vitamin A merupakan salah satu zat gizi
penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, berfungsi untuk
penglihatan, pertumbuhan, dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit
(Adriani dkk, 2012).

2.2 Fungsi Vitamin A


Kebutuhan vitamin A yang dianjurkan untuk anak balita 250 mikrogram
retinol (vitamin A) atau 750 mikrogram beta-karotinsehari (Kardjati, dan
Alisjahbana, 2005,p.75). Sedangkan kebutuhanwanita menyusui berumur 19
tahun keatas dianjurkan mengkonsumsi1.300 mikrogram vitamin A per hari.
Vitamin A atau aseroftol mempunyai fungsi-fungsi penting di dalam tubuh yaitu
(Kartasapoetra dan Marsetyo, 2003,p.31) :

1. Pertumbuhan sel-sel epitel;


2. Proses oksidasi dalam tubuh;
3. Mengatur rangsang sinar pada saraf mata

Sedangkan dalam (Adriani dkk, 2012) dijelaskan bahwa fungsi vitamin A


yaitu:

1. Penglihatan, vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya


remang. Kebutuhan vitamin A untuk penglihatan dapat dirasakan bila

3
seseorang yang dari luar ruangan dengan cahaya yang terang kemudian
memasuki ruangan yang remang-remang cahayanya. Kecepatan mata
beradaptasi setelah terkena cahaya terang berhubungan langsung dengan
vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk rodopsin.
2. Vitamin A berfungsi dalam sintesis glikoprotein khusus yang terlibat dalam
pembentukan membran sel yang mengontrol diferensiasi sel.
3. Kekebalan, vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada
manusia dan hewan. Retinol berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
diferensiasi limfosit B (leukosit yang berperan dalam proses kekebalan
humoral). Di samping itu kekurangan vitamin A menurunkan respons
antibodi yang bergantung pada sel T(limfosit yang berperan pada kekebalan
seluler).
4. Pertumbuhan dan perkembangan, vitamin A berpengaruh terhadap sintesis
protein, dan demikian terhadap pertumbuhan sel. Vitamin A dibutuhkan
untuk pertumbuhan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam
pertumbuhan gigi.
5. Reproduksi, vitamin A dalam bentuk retinol dan retinal berperan dalam
reproduksi pada tikus. Pembentukan sperma pada hewan jantan serta
pembentukan sel telur dan perkembangan janin dalam kandungan
membutuhkan vitamin A dalam bentuk retinol. Hewan betina dengan
vitamin A rendah mampu hamil, akan tetapi mengalami keguguran atau
kesukaran dalam melahirkan. Kebutuhan selama hamil meningkat bagi
kebutuhan janin dan persiapan induk untuk menyusui.
6. Pencegahan kanker, kemampuan retinol mempengaruhi perkembangan sel
epitel dan kemampuan meningkatkan aktivitas kekebalan diduga
berpengaruh dalam pencegahan kanker, terutama kanker kulit, tenggorokan,
paru-paru, payudara dan kandung kemih. Di samping itu, beta karoten yang
bersama vitamin E dan C berperan sebagai antioksidan diduga dapat pula
mencegah kanker paru-paru.

4
2.3 Sumber Vitamin A

Vitamin A sangat penting bagi kesehatan kulit, kelenjar, serta fungsi mata.
Sekalipun pada waktu lahir bayi memiliki simpanan vitamin A, ASI tetap menjadi
sumber yang penting dari vitamin A dan karoten(zat gizi yang banyak terdapat
secara alami dalam buah-buahan dan sayur-sayuran). Vitamin A adalah salah satu
zat gizi esensial yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh manusia. Untuk
memperolehnya harus diambil dari sumber diluar tubuh terutama dari sumber
alam, seperti bahan sereal, umbi, biji-bijian, sayuran, buah-buahan, hewani dan
bahan-bahan olahan lainnya. Berikut bahan-bahan yang diketahui mengandung
bahan utama pembentuk Vitamin A. (Desi & Dwi, 2009,p.21)

Tinggi Sedang Rendah

Minyak Ikan, Minyak Hati Ayam, Ubi Jalar, Roti, Daging Sapi,
Kelapa dan Sawit Bayam dan Wortel Kentang dan Ikan

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Kekurangan Vitamin A


Kekurangan vitamin A (KVA) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
rendahnya kadar vitamin A dalam jaringan penyimpanan (hati) dan melemahnya
kemampuan adaptasi terhadap kondisi gelap dan sangat rendahnya konsumsi
vitamin A (WHO  1998). KVA tingkat subklinis yaitu tingkat KVA yang belum
menampakkan gejala nyata atau tidak menunjukkan gejala secara fisik, masih
menimpa masyarakat luas terutama kelompok balita (Depkes  2003).
Kekurangan vitamin A adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya
asupan vitamin A yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan rabun senja,
xeroftalmia dan jika kekurangan berlangsung parah dan berkepanjangan akan
mengakibatkan eratomalasia (Tadesse, Lisanu, 2005). Sedangkan menurut
Arisman tahun 2002, Kurang Vitamin A (KVA) merupakan penyakit sistemik
yang merusak sel dan organ tubuh dan menghasilkan metaplasi keratinasi pada
epitel, saluran nafas, saluran kencing dan saluran cerna.

3.2 Etiologi Kekurangan Vitamin A Pada Bayi dan Ibu Menyusui

Bila ditinjau dari konsumsi makanan sehari-hari kekurangan vitamin A


pada Bayi ataupun Balita disebabkan oleh :
1. Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif
2. Bayi yang lahir prematur
3. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada
penyakit-penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, Kurang
Energi Protein (KEP) dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A
meningkat.
4. Adanya kerusakan hati, seperti pada kwashiorkor dan hepatitis kronik,
menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan
pre-albumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.

6
5. Kurangnya asupan makanan sumber vitamin A dan pro vitamin A
(karoten), bayi tidak diberi kolostrum dan disapih lebih awal
6. Anak yang tidak mendapat makanan pendamping ASI yang cukup, baik
mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau di bawah garis merah pada
KMS, anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC,
pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang tinggal
di dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah
mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di posyandu maupun
puskesmas, serta anak yang kurang/jarang makan makanan sumber
vitamin A.
Sedangkan pada ibu hamil dan menyusui, vitamin A berperan penting
untuk memelihara kesehatan ibu selama masa kehamilan dan menyusui. Buta
senja pada ibu menyusui, suatu kondisi yang kerap terjadi karena kurang vitamin
A (KVA). Berhubungan erat pada kejadian anemia pada ibu, kekurangan berat
badan, kurang gizi, meningkatnya resiko infeksi dan penyakit reproduksi. Pada
Ibu hamil kekurangan vitamin A biasanya terjadi pads Trimester ketiga. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan kebutuhan vitamin A akibat bertambahnya volume
darah serta perkembangan janin yang pesat. Terjadinya kekurangan vitamin A
berkaitan dengan berbagai faktor dalam hubungan yang kompleks seperti halnya
dengan masalah kekurangan kalori protein (KKP). Makanan yang rendah vitamin
A biasanya juga rendah kalori, lemak dan hubungannya antara hal ini merupakan
faktor penting dalam terjadinya kekurangan vitamin A

3.3 Akibat Kekurangan Vitamin A


Semba (2010) dalam Muliah (2017) menjelaskan bahwaanak yang asupan
vitamin A nya tidak adekuat memiliki prevalensi stunting, underweight, dan
wasting yang lebih tinggi dibanding bayi yang memperoleh vitamin A secara
adekuat. Defisiensi vitamin A dapat meningkatkan risiko mortalitas, morbiditas,
dan penyakit infeksi yang lebih tinggi pada bayi. Mikhail (2013) dalam (Muliah,
et al., 2017) mengatakan bahwa kurangnya asupan vitamin A dapat dikaitkan
dengan terhambatnya pertumbuhan dikarenakan kurangnya vitamin A dapat

7
mengurangi sekresi terhadap serum IGF-1 yang bertanggung jawab untuk sekresi
hormon pertumbuhan (Mikhail, dkk., 2013) . Kekurangan vitamin A, vitamin C,
dan zink dapat meningkatkan risiko anak terhadap penyakit infeksi seperti
penyakit saluran pernapasan, diare, dan demam.(Elvandari, et al., 2017)
Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan beberapa gangguan terhadap
kesehatan tubuh, antara lain (Depkes RI, 2005) :
1. Hemeralopia atau rabun ayam, rabun senja, xerophthalmia (mata kering)
2. Frinoderma, pembentukan epitel kulit tangan dan kaki
3. terganggu, sehingga kulit tangan dan / atau tampak bersisik;
4. Perdarahan pada selaput usus, ginjal, dan paru-paru;
5. Kerusakan pada kornea dengan menimbulkan bintik, seroftalmin (kornea
mengering), dan akhirnya kerotik;
6. Terhentinya proses pertumbuhan dan terganggunya proses pertumbuhan
bayi.
7. Daya tahan tubuh menurun
8. Pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan janin.
9. Kulit kering.

3.4 Pencegahan dan penanggulangan KVA


Masalah kurang vitamin A (KVA) merupakan salah satu masalah gizi
mikro utama yang masih terjadi di Indonesia, terutama terjadi pada anak-anak
balita. Dalam hal hubungan KVA dengan tingkat infeksi, perlu mendapat
perhatian khusus, terutama karena selain menimbulkan penyakit mata, diduga
menimbulkan penyakit infeksi saluran penafasan, infeksi pada usus (diare),
komplikasi pada campak yang menyebabkan kematian, infeksi pada ginjal dan
kantung kemih. Hal ini dapat dicegah dan ditangulangidengan program KIE,
fortifikasi dan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi.(Pratiwi, 2013).

Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui


proses Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman.
Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata.
Selain itu kegiatan konsumsi kapsul vitaminA masih bersifat rintisan. Oleh sebab

8
itu penanggulangan KVA saat ini masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin
A dosis tinggi.

a. Bayi umur 6-11 bulan, baik sehat maupuan tidak sehat, dengan dosis
100.000 SI (warna biru). Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak
pada bulan Februari dan Agustus.
b. Anak balita umur 1-5 tahun, baik sehat maupun tidak sehat, dengan dosis
200.000 SI (warna merah). Satu kapsul diberikan satu kali secara
serentak pada bulan Februari dan Agustus.
c. Ibu nifas, paling lambat 30 hari setelah melahirkan, diberikan satu kapsul
vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah), dengan tujuan agar bayi
memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI (Depkes RI, 2003).

Untuk mencegah terjadinya Kekurangan Vitamin A pada Ibu Menyusui dapat


dilakukan dengan menkonsumsi makanan yang kaya akan Vitamin A, seperti:
Ikan, Daging, Suu, Minyak Ikan, Wortel, Ubi Jalar dan Labu.

9
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak atau
minyak. Vitamin A stabil terhadap panas, asam dan alkali tetapi sangat mudah
teroksidasi oleh udara dan akan rusak pada suhu tinggi. Kekurangan vitamin A
(KVA) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan rendahnya kadar vitamin A
dalam jaringan penyimpanan (hati) dan melemahnya kemampuan adaptasi
terhadap kondisi gelap dan sangat rendahnya konsumsi vitamin A (WHO  1998).
Penyeab dari Kekurangan Vitamin A dapat dikarenakan oleh Kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya Vitamin A, Pemberian ASI yang kurang pada
bayi dan Kurangnya mengkonsumsi Vitamin A. Akibat dari Kurangnya Vitamin
A sangat berdampak pada Penglihatan dan dapat dicegah dengan mengkonsumsi
Kapsul Vitamin A.

4.2 Saran
Setelah mengetahui lebih lengkap tentang informasi yang berkaitan
dengan Kekurangan Vitamin A pembaca diharapkan dapat mengetahui berbagai
fungsi dari mengkonsumsi Vitamin A dan menerapkan bahwa mengkonsumsi
Vitamin A sangat penting bagi tubuh. Selain itu, pembaca dapat
menginformasikan kepada Ibu Menyusui bahwa Bayi sangat membutuhkan ASI
sebagai Sumber Vitamin A utama untuk membuat pertumbuhan dan
perkembangannya menjadi baik. Serta, mengetahui bahwa mengkonsumsi
Vitamin A pada saat fas menyusui sangat penting untuk menghindari Kekurangan
Vitamin A.

10
DAFTAR PUSTAKA

Adawiah, R. (2016, januari 7). All About KVA (Kurang Vitamin A). Retrieved
from Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/rabiatuladawiah/551110aea33311c539ba95
4f/all-about-kva-kurang-vitamin-a
Adriani, Merryana dan Bambang Wijatmadi. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat.
Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama

Arisman. 2002. Gizi dalam daur kehiduan.Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran


Universitas Palembang. Proyek peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Desi dan Dwi 2009. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. Nuha
Medika. Departemen Kesehatan RI, Konsumsi Kapsul Vitamin A pada Ibu
Nifas.
Deteksi dan tatalaksanakasus xeroftalmia : pedoman bagi tenaga kesehatan.
(2003). Jakarta: Departemen Kesehatan R.I.
Depkes RI,2003
Depkes RI, 2005

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai