MAKALAH
Disusun Oleh :
ZUNITA : 1212.20.3098
NENI IRMAYANI : 1212.20.3113
Dosen Pengampu :
KOIY SAHBUDIN HARAHAP, MA
PRODI :
EKONOMI SYARIAH
PGMI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.2. PENUTUP
Daftar Pustaka............................................................................15
i
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang Kurikulum Pendidikan Islam pada tahun ajaran
2021 ini terjadi pada waktunya dan tanpa ada halangan suatu apapun.Saya sebagai penulis
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Saya juga menyadari itu bahwa apabila di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,saya sebagai penulis berharap adanya
kritik dan saran. Demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang.
ZUNITA
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Kata “Kurikulum” mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan lebih
kurang sejak satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dalam
kamus Webster tahun 1856. Pada tahun itu kata kurikulum digunakan dalam bidang
olahraga, yakni suatu alat yang membawa orang dari star sampai ke finish. Barulah pada
tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah mata
pelajaran disuatu perguruan.
Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik
pendidikan. Dalam pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan sejumlah mata
pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Pandangan ini
menekankan pengertian kurikulum pada segi isi. Dalam pandangan yang muncul
kemudian, penekanan terletak pada pengalaman belajar. Dengan titik tekan tersebut,
kurikulum diartikan sebagai segala pengalaman yang disajikan kepada para siswa
dibawah pengawasan atau pengarahan sekolah.
Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya
meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang
terjadi dibawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga
kegiatan kurikuler yang tidak formal. Kegiatan kurikuler yang tidak formal ini sering
disebut ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
Untuk sekolah yang bersangkutan, kurikulum sekurang-kurangnya memiliki dua fungsi:
1. Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan; dan
2. Sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan sehari-hari.
Keutamaan mempelajari kurikulum bagi seseorang yang menekuni dunia pendidikan
adalah suatu kegiatan yang tidak boleh terlewatkan, karena berbicara pendidikan berarti
erbicara kurikulum yang ada didalamnya. Demikian halnya dengan pendidikan Islam,
tentunya terdapat kurikulum didalamnya. Maka, karena keperluan yang utama tersebutlah
1
Dyan Larasati “ Makalah Kurikulum Pendidikan Islam “ http://dyhlarasati.blogspot.com/2016/12/v-
behaviorurldefaultvmlo.html( diakses pada hari kamis tanggal 11 November 2021 Jam 3:.13)
dalam Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi Agama Islam, salah satu
materi yang harus dikuasai dan dipahami adalah tentang Kurikulum dalam
Pendidikan Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian kurikulum pendidikan islam
2. Kurikulum yang mengacu pada tujuan pendidikan
3. Pengembangan kurikulum
4. Ciri-ciri kurikulum pendidikan islam
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian kurikulum pendidikan islam
2. Mengetahui kurikulum yang mengacu pada tujuan pendidikan
3. Mengetahui pengembangan kurikulum
4. Mengetahui ciri-ciri kurikulum pendidikan islam
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, serta satuan antara pendidikan dan peserta
4
didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum
merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya
kearah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan
keterampilan dan sikap mental. Ini berarti bahwa proses kependidikan islam bukan
suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi mengacu pada
konseptualisasi manusia paripurna.[6] Di sinilah pendidikan islam memberikan pandangan
filosofis tentang hakikat pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang dapat
dijadikan pedoman dalam pembentukan manusia paripurna (insan kamil).
Kurikulum pendidikan islam adalah bahan-bahan berupa kegiatan, pengetahuan dan
pengalaman yang dengan sistematis di berikan kepada anak didik untuk mencapai
tujuan. Kurikulum juga merupakan kegiatan yang mencakup berbagai rencana
kegiatan peserta didik secara terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan,
saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan- pengaturan program agar dapat
diterapkan, dan hal-hal yang mencakup berbagai kegiatan sampai tercapainya tujuan
yang diinginkan.
Menurut Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap yang dikutip oleh H.
Mappanganro dalam bukunya Perkembangan Kurikulum Pendidikan Islam, mengatakan
bahwa kurikulum adalah:
a. Suatu kelompok mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk dapat lulus
(mencapai certificat) dalam salah satu bidang tertetu. Misalnya suatu kurikulum
untuk
pendidikan jasmani, untuk pendidikan guru, untuk bidang-bidang social.
b. Suatu rencana umum mengenai isi atau bahan-bahan pelajaran khusus yang oleh
sekolah atau pendidikan disajikan kepada pelajaran untuk lulus atau mendapat
certificat atau untuk memasuki suatu jabatan atau bidang tertentu.
c. Suatu kelompok pelajaran dan pengalaman yang diperoleh si pelajar di bawah
bimbingan sekolah.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kurikulum pada hakikatnya
4
5
adalah rancangan mata pelajaran bagi suatu kegiatan jenjang pendidikan tertentu.
Jika telah dikuasai seseorang dapat dinyatakan lulus dan berhak memperoleh ijazah.
5
6
KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang ditawarkan saat ini boleh dikatakan lebih
cenderung menggunakan pendekatan teknologik dengan menekankan pada profesi
lulusan, baik utama, pendukung, maupun lainnya. Dengan berorientasi pada profesi yang
telah dipatok, semua konsentrasi pendidikan sekolah diarahkan kesana. Model seperti ini
hamper mirip dengan yang ditawarkan pada masa Orde Baru dengan sebutan link and
mach meskipun KBK dirancang dengan lebih komprehensif. KBK ini pada
perkembangannya dikoreksi ulang dan munculah tawaran KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan). Dengan sosialisasi yang minim, anggaran,pendidikan yang terbatas,
kualitas SDM yang kurang standar, serta fasilitas yang belum lengkap, konsep dan
kebijakan tentang kurikulum ini diragukan bisa dilaksanakan secara baik dan konsekuen.
Dengan KBK/KTSP, pendidikan sekolah diorientasikan sebagai penyiap atau pensuplai
tenaga kerja sehingga harus mach dengan kebutuhan lembaga, perusahaan, atau lembaga
kerja lainnya.
Model pendekatan seperti ini tentu saja bukan hal yang salah selama proporsinya
disesuaikan dengan heterogenitas umat. Demikian juga selama penerapan pendekatan
seperti itu juga tidak digeneralisasi untuk semua lembaga pendidikan, jenis, dan
jenjangnya. Sebab, wilayah akademik dan humanistik juga harus diberikan porsi yang
cukup agar pengembangan ilmu dan nilai kemanusiaan tetap berkembang sehat dan
dinamis di samping disediakan juga sebagian lembaga pendidikan yang memang
secara khusus proporsinya lebih banyak ke akademik dan humanistik tersebut.
6
7
menyeluruh ini kurikulum harus berisi mata pelajaran yang banyak, sesuai dengan
tujuan pembinaan setiap aspek itu. Oleh karena itu, di perguruan tinggi diajarkan
mata pelajaran seperti ilmu-ilmu Al-Qur`an termasuk tafsir dan qiro`ah serta mata
pelajaran lainnya.
c. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan
masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal dan rohani manusia.
d. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan juga seni halus seperti ukir, pahat, tulis-
indah, gambar dan sejenisnya. Selain itu, memperhatikan juga pendidikan jasmani,
latihan militer, teknik, keterampilan dan bahasa asing sekalipun semuanya ini
diberikan kepada perseorangan secara efektif berdasar bakat, minat dan kebutuhan.
e. Kurikulum pendidikan Islam mempertimbangkan perbedaan kebudayaan yang sering
terdapat di tengah manusia karena perbedaan tempat dan juga perbedaan zaman.
Kurikulum dirancang sesuai dengan kebudayaan itu.
7
8
8
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya
pelari dan curere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh
pelari. Ada juga yang mengatakan dari Bahasa Perancis,
yaitu couriar yang berarti berlari. Istilah ini pada mulanya digunakan
dalam dunia olahraga. Sementara itu, dalam dunia pendidikan istilah
tersebut merupakan lingkaran pengajaran di mana guru dan murid terlibat
di dalamnya.
Dengan demikian, curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari.
Akan tetapi dalam konteks pendidikan, kurikulum diartikan
sebagai kumpulan subjek yang diajarkan di sekolah atau arah suatu
proses belajar. Ada pula yang mengartikannya sebagai perangkat
rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran dalam
kegiatan belajar mengajar.
Tujuan memiliki peran strategis dalam menentukan kebijakan kurikulum. Tujuan
yang jelas akan mempermudah pendidik mengambil langkah
operasional dalam proses kependidikan. Dalam perspektif islam,
keharusan mengintegrasikan unsur religious yang transendental dengan
setiap cabang ilmu menjadi hal yang tak terelakkan. Sebab, jika kedua
hal tersebut tidak terintegrasi dengan baik maka akan menimbulkan
bias pemikiran yang pada gilirannya akan mengakibatkan rasa kebingungan
pada peserta didik.
Dalam pengembangan kurikulum diperlukan satu pendekatan yang proporsional.
Pendekatan yang proporsional ini dipengaruhi oleh tujuan yang
ditetapkan. Pendidikan yang berorientasi pada tugas dan vokasional
misalnya, ia lebih tepat apabila dipilih pendekatan teknologik
daripada akademik dan humanistik. Dengan pertimbangan yang proporsional
tersebut diharapkan ada integrasi pendekatan dalam penetapan satu
9
9
DAFTAR PUSTAKA
10