Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KELUARGA DENGAN USIA PRODUKTIF PADA MASA PANDEMI

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan keluarga


Disusun oleh :
Nama Kelompok
Alika Putri 0101019005
Atika Suri 0101019010
Desti Listia 0101019018
Dini Andriani 0101019024
Melza Metalia 0101019036
Nurmala Dewi0101019043
Ryan Dwi Juliyanto 0101019053

AKADEMI KEPERAWATAN BHAKTI HUSADA CIKARANG


Jl. R.E Martadinata (By.Pass) Cikarang-Bekasi
2021/2022.
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji dan syukur kepada Allah Yang Maha Esa. Atas segala
rahmat dan karunia-Nya yang telah melimpahkan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Asuhan Keluarga dengan usia produktif
pada masa pandemi”
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan namun berkat
bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan walaupun tentu saja
masih terdapat banyak kekurangannya. karena itu, kami mengucapkan terimakasih terutama
kepada :

1. Ibu Lina Marlina,S.Kp, M.Biomed selaku direktur Akper Bhakti Husada.


2. Ibu Iin Ira Kartika, SKM,MKM selaku dosen mata ajar keperawatan keluarga

Kami menyadari bahwa Makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
menjadi lebih baik.

Cikarang, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. pengertian usia produktif


B. pola konsumsi pangan usia produktif
C. karakteristik usia produktif
D. Trend dan issue usia produktif pada massa pandemi
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
COVID-19 menjadi salah satu alasan dari berbagai keresahan dan kecemasan
yang di alami oleh seluruh masyarakat di seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia.
Keresahan ini diakibatkan oleh berbagai faktor, antara lain meningkatnya jumlah
terkonfirmasi COVID-19, ditutupnya fasilitas umum, adanya Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB), dan lain sebagainya. Pemahaman-pemahaman serta edukasi
yang diperlukan untuk mengurangi tingkat penyebaran COVID-19 sudah diberikan
kepada masyarakat yang secara tidak langsung akan mengurangi keresahan-keresahan
yang dirasakan.
Masyarakat Indonesia merasakan beberapa akibat atau dampak dari ditetapkannya
berbagai kebijakan oleh Pemerintah untuk menekan angka penyebaran COVID-19 dan
berkurangnya produktivitas yang bisa dilakukan selama pandemi, terjadi berbagai
perubahan perilaku dan kebiasaan pada individu, baik perilaku dan kebiasaan baik
maupun perilaku dan kebiasaan yang buruk
Secara teknis produktivitas merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu
mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang
dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini daripada hari kemarin dan hari esok lebih
baik dari hari ini.
Selain itu produktivitas adalah perbandingan antara hasil kerja (output) yang
berupa barang atau jasa dengan keseluruhan input yang terdiri dari bahan, dana dan
tenaga yang digunakan dalam proses produksi.
Sedangkan menurut L. Greenberg dalam sinungan (2019), mendefinisikan
produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu
dibagi totalitas masukan selama periode tersebut. produktivitas juga diartikan sebagai
perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil, perbedaan antara kumpulan jumlah
pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satu-satuan (unit) umum. Mengacu
pada pengertian produktivitas di atas, dapat dikatakan bahwa produktivitas memiliki
pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini daripada hari kemarin dan hari esok lebih
baik dari hari ini. Filosofi dan spirit tentang produktivitas
Melalui laman resmi Badan Pusat Statistik, perbulan Februari 2019 diperoleh
beberapa informasi mengenai jumlah masyarakat produktif di Indonesia. masyarakat
produktif di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu Angkatan Kerja (AK) dan Bukan
Angkatan Kerja (BAK). Angkatan Kerja terdiri dari masyarakat yang bekerja dan
pengangguran, sedangkan Bukan Angkatan Kerja terdiri dari masyarakat yang sekolah,
mengurus, dan lainnya. Kedua jenis usia produktif tersebut memiliki jumlah
masyarakat yang berbeda dengan jumlah Angkatan Kerja (AK) di Indonesia sebanyak
136.183.032 jiwa dan jumlah Bukan Angkatan Kerja (BAK) sebanyak 60.279.733 jiwa.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
tentang Asuhan Keperawatan dengan Balita pada masa pandemic

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian usia produktif
b. Mengetahui pola konsumsi pangan usia produktif
c. Mengetahui karakteristik usia produktif
d. Trend dan issue usia produktif pada massa pandemi
C. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari 3 BAB, BAB I : Pendahuluan terdiri dari
latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan, BAB II : Tinjauan teoritis
berisikan tentang pengertian usia produktif, pola konsumsi pangan usia produktif,
karakteristik usia produktif dan Trend dan issue usia produktif pada massa pandemic
BAB III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian usia produktif


Usia terkadang menjadi tolak ukur, baik tolak ukur dalam pemerataan pendidikan,
perkembangan perilaku, pembagian hak kerja, dan lain sebagainya. Usia menjadi sangat
penting dikarenakan setiap kategori usia memiliki kapasitas atau kemampuan yang
berbeda dalam melakukan berbagai hal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain
itu, dengan adanya pembagian kategori usia dapat mempermudah dalam pemberian
berbagai akses, seperti pendidikan, kesehatan, hak dan kewajiban, dan beberapa akses
lainnya.
Terdapat dua pengelompokan penduduk berdasarkan umur dan kemampuan
berproduksi secara ekonomi, yaitu kelompok penduduk nonproduktif dan kelompok usia
produktif. Sri Wahyuni menjelaskan, kelompok penduduk nonproduktif merupakan
penduduk yang berusia antara 0-14 tahun dan penduduk yang berusia diatas 65 tahun.
Sedangkan kelompok usia produktif merupakan penduduk yang berusia antara 15-64
tahun. (Wahyuni, 2011,)
Produktif di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu Angkatan Kerja (AK) dan Bukan
Angkatan Kerja (BAK). Angkatan Kerja terdiri dari masyarakat yang bekerja dan
pengangguran, sedangkan Bukan Angkatan Kerja terdiri dari masyarakat yang sekolah,
mengurus, dan lainnya. Kedua jenis usia produktif tersebut memiliki jumlah masyarakat
yang berbeda dengan jumlah Angkatan Kerja (AK) di Indonesia sebanyak 136.183.032
jiwa dan jumlah Bukan Angkatan Kerja (BAK) sebanyak 60.279.733 jiwa.

B. Mengetahui pola konsumsi usia produktif


1. Pola Konsumsi Makanan Utama dan Selingan
Berdasarkan hasil yang diperoleh terdapat 37,6% responden yang
mengalami peningkatan konsumsi makanan utama dengan mayoritas jumlah
konsumsi 1-3 porsi/hari.
Adanya peningkatan konsumsi makanan selingan selama pandemi
COVID-19 dapat disebabkan banyaknya waktu luang dan rendahnya
aktivitas fisik sehingga mengarahkan individu untuk makan berlebihan, terutama
jenis makanan ringan sebagai selingan atau sekedar pengganti waktu makan.
Rasa bosan yang terjadi selama masa pembatasan kegiatan juga dapat
berhubungan dengan rendahnya kadar dopamin dalam tubuh sehingga
individu akan mencoba meningkatkan kesenangan melalui makanan yang
dapat mengalihkan rasa bosan (Amaliyah et al., 2021). Fenomena tersebut
berisikopada masalah sindroma metabolik (Goenawan et al., 2020)
2. Pola Konsumsi Sayur dan Buah
Selama pandemi COVID-19, masyarakat perlu meningkatkan konsumsi
sayur dan buah yang kaya vitamin dan baik bagi tubuh (Akbar dan Aidha,
2020). Pemilihan sayur dan buah berwarna seperti sayuran hijau dan ungu
serta mengandung banyak vitamin seperti A,C,Emenjadi utama karena
kandungan antioksidan didalamnya berperan menangkal senyawa jahat dalam
tubuh dan membantu meningkatkan imunitas
3. Pola konsumsi air putih
konsumsi air putih selama pandemi COVID-19. Hasil serupa
ditemukan pada studi yang menjelaskan meningkatkan konsumsi air putih
menjadi salah satu upaya responden dalam meningkatkan daya tahan tubuh
selama pandemi COVID-19 (Ulfa danMikdar, 2020)
Padamasa pandemi COVID-19, penting bagi setiapindividu untuk
memastikan tubuhnyaselalu terhidrasi. Hal tersebutdapat dipenuhi dari konsumsi
air putih 6-8 gelas/hari bagi orang dewasa pada umumnya. Konsumsi air putih
dibandingkan minuman mengandung gula atau pemanis tambahan dapat
menurunkan risiko konsumsi kalori berlebih guna menjaga pola makan sehat
(Food and Agriculture Organization of the United Nations, 2020). Panduan
gizi seimbang pada masa pandemi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan
RI juga merekomendasikan konsumsi air putih minimal 8 gelas/hari. Sebagian
besar (2/3) kebutuhan cairan tubuh dapat diperoleh dari minuman dan sisanya
dari makanan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
4. Pola KonsumsiMinuman Rempah-Rempah
Saat ini banyak masyarakat meyakini khasiat tanaman obat dan
herbal tertentu untuk menghindari virus, termasuk COVID-19 (Jumalda et al.,
2021). Selain untuk menghindari virus, masyarakat cenderung mencari zat
gizi/herbal yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh (Mayasari et al., 2020).
Sejatinya, penggunaan jamu atau minuman tertentu belum terbukti memiliki
dampak pada pencegahan dan penanganan penderita COVID-19dan tidak
ditemukan pada protokol tatalaksana penderita COVID-19
5. Pola Konsumsi Suplemen Kesehatan
Pemilihan vitamin C sebagai suplemen yang banyak dikonsumsi
selama pandemi COVID-19 dapat dikarenakan sifat anti-inflamasi yang
dapat mendukung kekebalan tubuh (Shakoor et al., 2021). Vitamin C
berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dengan cara merangsang pembentukan
antibodi dan kekebalan tubuh (Fatonah, 2021).Sejak hadirnya pandemi
COVID-19, muncul banyak anjuran untuk mengkonsumsi suplemen guna
meningkatkan daya tahan tubuh.
Meskipun belum sepenuhnya terbukti secara ilmiah, beberapa jenis
suplemen seperti vitamin C dan multivitamin mengandung zat besi dinilai dapat
mencegah penularan virus (Lidia et al., 2020). Manfaat tersebut tentu berkaitan
dengan dosis yang dikonsumsi. Frekuensi dan dosis yang tidak sesuai
dinyatakan tidak berhubungan dengan pencegahan COVID-19 (Srimiati et al.,
2020).
Selain itu, suplemen juga tidak ditujukan untuk mengatasi, mendiagnosis,
mencegah dan menyembuhkan penyakit. Konsumsi vitamin yang tidak
tepat dapat berefek negatif dan berinteraksi dengan obat lain yang
dikonsumsi (Lidia et al., 2020).

C. Karakteristik usia produktif


Dalam aspek bekerja, Gallup (2016) menyatakan para milenials dalam
bekerja memiliki karakteristik yang jauh berbeda dibandingkan dengan generasi-
generasi sebelumnya, diantaranya adalah;
1) Para milenials bekerja bukan hanya sekedar untuk menerima gaji, tetapi
juga untuk mengejar tujuan (sesuatu yang sudah dicitacitakan
sebelumnya),
2) Milennials tidak terlalu mengejar kepuasan kerja, namun yang lebih
milenials inginkan adalah kemungkinan berkembangnya diri mereka di
dalam pekerjaan tersebut (mempelajari hal baru, skill baru, sudut padang
baru, mengenal lebih banyak orang, mengambil kesempatan untuk
berkembang, dan sebagainya)
3) Milennials tidak menginginkan atasan yang suka memerintah dan
mengontrol
4) Milennials tidak menginginkan review tahunan, milenials menginginkan
on going conversation
5) Milennials tidak terpikir untuk memperbaiki kekuranganya, milenials
lebih berpikir untuk mengembangkan kelebihannya.
6) Bagi milennials, pekerjaan bukan hanya sekedar bekerja namun bekerja
adalah bagian dari hidup mereka. Jika sumber daya manusia berkarakter
sehat, cerdas, dan produktif akan membawa keberkahan dan kesejahteraan
bagi penduduknya. Semakin melimpahnya sumber daya manusia usia
produktif berpengaruh positif bagi bangsa Indonesia, karena tenaga kerja
untuk produksi akan semakin banyak. Hal ini akan berakibat pada
peningkatan pendapatan daerah maupun nasional yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Kemenpppa :2018)

D. Trend Dan Issue usia produktif


Trend dan Isu Keperawatan Keluarga Trend adalah sesuatu yang sedang
booming, actual, dan sedang hangat diperbincangkan. Sedangkan isu adalah suatu
peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa
mendatang, menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan
nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Jadi, trend
dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming, actual, dan
sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup
keperawatan keluarga. Adapun trend dan isu dalam keperawatan keluarga,
diantaranya: Global Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan
pola perilaku keluarga. Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global
sehingga penyebarannya semakin meluas. Kemajuan teknologi di bidang
transportasi sehingga tingkat mobilisasi penduduk yang tinggi seperti migrasi
yang besar-besaran yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang berubah.
Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang ketat
serta menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan kualitas
pendidikan. Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta
pelayanan kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan yang tinggi.
Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang
belum berkembang. Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi
DEPKES sudah menyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model
keperawatan keluarga di rumah tapi perlu disosialisasikan. Keperawatan keluarga/
komunitas dianggap tidak menantang. Geografis luas namun tidak ditunjang
dengan fasilitas. • Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai.
Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi. Pelayanan SDM
belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada perawat keluarga.
Penghargaan / reward rendah. Bersikap pasif. Biaya pelayanan kesehatan rawat
inap mahal. Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah. Pendidikan
Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung “mudah"
Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas. Sarana dan
prasarana pendidikan sangat terbatas. Rasio pengajar : mahasiswa belum
seimbang. Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang. Profesi
Standar kompetensi belum disosialisasikan. Belum ada model pelayanan yang
dapat menjadi acuan. Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik. Peranan profesi di masa depan
dituntut lebih banyak. Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik
keperawatan. Pelayanan SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum
ada perawat keluarga. Penghargaan / reward rendah. Bersikap pasif. Biaya
pelayanan kesehatan rawat inap mahal. Pengetahuan dan keterampilan perawat
masih rendah. Pendidikan Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan
keperawatan cenderung "mudah" Penelitian terkait pengembangan dan uji model
masih terbatas. Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas. Rasio pengajar :
mahasiswa belum seimbang. Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan
kurang. Profesi Standar kompetensi belum disosialisasikan. Belum ada model
pelayanan yang dapat menjadi acuan. Kompetensi berbagai jenjang pendidikan
tidak berbatas. Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik. Peranan profesi
di masa depan dituntut lebih banyak. Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-
undang praktik keperawatan.
Trend dan Isu Keperawatan Keluarga di Indonesia Perkembangan
keperawatan di Indonesia sejak tahun 1983 sangat pesat, di tandai dengan buka
nya Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Universitas Indonesia Jakarta
sejak tahun 1985 dan tahun 1985 telah menjadi fakultas keperawatan, kemudian
disusul PSIK di Universitas Padjadjaran Bandung, berkembang lagi di 7
Universitas Negeri di Indonesia pada tahun 1999, serta mulai berkembang pada
sekolah tinggi ilmu kesehatan dengan jurusan keperawatan yang pengelolaannya
dimiliki oleh masyarakat. Perkembangan tersebut juga ditunjang oleh Departemen
Kesehatan pada tahun 90-an dengan program pokok Perawatan Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas yang sasarannya adalah keluarga. Namun,
perkembangan jumlah keluarga yang menerus meningkat dan banyaknya keluarga
yang rawan kesehatan (risiko), keperawatan komunitas mungkin tidak dapat
menjangkau meskipun salah satu sasarannya adalah keluarga yang rawan
(berisiko).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara teknis produktivitas merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu
mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat
melakukan pekerjaan lebih baik hari ini daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik
dari hari ini. Selain itu produktivitas adalah perbandingan antara hasil kerja (output) yang
berupa barang atau jasa dengan keseluruhan input yang terdiri dari bahan, dana dan
tenaga yang digunakan dalam proses produksi.
Terdapat dua pengelompokan penduduk berdasarkan umur dan kemampuan
berproduksi secara ekonomi, yaitu kelompok penduduk nonproduktif dan kelompok usia
produktif. Sri Wahyuni menjelaskan, kelompok penduduk nonproduktif merupakan
penduduk yang berusia antara 0-14 tahun dan penduduk yang berusia diatas 65 tahun.
Sedangkan kelompok usia produktif merupakan penduduk yang berusia antara 15-64
tahun.
B. Saran
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan membuatkan program untuk usia
produktif agar bisa cek kesehatan selama pandemi COVID-19 tanpa takut tertular demi
membantu upaya pencegahan maupun pengobatan klien dan memberikan kepuasan klien
dalam pelayanan di Puskesmas, terutama pada usia produktif dan keluarga
Pertanyaan dan jawaban
1. Bagaimana kita produktif disaat pandemi ? (Alpin)
Jawab
a. Membuat Jadwal Harian
Buat jadwal harian atau daftar pekerjaan yang harus diselesaikan setiap
hari. Hal ini akan memudahkan untuk fokus juga dapat digunakan sebagai
panduan mana pekerjaan yang sudah dikerjakan dan mana pekerjaan yang
harus segera diselesaikan agar tidak ada pekerjaan yang terlewat.
b. Menentukan Ruang Kerja
Agar saat bekerja tetap nyaman dan tidak terganggu, maka pilihlah
salah satu sudut ruangan/rumah sebagai ruang kerja secara khusus.
Usahakan untuk menggunakan kursi dan meja saat bekerja agar tidak
mudah mengantuk atau malas dalam melakukan aktivitas.
c. Disiplin dengan Waktu
Bekerja dari rumah tentunya memberikan jam kerja yang lebih
fleksibel.Akan tetapi karena tidak ada pengawasan langsung dari atasan
maupun bagian kepatuhan internal, maka pastikan kita bisa disiplin waktu
dalam bekerja. Jangan sampai sering meninggalkan pekerjaan untuk
urusan lain yang akhirnya menghambat penyelesaian tanggung jawab
pekerjaan
d. Melakukan pekerjaan rumah Jangan cuma rebahan aja, rajin olahraga dan
berjemur, bekerja dari rumah, membuat jadwal harian.
e. Menjaga jarak dan mematuhi protokol kesehatan pada saat bepergian,
melakukan aktifitas di rumah
f. Mengikuti seminar seminar online, lomba-lomba online seperti :
puisi,menggambar dll. Olahraga agar bisa merefres piiran agar tidak stress
g. Dengan cara melakukan aktivitas tetapi dengan tetap menjaga kesehatan
dan sesuai protokol kesehatan, menghadapi covid yaitu bisa dengan cara
tetap produktif dan melakukan kegiatan kegiatan yang bermanfaat tetapi
tetap menjaga kesehatan dan protokol kesehatan
2. Bagaimana menjaga kesehatan dimasa pandemi ?(okta)
Jawab
a. DiRumah aja.
b. Konsumsi Makanan Sehat untuk meningkatkan imunitas tubuh.
c. Kurangi konsumsi alkohol dan minuman bergula.
d. Aktivitas Fisik 30 Menit/hari.
e. Jika bekerja di rumah.Setiap duduk 30 menit, istirahatlah.
f. Minum vitamin
g. Stop Merokok.
h. Jangan sering makan junkfood,makanan berminyak
i. Minum air yang banyak, minum vitamin/suplemen kesehatan/makan sayur dan
buah
3. Hal apa saja cara anak milineal menghadapi covid-19 ?(sobandi)
Jawab :
Dengan cara melakukan aktivitas tetapi dengan tetap menjaga kesehatan dan
sesuai protokol kesehatan, menghadapi covid yaitu bisa dengan cara tetap
produktif dan melakukan kegiatan kegiatan yang bermanfaat tetapi tetap menjaga
kesehatan dan protokol kesehatan,jangan berkerumun,memakai masker dan
melakukan cuci tangan setelah berpergian
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/j_consilia/article/download/11981/6048

https://www.academia.edu/32356937/TREN_DAN_ISU_KEPERAWATAN_KELUARGA_KE
LOMPOK_3_docx
https://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/kelola/article/download/440/340

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwi3z_Tjtbj2AhVSXHwKHRK5C-
AQFnoECBYQAQ&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unpad.ac.id%2Fjkrk%2Farticle%2Fdownload
%2F29124%2F13929&usg=AOvVaw1Fi7ruhpuxMtGfNuddwxqe

Anda mungkin juga menyukai