Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Model-Model Pengembangan Kurikulum

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“pengembangan kurikulum”

Disusun oleh kelompok VII:


Khairul ihsan 1901055
Siti Farhatul Husna 1901098

Dosen Pengampu:
Drs. Hasan basri, M.Ag
Nikmah hayati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
SYEKH BURHANUDDIN (STIT-SB)
PARIAMAN 2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada
Allah STW, yang karena bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah
berjudul Mode-model pengembangan kurikulum, untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah pegembagan kurikulum.

Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita
semua.

Pariaman, juni 2021

Kelompok

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................ i

Daftar Isi.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum............. 2


B. Model Pengembangan Kurikulum................................ 3
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................. 11

B. Saran....................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Model–model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan
pengembangan kurikulum. Sungguh sangat naif bagi para pelaku pendidikan di lapangan
terutama guru, kepala sekolah, pengawas bahkan anggota komite sekolah jika tidak
memahami dengan baik keberadaan, kegunaan dan urgensi setiap model–model
pengembangan kurikulum.
Pada tahun 2013 pemerintah menerapkan pemberlakuan tentang kurikulum baru, yang
berlaku sebagai pengganti kurikulum 2006 yaitu Kurukulum 2013. Kurikulum ini merupakan
inovasi dan penyempurnaan dari kurikulum KTSP tahun 2006 dalam bidang kurikulum
pendidikan di Indonesia, karena dengan adanya kurikulum 2013, siswa menjadi lebih aktif
dan menjadi fokus pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
Dengan berkembangnnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang melaju cepat, menuntut
kemajuan masyarakat sebagai pelaku pendidikan juga berkembang. Maka dari itu perlu
adanya pengembangan kurikulum sebagai modal dasar agar pembelajaran dapat berjalan
lancar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. 

B.  Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah ;
1.    Apa pengertian model pengembangan kurikulum ?
2.    Apa saja model pengembangan kurikulum ?

C.  Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai adalah ;
1.    Agar mengetahui pengertian model pengembangan kurikulum.
2.    Agar mengetahui macam-macam model pengembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Model Pengembangan Kurikulum


Model adalah konstruksi yang bersifat teoritis diri konsep.1 Model pengembangan
kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing),
menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena
itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem
perencanaan pembelajaran yang memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan
dalam pendidikan.
Dalam praktik pengembangan kurikulum sering terjadi cenderung hanya menekankan
pada pemenuhan mata pelajaran. Artinya, isi atau materi yang harus dipelajari peserta didik
hanya berpusat pada disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis, dan logis, sehingga
mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan perkembangan
masyarakat.
Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembangan kurikulum
semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum. Yang dimaksud
dengan model pengembangan kurikulum dalam tulisan ini yaitu langkah atau prosedur
sistematis dalam proses penyusunan suatu kurikulum. Dengan memahami esensi model
pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model pengembangan, para pengembang
kurikulum diharapkan akan bisa bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal.
Sehingga harapan ideal terwujudnya suatu kurikulum yang akomodatif dengan berbagai
kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan.2

B.  Model Pengembangan Kurikulum


1 Dakir, Perencanan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal 95

2Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta:
Rajawali Press, 2011), hal 78
Berbagai model dalam pengembangan kurikulum secara garis besar diutarakan sebagai
berikut:
1.    Pengembangan Kurikulum The Administrative Model
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak
dikenal. Diberi nama model administratif atau line staff karena inisiatif dan gagasan
pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur
administrasi.3
Artinya pengembangan kurikulum ini ide awal dan pelaksanaanya dimulai dari para
pejabat tingkat atas pembuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan
kurikulum. Tim ini sekaligus sebagai tim pengarah dalam pengembangan kurikulum.4
Model model pengembangan kurikulum ini sering mendapat kritikan, karena dipandang
tidak demokratis, dan kurang memperhatikan inisiatif para guru. Di Indonesia model ini
digunakan alam penerapan kurikulum 1968 dan kurikulum 1975.5

2.    Pengembangan Kurikulum The Grass Roots Model


Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau
sekolah. Model kurikulum yang pertama digunakan dalam sistem pengelolaan
pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan
berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi.6
Pentingnya guru sebagai kunci keberhasilan penerapan kurikulum digambarkan dalam
empat prinsip yang mendasari grass roots model:
a.    Kurikulum akan meningkat bila kompetensi profesional guru meningkat.
b.    Kompetensi guru akan meningkat bila mereka terlibat secara pribadi dalam masalah-masalah
perubahan dan perbaikan kurikulum.
c.    Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan perbaikan kurikulum sampai dengan penilaian
hasilnya akan sangat meningkatkan keyakinannya.

3Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. (Bandung. Remaja
Rosdakarya, 2005), hal 161

4Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Op.Cit., hal 81

5 E. Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal 100

6 Nana Syaodih Sukmadinata, Op.Cit., hal 162


d.   Dalam kelompok tatap muka, guru akan dapat memahami satu sama lain secara lebih baik
dan memperkaya konsensus pada prinsip-prinsip dasar, tujuan, daan rencana pembelajaran.
Kelemahan model grass roots antara lain disebabkan oleh tuntutan keterlibatan
berbagai pihak dalam pengembangan kurikulum, padahal tidak semua orang mengerti dan
tertarik untuk melibatkan dirinya.7 
3.    Pengembangan Kurikulum The Demonstration Model
Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (grass roots). Semula
merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunakan
dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan atau
ketidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua
bentuk model pengembangan ini.
a.    Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk
untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum. Unit-unit ini
melakukan suatu proyek melalui kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan
suatu model kurikulum. Hasil dari kegiatan penelitian dan pengembangan ini diharapkan
dapat digunakan pada lingkungan sekolah yang lebih luas. Pengembangan model ini biasanya
diprakarsai oleh pihak Departemen Pendidikan dan dilaksanakan oleh kelompok guru dalam
rangka inovasi dan perbaikan suatu kurikulum.
b.    Dari beberapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada,
kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan mengadakan pengembangan secara
mandiri. Pada dasarnya guru-guru tersebut mencobakan yang dianggap belum ada, dan
merupakan suatu inovasi terhadap kurikulum, sehingga berbeda dengan pengembangan
kurikulum yang berlaku, dengan harapan akan ditemukan pengembangan kurikulum yang
lebih baik dari yang ada.
Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, di antaranya
adalah:
a.    Kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang telah diuji
dan diteliti secara ilmiah;
b.    Perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan
kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda dengan perubahan kurikulum yang
sangat luas dan kompleks.
c.    Hakikat model dmostrasi berskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan
pelaksanaan di lapangan.
7E. Mulyasa, Op.Cit., hal 100-101
d.   Model ini akan menggerakkan inisiatif, kreativitas guru-guru serta memberdayakan sumber-
sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan
program yang baru.8
Hal penting dari model demontrasi adalah adanya keterbukaan komunikasi antara
percobaan yang dilakukan guru dengan percobaan-percobaan yang dilakukan secara lembaga.
Di samping itu model demontrasi dapat dikembangkan oleh setiap guru dalam bentuk
penelitian tindakan kelas (classroom action research).9

4.    Pengembangan Kurikulum Interpersonal Relation Model


Menurut Roger’s manusia berada dalam proses perubahan (becoming, developing,
changing), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri,
tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk membantu
memperlancar atau mempercepat perubahan tnersebut. Pendidikan juga tidak lain merupakan
upaya untuk membantu memperlancar dan mempercepat perubahan tersebut. Guru serta
pendidik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka
hanyalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers. Pertama, pemilihan target
dari sistem pendidikan. Didalam penentuan target ini satu-satunya kriteria yang menjadi
pegangan adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan
kelompok yang intensif. Selama satu minggu para pejabat pendidikan/administrator
melakukan kegiatan kelompok dalam suasana yang relaks, tidak formal.
Langkah kedua dalam pengembangan Rogers adalah partisipasi guru dalam
pengalaman kelompok yang intensif. Sama seperti yang dilakukan para pejabat pendidikan,
guru juga turut serta dalam kegiatan kelompok.
Langkah ketiga, pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas
atau unit pelajaran. Selama lima hari penuh siswa ikut serta dalam kegiatan kelompok,
dengan fasilitator para guru atau administrator atau fasilitator dari luar.
Langkah keempat, partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok. Kegiatan ini dapat
dikoordinasikan oleh BP3 masing-masing sekolah. Lama kegiatan kelompok ini dapat tiga
jam tiap sore hari selama seminggu atau 24 jam secara terus menerus.10

8 Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Op.Cit., hal 83

9 E. Mulyasa, Op.Cit., hal 102

10Nana Syaodih Sukmadinata, Op.Cit, hal 167-168


Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan penyusunan kurikulum akan lebih
realistis, karena didasari oleh kenyataan yang diharapkan.11

5.    Pengembangan Kurikulum The Systematics Action-Research Model


Model ini dikembangkan oleh Smith, Stanley, dan Shores, berdasarkan asumsi bahwa
perubahan kurikulum adalah perubahan sosial, yaitu proses yang melibatkan berbagai
kepribadian orang tua, peserta didik, guru, struktur sistem sekolah, dan hubungan individu
serta kelompok, baik di sekolah maupun di masyarakat.
Kurikulum muncul dalam konteks pengharapan dari masyarakat. Setiap orang berharap
bahwa setiap perilaku haruslah sesuai dengan profesinya, apa itu dokter, pengusaha, ibu,
wiraswastawan, maupun seorang guru. Dalam hal terakhir, setiap orang mempunyai sesuatu
ide tentang apa dan bagaimana seharusnya anak didik, serta peran apa yang harus dijadikan
kurikulum. Jadi program pengembangan kurikulum yang efektif berusaha memperhatikan
berbagai perasaan, pengharapan, dan ide yang dimiliki orang terhadap kurikulum serta selalu
dikaitkan dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat.
Langkah-langkah yang perlu diambil dalam model ini ialah:
a.    Penelaahan berbagai masalah kurikulum, dengan cara: menemukan fakta-fakta secara luas
untuk dijadikan sesuatu masalah, mengidentifikasi berbagai faktor, kekuatan serta syarat yang
harus diambil jika masalah tersebut perlu dipecahkan.
b.    Penerapan berbagai keputusan yang berhubungan dengan masalah pertama. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan mencari data atau fakta. Untuk itu, perlu menyediakan data untuk
penilaian, memberi pandangan baru untuk suatu perencanaan kurikulum, menemukan data
tambahan untuk perubahan.12
6.    Pengembangan Kurikulum Emerging Technical Models
Perkembangan bidang tekhnologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efesiensi
efektifitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum.
Tumbuh kecenderungan-kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, diantaranya:
a.    The behavioral analysis model analysis
Model ini menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan. Siswa mempelajari perilaku-
perilaku secara berangsur-angsur mulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks.
b.    The system analysis model

11 Dakir, Op.Cit., h.98

12 E. Mulyasa, Op.Cit., hal 106-107


Model ini berasal dari gerakan efesiensi bisnis. Langkah pertamadari model ini adalah
menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua
adalahmenyusun instrumen untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar tersebut. Langkah
ketiga, mengidentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan.
Langkah keempat, membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.
c.    The computer based model
Merupakan model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer.
Pengembangan dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit-unit kurikulum, tiap unit
kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan. Kepada para siswa
dan guru-guru diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit-unit kurikulum tersebut.
Setelah diadakan pengolahan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil-hasil belajar yang
dicapai siswa disimpan dalam komputer.13

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka
mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan mengevaluasi (evaliation) suatu
kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan
suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan
standar keberhasilan dalam pendidikan. Yang dimaksud dengan model pengembangan

13Nana Syaodih Sukmadinata , Op.Cit., h.170


kurikulum yaitu langkah atau prosedur sistematis dalam proses penyususnan suatu
kurikulum.
Model pengembangan kurikulum yang dapat digunakan meliputi adalah The
Administrative Model, The Grass Roots Model, The Demonstration Model, Interpersonal
Relation Model, The Systematics Action-Research Model dan Emerging Technical Models.

B.  Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk memperkaya dan memperluas wawasan
keilmuan kita  sebagai pembaca yang haus  akan ilmu pendidikan. Marilah kita menjadikan
diri yang kaya akan pendidikan agar menjadi insan-insan yang terdidik,berbudi pekerti yang
baik serta dan bermoral yang berpegang teguh pada agama masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung. Remaja Rosdakarya.


Sukmadinata, Nana Syaodih . 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung.
Remaja Rosdakarya. cet. ke-7.
Dakir. 2004. Perencanan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta. Rineka Cipta.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2011.  Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta. Rajawali Press. Ed. 3.

Anda mungkin juga menyukai