Bismillah Kti
Bismillah Kti
i
Studi Kasus
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar profesi Ners di
Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor IKesT Muhammadiyah Palembang Bapak Heri Shatriadi CP,
M.Kes.
2. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ibu Maya Fadlilah, S.Kep., Ns., M.Kes.
3. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Bapak Yudi Abdul Majid, S.Kep.,
Ns., M.Kep
4. Dosen pembimbing I Ayu Dekawati S.Kep., Ns., M.Kep
5. Dosen pembimbing II Dr. Suzanna S.Kep., Ns.,M.Kep
6. Dosen Program Studi dan IKesT Muhammadiyah Palembang yang
senantiasa memberikan ilmunya dalam proses belajar mengajar.
7. Kepada kedua orang tua saya Ayah dan Ibu yang telah membesarkan dan
mendidik saya serta selalu mendoakan dan mendukung anakmu untuk terus
maju menjadi orang yang sukses dan semoga kalian diberikan umur panjang
oleh Allah SWT.
8. Kepada Kakakku Dian dan Demi terimakasih selalu memeberikan Motivasi
dan memenuhi kebutuhan adikmu baik dari segi fisik maupun materi,
terimakasih telah meringankan beban Ayah dan Ibu, terimakasih atas
pelajaran di kehidupan ini dan penyemangatku dikala susah maupun sedih
semoga kalian selalu dalam lindungan Allah SWT
iii
9. Kepada saudara perempuanku Desmi dan Deka Terimakasih untuk selalu
ada disaat aku merasa lelah mengerjakan skripsi dan mendengarkan keluh
kesah tangisku, memeberi semangat untukku, memenuhi kebutuhanku
baik dari segi fisik maupun materi dan semoga kalian berada dalam
lindungan Allah SWT.
10. Untuk teman-temanku kelasku dan Ber5 aja udah terimakasih selalu ada
dari awal kuliah samapai saat ini, hampir 4 tahun kita menjalani
pertemanan ini, menangis karna tugas kuliah, menangis karna skripsi
semua sudah kita jalani bersama, jangan lupakan aku ketika kita sudah
menemukan jalan kita masing-masing. Aku berharap kalian akan selalu
mengingat masa-masa kita ketika masih menjadi Mahasiswa.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT. Berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
keperawatan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................................ 3
D. Manfaat .......................................................................................................... 3
1. Pengertian ................................................................................................. 4
f. Penatalaksanaan ................................................................................. 12
h. Diagnosa keperawatan........................................................................ 15
j. Implementasi ...................................................................................... 17
v
k. Evaluasi .............................................................................................. 18
A. Desain .......................................................................................................... 31
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan merupakan point utama dalam kehidupan manusia dan untuk
mendapatkannya membutuhkan usaha yang lebih misalnya dengan olahraga
teratur, selalu menjaga kebersihan diri, lingkungan, makan dan minum yang
bergizi. Manusia dikatakan sehat apabila jiwa dan fisiknya tidak mengalami
gangguan atau cidera yang mengakibatkan kesehatan menurun. Menurut
undang-undang kesehatan jiwa nomor 18 tahun 2014 Bab 1 ayat 1 kesehatan jiwa
adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuannya sendiri,
dapat mengatasi tekanan, bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk kelompoknya.
Menurut Purnama, Yani, & Titin (2016) mengatakan gangguan jiwa
adalah swsworang yang terganggu dari segi mental dan tidak bisa menggunakan
pikirannya secara normal. Skizofrenia adalah kerusakan otak yang mengakibatkan
gangguan fungsi kognitif, aktif, bahasa, gangguan memandang terhadap ralitas, dan
hubungan interpersonal, dan mempunyai perubahan perilaku seperti perilaku
agesitas dan agresif atau disebut dengan perilaku kekerasan (Erwin, 2021).
Menurut WHO (2019), terdapat sekitar 264 juta orang terkena depresi, 45
juta orang terkena bipolar, 20 juta orang terkena skinzofrenia, serta 50 juta terkena
demensia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pravelensi gangguan jiwa
berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil, dan gangguan mental emosional pada
penduduk Indonesia 6%. Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh,
Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi rumah tangga yang pernah
memasung anggota rumah tangga gangguan jiwa berat 14,3% dan terbanyak pada
penduduk yang tinggal di perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk
kuintil indeks kepemilikan terbawah (19,5%). Provinsi dengan prevalensi
gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Jawa Barat, Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur (Kemenkes RI, 2013)
Laporan hasil RISKESDAS tahun 2018 di Provinsi Sumatera Selatan
memberi gambaran indikator tingkat provinsi dan kabupaten kota pada jumlah
1
2
Penelitian yang dilakukan oleh Irwanto dkk (2013) menunjkan hasil yaitu
dengan diberikan latihan tindakan asertif pada pasien risiko perilaku kekerasan,
membuat pasien mampu mengontrol marahnya dari pada pasien yang tidak
diberikan latihan tindakan asertif. Hal tersebut mendasari ketertarikan penulis
untuk lebih mendalami penerapan tindakan asertif dan menggunakannya dalam
asuhan keperawtan pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan, dan harapannya
dengan latihan penerapan tindakan asertif pasien dapat mengontrol emosi dan dapat
berfungsi kembali secara wajar di lingkungan masyarakat serta penerapan tindakan
asertif dapat dilakukan diseluruh instansi pelayanan agar dapat membantu pasien
dalam mengatasi respon marah yang lebih konstruktif.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan tindakan asertif pada pasien dengan risiko perilaku
kekerasan.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan penerapan tindakan asertif pada pasien dengan risiko
perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
Teridentifikasinya respon pasien terhadap tindakan latihan asertif.
D. Manfaat
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
kontribusi sebagai bahan pengembangan keilmuan Keperawatan Jiwa
mengenai penerapan tindakan asertif pada pasien dengan risiko perilaku
kekerasan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Rumah Sakit Jiwa
Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi bagi rumah sakit jiwa
khususnya di bidang keperawatan jiwa dalam menerapkan tindakan
asertif pada pasien risiko perilaku kekerasan.
b. Bagi Pasien Risiko Perilaku Kekerasan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat diajadikan gambaran bagi
pasien untuk mengontrol marahnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Menurut Damayanti (2014) tanda dan gejala yang ditemui pada klien
melalui observasi atau wawancara tentang perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut :
1. Muka marah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda/orang lain
10. Merusak benda atau barang
d. Faktor Risiko
Menurut Nanda (dalam Sutejo 2017) menyatakn faktor-faktor risiko dan
perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed violence) dan risiko
perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed violence).
1. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed
violence)
a) Usia -+ 45 tahun
b) 15-19 tahun
c) Isyarat tingkah laku (menyatakan pesan bernada kemarahan pada
orang tertentu yang telah menolak individu, dll)
d) Konflik mengenai orientasi seksual
e) Konflik dalam hubungan interpersonal
f) Terlibat dalam tindakan seksual auteorotik
g) Pengangguran atau kehilangan pekerjaan
h) Sumber daya personal yang tidak memadai
2. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-violence)
a) Akses atau ketersediaan senjata
b) Alterasi (gangguan) fungsi kognitif
c) Perilaku kejam terhadap binatang
11
3) Represi
12
g. Analisa Data
Contoh pendokumentasian
h. Diagnosa keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian dan analisa data selanjutnya adalah
penegakan diagnosa keperawatan dan pembuatan pohon masalah. Diagnosis
keperawatan risiko perilaku kekerasan, tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan
dan belum mampu mengendalikan perilaku kekerasan tersebut. Berikut adalah
diagnosa keperawatan dan pohon masalah pada klien dengan risiko perilaku
kekerasan :
Perilaku kekerasan
i. Rencana keperawatan
Keliat (2011) tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi perilaku klien
tindakan dilakukan pada pasien dan keluarga. Berikut adalaha rencana keperawatan
yang dilakukan pada pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
Tujuan :
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda dan perilaku kekerasan
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
16
Tindakan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya, dalam membina hubungan saling percaya
perlu pertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya adalah :
1. Mengucap salam terpeutik
2. Berjabat tangan
3. Menjelaskan tujuan interaksi
4. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu
c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
1. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
2. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
3. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
4. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat marah, yaitu secara verbal terhadap :
1. Orang lain
2. Diri sendiri
3. Lingkungan
e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
f. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara :
1. Fisik : pukul bantal, kasur, tarik nafas dalam
2. Verbal : menyatakan secara asertif rasa marahnya
17
k. Evaluasi
Evaluasi kemampuan pasien mengatasi risiko perilaku kekerasan berhasil
apabila pasien :
a. Menyebutkan penyebab, tanda gejala perilaku kekerasan dan akibat
dari perilaku kekerasan
b. Mengontrol perilaku kekerasan :
18
2. Tindakan Asertif
Menurut Sutrjo (2017) mengatakan bahwa tindakan asertif adalah
tindakan yang dilakukan untuk mengekspresikan marah, meminta, dan
menolak dengan baik dan sopan tanpa menyakiti orang lain secara fisik
maupun psikologis. Menurut Stuart (2016) menyaktakan bahwa sikap asertif
adalah sikap yang berada tepat dititik tengah pada rentang antara perilaku pasif
dan perilaku agresif. Perilaku asertif merupakan sikap yang menunjukkan rasa
yakin tentang diri sendiri, mampu berkomunikasi dengan secara hormat pada
orang lain. Seseorang dengan perilaku asertif mampu berbicara dengan orang
lain dengan cara yang jelas dan lansgung. Mereka juga mampu menunjukkan
sikap yang memperhatikan norma-norma ruang pribadi orang lain sesuai
dengan situasinya. Seseorang dengan perilaku asertif merasa bebas untuk
menolak permintaan yang tidak masuk akal. Namun mereka dapat menjelaskan
alasannya pada orang lain tanpa membuat orang tersebut menjadi marah dan
umumnya dapat menerima alasannya. Perilaku asertif
merupakan kamampuan mengkomunikasikan perasaan secara lansgung kepada
orang lain. Menurut Townsend (2009) menyatakan bahwa perilaku asertif
membantu individu merasa lebih baik terhadap diri sendiri dengan mendorong
mereka untuk membela hak asasi mereka. Hak ini memiliki respresenrtasi yang
setara pada semua individu. Akan tetapi seiring hak, mu8ncul juga tanggung
jawab dalam jumlah yang seimbang. Bagian dari menjadi asertif terdiri dari
menjalankan tanggung jawab ini.
Perilaku asertif meningkatkan harga diri dan kemampuan untuk
membentuk hubungan interpersonal yang memuaskan. Ini dicapai melalui
kejujuran, keterbukaan, ketepatan, dan penghargaan hak pribadi serta hak
orang lain. Individu membentuk pola respon dalam beragam cara, seperti
melalui model peran, dengan menerima penguatan positif atau negatif, atau
dengan pilihan secara sadar. Individu asrtif mengatakan hak dari mereka
sendiri dan melindungi hak orang lain. Beberapa perilaku penting yang
terdapat dalam perilaku asertif terdiri dari kontak mata, postur tubuh, jarak
personal, kontak fisik, sikap tubuh, ekspresi wajah, suara, kefasihan, pemilihan
waktu, mendengarkan, berpikir, dan isi pikir.
20
kegiatan harian
Prosedur
a. Persiapan
1.) Tentukan pasien
2.) Identifikasi pasien
3.) Buat kontrak dengan pasien
b. Orientasi
1.) Beri salam terapeutik
2.) Tanyakan perasaan pasien saat ini
3.) Jelaskan tujuan dan kontrak waktu
c. Tahap Kerja
1.) Ajarkan pasien metode menyalurkan marah dengan cara verbal yaitu
ketika marah minta pasien untuk mengatakan :
“aku sedang marah”
“aku jengkel karena tidak diberi makan (misalnya) dsb”.
2.) Minta pasien untuk mendemonstrasikan
3.) Diskusikan bersama pasien tentang bagaimana cara marah yang sehat
4.) Berikan pujian kepada pasien
5.) Jaga privasi klien
6.) Perhatikan keamanan & kenyaman pasien
23
d. Terminasi
1.) Evaluasi
a.) Tanyakan perasaan pasien setelah kontak
b.) Tanyakan kembali tentang cara sosial/verbal yang dapat dilakukan
untuk menghilangkan marah
2.) Rencana Tindak Lanjut
a.) Anjurkan pasien untuk menyalurkan marahnya agar tidak menimbulkan
akibat yang buruk
3.) Kontrak akan datang
a.) Sepakati untuk melakukan cara menghilangkan marah
b) metode spiritual
c) Waktu : 20-30 menit.
3. Telaah jurnal
Pada penerapan latihan asertif dengan pasien risiko perilaku kekerasan,
didapatkan beberapa artikel yang dianalisis dalam penulisan studi kasus ini. Berikut
beberapa analisis jurnal terkait masalah perilaku kekerasan dengan metode
pencarian PICO dan analisis metode VIA. Berikut merupakan tahapan yang
menjelaskan tentang pencarian artikel.
1. Pertanyaan klinis
Adakah pengaruh pemberian latihan asertif terhadap pasien dengan perilaku
kekerasan ?
2. Kata kunci
P : Perilaku kekerasan
I : Latihan Asertif
C :-
O : Dapat mengontrol perilaku kekerasan atau perilaku marah
3. Kriteria hasil
Terdapat beberapa kriteria inklusi dalam pemeliharaan referensi studi kasus
ini, yaitu :
a. Artikel memiliki judul dan isi yang relevan dengan judul
b. Artikel terkait dengan masalah perilaku kekerasan
24
25
2. Henny Christine Penerapan teknik Pada penelitian ini yang Teknik ini Tidak ada Dalam penelitian
Mamahit, Ratnawati bermain peran menjadi populasi dan menerapkan ini bahwa
Dinoto, Meriza melalui konseling subjek penelitian adalah teknik bermain konseling
Nataniel, Magdalenca kelompok untuk 10 orang siswa SMP peran yang kelompok dengan
Palang Lewoleba, melatih perilaku kelas VIII membantu teknik bermain
Hillary Wixie Reandsi asertif sepuluh seseorang untuk peran untuk
2021 siswa kelas VIII membayangkan meningkatkan
SMP Kolose diri mereka atau keberanian
Kanisius Jakarta orang lain dalam mengungkapkan
situasi tertentu, pendapat
yang dapat dinyatakan efektif.
memiliki sikap Teknik bermain
tegas dan peran dapat
menyatakan memberikan
pikiran,perasaan, contoh dan
dan keyakinan menghadirkan
dengan cara pengalaman nyata
langsung jujur bagi subyek dalam
dan tepat. mencoba
26
memberikan
pendapat atau
memunculkan
keberanian untuk
bertanya.
3. Endang Nei Yunalia, Efekktivitas terapi Dari hasil penelitian di Penelitian ini Tidak ada Hasil penelitian
Arif Nurma Etika kelompok didapatkan sampel menggunakan didapatkan bahwa
(2019) assertive trainning berjumlah 36 responden kuesioner BPAQ remaja dengan
terhadap yang dipilih memuat 4 perilaku agresif
kemampuan menggunakan teknik kategori setelah diberikan
komunikasi asertif purposive sampling yang pertanyaan intervensi dengan
pada remaja menjadi 2 kelompok, 18 tentang perilaku terapi kelompok
dengan perilaku responden untuk agresif yaitu assertive trainning
agresif kelompok intervensi dan agresif fisik, dan tanpa
18 responden untuk verbal, amarah diberikan terapi
kelompok kontrol. dan permusuhan menunjukkan
yang tertuang peningkatan
dalam 27 item kemampuan
pertanyaan. komunikatif
27
asertif yang
signifikan.
4. Siti Zahra Bulantika, Efektifitas teknik 24 siswa sebagai subjek Thought-stoping Tidak ada Dari hasil
Permata Sari (2019) dan pemikiran penelitian dengan adalah teknik penelitian
pelatihan karakteristik non-asertif penghentian yang diketahui bahwa
asertif-teknik (pasif). Pembentukan dipelajari oleh pelatihan asertif
untuk menjadi tiga kelompok seseorang yang dan konseling
meningkatkan yaitu kelompok A teknik dapat digunakan kelompok dengan
kemampuan latihan asertif, kelompok setiap kali teknikthoughtstop
asertive siswa B teknik penghentian individu ingin ping terbukti
pikiran, dan kelompok C menghentikan efektif dalam
gabungan teknik pikiran yang meningkatkan
pelatihan asertif dan mengganggu atau kemampuan
teknik penghentian negatif dan asertif siswa. Hasil
pikiran. pikiran yang tidak penelitian ini
diinginkan dari berdasarkan
kesadaran. Teknik pendapat peneliti
penghentian lain yang
pikiran juga menunjukkan
28
efektif diterapkan efektifitas teknik
pada siswa yang pelatihan asertif
mengalami pada siswa
kecemasan sosial pergaulan bebas,
perubahan
perilaku siswa
dalam beberapa
aspek(Hasbahuddi
n, Fithrayani, &
Bakhtiar, 2019).
Penelitian lain
menunjukkan
bahwa teknik
pelatihan asertif
berhasil
meningkatkan
keterampilan
interpersonal
siswa
29
melalui layanan
bimbingan
kelompok
(Madihah &
Susanto, 2017).
30
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain
Desain penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini merupakan
deskriptif dalam bentuk studi kasus, yaitu pelaksanaannya berfokus pada satu kasus
tertentu yang diamati dan dianalisis secara cermat samapi dengan tuntas.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan,intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan discharge
planning. Studi kasus departemen manajemen keperawatan yang memfokuskan
pada analisis penerapan latihan asertif pada pasien dengan risiko perilaku
kekerasan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Kota Palembang.
31
32
G. Fokus Studi
Penerapan Latihan Asertif pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan di
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Kota Palembang.