Anda di halaman 1dari 6

RUANG LINGKUP KAJIAN HUKUM TATA NEGARA

Dosen pengampu:
Tomy Michael, S.H., M.H.

Oleh:
Kelompok 1
1. Arel Saputra (1312100014)
2. Zaidan Athallah (1312100194)
3. Dini Kusuma Ningrum (1312100002)
4. Aghnia Rizky Shalsyah Dery (1312100167)
5. Rendy Pradana Prianggoro (1312100184)
6. Erika Valentina (1312100116)

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
1) BENTUK NEGARA (KESATUAN ATAU FEDERAL)

Kata “federal “ berasal dari kata Latin, feodus yang artinya liga. Liga negara-negara kota
yang otonom pada zaman yunani kuno dapat dipandang sebagai negara federal yang mula-
mula. Model negara federal berangkat dari suatu asumsi dasar bahwa negara federal di bentuk
oleh sejumlah negara atau wilayah yang idependen, yang sejak awal memiliki kedaulatan atau
semacam kedaulatan pada dirinya masing-masing negara atau wilaya-wilayah itu kemudian
bersepakat membentuk sebuah federal.

Menurut Riker (Prasojo, 2005: 134-136) faktor esternal yang mempengaruhi


pembentukan negara federal adalah motif ekonomi. Adapun, proses pembentukan negara
federal melalui perubahan bentuk negara dari negara kesatuan menjadi negara federal
seringkali di sebabkan oleh ketentuan ketentuan internal. Keinginan membentuk negara
federal paling tidak di awali dengan dua kejadian sebelumnya, pertama tingkat sentralisasi
kekuatan yang sangat tinggi. Kedua, kekuatan sentrifugal yang disebabkan perbedaan
perbedaan antar kelompok yang dapat mengarah kepada gerakan yang bersifat kedaerahan
dan pemisahan

Sifat dasar negara federal adalah adanya pembagian kekuasaan antara pemerintahan
federal dengan unit federal. Ada tiga hal yang membedakan Negara Federal satu sama lainnya:
Pertama, cara pembagian kekuasaan antara pemerintah Federal dengan pemerintah negara
bagian. Kedua, betuk otoritas untuk melindungi supremasi konstitusi di atas otoritas Federal
dan otoritas negara jika muncul konflik di antara keduanya. Ketiga, menurut cara perubahan
konstitusi jika dikehendaki adanya perubahan semacam itu.

Salah satu ciri Negara Federal adalah bahwa ia mencoba menyelesaikan dua konsep
yang sebenarnya bertentangan, yaitu kedaulatan Negara Federal dalam keseluruhannya dan
kedaulatan negara bagian. Penyelenggaraan kedaulatan ke luar dari negara-negara bagian
diserahkan sepenuhnya kepada pemerintahan Federal Untuk membentuk suatu Negara
Federal

Menurut C.F Strong diperlukan dua syarat, yaitu: Pertama adanya perasaan sebangsa di
antara kesatuan-kesatuan pollitik yang hendak membentuk sederasi itu, dan Kedua adanya
keinginan pada kesatuan-kesatuan politik yang hendak mengadakan ikatan terbatas, oleh
karena itu apabila kesatuan-kesatuan politik itu menghendaki persatuan sepenuhnya, maka
bukan federasi lah yang akan di bentuk, melaikan Negara Kesatuan.
2. BENTUK PEMERINTAHAN

A. Kerajaan (Monarki) ialah negara yang dikepalai oleh seorang raja dan bersifat turun temurun
dan menjabat untuk seumur hidup. Selain raja, kepala negara suatu monarki dapat berupa
kaisar atau syah (kaisar kerajaan Jepang, Syah Iran, dan sebagainya). Contoh Monarki : Inggris,
Belanda, Norwegia, Swedia, dan Muang Thai.

Ada beberapa sistem Monarki, yaitu :


1. Monarki Mutlak (absolut), seluruh kekuasaan dan wewenang tidak terbatas (kekuasaan
mutlak).
2. Monarki Konstitusional, kekuasaan raja dibatasi oleh suatu konstitusi (UUD). Raja tidak
boleh berbuat sesuatu yang bertentangan dengan konstitusi dan segala perbuatannya
harus berdasarkan dan sesuai dengan isi konstitusi.
3. Monarki Parlementer, ialah suatu monarki dimana terdapat suatu parlemen (DPR), para
menteri, baik perseorangan maupun secara keseluruhan, bertanggung jawab sepenuhnya
pada parlemen tersebut.

B. Republik (berasal dari bahasa Latin: res publica = kepentingan umum) ialah negara dengan
pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh seorang Presiden sebagai kepala negara yang dipilih
dari dan oleh rakyat untuk suatu masa jabatan tertentu (Amerika Serikat 4 tahun, Indonesia 5
tahun). Biasanya presiden dapat dipilih kembali setelah masa jabatannya.

Ada beberapa sistem republik :


❖ Republik mutlak (absolut)
Dalam sistem republik absolut pemerintahan diktator tanpa ada pembatasan kekuasaan.
Penguasa mengabaikan konstitusi dan untuk melegitimasi kekuasaannya digunakanlah
partai politik. Dalam pemerintahan ini parlemen memang ada namun tidak berfungsi
❖ Republik konstitusional
Dalam sistem republik konstitusional, presiden memegang kekuasaan kepala negara dan
kepala pemerintahan. Namun, kekuasaan presiden dibatasi oleh konstitusi. Di samping
itu, pengawasan yang efektif dilakukan oleh parlemen.
❖ Republik parlementer
Dalam sistem republik parlementer, presiden hanya sebagai kepala negara. Namun,
presiden tidak dapat diganggu-gugat. Sedangkan kepala pemerintahan berada di tangan
perdana menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen. Dalam sistem ini kekuasaan
legislatif lebih tinggi dari pada kekuasaan eksekutif.
3. SISTEM PEMERINTAHAN

Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah, “sistem” dan “pemerintahan
Sistem” adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional,
baik antara bagian-bagian maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga,
hubungan itu menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah
satu bagian tidak bekerja dengan baik, maka akan mempengaruhi keseluruhannya itu. (Carl J.
Friedrich)

A. Sistem pemerintahan parlementer


Sistem parlementer adalah sebuah sistem permerintahan di mana parlemen memiliki peranan
penting dalam pemerintahan.
❖ Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen
pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak
percaya.
❖ Eksekutif dalam sistem parlementer adalah kabinet. Kabinet yang terdiri dari perdana menteri
dan menteri-menteri, bertanggung jawab sendiri atau bersama-sama kepada parlemen.
❖ Kesalahan yang dilakukan oleh kabinet tidak dapat melibatkan kepala negara. Mosi tidak
percaya adalah sebuah prosedur parlemen yang digunakan kepada parlemen oleh parlemen
oposisi dengan harapan mengalahkan atau mempermalukan sebuah pemerintahan.

Pemerintah seringkali menanggapi mosi tidak percaya dengan mengusulkan mosi kepercayaan.
Tradisi ini dimulai pada Maret 1782 setelah kekalahan pasukan Britania dalam Pertempuran
Yorktown (1781) dalam Perang Revolusi Amerika, Parlemen Kerajaan Britania Raya
memutuskan bahwa mereka "tidak lagi percaya kepada menteri saat itu". Perdana Menteri
waktu itu, Lord North, menanggapinya dengan meminta Raja George III untuk menerima surat
pengunduran dirinya. Hal ini meskipun tidak secara langsung menciptakan konvensi
konstitusional; namun, pada awal abad ke-19, percobaan oleh Perdana Menteri untuk
memerintah dalam keadaan tanpa mayoritas parlemen terbukti tidak berhasil, dan pada
pertengahan abad ke-19, kemampuan mosi tidak percaya untuk memecahkan pemerintahan
dibentuk di Britania Raya.
Biasanya, ketika parlemen memutuskan tidak percaya, atau gagal memutuskan percaya, sebuah
pemerintahan harus mengundurkan diri, atau membubarkan parlemen dan mengadakan
pemilihan umum

B. Sistem pemerintahan presidensial


Dalam sistem pemerintahan presidensial, kedudukan eksekutif tak tergantung pada badan
perwakilan rakyat. Adapun dasar hukum dari kekuasaan eksekutif dikembalikan kepada
pemilihan rakyat. Sebagai kepala eksekutif, seorang presiden menunjuk pembantu-pembantunya
yang akan memimpin departemennya masing-masing dan mereka itu hanya bertanggung jawab
kepada presiden
C. Sistem Monarki absolut
Monarki absolut adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai oleh seorang
(raja, ratu, syah, atau kaisar) yang kekuasaan dan wewenangnya tidak terbatas.
Perintah raja merupakan wewenang yang harus dipatuhi oleh rakyatnya. Pada diri raja terdapat
kekuasaan eksekutif, yudikatif, dan legislatif yang menyatu dalam ucapan dan perbuatannya.
Contoh Perancis semasa Louis XIV dengan semboyannya yang terkenal L’etat C’est Moi (negara
adalah saya)

D. Sistem pemerintahan liberalisme


Istilah liberalisme berasal dari bahasa Latin, libertas atau dalam bahasa Inggris disebut liberty yang
memiliki makna kebebasan yang dapat diartikan bahwa Liberalisme adalah suatu konsep sudut
pandang yang mengakui adanya kebebasan hak individu dalam berbagai bidang seperti agama,
ilmu pengetahuan, kebudayaan, ekonomi, politik, maupun kebebasan memilih sebagai warga
Negara, oleh karena itu sistem pemerintahan liberalisme mengacu pada asas kebebasan sebagai
landasan bernegara serta sebagai dasar penetapan kebijakan dan aturan yang berlaku sedangkan
pemerintahan dengan sistem ini cenderung tidak begitu banyak membuat dan menetapkan
kebijakan

E. Sistem pemerintahan demokrasi


Istilah demokrasi berasal dari Bahasa Yunani demokratia yang berarti kekuasaan rakyat, Konsep
demokrasi sendiri memiliki dua bentuk dasar yaitu demokrasi langsung dimana rakyat ikut andil
serta aktif secara langsung dalam pengambilan keputusan pemerintahan dan demokrasi
perwakilan dimana seluruh rakyat merupakan kekuasaan berdaulat namun secara tidak langsung
kekuasaan politik tersebut diwakilkan serta dilaksanakan oleh wakil rakyat jadi dapat disimpulkan
sistem pemerintahan demokrasi adalah kekuasaan tertinggi politik pemerintahan tetap pada
rakyat dan untuk rakyat yang dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung melalui sistem
perwakilan yang kemudian akan dilaksanakan oleh wakil rakyat yang terpilih

F. Sistem pemerintahan komunisme


Munculnya paham Komunisme merupakan koreksi terhadap paham kapitalisme di awal abad
ke 19, Sistem pemerintahan komunisme sendiri bertitik tumpu pada satu partai politik sehingga
pemerintahannya dikendalikan penuh oleh partai komunis yang tidak mengenal hak perorangan
karena memiliki sifat yang otoriter yang membuat rakyat cenderung tidak memiliki kebebasan
dalam berpendapat terkait kebijakan dan peraturan yang di berlakukan
4. SISTEM PENDELEGASIAN KEKUASAAN NEGARA

Sistem Desentralisasi, apa itu Desentralisasi? Desentralisasi merupakan suatu istilah


yang secara etimologis merupakan bahasa latin yang terdiri de berarti lepas , centrum berarti
pusat , bila diartikan, desentralisasi berarti melepaskan diri dari pusat , maksud pengertiannya
tersebut bukan berarti daerah dapat berdiri sendiri melepaskan diri dari ikatan negara, tetapi
dari sudut ketatanegaraan , desentralisasi berarti pelimpahan kekuasaan pemerintahan dari
pemerintab pusat kepada daerah-daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri , dengan
kata lain daerah diberikan otonomi untuk menjadi daerah otonom. (kata sederhana
desentralisasi adalah adanya hubungan/keterkaitan antara pusat dan daerah)
Desentralisasi Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi, lalu Daerah provinsi
itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah provinsi, daerah
kabupaten dan daerah kota mempunyai pemda yang diatur dengan undang-undang.
Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
➢ Pemerintahan daerah provinsi,daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui umum. Gubernur,Bupati, dan
Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintahan Daerah Provinsi,Kabupaten,dan
Kota dipilih secara demokratis.
➢ Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat, pemerintah
daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
➢ Lalu Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan
dan keragaman daerah. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai