Anda di halaman 1dari 24

PENGELOLAAN PAJAK BUMI BANGUNAN PERDESAAN

PERKOTAAN PBB-P2 PADA BADAN PENDAPATAN

DAERAH DI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

PROPOSAL

Diajukan Oleh :

DJAMALUDIN KELEANDAN

NIM : 201692101

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PATTIMURA

PSDKU KABUPATEN KEPULAUAN ARU

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah adalah entitas masyarakat dalam suatu negara yang diberi

kewenangan untuk menjalalankan pemerintahan. Pelaksanaan pemerintahan

hanya dapat dilaksanakan dengan adanya beberapa unsur pendukung, salah

satunya adalah tersedianya dana yang memadai. Sebab tanpa dukungan dana,

semua program pemerintah tidak akan dapat dilaksanakan dan itu berarti fungsi

pemerintah dalam suatu negara tidak dapat berjalan secara optimal. Dana yang

digunakan untuk pembiayaan penyelenggarakan pemerintahan pusat dan

daerah adalah APBN dan APBD.

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai dengan

ditetapkannya undang- undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah

daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pusat dan Daerah, yang kemudian diperbaharui dengan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang ini merupakan perwujudan atas penyelenggaraan otonomi

daerah yang memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab

kepada daerah secara proporsional diwujudkan dalam bentuk pembagian,

pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta adanya perimbangan

keuangan pusat dan daerah.

Dalam rangka pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

1
2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti dengan perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah timbul hak dan kewajiban daerah

yang dapat dinilai dengan uang, sehingga perlu dikelola dalam suatu sistem

pengelolaan keuangan dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Pemerintah Daerah diberikan

wewenang dan tanggung jawab untuk mengatur rumah tangga sendiri melalui

sistem otonomi daerah. Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom

ataupun berotonom yaitu yang terletak pada kemampuan keuangan daerah.

Artinya, daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk

menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengolah dan menggunakan

keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan

Pemerintah Daerah, sehingga Pendapatan asli Daerah (PAD) khususnya pajak

dan retribusi daerah harus menjadi bagian sumber keuangan yang terbesar.

Salah satu sumber PAD berasal dari pajak daerah. Pajak daerah adalah

pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan daerah

sebagai badan hukum publik yang diatur dalam UU No. 28 Tahun 2009 tentang

pajak daerah dan retribusi daerah.

2
Dimana pajak daerah terbagi menjadi dua jenis, yaitu pajak provinsi

dan pajak kabupaten/kota. Pajak provinsi terdiri dari: pajak kendaraan dan

kendaraan di atas air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di

atas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, dan pajak pengambilan dan

pemanafaatan air bawah tanah dan air permukaan. Sedangkan pajak

kabupaten/kota terdiri dari: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak

reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dan pengolahan bahan

galian golongan C, dan pajak parkir.

Pajak Bumi dan Bangunan yang saat ini telah diubah namanya

menjadi Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2),

sebelumnya merupakan pajak pusat. Namun seiring berjalannya waktu PBB P2

telah dialihkan ke daerah sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 28

tahun 2009. Peralihan tersebut selain menjadi berkat karena menambah

pendapatan asli daerah juga menjadi tantangan besar bagi banyak daerah

karena diperlukan SDM dan Manejemen pengelolaan yang baik.

Pada tahun 2015 secara resmi pemerintah pusat menyerahkan PBB P2

ke Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Aru. Sehubungan dengan hal

tersebut sejak tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru telah

mengirim 3 (tiga) pegawai ASN untuk belajar selama 1 (satu) tahun di Sekolah

Tinggi Akuntansi Negara. Langka tersebut adalah salah satu kebijakan

pemerintah daerah dalam rangka mempersiapkan SDM yang handal dalam

pengelolaan PBB P2. Hal tersebut belumlah cukup untuk dapat meningkatkan

3
pendapataan asli daerah sektor PBB P2, karena dibutuhkan proses dan waktu

yang panjang.

Dengan demikian keberadaan PBB cukup diperhitungkan dalam

penambahan peningkatan pendapatan daerah. Selain itu tiap tahunnya akan

terus ada penambahan jumlah bumi dan bangunan yang didirikan, yang

berdampak pada meningkatnya jumlah obyek PBB yang dikenakan atas

perolehan manfaat yang dirasakan oleh subyek pajak bumi dan bangunan.

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tiap tahun mengalami peningkatan dan

memberikan pemasukan yang cukup besar terhadap Pajak Daerah Kabupaten

Kepulauan Aru, seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel.1

No Tahun Target Penetapan Realisasi Piutang


1. 2017 4.500.000.000 1.139.313.384 747.226.794 596.147.419
2. 2018 4.500.000.000 1.175.045.750 749.319.656 550.808.735
3. 2019 2.500.000.000 1.203.947.529 888.298.147 315.123.382
JUMLAH 1.462.079.536

Jika dicermati, pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Kepulauan

Aru sangat berpotensi dalam mensejahterakan masyarakat yang ada di

dalamnya, Hal ini dapat terlihat dari adanya pembangunan yang ada di

Kabupaten Kepulauan Aru dan peningkatan sumber daya manusia yang

berjalan dengan baik. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan

(PBB-P2) Pada Badan Pendapatan Daerah Di Kabupaten kepulauan Aru.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah proses pencapaian Target PBB-P2 oleh Bapenda Kabupaten

kepulauan Aru sudah maksimal ?

2. Bagaimana pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Kepulauan Aru ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam mencapai target PBB-P2 oleh

Bapenda Kabupaten kepulauan Aru secara maksimal.

2. Untuk mengetahui pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kepulauan Aru.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan

untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah tentang Pemerintah

Daerah terutama mengenai pengelolaan pajak bumi dan bangunan serta

hubungannya dengan pendapatan daerah berdasarkan kajian teori dan

aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan

informasi kepada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kepulauan Aru

5
tentang pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan guna membantu

manajemen dalam pengambilan keputusan.

3. Sebagai referensi bagi peneliti yang tertarik dalam topik Pengelolaan Pajak

Bumi dan Bangunan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pajak
Menurut Rochmat Soemitro (2006:9) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal

(kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukandan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum. Pajak merupakan gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada dalam

masyarakat. Masyarakat terdiri dari individu-individu yang mempunyai hidup sendiri dan

kepentingan sendiri. Sedangkan Negare adalah masyarakat yang mempuuyai tujuan tertentu.

Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup masyarakat dan kepentingan

masyarakat yang masing masing diperlukan biaya.

Penghasilan negara berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak dan/atau dari hasil

kekayaan alam yang ada dalam negara itu (natural resources). Dua sumber itu merupakan

sumber yang terpenting yang memberikan penghasilan kepadanegara. Penghasilan itu untuk

membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu

seperti kesehatan rakyat, pendidikan, kesejahteraan dan sebagainya.

B. Fungsi Pajak

Fungsi pajak menurut Mardiasmo (2006:1) dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Fungsi bugetair (anggaran), adalah pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi regulerend (mengatur), adalah pajak sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijaksanaaan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi.

7
C. Pajak Bumi dan Bangunan

Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Undang UndangNo. 12

tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 tahun 1994.

Sedangkan asas Pajak Bumi dan Bangunan menurut Mardiasmo (2006:295) adalah sebagai

berikut:

1. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan.

2. Adanya kepastian hukum.

3. Mudah dimengerti dan adil.

4. Menghindari pajak berganda.

Yang dimaksud dengan objek pajak yang dimiliki atau dikuasai atau digunakan

oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan

menurut Mardiasmo (2006:297) diantaranya:

a. Yang menjadi objek pajak adalah bumi dan atau bangunan.

b. Klasifikasi bumi dan bangunan

c. Pengecualian objek pajak

d. Objek pajak yang digunakan oleh Negara

Besarnya Nilai Jual objek Pajak Tidak kena pajak (NJOPTKP) Dari keempat objek

pajak tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Yang menjadi objek pajak pada PBB adalah bumidan/ataubangunan.

b. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan

bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta untuk

memudahkan penghitungan pajak yang terutang.

c. Pengecualian objek pajak

Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek pajak yang:

1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk mencari

8
keuntungan, antara lain:

a. Di bidang ibadah.

b. Di bidang kesehatan.

c. Di bidang pendidikan.

d. Di bidang sosial.

e. Di bidang kehudayaan nasional.

2. Digunakan untuk kuburan, peniggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu.

3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah

penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang helum dibebani suatu

hak.

4. Digunakan oleh perwakilan rakyat, diplomatik, konsulat berdasarkan asasperlakuan

timbal balik.

5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi Internasional yaitu antara lain:

a. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

b. Badan-badan Internasional dari PBB

c. Kerjasamateknik bilateral

d. Colombo Plan

e. Kerjasama kebudayaan

f. Organisasi ASEAN

6. Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelengaraan pemerintahan, penentuan

pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

7. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKPJ ditetapkan sebesar Rp.

12.000.000,00 untuk setiap wajib pajak. Apabila seorang wajib pajak mempunyai

beberapa objek pajak,yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu objek pajak yang

nilainya terbesar, sedangkan objek pajak lainnya tetap dikenakan secara penuh tanpa

9
dikurangi NJOPTKP. Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menentukan besarnya

NJOPTKP dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi dan moneter serta

perkembangan harga umum objek pajak setiap tahunnya.

D. Tarif Pajak

Menurut Mardiasmo (2006:301) menjelaskan bahwa Tarif pajak yang dikenakan

atas objek pajak adalah sebesar 0,5% (lima per sepuluh persen). Berdasarkan tarif pajak

tersebut maka dasar pengenaan pajak adalah sebagai berikut:

1. Dasar pengenaanpajak adalah nilai jual objek pajak

2. Besarnya nilai objek pajak yang ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan,

kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahunsesuaidengan perkembangan

daerahnya,

3. Dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan serendah-

rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai JualObjekPajak.

4. Besarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak ditetapkan dengan peraturan pemeriutah

dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.

Berdasarkan Peraturan Daerah KAB. KEP. ARU. No 2 Tahun 2014 Bab 3 pasal

6 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan .Menjelaskan bahwa Tarif

pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,1% s/d 0,2 % (Satu per sepuluh

persen s/d dua persepuh persen ). Berdasarkan tarif pajak tersebut maka dasar pengenaan

pajak adalah sebagai berikut:

1. Dasar pengenaanpajak adalah nilai jual objek pajak

2. Besarnya nilai objek pajak yang ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan,

kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahunsesuaidengan perkembangan

daerahnya,

10
3. Dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan serendah-

rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Objek Pajak.

4. Besarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak ditetapkan dengan peraturan pemeriutah

dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.

Pada dasarnya penetapan Nilai JuaI Objek Pajak adalah 3 tahun sekali. Namun

demikian untuk daerah terentu yang karena perkembangan pembangunan mengakibatkan

kenaikan nilai jual objek pajak cukup besaf,maka penetapan nilai jualditetapkan setahun

sekali.

Dalam menetapkau nilai jual, Menteri Keuangan mendengar pertimbangan

Gubernur serta memperhatikan asas self assessment. Yang dimaksud Nilai Jual Kena

Pajak (assessrnent value) adalah nilai jual yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan

pajak, yaitu suatu persentase tertentu dari nilaijual sebenarnya.

Untuk perekonomian sekarang ini, terutama untuk tidak terlalu membebani

wajib pajak di daerah pedesaan, tetapi dengan tetap memperhatikan penerimaan,

khususnya bagi Pemerintah Daerah, maka telah ditetapkan besarnya persentase untuk

menentukan besamya Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yaitu:

a. Sebesar 40% dan NJOP untuk:

1. Objek Pajak perkebunan

2. Objek Pajak kehutanan

3. Objek Pajak lainnya, yang wajib Pajaknya perorangan dengan NJOp atas bumi

dan bangunan sama atau lebih besar dari Rp.1.000.000.000,00 (satumilyarrupiah).

b. Sebesar 20%, dari NJOP untuk:

1. Objek PajakPertambangan

2. Objek Pajak lainnya yang NJOP-nya kurang dari Rp.1.000.000.000. (satu

milyar rupiah).

11
2. Cara Menghitung PBB

Agar pembayaran PBB dapat berjalan dergan baik sesuai dengan ketentuan

pembayarannya, maka menurut Mardiasmo (2006:302) cara penghitungan PBB dapat

dilakukan dengan rumus berikut:PBB = Tarif Pajak x NJKP =0,5%x [Persentase NJKPx

(NJOP-NJOPTKP)]

a. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah menurut Ketentuan Urnum Undang-Undang No. 32 Tahun

2004 Pasal 1 poin 15 adalah: "Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang

diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran

yangbersangkutan.Sedangkan pendapatan menurut Abdul HaIim (2004:69)

adalah:"Pendapatan adalah semua penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan

aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan" atau dengan kata lain pendapatan daerah merupakan semua penerimaan

kas yang menjadi hak daerah sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam satu

tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.Struktur pendapatan

daerah terdiri dari:

1. Pendapatan Asli Daerah

2. Dana Perimbangan

3. Lain-lain Pendapatan yang sah

b. Pengelolaan Pajak Bumi Bangunan

Pengelolaan dapat diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mengelola; proses

melakukan kegiatan tertentu dengan mengerakkan tenaga orang lain; proses yang

membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi; proses yang memberikan

12
pengawasan dan pencapaian tujuan sebagai perangkat unsur yang secara teratur yang

saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, susunan yang teratur.

Dengan demikian menurut Marihot Siahaan (2005: 317-319) pengelolaan

Pajak Bumi Bangunan dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:

• Pemungutan

Pemungutan pajak adalah suatu rangkaian mulai dari penghimpunan data

objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak kepada wajib pajak serta

pengawasan penyetorannya (Prakosa, 2003:79). Pemungutan Pajak Bumi Bangunan

tidak dapat diserahkan kepada pihak yang ketiga, walaupu demikian dimungkinkan

adanya kerjasama dengan pihak yang ketiga dalam proses pemungutan pajak antara

lain pencetakan formulir perpajakan, pengiriman surat kepada wajib pajak. Kegiatan

yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan

besarnya pajak terutang, pengawasan penyetoran pajak dan penagihan pajak.

Pemungutan pajak daerah termasuk salah satunya Pajak Bumi Bangunan

dilaksanakan dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah atau dokumen lain

yang dipergunakan. Adapun dasar pemungutan pajak daerah adalah: a. Surat ketetapan

pajak daerah kurang bayar, b. Surat ketetapan pajak daerah kurang bayar tambahan, c.

Surat tagihan pajak daerah, d. Surat keputusan pembetulan, e. Surat keputusan

keberatan, f. Putusan banding.

Dalam pengelolaan Pajak Bumi Bangunan, fungsi dari masing masing seksi

yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemungutan pajak Bumi Bangunan dapat

dilihat pada bagan berikut :

13
• Pembukuan

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur

untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi keadaan harta,

kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan

penyerahan barang dan jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan

berupa neraca dan perhitungan rugi laba pada setiap tahun pajak berakhir.

Pembukuan atau pencatatan diselenggarakan dengan sebaik baiknya yang

mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya.Pembukuan yang

berhubungan dengan usaha atau perusahaan wajib pajak harus disimpan selama

lima tahun. Tata cara pencatatan ditetapkan oleh bupati/ walikota atau pejabat yang

ditunjuk.

• Pemeriksaan Pajak Bumi Bangunan

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

daerah dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan peraturan darah tentang Pajak

14
Bumi Bangunan. Pelaksanaan pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas yang

ditunjuk oleh bupati/walikota atau pejabat yang berwenang.

3. Kerangka Penelitian

Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan pembangunan dan

pelayanan terhadap masyarakat di daerahnya. Untuk mewujudkan tugasnya tersebut maka

pemerintah daerah harus rnemiliki sumber keuangan yang cukup dan memadai karena untuk

pelaksanaan pembangunan daerah itu diperlukan biaya yang tidak sedikit. Salah satu sumber

keuangan untuk penyelenggaraan pembangunan daerah adalah dari dana perimbangan yang

mana salah satunya merupakan dana bagi hasil pajak yang bersumber dari Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB).

PBB merupakan pajak pusat karena dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) termasuk dalam dana perimbangan. PBB juga merupakan azas pembantuan

karena dana bagi hasil dari penerimaan PBB sebesar90%untuk daerahdengan rincian sebagai

berikut: 16,2%untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening kas

umum daerah provinsi, 64,8% untuk daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan

disalurkan ke rekening kas umum daerah kabupaten, 9% untuk biaya pemungutan.

Sedangkan sisa 10% bagian pemerintah yang dibagikan kepada seluruh kabupaten dan kota

yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan dengan imbangan

sebagai berikut: 6,5% dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten dan kota

dan 3,5% dibagikan secara intensif kepada daerah kabupaten dan kota yang realisasi tahun

sebelumnya mencapai atau melampaui rencana penerimaan sektor tertentu. Nominal 64,8%

ini memiliki kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan daerah. Wajib pajak menyetorkan

PBB pada suatu badan yang ditunjuk oleh pemerintah untuk kemudian dikelola lebih lanjut

15
oleh Kantor Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB). Instansi ini bertanggung jawab pada

pemerintah pusat.

Dalam penelitian ini akan dibahas pajak bumi dan bangunan yang menitikberatkan

pada faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan Pajak Bumi Bangunan. Dalam hal ini

jika faktor-faktor tersebut berpengaruh baik terhadap pengelolaan Pajak Bumi Bangunan

maka pendapatan asli daerah dari sektor pajak akan meningkat. Kerangka pikir penelitian

selengkapnya dapat digambarkan seperti bagan berikut ini.

16
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengertian

metode deskriptif kualitatif menurut Moh. Nazir (2003:54) adalah suatu metode dalam

meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada kantor Pemerintah

Kabupaten kepulauan aru. yang khususnya dilakukan pada Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten kepulauan aru.

C. Subjek Penelitian

Menurut Arikunto (2007, 152) Subjek penelitian merupakan sesuatu yang sangat

penting kedudukannya di dalam penelitian, subjek penelitian harus ditata

sebelum peneliti siap untuk mengumpulkan data. Subjek penelitian dapat berupa benda, hal

atau orang. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Kepala bagian Pendapatan

Daerah 1 orang, Kepala seksi 1 orang, Staf bidang Pendaftaran 1 orang, Staf bidang

Pendataan 1 orang, Staf bidang Penilai 1 orang, staf bidang Penetapan 1 orang, Staf bidang

Penagihan 1 orang di tambah 3 orang masyarakat wajib membayar pajak. Sehingga jumlah

subjek dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang mengetahui langsung masalah yang

diteliti.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

17
Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer dengan cara

mengadakan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian. Data primer ini diperoleh

dengan menggunakan cara:

1. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan secara

langsung terhadap aktivitas Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Kepulauan Aru yang

erat kaitannya dengan dokumen yang dibutuhkan. Data yang dikumpulkan antara lain

mengenai pengelolaan PBB dan besarnya Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kepulauan

Aru.

2. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung dengan

pejabat yang berwenang yang ada kaitannya dengan objek penelitian, yaitu Kepala Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Kepulauan Aru. Penulis mengumpulkan data mengenai

Badan Pendapatan Daerah untuk memperoleh gambaran secara umum dan masalah

khusus yang diteliti. Adapun data yaug diperoleh diharapkan dapat menjelaskan tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan PBB pada Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Kepulauan Aru.

3. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara

mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan PBB, serta literatur/sumber tertulis

yang relevan dengan masalah yang diteliti. Penelitian kepustakaan bertujuan untuk

mendapatkan landasan teoritis yang hasilnya akan digunakan sebagai dasar untuk

melakukan analisis atas data yang diperoleh dalam penelitian lapangan, sehingga

menghasilkan kesimpulan serta saran untuk memecahkan masalah yang ada.

18
b. Definisi Konsep dan Operasional Variabel

1. Definisi Konsep

Defenisi konsep merupakan unsur penelitian yang penting untuk

menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti (Singarimbun, 1993:33).

Selain itu tujuan adanya konsep adalah untuk mendapatkan pembatasan yang jelas dari

setiap konsep yang diteliti. Maka untuk mendapatkan batasan yang jelas, penulis

menggunakan defenisi konsep dalam penelitian ini adalah:

2. Pengelolaan adalah kebijakan mengenai perubahan sistem perpajakan yang sesuai dengan

perkembangan, tujuan ekonomi, politik dan sosial pemerintah dalam rangka peningkatan

penerimaan daerah dari sektor Pajak Bumi dan Bangunan. Pengelolaan PBB meliputi

empat aspek yakni: pendaftaran, pendataan, penilaian, penetapan, dan penagihan.

3. Pengelolaan Pajak Bumi Bangunan adalah proses pengelolaan Pajak Bumi Bangunan

yang dilakukan dengan kegiatan pengelolaan, yang pertama pemungutan, yaitu suatu

rangkaian mulai dari penghimpunandata objek dan subjek pajak, penentuan besarnya

pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya. Kedua pembukuan, yaitu

proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi

keuangan. Ketiga pemeriksaan pajak bumi bangunan, yaitu menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangka melaksanakan peraturan daerah

tentang pajak bumi bangunan.

E. Operasional Variabel

Untuk memudahkan pengukuran/pengkajian variabel penelitian, perlu dikemukakan

opersionalisasi variabel. Sesuai dengan judul penelitian yang penulis ajukan yaitu

Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Kepulauan Aru, maka operasional variabel penelitian ini dijabarkan pada tabel 3.1. berikut :

19
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel, Indikator Variabel, Sub Indikator

Oprasional variable Sub Indikator Indikator


Pengelolaan pajak bumi Perencanaan Merencanakan semua proses pemungutan
bangunan pada badan pajak sesuai dengan peraturan perundang-
pendapatan daerah undangan yang berlaku
Pengorganisasian Mengorganisasi individu atau lembaga yang
akan melakukan pemungutan pajak bumi
dan bangunan
Penggerakan Menggerakan seluruh kemampuan yang ada
dalam rangka optimalisasi
Pengawasan Mengawasi seluru kegiatan yang dilakukan
individu maupun lembaga yang berkaitan
dengan pengelolaan pajak bumi dan
bangunan pada kantor Badan Pendapatan
Daerah Kabupaten Kepulauan Aru

F. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis data kualitatif yang mana data

didapat melalui wawancara dan observasi. Menurut Arikunto (2007 : 26-29) langkah-

langkah analisis data kualitatif sebagai berikut :

a. Pengumpulan Data

Mengumpulkan data dari lokasi penelitian dengan melakukan

wawancara, survei kepada badan pendapatan daerah kepulauan Aru dan

documenter

b. Pengolahan Data

Setelah data berhasil dikumpulkan selanjutnya data di analisis. Peneliti

melakukan pemeriksaan terhadap jawaban-jawaban informan dan survei yang

telah dilakukan dari data hasil wawancara yang dilakukan peneliti. Tujuannya

adalah memperbaiki data yang diterima, memberi keterangan tambahan dan

membuang keterangan yang tidak penting

c. Penyajian Data

Merupakan kesimpulan informasi yang dipaparkan secara tertulis.

20
Penyajian data dalam penelitian ini berupa uraian dari rangkuman hasil

wawancara dan observasi

d. Generalisasi dan Kesimpulan

Generalisasi adalah pengambilan kesimpulan dari analisis penelitian.

Generalisasi yang dibuat harus berkaitan dengan teori yang mendasari penelitian

yang dilakukan. Setelah generalisasi dibuat peneliti mengambil kesimpulan dari

hasil penelitian

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim (2004). Perpajakan, Yogyakarta : Penerbit Andi

Arikunto (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Refika Aditama

Bohari, H. (2010). Pengantar Hukum Pajak, Jakarta: Raja Grafindo

Mardiasmo. (2006) Perpajakan, Yogyakarta : Penerbit Andi

Mahmudi. (2010). Manajemen Keuangan Daerah, Jakarta : Erlangga

Mohamad Zain dan Suryo Hermana. (2010). Himpunan Undang-Undang Perpajakan. Jakarta

Barat : PT Indeks

Prakosa (2003). Pajak Bumi dan Bangunan di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu

Republik Indonesia, Undang-Undang No 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

Republik Indonesia, Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Siahaan, (2009) Pajak Bumi dan Bangunan di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu

Soemitro, Rochmat. (2001) Pajak Bumi dan Bangunan, Bandung: Refika Aditama,

Tarmudji, Tarsis. (2001) Memahami Pajak & Perpajakan, Semarang: Unnes,

Waluyu, (2009) Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat

Anton Mardoni (2017) Kebijakan pengelolaan pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan Dan

Perkotaan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten

Musi Rawas, Jurnal Penelitian pendidikan Sosial Humaniora, Vol 2, hal 220-225

Lucia Silveria Napitupulu, Novi Budiarso (2015) Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan Dan

Perkotaan (PBB-P2) Sebagai Pajak Daerah Dan Implikasinya Terhadap Pencatatan

Akuntansi Pada Pemerintah Kota Manad, Jurnal EMBA, Vol 3. 1 Maret 2015 hal 463-

472

22

Anda mungkin juga menyukai