Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

HAND OUT TREND KEPERAWATAN JIWA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa Yang Diampu Oleh Bapak

Ns. Anang Satrianto, S. Kep.

Disusun Oleh Kelompok 6 :

1. Avinda Yulia Pratiwi (202002T132)


2. Srikanti (202002T133)
3. Andini Setyaningrum (202002T134)
4. Luvi Dwi Krisdayanti (202002T135)
5. Nur Itikavia (202002T136)
6. Imelda Arofah (202002T137)
7. Anita Sugiartanti (202002T138)
8. Agung Budi Santosa (202002T139)
9. Lasiono (202002T140)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER KELAS C RS GRAHA MEDIKA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
rahmat-Nya, kami dapat menyusun Makalah dengan judul “Hand Out Trend Keperawatan Jiwa”
dengan lancar. Adapun maksud penyusunan Makalah ini untuk memenuhi tugas Praktek Klinik
Keperawatan Program Studi S1 Keperawatan Non Reguler Kelas C RS Graha Medika.
Rasa terima kasih kami tidak terkirakan kepada yang terhormat dosen mata kuliah
Keperawatan Jiwa yang telah memberikan materi dan penugasan dalam pembuatan Makalah
dengan judul “Hand Out Trend Keperawatan Jiwa”, serta semua pihak yang telah mendukung
dalam penyusunan Makalah dengan judul “Hand Out Trend Keperawatan Jiwa” yang tidak bisa
kami sebutkan satu persatu.
Harapan kami bahwa Makalah dengan judul “Hand Out Trend Keperawatan Jiwa” ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
Trend Keperawatan Jiwa. Kami menyadari bahwa Makalah dengan judul ini masih jauh dari
sempurna dengan keterbatasan yang kami miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami terima
dengan tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan Makalah dengan judul “Hand Out
Trend Keperawatan Jiwa”.

                                                                            Banyuwangi, 9 Juni 2021     


Penulis

                                                                         Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Kata Pengantar……………………………………………………………............ i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah........................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................3
1.4 Manfaat ..........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian .....................................................................................5
2.2 Kecenderungan Trend dan Isu Keperawatan Jiwa ........................5
2.3 Trend Dalam Pelayanan Keperawatan Jiwa...................................16
2.4 Trend Pelayanan Keperawatan Jiwa Di Era Globalisasi.................16
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.....................................................................................18
3.2 Saran..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari


sejarah kehidupan bangsa setelah merdeka. Pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat dikembangkan sejalan dengan tanggung jawab pemerintah
melindungi rakyat indonesia dari berbagai masalah kesehatan yang
berkembang. Kesehatan adalah hak asasi manusia yang tercantum juga dalam
Undang Undang Dasar 1945. Oleh karenanya pemerintah telah mengadakan
pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia.

Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu pelayanan terdepan dalam


hubungannya dengan masyarakat adalah Rumah sakit. Sebagai pemberian
layanan kesehatan yang komplek, perawat senantiasa mengembangkan ilmu
dan teknologi dibidang keperawatan mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan serta
trend dan issue dalam pelayanan (Yosep, 2010). Dampak perkembangan zaman
dan pembangunan dewasa ini juga menjadi faktor peningkatan permasalahan
kesehatan yang ada, menjadikan banyaknya masalah kesehatan fisik juga
masalah kesehatan mental/spiritual. Dengan semakin berkembangnya
kehidupan dan modernisasi disemua bidang kehidupan manusia, terjadinya
perang, konflik dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan salah satu pemicu yang
memunculkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa (Yosep,
2010). Seseorang yang mengalami gangguan jiwa akan mengalami
ketidakmampuan berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah
adanya stressor psikososial (Hawari, 2009). Bagi mereka yang tidak mampu
mengendalikan stressor, baik dari stressor internal maupun eksternal mereka
akan kehilangan kontrol fikirannya, salah satu contohnya yaitu : perilaku
kekerasan.

Bentuk kekerasan yang banyak terjadi di masyarakat adalah kekerasan fisik,


tetapi masyarakat sendiri tidak menyadari bahwa penghinaan, cemooh dan kata-
kata kasar merupakan bagian dari kekerasan verbal. Efek kekerasan fisik dan

1
verbal akan menyakitkan bagi individu yang mengalaminya, dan dapat saja
menimbulkan trauma. Trauma yang terjadi pada korban kekerasan akan
berbeda, begitu pula dengan aspek penanganannya yang berbeda, hal ini terkait
dengan aspek kepribadian dan kondisi psikologis seseorang.

Strategi penanganan pada setiap korban kekerasan akan berbeda


berdasarkan tempat terjadinya kekerasan tersebut, misalkan strategi
penanganan kekerasan dalam rumah tangga, akan berbeda dengan strategi
penanganan terhadap kekerasan di sekolah atau di lingkungan kerja.
Masyarakat juga perlu mengetahui adanya strategi penanganan secara
psikologis untuk membantu korban kekerasan, yang dikenal sebagai psikoterapi.
Pendekatan psikoterapi ini secara tidak langsung.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik diri sendiri maupun orang
lain (Yosep, 2010). Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi
mengakibatkan seseorang stress berat membuat orang marah bahkan
kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya: memaki maki orang di sekitar,
membanting barang, mencederai orang lain, resiko membahayakan diri
(keadaan ketika individu beresiko meninbulkan bahaya langsung pada dirinya
sendiri) (Carpenito,2006).

Asuhan keperawatan jiwa memiliki peranan yang sangat penting untuk


meningkatkan kualitas mental, intelektual, emosional, sosial dan fisik, serta
ekonomi sebagai sumber kesejahteraan klien. Sistem asuhan keperawatan jiwa
berbeda dengan asuhan keperawatan pada orang sakit fisik dan orang normal
pada umumnya. Semuanya masih mengarah pada aspek keselamatan pada
pasien dan juga orang lain di sekitarnya. Seperti pelaksanaan komunikasi
terapeutik yang berusaha mengekspresikan persepsi, pikiran dan perasaan serta
menghubungkan hal tersebut untuk mengamati dan melaporkan kegiatan yang
dilakukan (Stuart, 2007).

Komunikasi terapeutik dapat menjadi jembatan penghubung antara perawat


sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pasien sebagai pengguna asuhan
keperawatan. Karena komunikasi terapeutik dapat memperhatikan pasien secara
holistik meliputi aspek keselamatan, menggali penyebab, tanda-tanda dan

2
mencari jalan terbaik atas permasalahan pasien.Peran perawat dalam asuhan
keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (Keliat, 2006). Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut diatas, penulis ingin memberikan asuhan
keperawatan jiwa khususnya perilaku kekerasan dengan pelayanan kesehatan
secara holistik dalam meningkatkan kesejahteraan serta mencapai tujuan yang
diharapkan.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin mengetahui bagaimana


penerapan trend keperawatan jiwa saat ini ditinjau dari berbagai aspek ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Tujuan umum adalah memberikan informasi dan pembelajaran terkait Trend
Keperawatab Jiwa

1.3.2 Tujuan khusus adalah :


a. Melaksanakan pendalaman informasi terkait trend keperawatan jiwa
b. Penulis mampu mempelajari cara memberikan solusi terkait trend
keperawatan jiwa
c. Penulis mampu mempelajari terkait trend keperawatan jiwa untuk saat ini
1.4 MANFAAT
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari asuhan keperawatan ini adalah:

1.4.1 Penulis
Mengetahui terkait trend Keperawatan Jiwa

1.4.2 Fasilitas Kesehatan


a. Dapat digunakan sebagai pedoman dalam penyelesaian masalah
b. Sumber informasi sebagai tindak lanjut untuk penyuluhan terkait trend
keperawatan jiwa
1.4.3 Intitusi
Dapat dijadikan acuan dalam penelitian tentang macam-macam trend
keperawatan jiwa

3
1.4.4 Pembaca
Menambah ilmu terkait tentang trend Keperawatan Jiwa.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN
2.1.1 Pengertian trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, trend juga dapat didefinisikan salah satu gambaran ataupun informasi
yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat
Trend asdalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta.
2.1.2 Pengertian issue
Issue adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyankut ekonomi,
moneter, social, politik, hokum, pembangunan nasional, bencana alam, hari
kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issue adalah sesuatu yang sedang
dibicarakan oleh banyak orang namun belum jelas faktanya atau buktinya
2.1.3 Pengertian trend dan issue keperawatan
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan
banyak orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta
ataupun tidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek
legal dan etis keperawatan.
2.1.4 Pengertian current issue dan kecenderungan dalam keperawatan
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-
masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-
masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan
berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun
global.

2.2 KECENDERUNGAN TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN JIWA


Trend keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat
dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman
atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan
regional maupun global.
2.2.1 Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi

5
Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun dan
kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan
terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai
dari masa konsepsi atau bahkan harus dimulai dari masa pranikah. Banyak
penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan
dengan kesehatan fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang.
Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang
dimulai pada masa konsepsi. Diantara hasil penelitian:
1. Marc Lehrer (300 bayi yg diteliti): stimulasi dini (berupa suara, musik,
getaran, sentuhan) setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan
emosional yang lebih baik.
2. Mednick: ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus dalam kandungan.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang
berada pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang lebih
tinggi untuk menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini
menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada waktu yang tertentu
dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia. Mednick
menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang
menyebutkan bahwa pada penderita skizofrenia terjadi kelainan
perkembangan neurokognitif sejak dalam kandungan. Beberapa kelainan
neurokognitif seperti berkurangnya kemampuan dalam mempertahankan
perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory,
dan fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia.
Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan
dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan
berat dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat
yang mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan neurokognitif yang
telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti
halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan
gangguan emosi.
2.2.2 Trend Peningkatan Masalah Kesehatan Jiwa
Masalah kesehatan jiwa akan meningkat di era globalisasi, sudah terbukti
dua tahun terakhir, hal ini dikarenakan beban hidup yang semakin berat. Klien
gangguan jiwa tidak lagi didominasi kalangan bawah tetapi kalangan mahasiswa,

6
PNS, pegawai swasta, kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke
atas juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif. Penyebab dikalangan
menengah ke atas sebagian besar akibat tidak mampu mengelola stress dan
ada juga akibat post power syndrome atau mutasi jabatan. Kasus-kasus
gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ
menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun
usia. Ada orang kaya yang mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan semua
harta bendanya akibat kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada anak dan
remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat.
Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan
penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur,
dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan
merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya rajin bekerja, rajin belajar
menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat kecenderungan penyakit
jiwa pada anak dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik dan nonfisik.
Trauma nonfisik bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau masalah
keluarga. Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien
yang menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah
orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa
membahayakan dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.
2.2.3 Kecenderungan Faktor Penyebab Gangguan Jiwa
Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan
merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai
gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health
Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia
memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) menyataan,
paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.
WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa. Bukti lainnya, berdasarkan data statistik, angka
penderita gangguan kesehatan jiwa memang mengkhawatirkan. Secara global,
dari sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan mental, sekitar satu juta
orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini
lumayan kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para penderita
kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya.

7
Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal.
Namun, menurut Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa (psikiatri)
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ada tiga golongan
penyebab gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis atau organic.
Penyebabnya antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada otak,
penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain), kecanduan obat dan
alkohol dan lain-lain. Kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan.
Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting)
hubungan yang patologis di antara anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik,
dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat
berupa stressor psikososial (perkawinan, problem orangtua, hubungan
antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di lingkungan hidup, dalam
masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik,
dan lain-lain).
2.2.4 Kecenderungan Situasi di Era Globalisasi
Perkembangan IPTEK yg begitu cepat dan perdagangan bebas sebagai
ciri globalisasi, akan berdampak pada semua faktor termasuk kesehatan.
Perawat dituntut mampu m’berikan askep yg profesional dan dpt m’pertanggung
jawabkan secara ilmiah. Perawat dituntut senantiasa m’kembangkan ilmu dan
teknologi di bidang keperawatan khususnya keperawatan jiwa. Perawat jiwa
dalam era global harus membekali diri dgn bahasa internasional, kemampuan
komunikasi dan pemanfaatan teknologi komunikasi, skill yang tinggi dan jiwa
entrepreneurship.
2.2.5 Globalisasi dan Perubahan Orientasi Sehat
Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan yankes termasuk
keperawatan adalah tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan
penyelenggaraan pelayanan. (persaingan kualitas). Tenaga kesehatan (perawat
“jiwa” ) hrs mempunyai standar global dalam memberikan pelayanan kesehatan,
jika tdk ingin ketinggalan. Fenomena masalah kesehatan jiwa, indicator keswa di
masa mendatang bukan lagi masalah klinis spt prevalensi gangguan jiwa,
melainkan berorientasi pd konteks kehidupan sosial. Fokus kesehatan jiwa
bukan hanya menangani orang sakit, melainkan pada peningkatan kualitas
hidup. Jadi konsep kesehatan jiwa buka lagi sehat atau sakit, tetapi kondisi
optimal yang ideal dalam perilaku dan kemampuan fungsi social Paradigma

8
sehat Depkes, lebih menekankan upaya proaktif untuk pencegahan daripada
menunggu di RS, orientasi upaya kesehatan jiwa lebih pada pencegahan
(preventif) dan promotif. Penangan kesehatan jiwa bergeser dari hospital base
menjadi community base.
Empat Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat :
1. Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun yg
diperalat oleh orang lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada yang
diperalat/ memperalat diri sendiri, diman manusia itu mjd pusat dari semua
aktivitas ekonomi maupun politik diturunkan pada tujuan perkembangan diri
manusia.
2. Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya,
merangsang perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu membuat
manusia untuk mengungkapkan kebutuhan batinnya berupa seni dan
perilaku normatif kolektif.
3. Masyarakat terhindar dari sifat2 rakus, eksploitatif, pemilikan berlebihan,
narsisme, tidak mendapatkan kesempatan meraup keuntungan material
tanpa batas.
4. Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam dimensi2
yang dpt dipimpin dan diobservasi. Partisipasi aktif dan bertanggung jawab
dalam kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan struktur masyarakat sehat,
kuncinya : Setiap org harus meningkatkan kualitas hidup yang dpt menjamin
terciptanya kondisi sehat yang sesungguhnya. Mandiri dan tidak bergantung
pada orang lain merupakan orientasi paradigma kesehatan jiwa
2.2.6 Kecenderungan Penyakit
Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The global burdan of disease“
(Michard & Chaterina, 1999). Hal ini akan menjadi tantangan bagi ”Public Health
Policy” yang secara tradisional memberi perhatian yang lebih pada penyakit
infeksi. Standar pengukuran untuk kebutuhan kesehatan global secara
tradisional adalah angka kematian akibat penyakit. Ini telah menyebabkan
gangguan jiwa seolah-olah bukan masalah. Dengan adanya indikator baru, yaitu
DALY (Disabilitty Adjusted Life Year) diketahuilah bahwa gangguan jiwa
merupakan masalah kesehatan utama secara internasional. Perubahan sosial
ekonomi yang amat cepat dan situasi sosial politik yang tidak menentu
menyebabkan semakin tigginya angka pengangguran, kemiskinan, dan

9
kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan
jiwa dalam kehidupan manusia ( Antai Otong, 1994).
Untuk menjawab tantangan ini diperlukan tenaga-tenaga- kesehatan
seperti psikiater, psilolog, social Worker, dan perawat psikiatri yang memadai
baik dari segi kuantitas. Saat terjadinya tsunami di Aceh, banyak orang yang
terpapar dengan kejadian Traumatis, yang mengalami, menyaksikan kejadian-
kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian yang sebenarnya dan
mereka yang cedera serta yang dalam ancaman terhadap integritas fisik diri
sendiri atau orang lain. Respons yang terjadi berupa rasa takut yang kuat serta
tidak berdaya, sedangkan bagi anak-anak apa yang menghadapinya akan
dieksperikan dengan perilaku yang kacau.
Trauma itu merupakan sesuatu yang katastropik, yaitu trauma diluar
rentang. Pengalaman trauma yang umum dialami manusia dalam kejadian
sehari-hari. Pengalaman katastropik dalam berbagai bentuk, baik peperangan
(memang sedang terjadi), pemerkosaan (banyak dialami sebagian wanita di
Aceh), maupun bencana alam, (gempa dan bencana tsunami), sungguh
mengerikan. Ini akan membuat mereka dalam keadaan stress berkepanjangan
dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang sedemikian. Dalam kriteria
klinik seperti yang disusun dalam Diagnostic and Statical Manual Of Mental
Disorder lll dan Lv serta Pedoman Pengggolongan dan Diagnosis gangguan jiwa
lll di Indonesia menyatakan, gejala yang ditemukan pada mereka itu
menggambarkan suatu yang stress yang terjadi berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun. Dengan demikian mereka menjadi manusia yang invalid dalam
kondisi kejiwaan dengan akibat dan resultante akhir penderita ini akan menjadi
tidak produktif. Padahal seperti diketahui ada diantara mereka yang berkali-kali
telah mengalami pengalaman katastropik yaitu saat daerah tersebut ada dalam
kondisi berlangsungnya Daerah Operasi Militer dan peristiwa-peristiwa
sesudahnya.
Kondisi itu memang amat melumpuhkan tidak hanya ragawi, tetapi juga
kondisi kejadian masyarakat di daerah NAD. Di kemudian hari, mereka menjadi
manusia yang tanpa alasan selalu berusaha menghindar terhadap kejadian yang
mirip, terutama terhadap kekerasan yang sebernarnya tidak akan terjadi. Mereka
juga menjadi manusia yang selalu bermimpi menakutkan terjadi secara berulang-
ulang. Akibatnya, tidur yang seharusnya kan membuat restorasi terhadap kondisi

10
tubuh, namun yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka berada dalam keadaan
lelah dan seakan berada dalam kondisi depresi. Mungkin saja mereka kan
berperilaku atau merasa seakan-akan kejadian traumatis itu terjadi kmbaki,
termasuk pengalaman, ilusi, halusinasi, dan episode kilas balik dalam bentuk
disosiatif. Penelitian mutakhir tentang kajian trauma (trauma studies) mulai
memahami bahwa trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan yang bersifat
individual. Trauma muncul sebagai akibat dari saling keterkaitan antara ingatan
sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi
kejiwaan. Dalam konteks tsunami Aceh dan bencana-bencana besar lainnya di
Indonesia, kompleksitas sosial dan kultural sangat penting mengingat bahwa
masyarakat telah mengalami dan menjadi saksi berbagai macam kekerasan
sejak berlangsungnya operasi keamanan di daerah ini.
Oleh karena itu, pemahaman tentang trauma sebagai proses sosial dan
sekaligus proses kejiwaan yang bersifat personal mutlak diperlukan untuk
mencari jalan keluar dari lingkaran ingatan traumatis yang dialami oleh klien-klien
yang mengalami yang mengalami bencana di seluruh penjuru Indonesia.
Menariknya, Sigmund Freud sendiri pernah mengemukakan bahwa trauma
adalah suatu ingatan yang direpresi. Dan, karena direpresi itulah maka trauma
sering berlangsung secara tidak sadar dalam periode yang cukup lama.
Guncangan psikologis yang disebabkan oleh ingatan mengerikan tentang
gelombang tsunami, tentang mayat-mayat yang berserakan, dan tentang
kehilangan banyak anggota keluarga sekaligus berpotensi untuk membentuk
ingatan yang traumatis. Perawat jiwa pada masa akan datang penting untuk
menekuni kajian trauma, juga menggarisbawahi proses yang dalam studi
psikologi sering disebut sebagai transference. Istilah ini merujuk pada ‚“transfer“
pengalaman traumatis yang terjadi dari orang yang secara fisik langsung
mengalami peristiwa yang mengerikan kepada orang lain yang tak secara
langsung mengalaminya. Freud memberi contoh bahwa psikoanalis juga dapat
mengalami proses transference saat ia secara tak sadar melakukan identifikasi
dengan korban trauma tersebut. Dori Laub, psikiater yang terlibat dalam
pembuatan Shoah, mengatakan bahwa transference itu bisa terjadi saat
psikoanalis, atau siapapun juga yang melakukan wawancara dengan korban.
2.2.7 Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder

11
Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman
trauma yang umum di alami manusia dlm kejadian sehari-hari. Mengakibatkan
keadaan stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress
yang demikian. Mereka menjdi manusia yang invalid dlam kondisi kejiwaan
dengan akibat akhir menjadi tidak produktif. Trauma bukan semata2 gejala
kejiwaan yang bersifat individual, trauma muncul sebagai akibat saling
keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang
mengguncang eksistensi kejiwaan.
2.2.8 Meningkatnya Masalah psikososial
Lingkup kesehatan jiwa sangat luas dan kompleks, juga saling berhubungan
dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pd UU No. 23 1992 tentang
Kesehatan Dan Ilmu Psikiatri, masalah kesehatan jiwa secara garis besar
digolongkan menjadi :
1. Masalah perkembangan manusia yg harmonis dan peningkatan kualitas hidup,
yaitu masalah kejiwaan yang berkaitan dengan makna dan nilai-nilai kehidupan
manusia. Misalnya:
a. Masalah kesehatan jiwa yang berkaitan dengan lifecycle kehidupan manusia,
mulai dari persiapan pranikah, anak dalam kandungan, balita, anak, remaja,
dewasa, usia lanjut.
b. Dampak dari menderita penyakit menahun yang menimbulkan disabilitas.
c. Pemukiman yang sehat.
d. Pemindahan tempat tinggal.
2. Masalah psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul akibat
terjadinya perubahan sosial, meliputi :
a. Psikotik gelandangan (seseorang yang berkeliaran di tempat umum dan
diperkirakan menderita gangguan jiwa psikotik dan dianggap mengganggu
ketertiban/keamanan lingkungan).
b. Pemasungan penderita gangguan jiwa
c. Masalah anak jalanan
d. Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan)
e. Penyalaggunaan Narkotik dan psikotropik
f. Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual dll)
g. Tindak kekerasan sosial (kemiskinan, penelantaran tdk diberi nafkah, korban
kekerasan pd anak, dll) Stress pasca trauma (ansietas, gangguan emosional,

12
berulang kali merasakan kembali suatu pengalaman traumatik, bencana
alam, ledakan, kekerasan, penyerangan/ penganiayaan fisik/ seksual,
termasuk pemerkosaan, terorisme, dll)
h. Stress pascatrauma (ansietas, gangguan emosional, berulangkali merasakan
kembali suatu pengalaman traumatik, bencana alam, ledakan, kekerasaan,
penyerangan/penganiyaan secara fisik atau seksual, termasuk pemerkosaan,
terorisme dan lain-lain).
i. Migrasi (masalah psikis/ kejiwaan akibat perubahan sosial, spt cemas,
depresi, stress pasca trauma, dll)
j. Masalah usia lanjut yang terisolasi (penelataran, penyalahgunaan fisik,
gangguan psikologis, gangguan penyesuaian diri terhadap perubahan,
perubahan minat, gangguan tidur, kecemasan, depresi, gangguan pada daya
ingat, dll).
k. Masalah kesehatan tenaga kerja di tempat kerja (penurunan produktivitas,
stress di tempat kerja, dll)

2.2.9 Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja


Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat
mengancam, angka kejadian terus meningkat dan sangat mengancam Sejak
tahun 1958, dari 100.000 penduduk Jepang 25 orang diantaranya meninggal
akibat bunuh diri. Sedangkan untuk negara Austria, Denmark, dan Inggris, rata-
rata 25 orang. Urutan pertama diduduki Jerman dengan angka 37 orang per
100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menit seorang meninggal akibat bunuh
diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya 10 kali lebih besar dari angka
tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang mengkhawatirkan trend bunuh diri
mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak dan remaja. Di Benua Asia,
Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering diberitakan bahwa warganya
melakukan bunuh diri.
Di Jepang, harakiri (menikam atau merobek perut sendiri) sering
dilakukan bawahan untuk melindungi nama baik atasannya. Sebagai contoh,
sekretaris pribadi mantan Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri,
ketika skandal suap perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984
atau yang paling terkenal kasus bunuh dirinya sopir pribadi mantan Perdana
menteri Tanaka, ketika skandal suap Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk

13
perutnya, demi menjaga kehormatan pimpinannya.  Data dari Badan Kesehatan
Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh
diri dalam setiap tahunnya atau terjadi dalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri juga
termasuk satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain
faktor kecelakaan. Metode yg paling disukai = menggunakan pistol,
menggantung diri dan minum racun. Keberhasilan BD pd pria lebih banyak 3 x dr
wanita. Bunuh diri : suatu tindakan mencabut nyawa sendiri dengan sengaja
(jalan pntas yang dikutuk Tuhan). Latar belakangnya beragam : asmara,
pekerjaan, cek-cok rmh tangga, ekonomi, perasaan malu dan terlilit utang.
2.2.11 Masalah Napza dan HIV/ AIDS
Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan
dampak dari pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin
maju. Hal terpenting yang mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah
perangkat hukum yang lemah bahkan terkadang oknum aparat hukum seringkali
menjadi backing, ditambah dengan keragu-raguan penentuan hukuman bagi
pengedar dan pemakai, sehingga dampaknya SDM Indonesia kalah dengan
Malaysia yang lebih bertindak tegas terhadap pengedar dan pemakai NAPZA.
Kondisi ini akan semakin menigkat untuk masa yang akan datang khususnya
dalam era globalisasi. Dalam era globalisasi tersebut terdapat gerakan yang
sangat besar yang disebut dengan istilah “Gerakan Kafirisasi“. Bila beberapa
dekade yang lalu kita mengenal istilah zionisme, maka dengan ini sejalan
dengan globalisasi kita berhadapan dengan dengan ideologi kafirisasi yang
disebut dengan Neozionisme, sebuah ideologi yang ingin menciptakan tatanan
dunia global yang sekuler dan terlepas sama sekali dari ajaran agama yang
mereka anggap sebagai kepalsuan, racun, dan dogmatis fundamentalis.
Gerakan konspirasi mereka telah membuat carut marut dan tercabiknya
wajah kaum beragama, utamanya umat muslim, mereka menuduh umat islam
sebagai fundamentalis, ekstrimis, dan tiran. Bahkan Hungtington (Misionaris
Yahudi) pernah mengatakan : “Musuh Barat terbesar setelah Rusia hancur
adalah Islam“. Salah satu program mereka adalah menghancurkan islam melalui
penghancuran generasi mudanya dengan cara menebarkan narkotik dan zat
adiktif lainnya (NAPZA). Sekarang para imperalis dan konspirasi Yahudi telah
memanfaatkan energi yang tersimpan dalam generasi negeri ini (1,3 juta orang
pemuda) yang berusia 15-25 tahun melalui NAPZA (Narkotik dan Zat Adikif

14
lainnya) dan telah membunuh 30 orang perbulannya. Masalah lainnya muncul
seiring dengan merebaknya pemakaian NAPZA. Menjelang tahun 2008
pertumbuhan HIV AIDS di dunia dapat mencapai 4 orang permenit. Ini
merupakan ancaman hilangnya kehidupan dan runtuhnya peradaban.
Kita semua, khususnya tim kesehatan harus merasa terpanggil
menyelamatkan generasi penerus bangsa dari cangkraman NAPZA (Narkotika,
Alkohol, psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). Perawat merupakan komponen
terbesar dari seluruh tim kesehatan, maka upaya-upaya pengcegahan dan
penatalaksanaan keperawatan menjadi hal yang sangat penting karena perawat
senantiasa berada di sisi klien dalam rentang waktu yang lama di banding tim
kesehatan lainnya. Melalui forum presentasi orientasi keperawatan jiwa kami
berusaha memaparkan suatu topic dengan tema Asuhan Keperawatan pada
Pengguna NAPZA.
2.2.12 Paterrn of Parenting dalam Keperawatan Jiwa
Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pd anak, maka pola
asuh keluarga kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola asuh
dimana orang tua menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan kontrol
yang tinggi. Kehangatan adalah Bagaimana orang tua menjadi teman curhat,
teman bermain, teman yang menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi,
belajar dan berkomunikasi. Berbagai upaya agar anak dekat dan berani bicara
pada ortunya saat punya masalah. Ortu menjadi teman dalam ekspresi feeling
anak sehingga anak menjadi sehat jiwanya. Kontrol yg tinggi ad. Bagaimana
anak dilatih mandiri dan mengenal disiplin di rumahnya. Kemandirian mjd hal yg
sangat penting dalam kesehatan jiwa, karena akan memiliki self confidence yang
cukup. Orang tua juga melatih anak bertanggung jawab mengerjakan tugas2 di
rumah spt. Mencuci, menyiram bunga dll.
Tipe Pola Asuh:
1. Autoratif = kontrol tinggi & kehangatan tinggi
2. Otoriter = kontrol tinggi, kehangatan rendah
3. Permisif = kontrol rendah, kehangatan tinggi
4. Neglected = kontrol rendah, kehangatan Rendah
2.2.13 Masalah Ekonomi dan Kemiskinan
Pengangguran telah menybabkan rakyat indonesia semakin terpuruk.
Daya beli lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang gizi, mudah

15
teragitasi, kekebalan menurun dan infrastruktur yg masih rendah menyebabkan
banyak rakyat mengalami gangguan jiwa. Masalah ekonomi paling dominan
menjadi pencetus gangguan jiwa di Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan bahwa saat
terjadi kenaikan BBM selalu dsertai dengan peningkatan dua kali lipat angka
gangguan jiwa. Hal ini diperparah dengan biaya sekolah yang mahal, biaya
pengobatan tak terjangkau dan penggusuran yang kerap terjadi.

2.3 TREND DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA


2.3.1 Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan kesehatan jiwa
secara global, maka fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada
komunitas (community based care) yang member penekanan pada preventif dan
promotif.
2.3.2 Sehubungan dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
cepat, perlu peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan cara
mengembangkan institusi pendidikan yang telah ada dan mengadakan program
spesialisasi keperawatan jiwa.
1. Dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikan dan untuk melindungi
konsumen, sudah saatnya ada “licence” bagi perawat yang bekerja di pelayanan.
2. Sehubungan dengan adanya perbedaan latar belakang budaya kita dengan
narasumber, yang dalam hal ini kita masih mengacu pada Negara-negara Barat
terutama Amerika, maka perlu untuk menyaring konsep-konsep keperawatan jiwa
yang didapatkan dari luar.

2.4 TREND PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA DI ERA GLOBALISASI


Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yg didukung ditemukannya obat
psikotropika yg terbukti dpt mengontrol perilaku klien gangguan jiwa, peran perawat tidak
terbatas di RS, tetapi dituntut lbh sensitif thd lingkungan sosialnya, serta berfokus pd
pelayanan preventif dan prmotif. Perubahan hospital based care mjd community based
care = trend yg signifikan dlm pengobatan gangguan jiwa. Perawat mental psikiatri hrs
m’integrasikan diri dlm community mental health, dengan 3 kunci utama:
2.4.1 Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta hub perawat
dengan profesi lain di komunitas.
2.4.2 Reformasi dlm yankes menuntut perawat meredefinisi perannya.

16
2.4.3 Intervensi keperawatan yang menekankan pd aspek pencegahan dan promosi
kesehatan, sudah saatnya mengembangkan community based car. Pengembangan
pendidikan keperawatan sangat penting, terutama keperawatan jiwa baik dlm jumlah
maupun kualitas.

17
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa masalah ekonomi merupakan salah satu
masalah yang paling sering menyebabkan gangguan jiwa di Indonesia. Himpitan ekonomi
yang semakin besar dikarenakan penghasilan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari dapat menjadi salah satu pencetus untuk seseorang bunuh diri. Saat ini
masalah ganguan jiwa semakin meningkat. Beban hidup yang semakin berat,
diperkirakan menjadi salah satu penyebab bertambahnya klien gangguan jiwa. Terutama
karena meningkatnya harga-harga semua bahan pokok, BBM dan adanya era globalisasi.
Pada kasus diatas, klien yang bunuh diri tersebut, penyebabnya adalah karena gangguan
sosial atau lingkungan yang berupa stressor psikososial yaitu masalah keuangan.
Gangguan jiwa saat ini tidak hanya mengenai orang-orang yang merupakan kalangan
kelas bawah, tapi sekarang gangguan jiwa dapat menyerang baik itu orang kalangan
bawah, menengah maupun kelas atas. Jika seseorang tidak dapat beradaptasi dengan
baik dalam lingkungan dan tidak dapat berusaha menghadapi masalah-masalah dalam
hidupnya maka seseorang akan cenderung untuk mengalami gangguan jiwa.
Dari berbagai penyebab itulah maka satu demi satu akan muncul tindakan-tindakan
yang dapat dikatakan sebagai suatu penyelewengan atau pengingkaran diri akan kondisi
atau kenyataan yang ada. Pasien cenderung tidak mampu menerima kondisi yang ada
sehingga muncul suatu keinginan untuk melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab
tersebut. Dan dalam kasus ini pun cenderung akhir dari segala pengingkaran diri pasien
adalah dengan melakukan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu tindakan yang
menjadi trend issue dalam keperawatan jiwa. Tanpa dibatasi umur, status ekonomi,
tingkat pendidikan bahkan beban kerja yang dipikul bunuh diri menjadi suatu alternatif
terakhir dalam menyelesaikan masalah yang dianggap berat untuk dihadapi. Pola pikir
inilah yang seharusnya menjadi pusat garapan perawat-perawat jiwa untuk meluruskan
kembali persepsi yang berkembang di masyarakat mengenai tindakan bunuh diri. Hal ini
berguna untuk rehabilitasi pasien yang pernah mencoba untuk melakukan tindakan
tersebut dan juga untuk pencegahan terjadinya tindakan ini yang semakin marak. Segala
tindakan pencegahan dan rehabilitasi ini tentu akan terlaksana dengan dukungan dari
segala pihak baik pemerintah maupun bidang kesehatan lainnya.

3.2 SARAN
Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu
keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan
keperawatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott-
Raven Publisher: philadelphia..
Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta
Yosep Iyus, S.Kp, M.Si. 2009. Keperawatan Jiwa,Edisi Revisi.Bandung. PT. Refika Aditama.

19

Anda mungkin juga menyukai