NIM : 2001036084
Mata Kuliah : Perpajakan 2 AK/B
Contoh 1:
PKP A menyerahkan BKP pada tanggal 1 Maret 2018 dan membuat faktur pajak pada tanggal yang
sama. Kemudian, faktur pajak tersebut diterima oleh PKP pembeli pada tanggal 22 April 2018.
Sementara, SPT Masa PPN Masa Pajak 2018 wajib disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
paling lambat tanggal 30 April 2018.
Namun, ketika PKP Pembeli menerima faktur pajak tertanggal 1 Maret, SPT Masa PPN masa pajak
Maret 2018 belum disampaikan ke KPP, sehingga pajak masukan dalam faktur pajak tersebut dapat
dikreditkan dengan pajak keluaran dalam masa pajak yang sama, yaitu pada SPT Masa PPN masa
pajak Maret 2018.
A. Dasar hukum
• Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009;
• Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor36Tahun2008;
• Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;
• Pasal 20 ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Sebagaimana
Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu;
• Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 tentang Batasan
Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai.
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.03/2018 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha
yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
B. Objek penghasilan
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, sebagaimana diatur dalam Pasal
4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
C. Hak
Hak atas Kelebihan Pembayaran Pajak. Jika pembayaran pajak yang dibayar atau dipotong atau
dipungut lebih besar dari yang seharusnya terutang WP berhak mendapatkan kembali kelebihan
tersebut.
Hak dalam hal WP dilakukan Pemeriksaan, dalam hal WP dilakukan pemeriksaan, WP berhak:
a. Meminta Surat perintah Pemeriksaan;
b. Melihat tanda pengenal pemeriksa
c. Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan;
d. Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT; dan dalam pembahasan
akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan
e. Hak untuk Mengajukan Keberatan, Banding, dan Peninjauan Kembali
f. Hak-hak llainnya
D. Kewajiban
• Kewajiban Mendaftarkan Diri
• Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan dan Pelaporan Pajak
• Kewajiban Dalam Hal Diperiksa
• Kewajiban Memberi Data
E. Contoh :
Tuan X merupakan pedagang tekstil. Omzet penjulan berdasarkan SPT Tahunan PPh Tahun
Pajak 2018 adalah Rp3.000.000.000. Selama tahun 2019 total omzet penjualannya adalah
Rp3.600.000.000, sehingga jumlah PPh Final terutang setiap bulan dapat disajikan sebagai
berikut:
Karena omzet penjualan tahun 2019 masih di bawah Rp4.800.000.000, Tuan X tidak wajib
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan tidak memungut PPN.
V. Contoh :
Bapak Budi memiliki sebidang tanah dengan luas 300 meter per bidang dengan nilai Rp
100.000.000. Kemudian Bapak Budi berniat membangun rumah dengan rincian sebagai
berikut:
• Upah mandor: Rp 80.000.000
• Biaya total bahan : Rp100.000.000
Lalu berapakah PPN terutang atas pembangunan itu sendiri?
Sesuai dengan PMK No. 163 tahun 2012 tarif PPN terutang atas KMS adalah:
= PPN x DPP
= 10% x (20% x 80.000.000 + 100.000.000)
catatan: karena harga perolehan tanah tidak dihitung, hanya biaya total pembangunan saja yang
dihitung.
= 10% x 36.000.000
= 3.600.000
Maka, besaran PPN KMS terutang bapak Budi adalah Rp 3.600.000