Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANALISIS UPAYA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

Disusun Oleh Kelompok 8:


1. Andini setyo utami 152211038
2. Diana rosanti 152211041
3. Lailatul farihah 152211042
4. Linda anggraini 152211076
5. Nursuci Khairunisa 152211088
6. Amanda putri 152211097

UNIVERITAS NGUDI WALUYO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN REGULER TRANSFER
TAHUN 2022

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya.
Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisa Upaya Penurunan Angka kematian Ibu dan
Bayi melalui Pelaksanaan Revolusi KIA di Kabupaten Alor, Provinsi NTT Tahun 2012”
Di masa pandemi ini semoga kita semua diberikan kesehatan dan terhindar dari virus
yang mematikan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurnah untuk itu
penyusun mengharapkan saran dan kritik  yang membangun. Akhir kata teriring dengan Do’a
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa, khususnya maupun para
pembaca umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belahan .............................................................................................
B. rumudan masalah ......................................................................................
C. tujuan.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian persalinan ................................................................................
B. Pengertian AKI dan AKB .........................................................................
C. Upaya pencegahan AKI dan AKB ............................................................

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ....................................................................................................
Penutup ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan


merupakan strategi untuk mengatasi masalah kesehatan ibu di Indonesia oleh
karena tenaga kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, alat dan prosedur
tetap yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dalam
mencegah kesakitan dan kematian ibu (Depkes, 2007).
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan karena kematian ibu mengakibatkan negara
kehilangan sejumlah tenaga produktif, meningkatnya tingkat morbiditas dan
mortalitas anak. WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu meninggal pertahun
saat hamil, proses persalinan dan aborsi yang tidak aman akibat kehamilan yang
tidak diinginkan (Depkes 2008).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) AKI
228/100.000 KH. Hal ini yang menyebabkan AKI menjadi salah satu target yang
telah ditentukan dalam tujuan Millenium Development Goals (MDG’s) pada
tujuan ke – 5 yaitu mengurangi 75 % resiko kematian atau menurunkan AKI dari
228 / 100.000 KH menjadi 102 /100.000 KH di tahun 2015. Salah satu cara yang
paling efektif untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan meningkatkan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan
(Depkes RI, 2010).
Masalah persalinan oleh tenaga non kesehatan masih merupakan masalah
kesehatan ibu dan anak (KIA) di seluruh dunia terutama di negara – negara
berkembang. Sebagai contoh di Afrika, sekitar 39 % per tahun, persalinan di
tolong oleh tenaga non kesehatan yang disebabkan oleh masih rendahnya melek
huruf pada wanita sehingga sulit dalam pengambilan keputusan. Sementara itu di
Indonesia, proporsi persalinan oleh tenaga non kesehatan di rumah adalah 28 %
- 64 % dan sebagian besar dipicu oleh masyarakat yang tidak memiliki akses
pelayanan kesehatan atau karena faktor jarak yang jauh, persebaran penduduk,
sosial budaya, kemiskinan dan jumlah tenaga kesehatan yang belum memadai,
sehingga ibu di daerah terpencil seringkali menggunakan dukun, suami atau

keluarga sebagai penolong persalinan (Depkes RI, 2010).


Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam menangani masalah kematian ibu,
diantaranya melalui pelayanan kesehatan ibu agar setiap ibu hamil dapat melalui
kehamilan dan persalinannya dengan selamat melalui program safe motherhood atau
upaya peningkatan kesejahteraan dan keselamatan ibu. Strategi yang diluncurkan adalah
MPS (Making Pregnancy Safer) untuk mempercepat penurunan AKI melalui empat pilar
yaitu: program keluarga berencana (KB), akses terhadap pelayanan antenatal, persalinan
yang bersih dan aman dan pelayanan obstetri esensial. Hasil Survei di Indonesia, AKI
telah menunjukkan penurunan yang disebabkan oleh meningkatnya cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dari 66,7 persen pada tahun 2002 menjadi 77,34
persen pada tahun 2009 (Susenas). Angka tersebut terus meningkat menjadi 82,3 persen
pada tahun 2010 (Riskesdas,2010). Meskipun terjadi penurunan namun AKI di Indonesia
masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura,
Malaysia, Thailand (Depkes, 2010).
AKI dan AKB di Provinsi NTT sangat tinggi jika dibandingkan dengan AKI
Nasional. Menurut data suskesnas tahun 2004, AKI (per 100.000 KH) di
NTTdibandingkan AKI Nasional adalah 554 : 228 dan AKB (per 1000 KH) 62 : 52,
dan berdasarkan data SDKI tahun 2007, AKI 306 : 228 sedangkan AKB 57 : 34. Salah
satu penyebabnya adalah masih tingginya cakupan persalinan di rumah yaitu 77,7 %
(Riskesdas,2007).
Berbagai upaya telah dilakukan namun tidak ada penurunan AKI dan AKB

yang bermakna sehingga sejak tahun 2006, Dinas Kesehatan Provinsi NTT membuat
suatu gebrakan yang dinamakan Revolusi KIA yaitu upaya penurunan AKI dan AKB
melalui pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan
memadai. Telah ada peraturan Gubernur NTT nomor 42 tentang Revolusi KIA. Revolusi
KIA.
Salah satu strategi dalam Revolusi KIA untuk mendekatkan pelayanan kesehatan
pada masyarakat yaitu adanya rumah tunggu bersalin bagi ibu bersalin terutama yang
berisiko tinggi atau tinggal jauh dari fasilitas kesehatan karena hampir sebagian daerah
memiliki keterbatasan infra struktur dan kondisi geografis yang sulit, mengakibatkan
terlambatnya penanganan masalah kesehatan dan berujung kematian karena banyaknya
komplikasi yang terjadi pada saat persalinan yang tidak bisa diprediksi saat hamil
(Dinkes, 2009).
Revolusi KIA diharapkan semua ibu dapat melahirkan ditolong tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan sehingga cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
meningkat. Berdasarkan laporan profil Dinas Kesehatan Provinsi NTT
tahun 2010 menunjukkan bahwa konversi AKI / 100.000 dan konversi AKB /1000
mengalami fluktuasi dari tahun 2008 sampai 2010 mengikuti fluktuasi cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan baik di fasilitas kesehatan maupun di rumah, yaitu pada
tahun 2008 (AKI = (247), AKB (12,8), persalinan oleh tenaga kesehatan 79,1%), tahun
2009 (AKI = (302), AKB (13,1), persalinan oleh tenaga kesehatan 76%) dan pada tahun
2010 (AKI (270), AKB (12,2) persalinan oleh tenaga kesehatan 75,7 %). Laporan KIA
Dinas Kesehatan Provinsi NTT tahun 2011 cakupan persalinan 78,43 %, persalinan
di fasilitas kesehatan 22,89 %, kematian ibu 208 / 93531 KH dan AKB 9,1 / 1000 KH
(Dinkes, 2012). Hal ini membuktikan bahwa terdapat korelasi antara AKI, AKB dengan
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu semakin tingginya cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan semakin rendah AKI (Depkes RI, 2009).

Kabupaten Alor merupakan kabupaten yang terdiri dari beberapa pulau


sehingga sulit diakses secara geografi dan menjadi penyumbang terbesar kasus
kematian ibu di Provinsi NTT pada tahun 2010, yaitu 17 orang / 4005 KH karena
dari 21 kabupaten/kota di Propinsi NTT, cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan paling rendah yaitu 59,8 % meskipun di beberapa puskesmas terjadi
peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang signifikan, namun
pada tahun 2011 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menunjukkan trend
naik menjadi 77,17 % dan persalinan di fasilitas kesehatan 51,1 % (target
Provinsi NTT 70 % di tahun 2011) dan terdapat 13 kasus kematian dari 3744
kelahiran hidup. Ini menunjukkan bahwa dari 21 puskesmas yang ada di
Kabupaten Alor, tidak semua menyumbang kasus kematian.
Puskesmas Mebung dan Kabir merupakan puskesmas yang mampu melakukan
pelayanan obstertri neonatal emergensi dasar (PONED) dan merupakan center
pelaksanaan Revolusi KIA di Kabupatena Alor, sehingga peneliti tertarik untuk
menganalisis pelaksanaan Revolusi KIA di kedua puskesmas tersebut. AKI dan AKB
melalui pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan
memadai. Telah ada peraturan Gubernur NTT nomor 42 tentang Revolusi KIA.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah makalah ini, makan dapat dikemukakan
rumusan masalah makalah berikut ini yaitu:
1. Apa pengertian dari Angka kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi?
2. Apa saja upaya pemerintah untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi?
3. Apa saja upaya untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi di wilayah penulis ?

C. Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, maka dapat di kemukakan tujuan dari makalah ini,
yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari AKI dan AKB
2. Untuk mengetahui upaya atau tindakan pemerintah mengurangi AKI dan AKB
3. Untuk mengetahui upaya mengurangi AKI dan AKB di wilayah penulis
BAB II

PEMBAHASAN

A. AKI dan AKB


1. Pengertian AKI
Kematian ibu adalah kematian seoranag wanita yan terjadi selama kehamilan
sampai denag 42 hari setelah berahirnya kehamila, tanpa memeprhatikan lama dan
tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh dipicu kehamilannya,
penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan.
AKI adalah jumlah ibu yang meninggal selama kehamilan, bersalin dan nifas
yang dikarenakan oleh faktor kehamilannya per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes,
2010).
2. Faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu
Penyebab tingginya angka kematian ibu yang terkait dengan pelayanan persalinan
ada berbagai faktor yaitu :
a. Factor yang berkaitan langsung dengan kesehatan individu seperti kehamilan
ektopin, komplikasi abortus, pendarahan anemi dan post partem, infeksi,
partes lama, penyakit hipertensi (eklamsi dan pre eklamsi), sepsis hal ini
disebabkan oleh kaena tidak memeriksakan kehamilannya secara dini dan
berkala pada fasilitas kesehatan.
b. Factor diluar kesehat yaitu kemiskinan, keterbatasn, sarana
transformasi,situasi geografi yang sulit, rendahnya tingkat pendidikan wanita,
kurangnnya pengetahuan reproduksi, kedudukan dan peran ibu yang tidak,
keterbatasan jumlah tenaga kesehatan terlatih dan profesional, kuang
ketersediaan pelayanan kesehatan.
3. Pengertian AKB
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dibawah usia
1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan indikator ketersediaan,
pemanfaatan dan kualitas pelayanan kesehatan terutama pelayanan perinatal
(WHO,2014). AKB merupakan salah satu indikator derajat kesehatan dalam
Sustainable Development Goal (SDGs) dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Goal SDGs ke tiga yaitu Good Health
and Well-being menjelaskan bahwa salah satu dampak yang diharapkan yaitu
dituntaskannya kematian bayi yang dapat dicegah, yang ditargetkan pada tahun
2030. Semua negara diharapkan berpartisipasi untuk menekan angka kematian
bayi menjadi 12/1.000 KH.

4. Faktor yang mempengaruhi kematian bayi


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kematian bayi, ialah sebagai
berikut :
a. Usia bayi
Usia bayi merupakan umur dimana anak memiliki risiko paling
tinggi terjadi gangguan kesehatan, yang bisa berakibat fatal tanpa
penanganan. Berbagai upaya dilakukan untuk menangani masalah
kesehatan ini, diantaranya agar tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
yang menangani persalinan, serta menjamin tersedianya pelayanan.
b. Pemeriksaan ANC
Pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk layanan
kesehatan dengan tujuan mengawasi pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim untuk mencegah kesakitan dan kematian. Pelaksanaan
Antenatal Care (ANC) dilakukan di puskesmas, puskesmas pembantu,
pondok bersalin desa (polindes) dan pos pelayanan terpadu (posyandu).
c. Berat badan bayi
Berat badan lahir rendah pada bayi dibagi atas : 1) Berat lahir
cukup yaitu bayi dengan berat lahir ≤ 2500 gram, 2) Bayi berat lahir
rendah (BBLR) yaitu bayi dengan berat badan lahir antara 1500 – 2500
gram, 3) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu bayi dengan berat
badan lahir 1000 – 1500 gram, 4) Bayi berat lahir amat sangat rendah
(BBLASR) yaitu bayi lahir hidup dengan berat badan lahir kurang dari
1000 gram
d. Jenis kelamin bayi
Jenis kelamin merupakan salah satu yang dapat memberikan
perbedaan angka kejadian pada pria dan wanita. Karakteristik jenis
kelamin mempunyai hubungan tersendiri yang cukup erat dengan sifat
keterpaparan dan kerentanan terhadap penyakit tertentu.
e. Bayi Gemeli atau Bayi kembar
Kembar berisiko tinggi kematian bayi karena mereka dilahirkan
dengan berat lahir rendah. Kelahiran kembar adalah salah satu faktor
risiko kematian bayi, 6 kali lipat dibandingkan kelahiran tunggal.
Kemungkinan peningkatan angka kelahiran kembar, dan risiko tinggi
yang ditimbulkan, dapat berkontribusi negatif terhadap upaya untuk
mengurangi kematian neonatal di Indonesia.
f. Umur ibu
Usia ideal seorang wanita untuk menikah dan melahirkan adalah
pada rentang umur 21 – 35 tahun. Ibu dengan usia ideal memiliki
keterampilan yang lebih dalam mengurus bayi pada saat bayi lahir, dari
pada ibu diluar usia ideal.
g. Pendidikan ibu
Tindakan seseorang dapat di pengaruhi oleh pengetahuan dan
keterampilan yang berdasarkan pendidikan. Ibu dengan pendidikan lebih
tinggi melakukan pemeriksaan setelah kehamilan, dibandingkan ibu yang
tidak memiliki pendidikan. Manfaat pendidikan pada wanita sangat
banyak, dan salah satu yang utama adalah menghasilkan anak yang lebih
sehat.
h. Status pekerjaan ibu
Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus
dan tingkat/derajat keterpaparan tersebut serta besarnya resiko menurut sifat
pekerjaan, lingkungan kerja, sifat sosio ekonomi karyawan pada pekerjaan
tertentu dan situasi pekerjaan yang membuat stress.
i. Tempat tinggal
Tempat tinggal dapat menunjukan terjadinya perbandingan
kejadian penyakit dalam suatu daerah terutama pada daerah pedesaan dan
perkotaan. Hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya perbedaan
frekuensi penyakit dan kematian antara daerah pedesaan dan perkotaan
karena perbedaan kepadatan penduduk dan komposisi umur penduduk,
perbedaan pekerjaan dan kebiasaan hidup, konsep sehat dan sakit,
perbedaan lingkungan hidup dan keadaan sanitasi penduduk.
j. Indeks kekayaan
Indeks kekayaan suatu rumah tangga dapat berpengaruh terhadap
biaya kesehatan, dimana rumah tangga dengan status miskin lebih rendah
dalam berupaya menggunakan tenaga kesehatan saat melahirkan,
dibandingkan rumah tangga dengan status kaya. Rumah tangga dengan
indeks kekayaan menengah-bawah dapat memenuhi kebutuhan dasar,
rumah tangga menengah dapat memenuhi kebutuhan dasar dan
kebutuhan pengembangan secara minimal, rumah tangga dengan indeks
kekayaan menengah-atas dapat memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan
sosial psikologis, kebutuhan pengembangan tapi belum dapat
memberikan sumbangan kepada masyarakat, rumah tangga dengan
indeks kekayaan teratas, dapat memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan
sosial psikologis tapi belum dapat memberikan kebutuhan
pengembangan, serta dapat memberikan sumbangan nyata dan
berkelanjutan untuk masyarakat, rumah tangga dengan indeks kekayaan
terbawah, dengan kondisi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan
pangan, sandang, papan serta pelayanan kesehatan dasar.
k. Biaya kesehatan
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam biaya kesehatan
menyebabkan tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat dan
membayar transport untuk menuju fasilitas kesehtan. Banyak orang yang
karena pertimbangan kurangnya atau tidak ada biaya kesehatan
menyebabkan, mengabaikan untuk melakukan pemeriksaan dokter.
l. Akses fasilitas kesehatan
Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat

5. Berdasarkan penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu dalam


kandungan dan luar kandungan:
a. Kematian bayi dalam kandungan adalah kematian bayi yang dibawa oleh
bayi sejak lahir seperti asfiksia.
b. kematian bayi luar kandungan atau kematian post neonatal disebabkan oleh
faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh dari luar (Vivian, 2014).

B. Upaya Pemerintah Untuk Mengurangi AKI dan AKB


Upaya pencegahan penurunan AKI dan AKB yaitu pemerintah telah membuat
kebijakan agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas,
pelayanan kesehatan juga dilakukan dengan mendekatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat melalui paket penempatan tenaga bidan dan poskesdes di
berbagai pelosok pedesaan serta tenaga dokter di daerah terpencil atau sangat
terpencil. pada ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal care (ANC) yang
berkualitas dan terpadu (10T) dan diberikan program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K). Pada ibu bersalin ibu iberikan asuhan persalinan
sesuai dengan setandar asuhan persalinan normal (APN). Upaya penurunan AKI
pada ibu nifas degan memberikan asuhan sesuai dengan standar yang dilakukan 3
jadwal kunjungan nifas (KF) yaitu KF1,KF2 dan KF3 pasca persalinan.
Upaya untuk mengurangi angka kematian bayi (AKB) yaitu dengan
memberikan asuhan sesuai dengan standar asuhan yang dilakukan 3 kali jadwal
neonatus (KN) yaitu KN1,KN2 dan KN3 setelah lahir, selain itu untuk mencegah
peningkatan AKI dan AKB pemerintah juga menyediakan rumah sakit PONEK
untuk pasien yang mengalami kegawatdaruratan.
Upaya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mengurangi AKI dan AKB,yaitu pada
tahun 2016 Pemprov Jateng meluncurkan program yang bernama “Jateng Gayeng Nginceng
Wong Meteng”. Program ini bertujuan untuk menekan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi. Program ini dinilai sangat berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu
dan Angka kematian bayi. Pada tahun 2017, Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa
Tengah berada pada angka 88,58/100.000 kelahiran hidup dan angka tersebut jauh
dibawah, dibandingkan pada tahun 2013, Angka Kematian Ibu di Jateng pada saat itu
berada pada angka 118,62/ 100.000 kelahiran hidup. Selain Angka kematian ibu turun,
program ini juga dapat menekan Angka Kematian Bayi, yakni pada tahun 2013 tercatat
10,41/1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2017 turun menjadi 8,93/ 1.000 kelahiran
hidup (Dinkes Jateng, 2017). Menurut Dinkes Jateng tahun 2018 ada salah satu cara
untuk mencegah kehamilan untuk mengurangi tingkatk AKI adalah dengan ber- KB.

C. Upaya untuk mengurangi AKI dan AKB di wilayah penulis


ada beberapa upaya cara untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi, yaitu :
1. Membuat kelas ibu hamil di beberapa titik wilayah terutama di wilayah yang
sedikit terpencil , adanya kelas ibu hamil ini sangat membantu mengurangi AKI
dan AKB karena didalam kelas hamil tersebut ibu di ajarkan beberapa hal
mengenai kehamilan dan masa persalinan nanti jadi lebih memahami dan lebih
menjaga kehamilannya.
2. Melakukan kolaborasi antara Dinas Kesehatan dengan beberapa Institusi
Pendidikan Tinggi khusunya Program Studi Kebidanan untuk melakukan
asuhan komprehensif kepada ibu hamil. Karena adanya asuhan komprehensif
ini dapat membantu mengurangi AKI dan AKB .
3. Pengguanaan Revolusi KIA untuk percepatan penurunan kematian ibu
melahirkan dan bayi baru lahir dengan fasilitas kesehatan yang memadai.
4. meningkatkan kegiatan inovatif untuk meningkatkan cakupan K4 sebagai salah
satu parameter keberhasilan upaya meningkatkan usia harapan hidup
masyarakat NTT
5. upaya promosi kesehatan sebagai upaya penyadaran masyarakat menjadi salah
satu pola intervensi yang perlu dioptimalkan
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan
perempuan karena kematian ibu mengakibatkan negara kehilangan sejumlah tenaga produktif,
meningkatnya tingkat morbiditas dan mortalitas anak. WHO memperkirakan lebih dari
585.000 ibu meninggal pertahun saat hamil, proses persalinan dan aborsi yang tidak aman
akibat kehamilan yang tidak diinginkan (Depkes 2008).

Masalah persalinan oleh tenaga non kesehatan masih merupakan masalah kesehatan ibu
dan anak (KIA) di seluruh dunia terutama di negara – negara berkembang. Sebagai contoh di
Afrika, sekitar 39 % per tahun, persalinan di tolong oleh tenaga non kesehatan yang
disebabkan oleh masih rendahnya melek huruf pada wanita sehingga sulit dalam pengambilan
keputusan. Sementara itu di Indonesia, proporsi persalinan oleh tenaga non kesehatan di
rumah adalah 28 % - 64 % dan sebagian besar dipicu oleh masyarakat yang tidak memiliki
akses pelayanan kesehatan atau karena faktor jarak yang jauh, persebaran penduduk, sosial
budaya, kemiskinan dan jumlah tenaga kesehatan yang belum memadai,
sehingga ibu di daerah terpencil seringkali menggunakan dukun, suami atau keluarga sebagai
penolong persalinan (Depkes RI, 2010).

Anda mungkin juga menyukai