Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
Asam glutamat pertama diisolasi pada tahun 1866 dan garamnya (garam Na)
ditemukan tahun 1909 oleh ahli kimia Jepang “Ikeda”. Namun demikian, produksi
secara komersial baru dilakukan pada tahun 1954. MSG dihasilkan dari protein
gandum, jagung, dan kedelai serta dipasarkan dalam bentuk kristal murni berwarna
putih dengan merek dagang ajinamoto, sasa, miwon, maggie, royco, dan lain
sebagainya. Glutamat terdiri dari bentuk D- dan L- serta bentuk campuran rasemat.
Bentuk L- merupakan isomer yang terdapat secara alami dan mempunyai sifat sebagai
pembangkit cita rasa. Bentuk D- tidak memiliki sifat sebagai pembangkit cita rasa
(Zuhra, 2006). Jenis makanan yang mengandung banyak protein yaitu diantaranya
seperti ASI, susu sapi, keju, dan daging mengandung banyak glutamat, sedangkan
sebagian besar sayuran sedikit mengandung glutamat. Sayuran atau buah tertentu
mengandung banyak glutamat bebas seperti jamur, tomat, dan kacang polong
(Santoso, 1989).
NaO OH
NH2
Gambar 2.1 Struktur Kimia MSG
Metabolisme asam amino non esensial, termasuk glutamat, menyebar luas di dalam
jaringan tubuh. Telah dilaporkan bahwa 57% dari asam amino yang diabsorbsi
dikonversikan menjadi urea melalui hepar, 6% menjadi plasma protein, 23% absorbsi
asam amino melalui sirkulasi umum sebagai asam amino, dan sisanya 14% tidak
dilaporkan dan diduga disimpan sementara di dalam hepar sebagai protein hepar/
enzim. Menurut The Glutamate Association dari Amerika Serikat, Juli 1976, protein
yang dimakan sehari-hari mengandung 20-25% glutamat (Sukawan, 2008).
Tubuh manusia terdiri dari 14-17% protein dan dari jumlah ini seperlimanya
merupakan glutamat. Diperkirakan seorang dewasa yang berat badannya 70 kg rata-
rata mengandung 2 kg glutamat dalam protein tubuhnya. Glutamat bebas juga terdapat
dalam sistem saluran pencernaan, darah, organ, dan jaringan lain dalam tubuh yang
berbeda-beda. Kadar glutamat bebas dalam otak 100 kali kadar glutamat dalam darah.
Jumlah glutamat bebas yang beredar yang diperlukan untuk keperluan tubuh berkisar
10 g. Total body turnover dalam metabolisme inter-media air diperkirakan 5-10 g/ jam
(Santoso, 1989).
2.2.2 Antioksidan
Hepar adalah organ utama untuk membersihkan zat-zat toksin yang berasal
dari bakteri maupun zat kimia. Untuk melakukan detoksifikasi dari bahan berbahaya
tersebut, hepar mengandung antioksidan dengan berat molekul rendah dan enzim yang
merusak kelompok oksigen reaktif (ROS) yaitu glutation tereduksi (GSH), vitamin C,
vitamin E, superoksid dismutase (SOD), glutation peroksidase, dan katalase
(Arief, 2003).
Vitamin C memiliki struktur sangat mirip dengan glukosa, pada sebagian besar
mamalia vitamin C berasal dari glukosa. Vitamin C terdapat dalam bentuk asam
askorbat maupun dehidroaskorbat (Sulistyowati, 2006). Vitamin C mudah diabsorpsi
secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus halus lalu masuk ke
peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorpsi adalah 90% untuk konsumsi di
antara 20 dan 120 mg sehari. Konsumsi tinggi sampai 12 g (sebagai pil) hanya
diabsorpsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian dibawa kesemua jaringan
(Almatsier, 2009).
Pada tahun 1922 ditemukan suatu zat larut lemak yang dapat mencegah keguguran
dan sterilitas pada tikus. Pada tahun 1936 diisolasi dari minyak kecambah gandum dan
dinamakan tokoferol, berasal dari bahasa Yunani dari kata tokos yang berarti kelainan
dan pherein berarti menyebabkan. Sekarang dikenal beberapa bentuk tokoferol dan
istilah vitamin E biasa digunakan untuk menyatakan setiap campuran tokoferol yang
aktif secara biologis. Vitamin E murni tidak berbau dan tidak berwarna, sedangkan
vitamin E sintetik yang dijual secara komersial biasanya berwarna kuning muda
hingga kecoklatan. Vitamin E larut dalam lemak dan dalam sebagian besar pelarut
organik, tetapi tidak larut dalam air (Almatsier, 2009).
Tokoferol sebagai antioksidan dapat bereaksi dengan ROS dan radikal bebas
lain. Pada proses ini tokoferol berperan sebagai radikal bebas yang tidak reaktif
sehingga akan berikatan dengan elektron bebas dari radikal bebas reaktif lain.
Perlakuan pemaparan asap rokok secara kronik dan vitamin E menunjukkan hasil
kadar MDA serum lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan kronik saja
2.5 Hepar
Hepar adalah organ parenkim yang berukuran terbesar dan memegang peranan
penting dalam proses metabolisme tubuh. Hepar memiliki banyak fungsi antara lain
untuk menyimpan dan menyaring darah, membentuk protein plasma seperti albumin,
menghasilkan cairan empedu, sebagai tempat penyimpanan vitamin A dan zat besi
serta mampu mendetoksikasi berbagai obat dan toksik menjadi inaktif atau larut air
(Guyton, 1997). Hepar melakukan banyak fungsi penting berbeda-beda dan
bergantung pada sistem aliran darahnya yang unik dan sel-selnya yang sangat khusus.
Ketika hepar rusak, maka semua sistem terpengaruh (Corwin, 2008).
Hepar merupakan perantara antara sistem pencernaan dan darah. Hepar adalah
organ tubuh terbesar dan merupakan kelenjar terbesar, kecuali kulit, dengan berat
lebih kurang 1,5 kg. Hepar terletak di rongga perut di bawah diafragma. Kebanyakan
darahnya (70-80%) datang dari vena porta; sebagian kecil dipasok oleh arteri hepatika.
Seluruh materi yang diserap melalui usus tiba di hepar melalui vena porta, kecuali
lipid kompleks, yang terutama diangkut melalui pembuluh limfe. Posisi hepar dalam
sistem sirkulasi adalah optimal untuk menampung, mengubah dan mengumpulkan
metabolit serta menetralisir dan mengeluarkan substansi toksik. Pengeluaran ini terjadi
melalui empedu, suatu sekret eksokrin dari hepar, yang penting untuk pencernaan
lipid (Junquiera et al., 1997).
Hepar terbungkus oleh sebuah kapsul fibroelastik yang disebut kapsul Glisson dan
secara makroskopik dipisahkan menjadi lobus kiri dan kanan. Kapsul Glisson berisi
Setiap lobus tersusun atas lobulus-lobulus berbentuk segienam yang merupakan unit
fungsional hepar. Lobulus hepar tersusun atas lempeng hepatosit berbentuk silindris
yang merupakan jajaran dari sel-sel hepar. Pada setiap ujung dari sudut segienam
lobulus disebut portal triad, karena ditempat tersebut merupakan tempat
berkumpulnya tiga saluran yaitu cabang arteri hepatika, cabang vena porta, dan
saluran empedu (Tarwoto et al., 2009).
Komponen struktural utama dari hepar ialah sel hepar atau hepatosit (Yun.
hepar, hati, + kytos). Sel epitel ini berkelompok membentuk lempeng-lempeng yang
saling berhubungan. Pada sajian mikroskop cahaya, tampak adanya satuan-satuan
struktural yang disebut lobulus hepar klasik. Lobulus hepar di bentuk oleh massa
jaringan berbentuk 0,7x2 mm. Pada hewan tertentu (misalnya babi), lobulus ini
dipisah-pisahkan oleh selapis jaringan ikat. Hal ini tidak terjadi pada manusia yang
lobulusnya saling berkontak, sehingga sukar ditetapkan batas-batas antar lobuli.
Tetapi pada beberapa daerah lobulus ini dibatasi oleh jaringan ikat yang mengandung
duktus biliaris, pembuluh limfe, saraf, dan pembuluh darah. Celah portal terdapat pada
sudut lobulus dan dihuni oleh triad portal. Hepar manusia memiliki 3-6 triad portal per
lobules (Junquiera et al., 1997).
Hepar Mencit (Mus musculus L.) memiliki empat lobus utama yang saling
berhubungan satu sama lain dan dan dapat tampak keseluruhannya pada bagian dorsal.
Keempat lobus tersebut dapat dibedakan yakni : sebuah lobus median, dua lobus
lateral (kiri dan kanan), dan satu lobus caudal yang terbagi setengah di bagian dorsal
dan setengah lainnya dibagian ventral (Coveli ,1972 dalam Anggraini, 2006).
Sel-sel hepar adalah polyhedral, dengan 6 atau lebih permukaan, dan garis
tengah lebih kurang 20-30 µm. Pada preparat histologist yang diwarnai dengan
hematoksilin dan eosin, sitoplasma bersifat eosinofilik, terutama karena banyaknya
mitokondria dan sejumlah retikulum endoplasma licin. Hepatosit yang terletak pada
jarak-jarak berbeda dari triad portal memperlihatkan struktural, histokimia, dan
biokimia yang bervariasi. Permukaan setiap sel hepar berkontak dengan dinding
sinusoid, melalui celah Disse, dan dengan permukaan hepatosit lain. Tempat 2
hepatosit saling bertemu terbentuk celah tubular diantaranya yang dikenal sebagai
kanalikuli biliaris ikat (Junquiera et al., 1997).
Gambar 2.5 Histologis Lobus Hepar yang Menunjukkan Letak Vena sentralis,
Hepatosit, dan Sinusoid
Hepar berfungsi sebagai alat detoksifikasi terhadap berbagai bahan yang dicerna oleh
usus termasuk obat-obatan dan bahan toksik lainnya. Pemberian obat-obatan yang
berlebihan dan bahan toksik yang dimakan tanpa disadari dapat menimbulkan
kelainan patologik parenkim hepar seperti nekrosis berat, hepatitis kronik ataupun
sirosis hepatitis (Tambunan, 1994). Pada umumnya senyawa kimia yang digunakan
hepar untuk mengonjugasikan obat dan toksin larut lemak, misalnya protein plasma,
disintesis oleh hepar. Pada hepar yang kurang berfungsi baik suplai senyawa-senyawa
tersebut menjadi tidak kuat (Corwin, 2008). Kerusakan hepar karena zat toksik
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis zat kimia yang terlibat, dosis yang
diberikan, dan lamanya paparan zat tersebut (Amalina, 2009).
a. Degenerasi
b. Nekrosis