Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENJASKES MI/SD

SEJARAH BOLA BASKET

DOSEN PENGAMPU :

BISMI FORNANDES, M

DI SUSUN OLEH :

ULFA WULANDA ( 1911240236 )

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU

TAHUN 2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada saya
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul " Sejarah Bola Basket " tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari dosen kami yaitu Bapak Bismi Fornandes selaku
dosen Mata Kuliah Penjaskes MI/SD di Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu.
Selain itu, saya juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang bagaimana sejarah bola basket.

Saya mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
minta kritik dan saran yang membangun yang pasti akan saya terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Penulis

15 Maret 2022

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………...........................…………………… i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………..........………..…………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………...............………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….…….............………………………………… 1

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………………….………………….. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………………………….. 4

C. Tujuan Masalah …………………………………………………………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………….................…………………………………… 22

A. Hakekat Karakter Dan Pendidikan Karakter.…………..………….……………………………….. 22

B. Manusia Budi Pekerti..……………………...............……..……………………………….…………………23

C. Pendidikan Nilai Dan Budi Pekerti....………..…..........………………………….........……..…… 26

D. Persoalan Karakter Bangsa …………......…………………..........………………………………........ 28

E. Manfaat Dan Fungsi Mahasiswa Memahami Hakekat Pendidikan Karakter......29

BAB III PENUTUP ………………………………………………………............…………………….............…………… 38

A. Kesimpulan ………………….…………………………………............…………………………………………… 39

B. Saran ………………………………………………………………………….………………………………………………
40

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………....…………………………………………. 41

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Bola basket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan masing-
masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan memasukkan bola ke dalam
keranjang lawan. Bola basket dapat di lapangan terbuka, walaupun pertandingan profesional
pada umumnya dilakukan di ruang tertutup. Lapangan pertandingan yang diperlukan juga
relatif tidak besar, misal dibandingkan dengan sepak bola. Selain itu, permainan bola basket
juga lebih kompetitif karena tempo permainan cenderung lebih cepat jika dibandingkan dengan
olahraga bola yang lain, seperti voli dan sepak bola.

Bola basket menjadi salah satu olahraga yang paling digemari oleh penduduk Amerika Serikat
dan penduduk di belahan bumi lainnya, antara lain di Amerika Selatan, Eropa Selatan, Lithuania,
dan juga di Indonesia. Banyak kompetisi bola basket yang diselenggarakan setiap tahun, seperti
British Basketball League (BBL) di Inggris, National Basketball Association (NBA) di Amerika, dan
Indonesia Basketball League (IBL) di Indonesia.] Bola basket merupakan salah satu cabang
olahraga yang menuntut VO2 max tinggi. Dengan latihan VO2 max ini dapat ditingkatkan yang
menghasilkan peningkatan hanya berkisar 25% dari kondisi awal latihan. Dari latihan tersebut
elebihnya ditentukan oleh potensi fisik yang ada pada setiap individu. Butuh sumber yang lebih
baik. Bola basket merupakan cabang olahraga dengan waktu istirahat yang lebih lama, sehingga
dapat memanfaatkan teknik recovery dengan tepat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah Bola Basket ?

2. Apa itu Manusia Budi Pekerti?

3. Apa Itu Pendidikan Nilai Dan Budi Pekerti?

4. Apa Itu Persoalan Karakter Bangsa ?

5. Apa Saja Manfaat Dan Fungsi Mahasiswa Memahami Hakekat Pendidikan Karakter?

C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan Hakekat Karakter Dan Pendidikan Karakter ?

2. Mendeskripsikan Apa Itu Manusia Budi Pekerti?

3. Mendeskripsikan Apa Itu Pendidikan Nilai Dan Budi Pekerti?

4. Mendeskripsikan Apa Itu Persoalan Karakter Bangsa ?

5. Memberikan Manfaat Dan Fungsi Mahasiswa Memahami Hakekat Pendidikan Karakte r?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakekat Karakter dan Pendidikan Karakter

1. Hakekat Karakter

a. Pengertian Karakter
Menurut Michael Novak karakter merupakan “campuran kompatibel dari seluruh kebaikan
yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang
berakal sehat yang ada dalam sejarah.” Sementara itu, Masnur Muslich menyatakan bahwa
karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat.Selanjutnya, Muchlas Samani berpendapat bahwa karakter
dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena
pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain,
serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.10 Pendapat
senada juga disampaikan oleh Agus Wibowo, bahwa karakter adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh
suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut asli dan mengakar pada kepribadian benda atau
individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana seseorang bertindak,
bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.Selanjutnya, menurut Maksudin yang dimaksud
karakter adalah ciri khas setiap individu berkenaan dengan jati dirinya (daya qalbu), yang
merupakan saripati kualitas batiniah/rohaniah, cara berpikir, cara berperilaku (sikap dan
perbuatan lahiriah) hidup seseorang dan bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat,
bangsa maupun negara.Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter
adalah sesuatu yang terdapat pada individu yang menjadi ciri khas kepribadian individu yang
berbeda dengan orang lain berupa sikap, pikiran, dan tindakan. Ciri khas tiap individu tersebut
berguna untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara.
b. Komponen-Komponen Karakter yang Baik
Ada tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yang dikemukakan oleh
Lickona, sebagai berikut:

a. Pengetahuan Moral
Pengetahuan moral merupakan hal yang penting untuk diajarkan. Keenam aspek berikut ini
merupakan aspek yang menonjol sebagai tujuan pendidikan karakter yang diinginkan.

1) Kesadaran Moral
Aspek pertama dari kesadaran moral adalah menggunakan pemikiran mereka untuk melihat
suatu situasi yang memerlukan penilaian moral dan kemudian untuk memikirkan dengan
cermat tentang apa yang dimaksud dengan arah tindakan yang benar. Selanjutnya, aspek kedua
dari kesadaran moral adalah memahami informasi dari permasalahan yang bersangkutan.
2) Pengetahuan Nilai Moral
Nilai-nilai moral seperti menghargai kehidupan dan kemerdekaan, tanggung jawab terhadap
orang lain, kejujuran, keadilan, toleransi, penghormatan, disiplin diri, integritas, kebaikan, belas
kasihan, dan dorongan atau dukungan mendefinisikan seluruh cara tentang menjadi pribadi
yang baik. Ketika digabung, seluruh nilai ini menjadi warisan moral yang diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Mengetahui sebuah nilai juga berarti memahami bagaimana
caranya menerapkan nilai yang bersangkutan dalam berbagai macam situasi.
3) Penentuan Perspektif
Penentuan perspektif merupakan kemampun untuk mengambil sudut pandang orang lain,
melihat situasi sebagaimana adanya, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir,
bereaksi, dan merasakan masalah yang ada. Hal ini merupakan prasyarat bagi penilaian moral.
4) Pemikiran Moral

Pemikiran moral melibatkan pemahaman apa yang dimaksud dengan moral dan mengapa harus
aspek moral. Seiring anak-anak mengembangkan pemikiran moral mereka dan riset yang ada
menyatakan bahwa pertumbuhan bersifat gradual, mereka mempelajari apa yang dianggap
sebagai pemikiran moral yang baik dan apa yang tidak dianggap sebagai pemikiran moral yang
baik karena melakukan suatu hal.
5) Pengambilan Keputusan
Mampu memikirkan cara seseorang bertindak melalui permasalahan moral dengan cara ini
merupakan keahlian pengambilan keputusan reflektif. Apakah konsekuensi yang ada terhadap
pengambilan keputusan moral telah diajarkan bahkan kepada anak-anak pra usia sekolah.
6) Pengetahuan Pribadi
Mengetahui diri sendiri merupakan jenis pengetahuan moral yang paling sulit untuk diperoleh,
namun hal ini perlu bagi pengembangan karakter. Mengembangkan pengetahuan moral pribadi
mengikutsertakan hal menjadi sadar akan kekuatan dan kelemahan karakter individual kita dan
bagaimana caranya mengkompensasi kelemahan kita, di antara karakter tersebut.
b. Perasaan Moral

Sifat emosional karakter telah diabaikan dalam pembahasan pendidikan moral, namun di sisi ini
sangatlah penting. Hanya mengetahui apa yang benar bukan merupakan jaminan di dalam hal
melakukan tindakan yang baik. Terdapat enam aspek yang merupakan aspek emosi yang harus
mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter.
1) Hati Nurani
Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif untuk mengetahui apa yang benar dan sisi
emosional untuk merasa berkewajiban untuk melakukan apa yang benar. Hati nurani yang
dewasa mengikutsertakan, di samping pemahaman terhadap kewajiban moral, kemampuan
untuk merasa bersalah yang membangun. Bagi orang-orang dengan hati nurani, moralitas itu
perlu diperhitungkan.
2) Harga Diri

Harga diri yang tinggi dengan sendirinya tidak menjamin karakter yang baik. Tantangan sebagai
pendidik adalah membantu orang-orang muda mengembangkan harga diri berdasarkan pada
nilai-nilai seperti tanggung jawab, kejujuran, dan kebaikan serta berdasarkan pada keyakinan
kemampuan diri mereka sendiri demi kebaikan.
3) Empati
Empati merupakan identifikasi dengan atau pengalaman yang seolah-olah terjadi dalam
keadaan orang lain. Empati memungkinkan seseorang keluar dari dirinya sendiri dan masuk ke
dalam diri orang lain. Hal tersebut merupakan sisi emosional penentuan pesrpektif.
4) Mencintai Hal yang Baik
Bentuk karakter yang tertinggi mengikutsertakan sifat yang benar-benar tertarik pada hal yang
baik. Ketika orang-orang mencintai hal yang baik, mereka senang melakukan hal yang baik.
Mereka memiliki moralitas keinginan, bukan hanya moral tugas.

5) Kendali Diri
Emosi dapat menjadi alasan yang berlebihan. Itulah alasannya mengapa kendali diri merupakan
kebaikan moral yang diperlukan. Kendali diri juga diperlukan untuk menahan diri agar tidak
memanjakan diri sendiri.
6) Kerendahan Hati

Kerendahan hati merupakan kebakan moral yang diabaikan namun merupakan bagian yang
esensial dari karakter yang baik. kerendahan hati merupakan sisi afektif pengetahuan pribadi.
Kerendahan hati juga membantu seseorang mengatasi kesombongan dan pelindung yang
terbaik terhadap perbuatan jahat.
c. Tindakan Moral
Tindakan moral merupakan hasil atau outcome dari dua bagian karakter lainnya. Apabila orang-
orang memiliki kualitas moral kecerdasan dan emosi maka mereka mungkin melakukan apa
yang mereka ketahui dan mereka rasa benar. Tindakan moral terdiri dari beberapa aspek
sebagai berikut.
1) Kompetensi
Kompetensi moral memiliki kemampuan untuk mengubah penilaian dan perasaan moral ke
dalam tindakan moral yang efektif. Kompetensi juga bermain dalam situasi moral lainnya.
Untuk membantu orang lain yang mengalami kesusahan, seseorang harus mampu merasakan
dan melaksanakan rencana tindakan.
2) Keinginan
Pilihan yang benar dalam situasi moral biasanya merupakan pilihan yang sulit. Menjadi orang
baik sering memerlukan tindakan keinginan yang baik, suatu penggerakan energi moral untuk
melakukan apa yang seseorang pikirkan harus dilakukan.Keinginan berada pada inti dorongan
moral.
3) Kebiasaan
Dalam situasi yang besar, pelaksanaan tindakan moral memperoleh manfaat dari kebiasaan.
Seseorang sering melakukan hal yang baik karena dorongan kebiasaan. Sebagai bagian dari
pendidikan moral, anak-anak memerlukan banyak kesempatan untuk mengembangkan
kebiasaan yang baik, banyak praktik dalam hal menjadi orang yang baik. Hal ini berarti
pengalaman yang diulangi dalam melakukan apa yang membantu, apa yang ramah, dan apa
yang adil. Seseorang yang mempunyai karakter yang baik memiliki pengetahuan moral,
perasaan moral, dan tindakan moral yang bekerja sama secara sinergis. Pendidikan karakter
hendaknya mampu membuat peserta didik untuk berperilaku baik sehingga akan menjadi
kebiasaan dalam kehiduapan sehari-hari.
c. Nilai-Nilai Karakter yang Harus Ditanamkan
Nilai-nilai karakter dan budaya bangsa berasal dari teori-teori pendidikan, psikologi pendidikan,
nilai-nilai sosial budaya, ajaran agama, Pancasila dan UUD 1945, dan UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta pengalaman terbaik dan praktek nyata dalam
kehidupan sehari-hari.15 Kemendiknas mengidentifikasi ada 18 nilai untuk pendidikan budaya
dan karakter bangsa sebagai berikut ini:16
a. Religius: sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

c. Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
e. Kerja Keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari apa
yang telah dimiliki.
g. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas. h. Demokratis: cara berpikir, bersikap, dan bertindayang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa Ingin Tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j. Semangat Kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
k. Cinta Tanah Air: cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsanya.
l. Menghargai Prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, dan menghormati keberhasilan orang
lain. m.Bersahabat dan Komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
n. Cinta Damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang
dan aman atas kehadirannya.
o. Gemar Membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan baginya.

p. Peduli Lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggung jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Sementara itu, Ratna Megawangi berpendapat
bahwa terdapat 9 pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu:17
a. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya,

b. Kemandirian dan tanggungjawab,


c. Kejujuran atau amanah,

d. Hormat dan santun,

e. Dermawan, suka tolong menolong dan gotong royong atau kerjasama,

f. Percaya diri dan pekerja keras,

g. Kepemimpinan dan keadilan,

h. Baik dan rendah hati, dan

i. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

2. Hakekat Pendidikan Karakter


a. Pengertian Pendidikan Karakter
Suyanto mengemukakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).22
Sementara itu, Masnur Muslich menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem
pemahaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran, kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
menjadi manusia insan kamil. Selanjutnya Bagus Mustakim menyatakan bahwa pendidikan
karakter dapat dimaknai sebagai suatu proses internalisasi sifat-sifat utama yang menjadi ciri
khusus dalam suatu masyarakat ke dalam diri peserta didik sehingga dapat tumbuh dan
berkembang menjadi manusia dewasa sesuai dengan nilai-nilai budaya masyarakat
setempat.Sependapat dengan Bagus Mustakim, menurut Dony Kusuma pendidikan karakter
merupakan dinamika pengembangan kemampuan yang berkesinambugan dalam diri manusia
untuk mengadakan internalisasinilai-nilai sehingga menghasilkan disposisi aktif, stabil dalam diri
individu.Sri Judiani juga mengemukakan bahwa pendidikan karakter ialah pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan
karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya,
sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif.
Senada dengan pendapat Sri Judiani, Agus Wibowo mengemukakan bahwa pendidikan karakter
adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada
anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan
dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara.27
Pendapat senada juga disampaikan oleh Mardiatmadja bahwa pendidikan nila moral (karakter)
adalah merupakan bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai
serta menempatkan secara integral dalam keseluruhan hidupnya.Dari pendapat para ahli di
atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah upaya menumbuhkan dan
mengembangkan nilainilai luhur kepada peserta didik. Hal terebut dilakukan agar mereka
mengetahui, menginternalisasi, dan menerapkan nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupannya
dalam keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan karakter juga merupakan suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk
mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya
sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-
nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut.

B. Manusia Budi Pekerti

1. Pengertian Budi Pekerti

Menurut istilah dari bahasa Jawa Budi Pekerti memiliki arti yaitu Budi yang berarti fikir
sedangkan pekerti yang berarti perbuatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa budi pekerti adalah
sikap dan prilaku individu, keluarga, ataupun masyarakat yeng saling berkaitan dengan etika
dan nilai norma. Berbeda dengan bahasa Jawa terminologi menyatakan bahwa budi pekerti
merupakan nilai prilaku manusia yang dapat diukur atau dinilai dari kebaikan atau keburukan
lewat penilaian berdasarkan ukuran norma hukum, tata krama, agama, budaya dan adat
istiadat atau norma sopan santun dalam masyarakat. Kesimpulannya budi pekerti dapat
diartikan sebagai sebuah usaha peningkatan, pemeliharaan, pengembangan, pembentukan,
serta perbaikan dalam bertingkah laku pada setiap individu dengan tujuan dapat menjalankan
peran hidupnya dengan seimbang, selaras dan serasi antara spiritual, jasmani-rohani, lahir-
batin dan individu-sosial

2. Tujuan Budi Pekerti

Tujuan dari budi pekerti adalah mengaplikasikan dan mengembangkan semua prilaku, nilai, da
tentu juga sikap individu dalam melancarkan pengaplikasian akhlak yang baik dan mulia serta
budi pekerti yang luhur. Selain itu budi pekerti juga membentuk moral yang baik pada setiap
individu, untuk memiliki kepribadian yang bagus, dapat menghormati orang lain, tidak egois,
punya nilai religius, dan tidak merasa paling benar sendiri.

3. Manfaat Budi Pekerti

Banyak sekali efek yang didapat dari pengaplikasian budi pekerti ini, mulai dari hal kecil hingga
ke hal besar, contohnya: Meningkatkan mutu seorang individu dengan penanaman nilai moral
yang baik sehingga menciptakan SDM yang unggul. Sebagai dasar imlu untuk tahu batasan
seorang individu dalam menghadapi era yang begitu kompleks Nilai religius yang dianggap
penting tanpa pengabaian, lebih taat kepada sang pencipta. Menampilkan karismatik yang
dianggap nilai plus dari seorang individu.

C. Pendidikan Nilai Manusia dan Budi Pekerti

1. Pengertian Pendidikan Nilai

Pendidikan nilai pada dasarnya dirumuskan dari dua istilah pendidikan dan nilai, yang jika
digabungkan menjadi sebuah istilah pendidikan nilai. Pendidikan maupun nilai pastinya
mempunya definisi tersendiri sebagai landasan dalam memahami sebuah istilah definisi tentang
pendidikan nilai itu sendiri. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara (Undang-Undang Republik Indonesia. No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Berdasarkan definisi di atas, terdapat 3 (tiga) pokok pikiran utama yang terkandung di
dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3) memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan nilai
menurut pengertian yang dipaparkan diatas bahwa nilai erat hubungannya dengan etika, moral,
perilaku, dan budi pekerti yang melekat pada diri manusia. Jadi, pendidikan nilai merupakan
usaha sadar yang terencana dalam proses pembelajaran yang membentuk etika, moral, dan
budi pekerti peserta didik sebagai makhluk tuhan yang mempunyai keterampilan untuk
diaplikasikan dalam duni masyarakat, bangsa dan negara.

D. Persoalan Karakter Bangsa

Persoalan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu tertuang dalam
berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain
itu, para pemuka masyarakat, ahli, serta para pengamat pendidikan dan sosial, kini juga banyak
berbicara mengenai persoalan karakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat
lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi,
kekerasan di jalanan, kejahatan seksual, pembangkangan massal, perkelahian massa,
kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya
menjadi topik pembahasan hangat di tengah-tengah masyarakat. Berbagai alternatif
penyelesaian mendapat perhatian serius dan telah diupayakan untuk mengatasinya, seperti
mulai digelorakannya kembali kebudayaan daerah, penggunaan bahasa daerah pada hari
tertentu di lingkungan perkantoran, menyanyikan Lagu Indonesia Raya di sekolah-sekolah saat
dimulainya Jam Pelajaran pertama maupun kegiatan lainnya. Karakter adalah watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap,
dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani
bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang
lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan
karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang.
Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka
pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan
budaya yang bersangkutan.

Satu hal yang perlu diperhatikan bersama dalam pembangunan karakter bangsa, yakni apabila
seorang individu anggota masyarakat menjadi asing dari nilai-nilai budaya masyarakat
setempat. maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsa secara menyeluruh dan dia
tidak mengenal dirinya sebagai warga budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat
rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar
tanpa proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki
norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan
pertimbangan. Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat pula
kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik. Pada titik
kulminasinya, norma dan nilai budaya secara kolektif pada tingkat makro akan menjadi norma
dan nilai budaya bangsa. Dengan demikian, setiap warga masyarakat akan menjadi warga
negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara berpikir, cara bertindak, dan cara
menyelesaikan masalah sesuai dengan norma dan nilai ciri ke-Indonesiaannya.

E. Manfaat dan Fungsi Mahasiswa Memahami Hakekat Karakter dan Pendidikan Karakter

1. Membentuk karakter dini

Sudah pasti pendidikan karakter adalah bertujuan untuk membentuk karakter diri, karena
pendidikan karakter menjadikan individu yang maju, mandiri, tangguh dalam menggenggam
prinsip dan penuh tanggung jawab.

2.Mengetahui peluang dan bahaya lingkungan

Pendidikan karakter juga akan menjadi benteng dalam memerangi berbagai perilaku
berbahaya. Serta membantu mempersiapkan anak menghadapi banyak peluang dan bahaya
yang tidak diketahui yang ada di masyarakat saat ini. Pendidikan karakter memberikan
pengetahuan yang mereka butuhkan untuk mengetahui bahaya apa yang ada di masyarakat
dan cara menangani hal itu dengan benar.

3.Melatih mental dan moral

Mencegah terjadinya kondisi mental yang lemah dengan moral yang tidak baik. Dengan
meningkatkan kondisi mental dan moral individu, maka akan menciptakan suasana yang
kondusif dan mencegah terjadinya perpecahan. Pendidikan karakter ini juga menjadikan ia
seseorang yang tangguh menghadapi segala masalah dan bijak menerapkan keadilan.

4.Baik dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab

Seiring meningkatnya moral dan kemampuan berpikir, pendidikan ini sangat berperan penting
dalam mempengaruhi kemampuan berpikir individu. Oleh karena itu, seseorang akan lebih
bijak dalam mengambil keputusan dan mendorong rasa tanggung jawab yang besar.

5. Menciptakan generasi yang berintegritas

Dengan karakter yang kuat akan menjadikan seorang individu menjadi lebih teguh dan kokoh
dalam menjalani hidup. Hal tersebut akan sangat penting dalam kegiatan berbangsa dan
bernegara. Integritas ini yang penting dibentuk dalam pendidikan karakter. Dengan adanya
integritas yang tinggi, menjadikan seseorang individu akan menjunjung tinggi nilai integritas
bangsa dan negara.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Michael Novak karakter merupakan “campuran kompatibel dari seluruh kebaikan
yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang
berakal sehat yang ada dalam sejarah.” dan Pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia
secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna
membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri
sendiri dan lingkungannya. Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan
untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya
terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan
nilai-nilai tersebut.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan di susun dalam berbagai
keterbatasan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun, sehingga mendorong kami untuk bisa memperbaikinya. Kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Dan kami berharap makalah ini
bermanfaat, khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya. Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.radenintan.ac.id/2236/4/Bab_II.pdf

https://www.gurupendidikan.co.id › ... Budi Pekerti : Pengertian, Manfaat, Ciri, Tujuan, Sifat


Dan Contohnya

https://humas.bandung.go.id › artike Hasil web Karakter Bangsa - Prokopim Kota Bandung

https://bpkpenabur.or.id › blog › 5-..5 Manfaat Pendidikan Karakter yang Penting untuk Anak -
BPK Penabur

Anda mungkin juga menyukai