Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyuluhan Kesehatan


2.1.1 Pengertian
Penyuluhan adalah terjemahan dari counseling, yang merupakan
bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan merupakan “jantung”
usaha bimbingan secara keseluruhan (counseling is the heart of
guidance program) (Maulana, 2009).

Depkes RI 2002 dikutip dari penelitian Rahmani 2010 menyatakan


bahwa penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan
dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
mencapai suatu keadaan, dimana individu, kelompok, atau
masyarakat secara keseluruhan ingin sehat serta tau dan mampu
bagaimana cara melakukan apa yang biasa dilakukan secara
perorangan mauun kelompok, dan meminta pertolongan kepada
petugas bila perlu.

Penyuluhan kesehatan merupakan istilah yang sering disebut di


Indonesia. Merupakan promosi kesehatan yang membantu dan
menunjang setiap program kesehatan, misalnya pemberantasan
penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan,
kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehtan dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Dapat disimpulakan bahwa penyuluhan kesehatan merupakan


bagian dari promosi kesehatan berupa kegiatan yang berlandaskan
prinsip belajar, bertujuan untuk menyadarkan dan meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.

9
10

2.1.2 Tujuan dan Sasaran Penyuluhan Kesehatan


Suatu perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat dalam membina serta
memelihara perilaku hidup sehat juga berperan aktif dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Nursalam dan
Efendi,2008).
Menurut depkes RI 2002, dikutip dari penelitian Rahmani 2011,
tujtuan dan sasaran penyuluhan kesehatan adalah sebagai berikut :

2.1.2.1 Tujuan
Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan
masyarakat dalam membina dan memelihara hidup sehat
dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan optimal.

2.1.2.2 Sasaran

Dalam penyuluhan kesehatan masyarakat dikenal dua


bentuk sasaran, yaitu :

a) Sasaran jangkauan penyuluhan

1. Kelompok umum baik masyarakan pedesaan


maupun perkotaan
2. Kelompok masyarakat khusus yang meliputi:
a. Masyarakat daerah terpencil atau amsyarakat
terasing
b. Masyarakat daerah permukiman baru
termasuk transmigrasi di daerah perbatasan.
c. Masyarakat yang berbeda d berbagai
institusi atau forum, baik pemerintahan
maupun swasta : rumah sakit, puskesmas,
posyandu, sekolah dan sebagainya.
11

b) Sasaran hasil penyuluhan


Terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku
dari sasaran tersebut di atas, dikaitkan dengan
sasaran-sasaran program.

2.1.3 Media Pendidikan Kesehatan


Menurut Notoadmodjo, 2003 media pendidikan kesehatan dapat
dibagi menjadi 3 yakni:
2.1.3.1 Media cetak
a) Booklet
Booklet adalah suatu media untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam
bentuk buku, bak tulisan maupun gambar.
Booklet merupakan buku berukuran kecil dan
tipis tidak lebih dari tiga puluh halaman bolak
balikyang berisi tulisan dan gambar, ada yang
mengatakan bahwa istilah booklet berasaal dari
book dan leaflet artinya media booklet
merupakan perpaduan antara leaflet dengan
buku atau sebuah buku dengan ukuran kecil
seperti leaflet.
b) Leaflet
Leaflet merupakan media berbentuk selembar
kertas yang diberi gambar dan tulisan pada
kedua sisi kertas serta dilipat sehingga
berukuran kecil dan praktis dibawwa biasanya
berukuran kertas A4 dilipat tiga, media ini
berisikan suatu gagasan secara langsung ke
pokok persoalan dan memapakan persoalan
secara pendek dan lugas. Leaflet biasanya
terdiri dari 200 kata berukuran 20 x 30 cm.
12

(Nursalam dan Efendi, 2008) leaflet sangat


efektif untuk menyampaikan pesan secara
singkat dan padat serta mudah dibawa dab
disebar luaskan tetapi lesglet juga memmpunyai
kelemahan yaitu memerluakan keterampilan
baca tulis, mudah hilang serta rusak dan pesan
yang disapaikan terbatas.
Menurut Ahmad Kholid (2012) leaflet adalah
suatu bentuk media publikasi yang berupa
kertas selebaran dengan ukuran tertentu,
disajikan dalam bentuk lembaran kertas berlipat
(pada umumnya 2-3 lipatan) dan tanpa lipatan.
Penyebrannya dengan cara dibagi-bagikan
kepada sasaran. Leaflet dapat dibuat dengan
teknik secara langsung serta melalui teknik
cetak (sablon, offset).
Leaflet atau sering juga disebut pamplet
merupakan selebaran kertas berisi tulisancetak
tetang suatu masalah khusus untuk suatu
sasaran dan tujuan tertentu. Ukuran leaflet
biasanya 20x30 cm, berisi tulisan 200-400 kata.
Isi harus bisa ditangkap dengan sekali baca.
Misal leaflet tentang penyakit-penyakit yang
diakibatkan dai merokok (Ahmad Kholik,
2012).
Leaflet adalah suatu bentuk penyampaian
informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui
lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat
berupa kalimat, gambar, atau kombinasi
(Maulana, 2009).
13

c) Flayer
Flayer adalah elebaran seperti leaflet tetapi
tidak dalam bentuk lipatan.
d) Flip chart
Flip chart adalah media penyampaian pesan
atau informasi-informasi kesehatan dalam
bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk
buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi
gambaran peragaan dan dibalikya berisi kalimat
sebagai pesan atau informassi berkaitan dengan
gambar tersebut.
e) Rubrik
Rubrik adalah tulisan-tulisan pada surat kabar
atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah
kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan deagn
kesehatan.
f) Poster
Poster adalah bentuk media cetak berisi
pesanpesan/informassi kesehatan, yang
biasanya ditempel di tembok-tembok, ditempat-
tempat umum atau di kendaraan umum.
g) Foto
Foto adalah yang mengungkapkan, informasi-
informasi kesehatan.
Keunggulan dan kelemahan media cetak :
1) Keunggulan
a. Tahan lama
b. Mencakup banyak orang
c. Biaya tidak tinggi
d. Dapat dibawa kemana-mana
e. Dapat mengungkit rasa keindahan
14

f. Mempermudah pemahaman
g. Meningkatkan gairah belajar.
2) Kelemahan
a. Media ini tidak dapat menstimulir efek
suara dan efek gerak
b. Mudah terlipat

2.1.3.2. Media Elektronik


Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan
pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan
jenisnya berbeda-beda, antara lain :
a) Televisi: penyampaian pesan atau informassi
kesehatan melalui media televisi dapat dalam
bentuk : sandiwara, sinetron, forum diskusi atau
tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato
(ceramah), TV. Spot, quiz atau cerdas cermat,
dan sebagainya.
b) Radio: penyampaian informassi atau pesan
kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk
macam-macam antara lain: obrolan (tanya
jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot,
dan sebagainya.
c) Video: penyampaian informasi atau pesan
kesehatan melalui video.
d) Slide: slode juga dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi kesehatan.
e) Fil strip juga dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan kesehatan.
15

2.1.3.3 Media Papan (bill board)


Papan (bill board) yang dipasang di tempat-tempat umum
dapat dipakai di isi dengan pesan-pesan atau informasi
kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-
pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel
pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi).
Stuart, 1998 mengemukakan bahwa “pengaruh atau efek
bisa diartikan sebagai perbedaan antara apa yang
dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima
sebelum dan sesudah menerima pesan”.
Pengaruh adalah salah satu elemen dalam komunikasi
yang sangat penting untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya komunikasi yag diinginkan. Pengaruh dapat
dikatakan mengena jika perubahan yang terjadi sama
dengan tujuan yang diinginkan komunikator yakni
pengaruh perubahan sangat ditentukan oleh sumber,
pesan, media dan penerima. Booklet sendiri merupakan
bagian dari pada media informasi, sikap dan perilaku
behavior. Penaruh pada pengetahuan misalnya dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi paham, atau bisa
jiga terjadi pada sikap seseorang yang tadinya menolak
menjadi menerima sesuatu pemikiran yang diberikan oleh
seseorang kepada penerima pesan (Jamias, 1989).

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluhan kesehatan


Menurut Notoatmodjo (2007) yang dikutip dalam penelitian
Mahmudah (2011) menyatakan bahwa dalam promosi
kesehatan terdapat pendidikan yang tidak lepas dari proses
belajar karena prosses belajar berasda dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Beberapa ahli pendidikan,
antar lain J.Guilbert, mengelompokan faktor-faktor
16

yangmempengaruhi proses belajar kedalam empat


kelompok besar, yaitu:
2.1.4.1 Faktor materi
Materi atau hal yang dipelajari ikut menentukan
proses dan hasil belajar
2.1.4.2 Faktor lingkungan
a. Lingkungan fisik
1. Suhu
2. Kelembapan udara
3. Kondisi tempat belajar
b. Lingkungan sosial
Manusia dengan segala interaksinya serta
refresentassinya seperti keramaian dan
kegaduhan.
2.1.4.3 Faktor instrumental
a. Perangkat keras (hardware), yaitu perlengkapan
belajar dan alat peraga.
b. Perangkat lunak (software), seperti kurikulum
dalam pendidikan formal.
c. Pengajar atau fasilitator
d. Metode
2.1.4.4 Faktor individu subyek belajar
a. Kondisi fisiologis
1. Gizi
2. Pancaindra
b. Kondisi psikologis
1. Intelengensi
2. Pengamatan
3. Daya tangkap
4. Ingtan
5. Motivasi dan lain sebagainya
17

2.2 Konsep Pengetahuan


2.2.1 Pengertian
Menurut Blum, pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu,
Ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari
pengalaman penelitian tertulis bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2003)

Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal,


termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik
secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang
melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu
(Mubarok,dkk, 2007).

Pengetahuan merupakan justified true believe. Seorang individu


membenarka (justifies) kebenaran atas kepercayaan berdasarkan
observasinya mengenai dunia. Jadi bila seseorang menciptakan
pengetahuan, ia mencipatakan pemahaman atas suatu baru dengan
cara berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Dalam
defenisi ini pengetahuan merupakan konstruksi dari kenyataan,
dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak. Penciptaa
pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi fakta-fakta, namun
suatu proes yang unik pada manusia yang sulit disederhanakan atau
ditiru. Penciptaan pengetahuan melibatkan perasaan dan sistem
kepercayaan itu bisa tidak disadari (Bambang, 2008).
18

2.2.2 Tingkatan Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif


Pengetahuan yang dicapai di dalam domain kognitif mempunyai 5
tingkatan (Soekidjo, 2003) yakni:
2.2.2.1 Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali atau recall terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahn yang dipelajari atau
ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat yang paling rendah. Kata kerja bahwa
untuk mngukur orang tahu tentang apa yang telah
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
2.2.2.2 Memahami (Comprehension), diartikan sebagai sesuatu
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, memperkirakan dan sebgainya terhadap
objek yang dipelajari.
2.2.2.3 Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kindisi ril atau sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
2.2.2.4 Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut da
masih ada ikatan satu sama lain. Kemampuan analisis
tersebut dapat dilihat dari penggunaan kata kerja.
19

2.2.2.5 Sintesis, menunjuk pada suatu kemampuan untuk


meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
bentuk suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintsis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi-formulasi yang ada. Dengan evaluasi, berkaitan
dengan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria tersendiri ataunmenggunakan
kriteria yang telah ada.

2.2.3 faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Menurut Notoadmojo (2003), faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah sebagai berikut:
2.2.3.1 Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan
penyelidikan epidemiologinya. Angka-angka kesakitan
maupun kematian hampir semua keadaan menunjukkan
hubungan dengan umur. Persoalan yang dihadapi adalah
apakah umur di laporkan tetap, apakah panjangan interval
didalam pengelompokan cukup atau tidak.
2.2.3.2 Pendidikan
Mendidik atau pendidik adalah dua hal yang saling
berhubungan. Dari segi bahasa mendidik adalah kata kerja,
pendidik adalah kata benda. Kegiatan mendidik
menunjukan adanya yang mendidik disuatu pihak yang
dididik adlah suatu kegiatan yang mengandung antara dua
manusia atau lebih.
2.2.3.3 Pengalaman
Sudarmita (2002) mengatakan bahwa pengetahuan
dapat terbentuk dari pengalaman dan ingatan yang
didapat sebelumnya.
20

Nanda (2005) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang


terkait dengan kurang pengetahuan (defecient
knowledge) terdiri dari; kurang terpapar informasi,
kurang daya ingat/hapalan, salah menafsirkan
informasi, keterbatasan kognitif, kurang minat utuk
belajar dan tidak familiar terhadap sumber informasi.

2.3.4 Metode memperoleh pengetahuan


Metode memperoleh pengetahuan atau method of knowing menurut
Purnama dalam Sulistina (2009) dikutip Suhartini (2012) yaitu:
2.3.4.1 Tenacity, metode memperoleh pengetahuan yang dilakukan
dengan sangat meyakini sesuatu, meskipun apa yang
diyakininya belum tentu benar. Keyakinan ini disebabkan
karena hal yang diyakini tersebut umunya terjadi.
2.3.4.2 Authority, yaitu metode memperoleh pengetahuan dengan
mempercayakan pada pihak yang dianggap kompeten.
2.3.4.3 Apriority, yaitu metode memperolrh pengetahuan dengan
menitikberatkan pada kemampuan nalar dan institusi diri
sendiri, tan[a mempertimbangkan informasi dari pihak lain.
2.3.4.4 Science, yaitu cara memperoleh penegtahuan dengan
melakukan serangkaian cara-cara ilmiah, seperti mengajukan
dugaan, pengontrolan variable, sampai penyimpulan. Cara ini
dianggap sebagai cara yang paling dapat diyakini
kebenarannya atas pengetahuan yang diperoleh. Hal ini
karena pada science telah dilakukan serangkaian uji coab
sebelum akhirnya memperoleh pengetahuan berupa
kesimpulan dimana pengujian-pengujian seperti ini tidak
ditemukan pada ketiga metode sebelumnya.
21

2.3 Konsep ISPA


2.3.1 Pengertian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat
menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari
penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang
parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya,
faktor lingkungan, dan faktor pejamu. Namun demikian, di dalam
pedoman ini, ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran
pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang
ditularkan dari manusia ke manusia (WHO 2007).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) istilah ini diadaptasi dari
istilah bahasa Inggris. Acut Respiratory Infection (ARI). Penyakit
infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran napas mulai dari hidung (saluran pernapasan atas) sampai
alveoli (saluran pernapasan bawah) termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Farich, 2012).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah Infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung
sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah,
pleura) (Depkes RI, 2012). Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
adalah infeksi saluran pernapasan yang dapat berlangsung sampai
dengan 14 hari (Badan Pengawas Obat dan Makanan 2012).

2.2.2 Gejala ISPA


Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam
sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan
sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi,
atau kesulitan bernapas (WHO, 2007)
22

2.2.3 Klasifikasi ISPA


Menurut (Badan Pengawas Obat dan Makanan 2012) Golongan
ISPA meliputi infeksi yang menyerangan saluran napas bagian atas
dan bawah yakni:
2.3.3.1 Infeksi Saluran Pernapasan Bagian Atas
a. Batuk pilek
b. Sakit telinga (otitis media)
c. Radang tenggorokan (faringitis)
2.3.3.2 Infeksi saluran pernapasan bagian bawah antara lain
a. Bronchitis
b. Bronkhiolitis
c. Pneumonia
Klasifikasi ISPA pada anak atau balita biasanya
berdasarkan kondisi batuk dan kesukaran bernapas
yang dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1 Klasifikasi ISPA


No Kelompok Klasifikasi Tanda penyerta lain selain batuk dan sukar
Umur bernapas
1 2 bulan- Pneumonia Tarikan dinding dada bagian bawah
kurang dari berat kedalam
5 tahun Pneumonia Napas cepat sesuai golongan umur 2 bln-
<1thn 50 kali atau lebih permenit
1 thn -<5 thn 40 kali atau lebih permenit
Bukan Tidak ada napas cepat dan tidak ada
pneumonia tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam
2 < 2 bulan Pneumonia Napas cepat >60 kali permenit
berat Tarikan kuat dinding dada bagian bawah
ke dalam
Bukan Tidak ada napas cepat dan tidak ada
pneumonia tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam
(Sumber Depkes RI, 2012).
23

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi ISPA


Faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA tidak luput dari
interaksi antara :
2.3.4.1 Agent/ kuman
Agent penyebab ISPA ialah kuman kuman seperti
rhinovirus, respiratory syncytial virus, coronavirus (SARS-
CoV), Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis,
dan Korine bakterium Diffteria. Kuman kuman ini masuk
ke dalam saluran napas manusia melalui udara atau debu
yang terhirup dan menginfeksi organ target.

2.3.4.2 Host/manusia
Masuknya kuman ke tubuh tidak serta merta dapat
menyebabkan sakit selama daya tahan tubuh host kuat
untuk melawan penyakit. Terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi hal ini antara lain:
a. Usia
Usia mempengaruhi daya tahan tubuh. Hal inilah yang
menyebabkan bayi dan balita lebih rentan terkena
ISPA dibandingkan orang dewasa sebab daya tahan
tubuh bayi dan balita lemah.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga turut mempengaruhi mempengaruhi
insiden ISPA sebab jenis kelamin dapat mempengaruhi
tingkat kekebalan tubuh. Terdapat perbedaan antara
kekebalan tubuh wanita dan laki laki. Wanita lebih
kebal terhadap infeksi dibandingkan dengan laki laki.
Wanita memiliki kromosom XX sedangkan pria XY.
Dengan lebih banyak kromosom X wanita memiliki
sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat daripada pria.
24

Karena dalam kromosom X ada peran MicroRNA


yang memiliki fungsi penting dalam kekebalan dan
kanker
c. Berat badan lahir
Berat badan lahir rendah dapat mempengaruhi balita
rentan mengalami pneumonia. Hal ini karena bayi
dengan berat badan lahir rendah memiliki pertahanan
imun yang lemah sehingga rentan terhadap penyakit.
BBLR memiliki resiko tinggi terhadap infeksi
disebabkan karena bayi kurang bulan tidak mengalami
transfer transplasental igG maternal selama trismester
tiga, fagositosis terganggu, penurunan berbagai faktor
komplemen.
d. Status gizi
Malnutrisi atau kekurangan gizi dapat menurunkan
daya tahan tubuh sehingga individu yang mengalami
malnutrisi akan lebih rentan menderita ISPA
dibandingkan yang normal.
e. Infeksi penyakit lain
Infeksi penyakit lain seperti HIV dan AIDS dapat
melemahkan daya tahan tubuh individu sehingga hal
ini dapat menyebabkan individu yang terkena HIV dan
AIDS rentan mengalami ISPA
f. Imunisasi
Imunisasi telah terbukti dapat mencegah terjadinya
ISPA sebab hal ini akan membantu tubuh agar lebih
kebal terhadap infeksi.

2.3.4.3 Environment/ lingkungan


Lingkungan juga sangat berperan dalam menentukan
kejadian ISPA seperti lingkungan yang kotor tercemar
25

polutan seperti debu dan asap dapat meningkatkan risiko


ISPA pada individu dan masyakat.

2.2.5 Penatalaksaan Pencegahan ISPA


Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2007), pencegahan adalah
proses, cara, dan tindakan mencegah atau menahan sesuatu tidak
terjadi.
Menurut Depkes RI (2002) pencegahan ISPA antara lain :
2.3.5.1 Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu
akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit
terutama ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi
makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum
air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat
dengan cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan
kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yag sehat maka
kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat,
sehingga dapat mencegah virus/bakteri penyakit yang
akan masuk ke tubuh kita.
Gizi adalah suatu proses organisme mengugunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui
proses digesti, absorpasi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari oran-organ serta
menghasilkn energi (Nyoman, Bakri, Ibnu Fajar,
2002).
Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa kekurangan
gizi akan meningkatkan kerentanan dan beratnya
infeksi suatu penyakit. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Pio dkk menunjukkan adanya hubungan antara
26

kekurangan zat gizi dan ISPA karena kekurangan gizi


cenderung menurunkan daya tahan balita terhadap
serangan penyakit (Dinkes, 2001).
2.3.5.2 Imunisasi
Pemberian imunisasi sangat penting diperlukan baik
pada anak maupun orang dewasa. Imunisasi adalah
untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak
mudah terserang berbagai penyakit yang disebabkan
oleh virus/bakteri.
Ada dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi aktif an pasif.
Pemberian imunisasi pada anak biasaya dilakukan
dengan cara imunisasi aktif, karena imunisasi aktif
akan memberikan kekebalan yang lebih lama.
Imunisasi pasif diberikan hanya dalam keadaan yang
sangat mendesak, yaitu bila diduga anak belum
mempunyai kekebalan ketika terinfeksi oleh kuman
penyakit yang ganas.
2.3.5.3 Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang
baik akan mengurangi polusi asap dapur/asap rokok
yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah
seseorang menghirup asap tersebut yang bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang
baik dapat memelihara kondisi rumah sirkulasi udara
atmosfer agar tetap segar dan sehat bagi manusia.
2.3.5.4 Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
ISPA ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan
seseorang yan telah terjangkit penyakit ini melaluli
udara yang tercemardan masuk ke dalam tubuh. Bibit
penyakit ini biasanya berupa virus/ bakteri di udara
yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang
27

melayang di udara). Adapu bentuk aerosol yakni


droplet, nuklei (sisa dari sekresi saluran pernafasan
yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan
melayang di udara, yang kedua duet (campuran antara
bibit penyakit).
2.3.5.5 Pemberian ASI ekslusif
ASI adalah suatu komponen yang paling utama bagi ibu
dalam memberikan pemeliharaan yang baik terhadap
bayinya, untuk memenuhi pertumbuhan dan
perkembangan psikososialnya. Karena sesuatu yang
baik tidaklah harus mahal bahkan bisa sebaliknya,
terbaikdan termurah yaitu ASI. Karena ASI membuat
bayi sehat, tapi juga cerdas dan lebh menyesuaikan diri
dengan lingkungan (Depkes RI, 2001).
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat
imunoglobulin (zat kekekblan tubuh) dari ibunya lewat
ari-arinya. Tubuh bayi dapat membuat sistem kekebalan
tubuh sendiri waktu berusia 9-12 bulan. Sistem imun
bawaan pada bayi menurun namun sistem imun yang
dibentuk oleh bayi itu sendiri belum bisa mencakupi
sehingga dapat mengakibatkan adanya kesenjangan zat
kekebalan pada bayi dan hal ini akan menghilang atau
berkurang bila bayi diberi ASI. Kolostrum mengandung
zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang.
Zat kekebalan pada ASI dapat melindungi bayi dari
penyakit mencret atau diare, ASI juga menurunkan
kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi, telinga,
batk, pilek dan penyakit alergi. Dan pada kenyataannya
bayi yang diberi ASI ekslusif akan lebih sehat dan
jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak
mendapatkan ASI ekslusif (Depkes RI, 2001).
28

Penelitian yang dilakukan oleh Pisacane membuktikan


bahwa pemberian ASI memberikan efek yang tinggi
terhadap ISPA. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Shah juga menunjukan bahwa ASI mengandung
bahan-bahan dan anti infeksi yang penting dalam
mencegah invasi saluran pernafasan oleh bakteri dan
virus.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi yang diberi ASI
ekslusif oleh ibu lebih kuat daya tahan tubuhnya
dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ekslusif
sehingga bayi yang diberi ASI ekslusif dapat terhindar
dari berbagai penyakit infeksi.
2.3.5.6 Pemberian Vitamin A
Masing-masing vitamin dibutuhkan badan dalam
jumlah tertentu. Terlalu banyak maupun terlalu sedikit
vitamin yang tersedia bagi badan memberikan tingkat
esehatan yang kurang. Bila terlalu banyak vitamin
dikonsumsi akan terjadi gejala-gejala yang merugikan
dan kondisi demikian disebut hypervitaminosis.
Sebaliknya, bila mengkonsumsi vitamin tidak
memenuhi kebutuhan maka juga akan terjadi gejala-
gejala yang merugikan.
Kekurangan vitamin A menghalangi fungsi sel-sel
kelenjar sehingga kulit menjadi kering, kasar dan luka
sukar sembuh. Membran mukosa tidak dapat
mengeluarkan cairan mukus dengan sempurna sehingga
mudah terserang bakter (infeksi). Vitamin A
berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh manusia
(Sunita Almatsier, 2004).
Pada kekurangan vitamin A, fungsi kekebalan tubuh
menurun sehingga mudah terserang infeksi. Lapisan sel
29

yang menutupi trakea dan paru-paru mengalami


keratinisasi, tidak mengeluarkan lendirsehingga mudah
dimasuki mikroorganisme atau virus dan menyebabkan
infeksi salura pernafasan (Sunita Almatsier, 2004).
2.3.5.7 Kepemilikan lubang asap
Berdasarkan Kemenkes RI nomor
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan
kesehatan perumahan, dapur yang sehat harus memiliki
lubang asap dapur. Di perkotaan, dapur sudah
dilengjapi dengan penghisap asap. Lubang asap dapur,
menjadi penting artinya karena asap dapat mempunyai
dampak terhadap kesehatan manusia terutama penghuni
di dalam rumah atau masyarakat pada umumnya.
Lubang asap dapur yang tidak memenuhi persyaratan
menyebabkan:
a) Gangguan terhadap pernafasan dan mungkin
dapat merusak alat-alat pernafasan.
b) Lingkungan rumah menjadi kotor
c) Gangguan terhadap penglihatan/ mata menjadi
pedih.
Dapur tanpa lubang asap relatif akan menimbulkan
banyak polussi asap ke dalam rumah yang dapurnya
menyatu dengan rumah dan kondisi ini akan
berpengaruh terhadap kejadian pneumonia balita,
seperti hasi penelitian Lubis yang membuktikan
adanya hubungan terhadap kejadian ISPA di rumah
yang banyak mendapatkan polusi asap dapur dan tidak.
2.3.5.8 Kepadatan hunian
Kepadatan hunian merupakan luas lantai dalam rumah
dibagi dengan jumlah anggota keluarga penghuni
tersebut. Berdasarkan Dir. Higien dan sanitasi Depkes
30

RI, 1993 maka kepadatan penghuni dijategorikan


menjadi memenuhi standar (2 0rang per 8m2) dan
kepadatan tinggi yaitu lebih 2 orang per 8m 2 dengan
ketentuan anak kurang dari 1 tahun tidak
diperhitungkan dan umur 1-10 tahun dihitung setengah
(Mukono, 2000)
Pertukaran hawa ventilasi yaitu proses penyediaan
udara segar dan pertukaran udara kotor secara alamiah
atau mekanis harus cukup, berdasarkan peraturan
bangunan nasional, lubang hawa suatu banunan harus
memenuhi aturan sebagai berikut:
a) Luas bersih dari jendela/ lubang sekurang-
kurangnya 1/10 dari luas lantai rumah.
b) Jendela/ lubang hawa harus meluas kearah atas
sampai setinggi minimal 1,95 m dari lubang
permukaan lantai.
c) Adanya lubang hawa yang berlokasi dibawah
langit-langit sekurang-kurangnya 0,35% luas
ruangan yang bersangkutan (Mukono, 2000).

2.4 Konsep Balita


2.4.1 Pengertian
Balita adalah bayi dan anak yang berusia 5 tahun kebawah (Hanum
Marimbi, 2010). Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak
yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya
(Supartini, 2004). Balita merupakan istilah bagi anak usia 1-3 tahun
dan prasekolah 3-5 tahun (Sutomo dan Anggraini 2012)
2.4.2 Klasifikasi Perkembangan Balita
2.4.2.1 Usia Bayi (0-1 tahun)
Bayi memiliki sistem kekebalan tubuh yang primitive
dengan kekebalan pasif yang didapat dari ibunya selama
31

dalam kandungan. Pada saat bayi kontak dengan antigen


yang berbeda ia akan memperoleh antibodinya sendiri.
Imunisasi diberikan untuk kekebalan terhadap penyakit
yang dapat membahayakan bayi berhubungan secara
alamiah (Lewer, 1996 dalam Supartini, 2004). Bila
dikaitkan dengan status gizi bayi memerlukan jenis
makanan ASI, susu formula, dan makanan padat.
Kebutuhan kalori bayi antara 100-200 kkal/kg BB. Pada
empat bulan pertama, bayi yang lebih baik hanya
mendapatkan ASI saja tanpa diberikan susu formula. Usia
lebih dari enam bulan baru dapat diberikan makanan
pendamping ASI (Supartini, 2004).
2.4.2.2 Usia toddler (1-3 tahun)
Secara fungsional biologis masa umur 6 bulan hingga 2-3
tahun adalah rawan. Masa itu tantangan karena konsumsi
zat makanan yang kurang, disertai minuman buatan yang
encer dan terkontaminasi kuman menyebabkan diare dan
marasmus. Selain itu dapat juga terjadi sindrom
kwashiorkor karena penghentian ASI mendadak dan
pemberian makanan padat yang kurang memadai (Jelife,
1989 dalam Supartini, 2004).
Imunisasi pasif yang diperoleh melalui ASI akan menurun
dan kontak dengan lingkungan akan makin bertambah
secara cepat dan menetap tinggi selama tahun kedua dan
ketiga kehidupan. Infeksi dan diet adekuat kan tidak
banyak berpengaruh pada status gizi yang cukup baik
(Akre, 1994 dalam Supartini, 2004).
Bagi anak dengan gizi kurang, setiap tahapan infeksi akan
berlangsung lama dan akan berpengaruh yang cukup besar
pada kesehatan, petumbuhan dan perkembangan. Anak 1-3
tahun membutuhkan kalori kurang lebih 100 kkal/kg BB
32

dan bahan makanan lain yang mengandung berbagai zat


gizi (Supartini, 2004).

2.2.1.1. Usia Pra Sekolah (3-5 tahun)


Pertumbuhan anak usia ini semakin lambat. Kebutuhan
kalorinya adalah 85 kkal/kg BB. Karakteristik pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada usia pra sekolah yaitu nafsu makan
berkurang, anak lebih tertarik pada aktivitas bermain
dengan teman, atau lingkungannya dari pada makan dan
anak mulai sering mencoba jenis makanan yang baru
(Supartini, 2004).

2.2.2. Tahapan Perkembangan Balita


Berdasarkan psikoanalisa Sigmud Freud (1956-1939) dalam
Siswanto, 2010 membagi tahapan perkembangan balita, yaitu:
a. Masa Oral (0-1 tahun)
Di dalam masa ini fokus kepuasan baik fisik maupun
emosional berada pada sekitar mulut (oral). Kebutuhan untuk
makan, minum sifatnya harus dipenuhi.
b. Masa Anal (1-3 tahun)
Pada fase ini kesenangan atau kepuasan berpusat disekitar anus
dan segala aktivitas yang berhubungan dengan anus. Anak pada
fase ini diperkenalkan dengan toilet training, yaitu anak mulai
diperkenalkan tentang ingin buang air besar dengan buang air
kecil
c. Fase Phalic (3-6 tahun)
Pada fase ini alat kelamin merupakan bagian paling penting,
anak sangat senang dan hatinya merasa puas memainkan alat
kelaminnya. Pada fase ini anak laki-laki menujukkan sangat
dekat dan merasa mencintai ibunya (Oedipus complex),
33

sebaliknya anak perempuan sangat mencintai ayahnya (electra


complex).

2.5 Kerangka Konsep


Kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Variabel Indevendent Intervensi Variable Devendent

Penyuluhan Pemberian Pengetahuan Ibu


Kesehatan tentang penyuluhan Balita
Pencegahan ISPA dengan leaflet

Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian

2.6 Hipotesis
Ada Pengaruh penyuluhan kesehatan dengan media leaflet tentang
pencegahan ISPA terhadap pengetahuan ibu balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Jejangkit kabupaten Barito Kuala 2015.

Anda mungkin juga menyukai