Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan (Hewan dan Manusia)


Diajukan untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Fiqh Nawazil
Dipresentasikan di kelas IAT-4B

DOSEN PEMBIMBING :

Ahmad Hamidi, SH.I.,MA

Disusun oleh:
Kelompok 1

Syukra Alhamda 4120051


Fauziatur Rahmi 4120062
Roby Romadhanil M. Nur 4120071
Jefri Almunawir 4120078

JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas rahmat
dan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini guna
melengkapi tugas yang diberikan oleh Bapak Ahmad Hamidi selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Fiqh Nawazil di IAIN Bukittinggi. Serta tak terlupakan
iringan salam dan sholawat bagi junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam.
Makalah ini berisi materi tentang “Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan
(Hewan dan Manusia)”. Tujuan pembuatan makalah ini agar dapat bermanfaat untuk
kita dan menambah pengetahuan serta pengalaman para pembaca guna mendapatkan
wawasan tentang ruang lingkup mengenai pengertian bayi tabung dan inseminasi
buatan. Dan juga bagaimana pendapat ulama tentang bayi tabung dan inseminasi
buatan (hewan dan manusia).
Dari hati yang terdalam, kami mengutarakan permintaan maaf atas
kekurangan dalam makalah ini, karena kami tahu makalah yang kami buat ini jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu kami berharap kritikan, saran dan masukan yang
bersifat membangun dari pembaca guna penyempurnaannya ke depan. Akhir kata
kami ucapakan terimakasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat sesuai
fungsinya.

Bukitinggi, 7 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan .............................................. 3
B. Sebab-Sebab Dilakukannya Inseminasi Buatan dan Bayi Tabung .................. 4
C. Dalil yang Berhubungan dengan Bayi Tabung ................................................ 6
D. Pendapat Para Ulama Tentang Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan .............. 8
E. Ibrah Melakukan Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan ................................... 9
BAB III Penutup
A. Kesimpulan..................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................... 12
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan jaman dan kemajuan bidang teknologi belakangan ini
sangat pesat, banyak penemuan baru tentang biologi molekuler, diantaranya yaitu
sistem kloning. Hal ini dilakukan karena salah satu kendala kehidupan yang juga
banyak dihadapi, diantaranya ialah kesulitan mempunyai anak dengan berbagai
faktor. Banyak pasangan suami istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi
belum dikaruniai anak. Hal ini membuat para pasangan suami-istri itu menjadi
gelisah. Usia yang sudah semakin tua, tetapi belum mempunyai anak. Salah satu
faktornya adalah karena kemandulan yang dialami oleh suami atau istri.
Pengertian mandul bagi wanita ialah apabila tidak dapat hamil karena
indung telur mengalami kerusakan atau masalah sehingga tidak dapat memproduksi
sel telur. Sementara, pengertian mandul bagi pria ialah apabila tidak mampu
menghasilkan kehamilan karena buah pelir tidak dapat memproduksi sel
spermatozoa sama sekali. Seiring dengan kemajuan teknologi khususnya di bidang
kedokteran yang ada saat ini, ternyata mampu mengatasi kendala tersebut.
Kemajuan teknologi khususnya di bidang kedokteran memunculkan teknologi yang
dikenal bayi tabung. Teknologi bayi tabung ini maju dengan pesat.
Namun, yang menjadi persoalannya adalah bagaimanakah sebenarnya
teknik pembuatan bayi tabung dan hukum bayi tabung itu sendiri menurut Islam?
Karena apabila teknologi bayi tabung ini ditangani oleh orang-orang yang kurang
beriman dan bertakwa, dikhawatirkan dapat merusak peradaban umat manusia, bisa
merusak nilai-nilai agama, moral, dan budaya bangsa serta akibat-akibat negatif
lainnya yang tidak terbayangkan oleh manusia sekarang ini.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan bayi tabung dan inseminasi buatan?
2. Bagaimana latar belakang dilakukannya bayi tabung dan inseminasi buatan?
3. Apa dalil yang berhubungan dengan bayi tabung?
4. Bagaimana pendapat ulama tentang bayi tabung dan inseminasi buatan?
5. Bagaimana ibrah dengan melakukan bayi tabung dan inseminasi buatan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditemukan tujuan sebagai
berikut:
1. Mengetahui pengertian bayi tabung dan inseminasi buatan
2. Mengetahui latar belakang dilakukannya bayi tabung dan inseminasi buatan
3. Mengetahui dalil yang berhubungan dengan bayi tabung
4. Mengetahui pendapat ulama tentang bayi tabung dan inseminasi buatan
5. Mengetahi ibrah melakukan bayi tabung dan inseminasi buatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan


1. Bayi Tabung
Dalam bahasa Arab disebut dengan al-Talqih Al-Shina‘iy. Yaitu bayi yang
didapatkan melalui proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim sehingga
terjadi embrio tidak secara alamiah, melainkan dengan bantuan ilmu kedokteran.
Dikatakan sebagai kehamilan bayi tabung karena benih atau sperma laki-laki
yang diambil dari zakar laki-laki disimpan dalam suatu tabung.
Beberapa defenisi bayi tabung menurut para ahli:
a) Ali Ghufron dan Adi Heru Sutomo
Usaha yang dilakukan dengan menampung terlebih dahulu mani laki-
laki, kemudian dimasukkan kedalam alat kandungan seorang wanita.
b) Anwar dan Raharjo
Usaha jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma dan sel telur diluar
tubuh yang dimasukkan ke dalam rahim, sehingga dapat tumbuh menjadi
janin.
c) Masyfuk Zuhdi
Dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri, kemudian
diproses didalam tabung (vitro) dan setelah terjadi pembuahan kemudian
ditransfer ke dalam rahim.
2. Inseminasi Buatan
Kata inseminasi berasal dari bahasa Inggris ”insemination” yang artinya
pembuahan atau penghamilan secara teknologi, bukan secara alamiah. Dalam
kamus bahasa Indonesia, yang dimaksudkan dengan inseminasi adalah
pemasukan sperma ke dalam saluran genitalia betina. .Jadi yang dimaksud
dengan inseminasi buatan adalah penghamilan buatan yang dilakukan terhadap
seorang wanita tanpa melalui cara alami, melainkan dengan cara memasukkan

3
sperma laki-laki ke dalam rahim wanita tersebut dengan pertolongan dokter.
Istilah lain yang semakna adalah kawin suntik, penghamilan buatan dan
permanian buatan.
Menurut Djamalin Djanah, inseminasi buatan adalah “suatu pekerjaan
memasukkan mani ke dalam rahim (kandungan) dengan menggunakan alat
khusus dengan maksud terjadinya pembuahan”.1
Melihat beberapa defenisi diatas maka dapat kita katakan bahwa yang
dinamakan dengan bayi tabung adalah sebuah proses pengambilan sperma laki-
laki dan ovum perempuan yang kemudian di oplos didalam sebuah tabung,
sehingga tumbuh menjadi janin pada umumnya. Sedangkan inseminasi buatan
ialah sebuah proses memasukkan sel sperma dengan kualitan yang terbaik
kedalam rahim untuk memudahkan prose pembuahan sperma pada sel telur.
B. Sebab Terjadinya Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan
Tujuan dari perkawinan adalah untuk ketenangan hidup di dunia dan dalam
rangka melanggengkan keturunan. Anak yang dilahirkan diharapkan dapat
memberikan kepuasan batin, dan lebih dari itu dapat memberikan manfaat bagi
orang tuanya kelak jika sudah meninggal. Perkawinan terasa kurang bermakna,
apabila pasangan suami isteri tidak dikaruniai anak. Ini disebabkan oleh berbagai
faktor yang terjadi di antara suami isteri tersebut. Di antaranya ada yang memiliki
sperma atau ovum yang cukup subur, tetapi justru tidak dapat membuahi atau
dibuahi, karena ada kelainan pada alat reproduksinya.
Berkaitan dengan persoalan tersebut di atas, maka salah satu jalan yang
mungkin ditempuh adalah dengan melakukan inseminasi buatan. Dengan cara ini,
kemungkinan untuk mendapatkan keturunan atau anak peluangnya masih terbuka.
Di luar etika Islam, inseminasi buatan dan bayi tabung dilakukan untuk:

1
Muhammad Yusuf.. Masail Fiqhiyah Memahami Permasalahan Kontemporer,GUNADAMA ILMU. Jakarta
Pusat, 2017. Hal.122

4
1. Menolong pasangan yang mandul agar memperoleh anak.
2. Untuk mengembang biakan manusia secara cepat.
3. Untuk menciptakan manusia jenius, dan ideal sesuai dengan keinginan.
4. Sebagai alternatif bagi manusia yang ingin punya anak tetapi tidak mau menikah.
5. Percobaan ilmiah.
Dikatakan sebagai kehamilan bayi tabung karena benih atau sperma laki-laki
yang diambil dari zakar laki-laki disimpan dalam suatu tabung.Sedangkan proses
terjadinya bayi tabung itu, seperti ditulis oleh Ali Hasan, bahwa untuk menjalani
proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim, perlu disediakan ovum (sel telur)
dan sperma. Ovum diambil dari tuba fallopi (kandung telur) seorang ibu dan sperma
diambil dari ejakulasi seorang ayah. Sperma tersebut diperiksa terlebih dahulu
apakah mengandung benih yang memenuhi persyaratan atau tidak. Begitu juga
dengan sel telur seorang ibu, dokter berusaha menentukan dengan tepat saat ovulasi
(bebasnya sel telur dari kandung telur), dan memeriksa apakah terdapat sel telur
yang masak atau tidak pada saat ovulasi tersebut.2
Bila pada saat ovulasi terdapat sel-sel yang benar-benar masak, maka sel telur
itu dihisap dengan sejenis jarum suntik melalui sayatan pada perut. Sel telur itu
kemudian ditaruh di dalam suatu tabung kimia dan agar telur tetap dalam keadaan
hidup, sel telur tersebut disimpan dilaboratorium yang diberi suhu menyamai panas
badan seorang wanita. Kedua sel kelamin tersebut (sel telur dan sperma) dibiarkan
bercampur (zygota) dalam tabung sehingga terjadilah fertilasi.
Zygota yang dihasilkan berkembang dalam medium yang terdapat dalam
tabung reaksi, sehingga menjadi morulla. Morulla yang terbentuk melalui teknik
embrio transfer dinidasikan ke rahim seorang ibu yang telah disiapkan. Ini adalah
prosedur yang harus dilakukan, agar prosesnya berjalan dengan baik. Tegasnya
dalam melakukan transfer embrio dilakukan dalam tujuh tingkatan yaitu:

2
Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 1996, hal. 71

5
1. Istri diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang indung telur
mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan baru
dihentikan setelah sel-sel telurnya matang.
2. Pematangan sel-sel telur dipantau setiap hari melalui pemeriksaan darah istri dan
pemeriksaan ultrasonografi.
3. Pengambilan sel telur dilakukan dengan penusukan jarum melalui vagina dengan
tuntunan ultrasonografi.
4. Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut dibuahi
dengan sel sperma suaminya yang telah diproses sebelumnya dan dipilih yang
terbaik.
5. Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam tabung petri kemudian
dibiakkan di dalam lemari pengeram. Pemantauan dilakukan 18-20 jam
kemudian dan keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembuahan.
6. Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini, kemudian diimplantasikan
ke dalam rahim istri. Pada periode ini tinggal menunggu terjadinya kehamilan.
7. Jika dalam jangka waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi
menstruasi, dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan seminggu
kemudian ditentukan/dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonograf.3
C. Dalil yang Berhubungan dengan Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan dan bayi tabung pada dasarnya dibolehkan dalam Islam,
manakala perpaduan sperma dengan ovum itu bersumber dari suami istri yang sah.
Dan yang dilarang adalah inseminasi buatan dan bayi tabung yang berasal dari
perpaduan sperma dan ovum orang lain.4 Inseminasi dan bayi tabung tidak
melanggar ketentuan agama, kecuali hanya menempuh jalan keluar untuk
memenuhi kebutuhan memperoleh keturunan, tanpa dengan melalui prosedur
senggama, karena tidak dapat membuahi dan dibuahi. Kebolehannya disebabkan

3
Abdul Hamid, Fikih Kontemporer, Cetakan pertama, LP2 STAIN CURUP, Rejang Lebong, 2011, hal. 71
4
Muhammad Jamil, Fikih Kontemporer Sebuah Dalektika, Manhaji, Medan, 2017, hal. 158

6
faktor darurat yang diberi dispensasi oleh agama.
Apabila inseminasi yang dilakukan itu ternyata bukan dari sperma suami
sendiri, maka menurut hukum Islam jelas itu tidak dibolehkan. Bahkan situasi
demikian, seperti kata Syekh Syaltut, suatu perbuatan zina dalam satu waktu, sebab
intinya adalah satu dan hasilnya satu juga, yaitu meletakkan air laki-laki lain dengan
suatu kesengajaan pada ladang yang tidak ada ikatan perkawinan secara syara' yang
dilindungi hukum naluri dan syariat agama. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S
Al-Isra’/17 ayat 70 :

َ ‫ت َوفَض َّْل ٰ َن ُه ْم‬


‫علَ ٰى‬ َّ َ‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَ ِن ٓى َءادَ َم َو َح َم ْل ٰنَ ُه ْم فِى ْٱلبَ ِر َو ْٱلبَ ْح ِر َو َرزَ ْق ٰنَ ُهم ِمن‬
ِ َ‫ٱلطيِ ٰب‬
ً ‫ض‬
‫يل‬ ِ ‫ير ِم َّم ْن َخلَ ْقنَا ت َ ْف‬
ٍ ‫َك ِث‬
”Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan”.
Didalam surat At-Tin/95 ayat 4:

‫س ِن تَ ْق وِ مي‬
َ ‫َح‬ َ ْ‫لَقَ ْد َخ لَ ْق نَا ْاْلِ ن‬
ْ ‫س ا َن ِِف أ‬
”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”
Dan juga sabda Rasulullah SAW

َ‫اليحل المرئيؤمنوباهللا واليوم االخران يسقي ماءه زرعغيره‬


"Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir
menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (istri orang lain)”. )H.R.
Abu Daud, Tirmidzi, dan dipandang Shahih oleh Ibnu Hibban).
Berdasarkan hadis tersebut hukum inseminasi buatan pada manusia dan bayi
tabung pada dasarnya dibolehkan dalam Islam, manakala perpaduan sperma dengan
ovum itu bersumber dari suami istri yang sah. Dan yang dilarang adalah inseminasi
buatan dan bayi tabung yang berasal dari perpaduan sperma dan ovum orang lain.

7
D. Pendapat Para Ulama Tentang Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan
1. Keputusan Muktamar Tarjih Muhammadiyah ke 21 di Klaten yang diadakan dari
tanggal 6 – 11 April 1980 dalam Sidang seksi A (Bayi Tabung) menyebutkan
bahwa:
Bayi tabung menurut proses dengan sperma dan ovum dari suami – istri yang
menurut Hukum Islam, adalah Mubah, dengan syarat, yaitu :
a) Teknis mengambil semen (sperma) dengan cara yang tidak bertentangan
dengan syari‟at Islam.
b) Penempatan zygote seyogyanya dilakukan oleh dokter wanita.
c) Resipien adalah istri sendiri.
d) Status anak dari bayi tabung PLTSI-RRI (sperma dan ovum dari suami – istri
yang sah, resipien istri sendiri yang mempunyai ovum itu) adalah anak yang
sah dari suami istri yang bersangkutan.
2. Dalam Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia Nomor : Kep-
952/MUI/XI/1990 tentang Inseminasi buatan / bayi tabung, tertanggal 26
November 1990 menyebutkan :
Bahwa inseminasi buatan/bayi tabung dengan sperma dan ovum yang diambil
dari pasangan suami –istri yang sah secara muhtaram, dibenarkan oleh Islam,
selama mereka dalam ikatan perkawinan yang sah.
3. Menurut K.H. Hasan Basri, proses kelahiran melalui teknik bayi tabung menurut
agama Islam itu dibolehkan dan sah, asal yang pokok sperma dan sel telurnya
dari pasangan suami – istri.
4. Syekh Mahmud Abu Daim. Beliau mengatakan bahwa: “Apabila dalam proses
percampuran itu sperma diambil dari pasangan suami istri saja, maka cara seperti
ini tidak ada masalah dalam Hukum Islam, artinya dibolehkan.”
5. Syekh Syalthout mengatakan bahwa :“Pencangkokan sperma (bayi tabung) yang
dilakukan itu bukan sperma suami, maka tidak diragukan lagi adalah suatu
kejahatan yang sangat buruk sekali, dan suatu perbuatan yang munkar yang lebih
hebat daripada pengangkatan anak. Sebab anak cangkokan dapat menghinpun

8
antara pengangkatan anak, yaitu memasukkan unsur asing dalam nasab, dan
antara perbuatan jahat yang lain berupa perbuatan zina dlam satu waktu yang
ditentang oleh Syara‟ dan undang– undang, dan ditentang pula oleh kesusilaan
yang tinggi. Dan meluncur ke derajat binatang yang tidak berperikemanuasiaan
dan adanya ikatan masyarakat yang mulia”
6. H. Salim Dimyati. Ia mengatakan bahwa :“Bayi tabung yang menggunakan
sperma ayah donor, sedangkan sel telurnya dari ibu dan diperoleh dengan operasi
langsung dari kandungan telurnya. Disini jelas ada unsur ketiga dalam tubuh si
ibu.Maka dalam hal ini telah terjadi perzinahan terselubung, meskipun tidak
melakukan perzinahan secara fisik. Anak yang terlahir karenanya, termasuk anak
zina”
7. Syekh Muhammad Yusuf Qardawi mengatakan bahwa: “Islam telah melindungi
keturunan, yaitu dengan mengharamkan zina dan pengangkatan anak, sehingga
dengan demikian situasi keluarga selalu bersih dari anasir – anasir asing, maka
untuk Islam juga mengharamkan pencangkokan sperma (bayi tabung), apabila
pencangkokan bukan dari sperma suami”
E. Ibrah Melakukan Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan

Dilihat dari perspektif hukum Islam, pertama, apabila dilakukan dengan


sperma atau ovum suami-istri sendiri. Kedua, hukumnya haram apabila sel telur istri
yang telah terbuahi diletakkan dalam rahim perempuan lain yang bukan istri. Ketiga,
kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma dan ovum,
maka diharamkan dan hukumnya sama dengan zina. Keempat, penggunaan bayi
tabung ini dibolehkan dalam hukum Islam dengan alasan bahwa kondisi suami-istri
yang bersangkutan tidak dapat melakukan pembuahan secara alami, sehingga benar-
benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak.5
Maka setelah mengetahui pengertian, sebab terjadinya, bagaimana hukumnya

5
Muhammad Yusuf.. Masail Fiqhiyah Memahami Permasalahan Kontemporer,GUNADAMA ILMU. Jakarta
Pusat, 2017. hal 125

9
dan pandangan para ulama terkait bayi tabung dan inseminasi buatan, maka dapat
kita petik beberapa ibrah yaitu:
1. Alternative bagi pasangan suami istri yang mengiginkan keturunan, namun
memiliki kendala terkait kesuburan.
2. Menolong pasangan suami-istri yang kesulitan mendapatkan anak.
3. Mengembangkan teknologi kedokteran, sehingga dapat menjadi solusi yang baik
ditengah masyarakat.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi tabung yaitu suatu cara atau teknik untuk memperoleh kehamilan tanpa
harus melalui hubungan seks (persetubuhan). Alasan diadakannya bayi tabung ialah:
a. Untuk mengembangbiakkan manusia secara cepat
b. Untuk percobaan ilmiah.
c. Solusi bagi pasangan yang mandul.
d. Mengembangkan teknologi kedokteran.
e. Menolong pasangan suami-istri yang sulit mendapatkan anak.
Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri dan
tidak ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain(ibu titipan) dibolehkan oleh
Islam, jika keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan.
Status anak hasil inseminasi macam ini sah menurut Islam. Inseminasi buatan
dengan sperma dan ovum donor diharamkan oleh Islam. Hukumnya sama dengan
zina dan anak yang lahir dari hasil inseminasi macam ini statusnya sama dengan
anak yang lahir di luar perkawinan yang sah.
Kebolehan inseminasi bagi pasangan suami-istri yang kesulitan memperoleh
keturunan harus dipandang sebagai solusi, dan bukan substansi. Dengan demikian,
tidak dibenarkan bagi pasangan yang bias mem-peroleh keturunan dengan
pembuahan yang normal. Disamping itu, pembuahan yang lakukan harus dengan
pengawasan yang ketat dan garansi agar tidak terjadi pembuahan selain dari kedua
pasangan yang sah. Dasarnya adalah integritas (iman) kepada Allah, agar tidak
melakukan praktek yang mengandung unsur zina.

11
B. Saran
Berdasarkan tulisan diatas dapat dikemukakan beberapa saran terhadap
generasi muda islam, agar kita senantiasa mendalami perkembangan-perkembangan
yang terjadi ditengah masyarakat kita. Hal ini mengingat dengan zaman yang
semakin berkembang berkemungkinan munculnya permasalahan baru yang butuh
pengkajian mendalam terkait hal tersebut. Sehingga tidak menimbulkan keraguan
bagi kita khususnya dan bagi umat pada umumnya.
Demikianlah yang dapat kami tuliskan dalam makalah ini. kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami ingin meminta
kritik dan sarannya yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA
Aibak, Kutbuddin. 2017. Kajian Fiqh Kontemporer. Yogyakarta: KALIMEDIA.

Hamid, Abdul. 2011. FIKIH KONTEMPORER. Rejang Lebong: LP2 STAIN


CURUP.

Hasan, Ali. 1996. Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada Masalah-Masalah


Kontemporer Hukum Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Jamil, Muhammad, dkk. 2017. FIKIH KONTEMPORER Sebuah Dialektika.


Medan: CV. MANHAJI.

Yusuf, Muhammad. 2017. Masail Fiqhiyah Memahami Permasalahan


Kontemporer. Jakarta Pusat: GUNADAMA ILMU.

Anda mungkin juga menyukai