Anda di halaman 1dari 41

STUDI KASUS

PENERAPAN SLOW STROKE BACK MASSAGE (SSBM) PADA PASIEN


HIPERTENSI DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

NAMA: HELISON
NIM : 22221057

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2021-2022
STUDI KASUS

PENERAPAN SLOW STROKE BACK MASSAGE (SSBM) PADA PASIEN


HIPERTENSI DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ners.

NAMA: HELISON
NIM : 22221057

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2021-2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) merupakan
masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang dan
menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya.Salah
satunya hipertensi yang merupakan penyakit kardiovaskular paling umum
dan paling banyak disandang masyarakat.Hipertensi juga disebut sebagai
the silent killer karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak
mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah
terjadi komplikasi (Kemenkes RI, 2019).
Menurut World Health Organization (WHO), 2016. Hipertensi
adalah tekanan darah sistolik sama dengan atau diatas 140 mmHg dan/atau
tekanan darah diastolik sama dengan atau diatas 90 mmHg. (WHO, 2013).
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja
lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
nutrisi tubuh. Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus
merujuk pada kriteria diagnosis Joint National Committee (JNC) VII tahun
2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik  140 mmHg atau
tekanan darah diastolik  90 mmHg (Kemenkes RI, 2017).

World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan data


bahwa sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi, artinya 1
dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Selain itu, jumlah penyandang
hipertensi terus meningkat setiap tahunnya yang diperkirakan pada tahun
2025 akan terdapat 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi dengan angka
kematian 9,4 juta orang akibat hipertensi dan komplikasinya (Kemenkes
RI, 2019).
Tingkat kesadaran mengenai penyakit hipertensi di beberapa negara
di kawasan Asia Tenggara kurang dari 50%, akan tetapi di beberapa
negara lain yang tergolong makmur dikawasan yang sama, kesadaran
hipertensi berkisar antara 56-70%. Sebagian diantara penderita hipertensi
tersebut memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki hipertensi dan sedang
menjalani perawatan. Untuk mengontrol tekanan darah digunakan aturan
global tentang tingkat kontrol hipertensi yaitu tingkat kontrol tekanan darah
di bawah 140/90 mmHg (Anonim, 2016).
Angka kejadian hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil
pengukuran pada umur ≥ 18 tahun 2018 mengalami peningkatan 34,1% di
bandingkan tahun sebelumnya 2013 dengan jumlah 25,8% dan tahun 2007
mencapai 31.7% (RIKESDAS 2018). Prevalensi penduduk secara nasional
pada tekanan darah tinggi sebesar (30,9%) pada perempuan (32,9%) lebih
tinggi dibanding dengan laki-laki (28,7%), dan di perkotaan sedikit lebih
tinggi (31,7%) dibandingkan dengan perdesaan (30,2%), sehingga
Prevalensi semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur (Profil
Kesehatan Indonesia, 2016). Data dari Dinkes Sumatera Selatan
menyatakan, bahwa jumlah penderita hipertensi tahun 2013 mencapai
183.048 jiwa dan terus meningkat dimana tahun 2017 sebanyak 229.365
jiwa. Bahkan angka kejadian di kota Palembang juga mengalami
peningkatan muali dari tahun 2014 berjumlah 6740 orang dan terus
meningkat di tahun 2017 mencapai 6973 (Profil Dinkes Kota Palembang
2017).
Salah satu tanda dan gejala Hipertensi adalah nyeri kepala, rasa
pegal pada area tengkuk, dan rasa tidak nyaman pada seluruh area kepala
sampai dengan bawah dagu hingga belakang telinga (Fresia, 2021). Pada
penderita hipertensi biasanya timbul saat bangun tidur pada pagi hari, nyeri
yang dirasakan seperti ada beban dikepala atau cengeng. Sifat keluhan
nyeri dirasakan terus menerus, dapat hilang dan timbul nyeri dalam waktu
yang lama. Pengkajian nyeri dilakukan dengan menggunkan metode
(PQRST). P (provokatif atau penyebab nyeri), Q (qualitas nyeri seperti
tertusuk, berdenyut, tertimpa benda berat, terbakar dan lain-lain), R (region
atau lokasi nyeri), S (skal nyeri 1-10), T (waktu seperti berapa lama
nyerinya, hilang timbul) (Sumadi at al, 2020).
Nyeri kepala pada pasien hipertensi bisa diatasi dengan dua cara
yaitu farmakologi (terapi obat yang di berikan pada penderita hipertensi )
dan non-farmakologi salah satu terapi yang bisa di gunakan untuk
menurunkan atau mengurangi nyeri kepala pada penderita hipertensi salah
satunya adalah terapi messase yaitu slow stroke back message (SSBM).
Memasas yaitu istilah yang dapat di gunakan untuk menerangkan suatu
manipulasi-manipulasi tertentu yang berasal dari jaringan lunak yang ada
di badan kita. Manipulasi-manipulasi tersebut di laksanakan dengan
menggunakan tangan secara sistematis dan bertujuan untuk memberikan
pengaruh pada sususan syaraf, sistem otot dan sirkulasi umum setempat
pada lymphe dan darah (Latifah & Faradisi, 2021).
Messase punggung merupakan metode non farmakologis sederhana
yang bisa meredakan ketegangan, memberikan kenyamanan, serta
meningkatkan sirkulasi, dan bisa merilekskan pasien. Terjadinya pelepasan
endorphin, sehingga dapat memblok transmisi stimulus nyeri merupakan
cara kerja dari messase punggung ini (Sumadi at al, 2020). Dengan usapan
perlahan yang dilakukan selama 10 sampai 15 menit dengan usapan 12-15
kali permenit, dengan kedua tangan menutup area selebar 5 cm diluar
tulang belakang yang dimulai pada bagian tengah punggung bawah
kemudian kearah atas area belahan bahu kanan dan kiri (Salvo, 2016).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Istyawati 2020 yang meneliti
tentang efektifitas slow stroke back massage (ssbm) dalam menurunkan
skala nyeri kepala pasien hipertensi di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal
dengan jumlah 18 responden rata-rata rentang nyeri kepala responden
sebelum diberikan slow stroke back massage (SSBM) sebesar 5,83. 2)
Sesudah diberikan slow stroke back massage SSBM rata-rata rentang nyeri
kepala responden turun menjadi 4.78. 3) ada pengaruh pemberian slow
stroke back massage (SSBM) terhadap penurunan skala nyeri kepala pasien
hipertensi di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal. Penelitan ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Haris 2017 tentang efektivitas massage mulai
dari bahu sampai kepala terhadap tingkat nyeri kepala pada pasien
hipertensi di RSUD BIMA sebelum dilakukan masase 100% mengalami
nyeri di bagian kepala dan setelah dilaakukan masase punggung
didapatkan responden yang mengalami nyeri ringan sebanyak 21
responden (70%) dan nyeri sedang sebanyak 9 responden (30%),
Hasil lain dari penelitian terkait slow stroke back massage
menunjukkan bahwa mekanisme slow stroke back massage (pijat lembut
pada punggung) yaitu meningkatkan relaksasi dengan menurunkan
aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis
sehingga terjadi vasodilatasi diameter arteriol (Fresia, 2021). Sistem saraf
parasimpatis melepaskan neurotransmiter asetilkolin untuk menghambat
aktifitas saraf simpatis dengan menurunkan kontraktilitas otot jantung,
volume sekuncup, vasodilatasi arteriol dan vena kemudian menurunkan
tekanan darah (Smeltzer & Bare, 2016). Teknik ini dapat dilakukan oleh
perawat dan dapat diajarkan kepada keluarga pasien dikarenakan terapi
relaksasi tersebut merupakan cara yang mudah, sederhana dan murah.
Dengan banyaknya angka kejadian pada kasus hipertensi dan
banyaknya masalah keperawatan yang ditimbulkan pada kasus hipertensi
seperti yang telah dipaparkan data-data diatas, mendorong penulis untuk
membuat karya tulis ilmiah dengan judul Penerapan Slow Stroke Back
Massage (SSBM) Pada Pasien Hipertensi Dengan Masalah Keperawatan
Nyeri Akut Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah
diastolik > 90 mmHg. Apabila tidak ditangani dengan baik, hipertensi
dapat menyebabkanstroke, infark miokard, gagal jantung, demensia, gagal
ginjal, dan gangguan pengelihatan.. Maka dari itu penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus “Penerapan Slow Stroke Back Massage (SSBM)
Pada Pasien Hipertensi Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Utama
Agar penulis mendapatkan gambaran bagaimana Penerapan Slow
Stroke Back Massage (SSBM) Pada Pasien Hipertensi Dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini diketahuinya:
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah nyeri akut
pada pasien Hipertensi di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah
nyeri akut pada pasien Hipertensi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
c. Menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan masalah
nyeri akut pada pasien Hipertensi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan
masalah nyeri akut pada pasien Hipertensi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah
nyeri akut pada pasien Hipertensi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
f. Melakukan discharge planning pada pasien dengan masalah nyeri
akut pada pasien Hipertensi di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan keilmuan serta pengetahuan sehingga dapat terus
dilakukan pembaharuan meliputi pengkajian, intervensi dan
implementasi tentang Slow Stroke Back Massage untuk menurunkan
nyeri pada pasien hipertensi.
2. Bagi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Memberikan informasi bagi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
sebagai bahan perbaikan dalam memberikan pelayanan kesehatan
dengan melakukan pelayanan kesehatan untuk menurunkan nyeri pada
pasien hipertensi .
3. Bagi Mahasiswa
Studi kasus ini berguna agar dapat memotivasi mahasiswa untuk
dilakukan pengembangan lagi tentang massage punggung untuk
menurunkan nyeri pada pasien dengan diagnosa Hipertensi dan dapat
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh saat kuliah dengan demikian
diharapkan dapat membawa wawasan dan pengetahuan dalam
meningkatkan kesehatan individu maupun masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2018). Hipertensi
atau yang sering dikenal dengan silent killer karena sering muncul tanpa
gejala dan tidak disadari keberadaannya berarti gejala bukan merupakan
tanpa untuk diagnostik dini dan di perlukan pengetahuan dan kesadaran
untuk pengendalian hipertensi (Bustan, 2015).
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan
darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan
tekanan darah yang di sebabkan satu atau beberapa factor resiko yang
tidak berjalan sebagaiaman mestinya dalam mempertahankan darah secara
normal. Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau
tekanan diastolik atautekanan keduanya hipertensi dapatdidefinisikan
sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi sebagai sistolik 160 mmHg dan tekanan distolik 90
mmHg (Abdul Majid, 2017).
a. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi menurut (WHO).
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi (WHO, 2010).

Tekanan darah Tekanan darah


Kategori tekanan darah
sistol (mmHg) xixiastoli (mmHg)

Normal < 30 Dan < 85


Normal Tinggi 130 - 139 Atau 85 – 89

Hipertensi ringan tingkat 1 140 – 159 Atau 90 – 99

Hipertensi ringan tingkat 2 160 – 179 100 – 109

Hipertensi ringan tingkat 3 180 - 209 110 – 119

2. Etiologi
Penyebab hipertensi adalah oleh bebarapa faktor yang sangat
mempengaruhi satu sama lain. Kondisi setiap orang tidak sama sehingga
faktor penyebab hipertensi pada setiap orang berbeda-beda juga (Nurarif,
2015).
Menurut Haryanto dan Sulistyowati (2017) etiologi dari hiperetensi
adalah:

a. Perokok

Merokok yang dapat merusak endotel arteri, dan nikotin menurunkan


HDL yang baik untuk tubuh manusia.

b. Obesitas

Dapat meningkatkan LDL yang buruk untuk tubuh manusia pencetus


aterosklerosis.

c. Alkoholisme

Alkhohol yang merusak hepar dan sifat alkohol mengikat air


mempengaruhi viskositas dan mempengaruhi tekanan darah.
d. Stress
Merangsang sistem saraf simpatis mengeluarkan edrenalin yang berpengaruh
terhadap kerja jantung.

e. Komsumsigaram

Garam memengaruhi viskositas darah dan memperberat kerja ginjal


yangmengeluarkanreninangiotensinyangdapatmeningkatkantekanan
darah.

Ada beberapa faktor menrut Susilo dan Wulandari (2016) yang dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi sebagai berikut:
a. Faktor Genetik
Adanya faktor genetic pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga tersebut mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi.
b. Umur
Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiiring dengan
bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur diatas 60
tahun 50-60% mempunyai tekanan darah yang lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang
terjadi pada orang yang bertambah usia.
c. Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin memlki struktur organ dan hormon yang
berbeda demikian juga pada perempuan dan laki-laki. Berkaitan
dengan hipertensi, laki-laki mempunyai risiko yang lebih tinggi
untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai
risiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas
kardiovaskuler. Sedangkan perempuan, biasanya lebih rentan
terhadap hipertensi ketika mereka sudah berumur 50 tahun keatas.
d. Status Ekonomi atau Pekerjaan
Status ekonomi atau perkerjaan dapat mempengaruhi dalam
melakukan manajemen perawtan diri hipertensi. Keterbatasan
finansial akan membatasi responden untuk mencari informasi,
perawatan dan pengobatan untuk dirinya.
e. Etnis
Setiap etnis memiliki kekhasan masing-masing yang menjadi ciri
khas dan pembeda satu dengan yang lainnya. Hipertensi lebih
banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada orang berkulit
putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi pada orang
kulit hitam ditemukan kadan renin yang lebih rendah dan sensitivitas
terhadap vasopressin yang lebih besar. Inilah yang menyebabkan
mereka lebih rentan terkena hipertensi.

3. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi Jantung Manusia

(Moore et al, 2016).

Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh


darah, dan saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang
memompa darah dan memelihara peredaran melalui saluran
tubuh.Arteri membawa darah dari jantung, vena membawa darah ke
jantung. Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya
dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan
buangan.Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler
atau intershil.Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan
menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui
dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan.Saluran limfe ini
juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri
bila darah dipompa keluar jantung.Denyut ini mudah diraba ditempat
arteri temporalis diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di
belokan mata kaki.Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat
berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur
dan emosi.Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah
denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali per menit. Tekanan
darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan
untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola,
kapiler dan sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola,
kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang
menetap.Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan
darah dari pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup
aktivitas pompa jantung berlangsung dengan cara mengadakan
kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan
darah dan sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan
arteri pada puncaknya sekitar 120 mmHg tekanan ini disebut tekanan
stroke.Kenaikan ini menyebabkan aorta mengalami distensi sehingga
tekanan didalamnya turun sedikit.Pada saat diastole ventrikel, tekanan
aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg.Tekanan ini
dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.

Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari


pembuluh darah.Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri
kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler, dalam arteri
kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler. Faktor lain yang
membantu aliran darah kejantung maupun gerakan otot kerangka
mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan yang dihasilkan
pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai
pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu
diastole menarik darah dari vena dan tekanan darah arterial
mendorong darah maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh faktor
yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan
penyakit arteriosklerosis.

Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi


(ferifer) yang dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri
adalah sama aliran bersifat sejajar yang konsentris dengan arah yang
sama jika dijumpai suatu aliran darah dalam arteri yang mengarah
kesegala jurusan sehingga memberikan gambaran aliran yang tidak
lancar. Keadaan dapat terjadi pada darah yang mengatur melalui
bagian pembuluh darah yang mengalami sumbatan atau
vasokonstriksi.

4. Manisfestasi Klinik
Adapun manifestasi klinis menurut Raymon, 2017 antara lain :
a. Pusing
Pusing yang dialami bisa saat baru bangun dari duduk atau berbaring.
Hal ini merupakan salah satu ciri penyakit darah tinggi. Pusing yang
dialami dapat ringan, bahkan sampai terjadi pingsan. Jika hal ini sering
terjadi pada orang tua, bahkan sampai jatuh dapat menyebabkan patah
tulang dan cedera otak.
b. Sakit kepala
Sakit kepala menjadi salah satu ciri penyakit darah tinggi. Hal ini terjadi
karena aliran darah yang dihasilkan oleh jantung keseluruh tubuh
semakin meningkat dan terjadilah sakit kepala pada daerah kepala.
c. Sesak nafas
Sesak nafas terjadi karena peredaran darah tidak lancar sehingga
terjadilah sesak nafas. Hal ini merupakan salah satu ciri penyakit darah
tinggi.
d. Gelisah
Gelisah terjadi karena berbagai hal, diantaranya karena faktor emosi
yang berlebihan.
e. Pandangan mata menjadi kabur
Jika sering mengalami pandangan mata yang kabur menandakan bahwa
ada sistem saraf pada otak yang terganggu.
5. Patoflow
a. Fisiologi Hipertensi
Tekanan darah adalah kekuatan yang memungkinkan darah
mengalir dalam pembuluh darah untuk beredar dalam seluruh tubuh.
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.
Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan
sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat
jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio
tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa
normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah
normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).
b. Pathway
Bagan 2.1 Alur Pathway Hipertensi

Faktor Predisposisi
(umur, jenis kelamin, gaya hidup, obesitas)

Perubahan satruktur pembuluh darah

Kerusakan vascalar pembuluh darah

Penyumbatan pembuluh darah

Kelenjar medulla adrenal juga terangsang untuk menyekresi epinefrin

Vasokontriksi pembuluh darah

Ganguan sirkulasi
HIPERTENSI

Otak Mata Jantung Ginjal

Suplai O2 Spasme Sistemik Koroner Vasokontriksi


menurun arteriode pembuluh
darah ginjal

Nyeri kepala Diplopia Vasokontriksi Iskemi Retensi


miokard natrium

Nyeri Akut Resiko Arterload Nyeri Edema


Cedera meningkat dada

Penurunan Curah Jantung

Sumber: (Brunner & Suddarth, 2013), (Depkes, 2011).

6. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejalanya menurut Hariyanto dan Sulityowati (2017)
adalah:

a. Sakit kepala (pusing, migrain)

b. Gampang marah

c. Epistaksis

d. Tinitus (telinga berdenging)

e. Palpitasi (berdebar – debar)

f. Kakukuduk

g. Pandangan mata berkurang – kurang

h. Susah tidur

i. Tekanan darah di atas normal.


7. Komplikasi
Hipertensi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai
organ yang mendapat suplai darah arteri tersebut (Andra & Yessi 2015).
Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ – organ sebagaiberikut:
a. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung coroner. Padapenderita hipertensi beban kerjajantung
meningkat, otot jantung mengendor dan berkurang elastisitasnya, di
sebut dekompensasi, akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa
sehingga banyak cairan tertahan diparu maupun jaringan tubuh lain
yang menyebabkan sesak napas atau oedema, kondisi ini di sebut
gagal jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke, apabila
tidak di obati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi bisa menyebabkan ginjal, tekanan darah tinggi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan di dalam ginjal
akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat – zat tidak
di butuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi
penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati
hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksana hipertensi menurut (Andra dan Yessie 2015):
a. PenatalaksanaanNon-Farmakologis
Dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah
hipertensi dan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan
dalam mengobati hipertensi (et al andra & yessi 2017).
Penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara
modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu:

1) Mempertahankan berat badan ideal.


Sesuai body mass index (BMI) dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2.
BMI dapat di ketahui dengan, membagi berat badan dengan tinggi
badanyang telah di kuadratkan dalam satuan meter. Mengalami
kegemukan dapat di lakukan denagn diet rendah kolesterol namun
kaya serat dan protein (prizerpeduli.com) dan jika berhasil
menurunkan BB 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat di
turunkan sebanyak 5 mmHg.
2) Kurangi asupan natrium(sodium)
Mengurangi komsumi garam dapat di lakukan dengan diet rendah
garam yaitu 100mmol/hari (kira kira 6 gr NaClatau 2,4 gr
garam/hari). Jumlah lain mengurangi asupan garam sampai kurang
dari2300mg(1sendokteh) setiap hari, dan dikurangi jadi½sendok
teh/ hari, dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHgdan
tekanan diastolik sekita 2,5mmHg.
3) Batasi komsumsi alkohol
Komsusmi alcohol harus di batasi karena komsumsi alcohol
berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum
mengalami 4x lebih besar mengalami hipertensidari pada merka
yang tidak mengkomsi alkohol.
4) Makan makanan yang mengandung kalium dan sayuran
Pertahankan asupan diet potassium (3500mg)/hari) dengan cara
komsumsi diet tinggi buah dan sayur serta diet rendaah lemak
dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total.
Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan
jumlah narium yang terbuang bersama air kencing. Setidaknya
dengan mengkomsumsi buah – buahan sebanyak 3-5 kali sehari,
seseorang bisa mencapai potassium yang cukup.
5) Menghindari merokok
Merokok tidak secara langsung mempengaruhi timbulnya
hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan risiko komplikasi
pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka
perlu di hindari komsumsi tembakau (rokok karena dapat
memperberat hipertensi.
6) Penurunanstress
Stresstidakmenyebabkanhipertensiyangmenetaptapijikaepisode
stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang
sangat tinggi. Menghindari stress dapat menciptkan suasana yang
menyenangkan. Bagi penderita hipertensi dan memperkenalkan
Teknik relaksasi seperti yoga atau meditasi.
7) Terapi masase(pijat)
Pada dasarnya pijat pada penderita hipertensi dapat memperlancar
aliran energi dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan
komplikasinya dapat di minimalisir.
b. Pengobatan Farmakologis
1) Diuretik(hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan di tubuh
berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih
ringan.
2) Penghambat simpatetik (metildopa, klonidin danreserpine).
3) Menghambat aktifitas sarafsimpatis.
4) Betablocker (metoprolol, propranolol,atenolol).
i. Menurunkan daya pompajantung
ii. Tidak di anjurkan pada pasien yang sudah di ketahui memiliki
asmabronchial.
iii. Pada penderita DM: dapat menutupi gejalahypoglikemia.
iv. Vasodilator (prasonin,hidralasin)
5) ACE inhibitor(captopril)
i. Menghambat pembentukan zat angiostensinII.
ii. Efek samping: batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat reseptor angiostensin II(valsartan).
i. Menghalangi penempelan angiostensin II pada reseptor
sehingga memperingan daya pompajantung.
ii. Antagonis kalsium (diltiazem dan verafamil)
B. Konsep nyeri
1) Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensori atau emosional multidimensional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional. Nyeri
dapat dibedakan berdasarkan intensitas (ringan, sedang, berat), kualitas
(tumpul, seperti terbakar, tajam), durasi (transien,intermiten,persisten),
dan penyebaran (superfisialatau dalam, terlokalisir atau difus). Meskipun
nyeri adalah suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif dan
emosional, yang digambarkan dalam suatu bentuk penderitaan (Bahrudin,
2018).
2) Penyebab nyeri
Penyebab nyeri menurut Iqbal Mubarak (2017) sebagai berikut.
a. Trauma
1) Mekanik, rasa nyeri yang diakibatkan oleh kerusakan ujung-ujung
saraf bebas. Misalnya akibat benturan, gesekan, luka, dan lain lain.
2) Termal, nyeri yang timbul akibat rangsangan suhu panas maupun
dingin. Misalnya terbakar api
3) Kimia, nyeri yang timbul akibat kontak secara langsung dengan zat
kimia yang bersifat asam kuat dan basa kuat
4) Elektrik, nyeri yang timbul akibat sengatan listrik yang kuat
mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot
dan luka bakar
b. Peradangan, yakni nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf
reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan,
misalnya abses.
c. Gangguan sirkulasi darah dan kelaian pembuluh darah
d. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya edema akibat terjadinya
penekanan pada reseptor nyeri
e. Tumor, dapat juga menekan pada resptor nyeri
f. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blockade pada arteri koronaria
yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.

3) Pengertian nyeri akut


Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengankerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari tiga bulan (PPNI, 2016).

4) Patofisiologi nyeri
Mekanisme nyeri dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan
jaringan dalam saraf sensori menjadi aktivitas listrik kemudian
ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta (mentransmisikan
nyeri yang tajam dan terlokalisasi) dan saraf bermielin (mentransmisikan
nyeri tumpul dan menyakitkan) ke kornus dorsalis medulla spinalis,
thalamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan
didiskriminasi sebagai kulaitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami
modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan
nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas dan dingin), agen
kimia, trauma/inflamasi (Iqbal Mubarak,M 2015).

5) Tanda dan gejala nyeri akut


Gejala dan tanda nyeri menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)
adalah sebagai berikut:
a. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif : mengeluh nyeri
2) Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat,
dan sulit tidur.
b. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif : tidak tersedia
2) Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu
makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, dan diaphoresis

6) Cara mengurangi nyeri


Berdasarkan buku Ilmu Keperawatan Dasar menurut Wahit Iqbal,M
(2017) ada beberapa cara mengurangi nyeri:
a. Melakukan teknik distraksi
Melakukan teknik distraksi disini yaitu dengan cara mengalihkan
perhatian klien pada hal-halyang lain sehinggga klien akan lupa
tehadap nyeri yang dialami.
b. Distraksi merupakan mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain
sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri.
c. Melakukan teknik relaksasi
Melakukan teknik relaksasi metode ini efektif untuk mengurangi
rasa nyeri.
d. Melakukan pemijatan (masase)
Melakukan pemijatan (masase) yang bertujuan untuk menstimulasi
serabut serabut yang mentransmisikan sensasi tidak nyeri memblok
atau menurunkan transisi, implus nyeri. Masase merupakan stimulasi
kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan
bahu. Masase tidak spesifik menstimulasi reseptor yang sama seperti
reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem
control desenden. Masase dapat membuat klien lebih nyaman karena
masase membuat relaksasi otot.

7) Penilaian nyeri
Penilain yang digunakan dalam mengkaji nyeri adalah PQRST.
Provoking/pemicu nyeri, yaitu faktor yang dapat memperparah atau
meringankan nyeri. Quality/kualitas, yaitu kulaitas nyeri yang dirasakan
klien. Klien menggambarkan nyeri seperti rasa nyeri tajam, tumpul,
maupun merobek. Region/daerah, yaitu lokasi yang dirasakan nyeri.
Mintalah klien untuk menunjukkan daerah yang dirasakan nyeri. Scale/
keganasan, intensitas nyeri yang dirasakan klien. Pengukuran intensitas
nyeri telah bervariasi sehingga mempermudah klien dalam
menyampaikan rasa nyeri yang dirasakannya. Pengukuran skala nyeri
dilakukan sebelum dan setelah terapi diberikan. Time/waktu, mencakup
serangan, lama nyeri, frekuensi, dan sebab nyeri (Setiyohadi et al., 2017).

C. Konsep Slow Stroke Back Massage


1) Pengertian
Slow-Stroke Back Massage (SSBM) adalah salah satu stimulasi
kulit dengan usapan perlahan di daerah punggung selama 3-10 menit
yang dapat mengurangi persepsi nyeri dan ketegangan otot (Potter dan
Perry, 2016). Slow-Stroke Back Massage (SSBM) adalah salah satu
usapan perlahan pada daerah kulit. SSBM merupakan intervensi
keperawatan yang diberikan dengan cara memberikan usapan secara
perlahan, tegas, berirama dengan kedua tangan menutup area selebar 5
cm diluar tulang belakang yang dimulai dari kepala hingga area sakrum.
SSBM telah digunakan sebagai intervensi keperawatan sejak tahun 1969.
Tehnik untuk SSBM dilakukan dengan mengusap kulit klien secara
perlahan dan berirama dengan tangan pada bagian punggung dengan
kecepatan 60 kali usapan per menit. Kedua tangan menutup suatu area
yang lebarnya 5 cm pada kedua sisi tonjolan tulang belakang, dari ujung
kepala sampai area sakrum. Tehnik ini berlangsung selama 3-10 menit
dan efektif dilakukan 3-5 menit (Potter dan Perry, 2016).

2) Mekanisme kerja Slow-Stroke Back Massage


SSBM menstimulasi saraf-saraf di superfisial di kulit yang
kemudian diteruskan ke otak di bagian hipotalamus. Sistem saraf
desenden melepaskan opiate endogen, seperti endorfin. Pengeluaran
endorfin mengakibatkan meningkatnya kadar endorfin dalam tubuh.
Peningkatan hormon endorfin merangsang produksi hormon dopamin
dan hormon serotonin. Hormon dopamin yang meningkat menyebabkan
kecemasan berkurang sedangkan hormon serotonin yang meningkat
dapat mengurangi gangguan tidur.
Pengeluaran hormon endorfin dapat memblok transmisi stimulus
nyeri sehingga menurunkan kecemasan dan nyeri. Meek (1993)
mengatakan bahwa sentuhan dan masase merupakan teknik integrasi
sensori yang mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom. Sistem saraf
desenden bekerja melepaskan neuroregulator yang menghambat
transmisi stimulus nyeri. Neuron beta-A menstimulasi mekanoreseptor
yang menyebabkan menurunnya transmisi delta-A dan C sehingga
menutup mekanisme pertahanan dan mengurangi persepsi nyeri (Potter
dan Perry, 2016).

3) Indikasi dan Kontra Indikasi Slow-Stroke Back Massage


Beberapa penelitian yang menggunakan SSBM menemukan bahwa
intervensi keperawatan ini sangat membantu dalam relaksasi dan
peningkatan tidur (Casanelia dan Stelfox, 2009). Berdasarkan beberapa
penelitian yang dilakukan indikasi untuk SSBM, yaitu:
1. Penurunan intensitas nyeri dan kecemasan (Mook E, 2016)
2. Menurunkan kecemasan (Kozier, et al. 2017)
3. Meningkatkan kualitas tidur (Richards; dalam Kozier, et al. 2016)
SSBM tidak boleh dilakukan pada kulit di daerah punggung
yang mengalami luka bakar, luka memar, ruam kulit, inflamasi, dan
kulit di bawah tulang yang fraktur dikarenakan memijat jaringan yang
sensitif dapat menyebabkan cedera jaringan yang lebih lanjut
sedangkan memijat di daerah kulit yang kemerahan meningkatkan
kerusakan kapiler pada jaringan di bawahnya (Potter dan Perry, 2015).

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada Slow-Stroke Back Massage


Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tindakan SSBM, yaitu:
1. Menanyakan kepada klien apakah klien menyukai SSBM dikarenakan
beberapa klien tidak menyukai kontak secara fisik
2. Mengidentifikasi faktor-faktor atau kondisi seperti fraktur tulang
rusuk atau vertebra, luka bakar, daerah kemerahan pada kulit, atau
luka terbuka
3. Menyiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan
4. Memperhatikan adanya tanda-tanda pasien tidak nyaman selama
tindakan dilakukan (Potter dan Perry, 2005).

5. Prosedur Slow-Stroke Back Massage


Prosedur kerja SSBM akan dijelaskan sebagai berikut (Potter dan Perry,
2005). Antara lain :
1. Identifikasi faktor-faktor atau kondisi seperti fraktur tulang rusuk atau
vertebra, luka bakar, daerah kemerahan pada kulit, atau luka terbuka
2. Pada klien yang mempunyai riwayat hipertensi atau disritmia, kaji
denyut nadi dan tekanan darah
3. Jelaskan prosedur dan posisi yang diinginkan klien
4. Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan
5. Persilahkan untuk memilih posisi yang diinginkan selama intervensi,
bisa tidur miring, telungkup, atau duduk
6. Bantu klien pada posisi yang nyaman
7. Buka punggung klien, bahu, lengan atas, dan bokong. Tutup sisanya
dengan selimut mandi
8. Cuci tangan dan hangatkan lotion di telapak tangan. Peneliti mencuci
tangan dalam air hangat. Hangatkan lotion di telapak tangan atau
tempatkan botol lotion ke dalam air hangat. Tuang sedikit lotion di
tangan. Jelaskan pada responden bahwa lotion akan terasa dingin dan
basah. Gunakan lotion sesuai kebutuhan
9. Jelaskan bahwa lotion akan terasa dingin dan basah
10. Letakkan tangan pertama-tama pada bokong, masase dalam gerakan
melingkar. Usapkan ke atas dari bokong ke bahu. Masase di atas
scapula dengan gerakan lembut dan tegas
11. Lanjutkan dalam satu usapan lembut ke lengan atas dan secara lateral
sepanjang sisi punggung dan kembali ke bawah ke puncak iliaka.
12. Jangan biarkan tangan terangkat dari kulit klien dan lanjutkan pola
masase selama 5 menit. Akhiri usapan dengan gerakan memanjang
dan beritahu klien bahwa perawat mengakhiri usapan.
13. Bersihkan kelebihan dari lubrikan dari punggung klien dengan handuk
mandi
14. Ikat kembali gaun atau bantu memakai baju/piyama.
15. Bantu klien posisi yang nyaman Letakkan handuk yang kotor pada
tempatnya dan cuci tangan
16. Tanyakan klien tentang kenyamanan
17. Kaji kembali denyut nadi dan tekanan darah
18. Catat respons terhadap masase
19. Evaluasi tingkat kecemasan pasien
20. Beri tahu klien tindakan telah selesai dilakukan
21. Beri reinforcement positif
22. Lakukan kontrak selanjutnya
23. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
24. Bereskan alat jika tindakan telah selesai
25. Cuci tangan

Langkah-langkah Slow Stroke Back Masase (SSBM).

No Metode Langkah-langkah Slow Stroke Back Masase


1 Buka punggung, bahu dan lengan atas
responden lalu tutup sisanya dengan selimut

2 mencuci tangan terlebih dahulu dengan


menggunakan sabun dan air mengalir. Tuang
sedikit olive oil. Jelaskan pada responden
bahwa prosedur pijat punggung akan
dilakukan
3 letakkan tangan pertama pada daerah sakrum
atau sekitar tulang belakang, pijat dalam
gerakan melingkar. Usapkan ke atas dari
daerah sakrum ke bahu. Pijat diatas scapula
dengan gerakan lembut dan tegas. Lanjutkan
dalam satu usapan lembut ke lengan atas
secara lateral sepanjang sisi punggung dan
kembali ke bawah puncak iliaka. Jangan
sampai tangan anda terangkat dari kulit klien.
Lanjutkan pola pijat selama 3 menit

4 remas kulit dengan mengambil jaringan


diantara ibu jari tangan anda. Remas keatas
sepanjang satu sisi spina di daerah sacrum ke
bahu dan sekitar bawah leher. Remas atau
usap kebawah arah Sacrum. Ulangi sepanjang
sisi punggung yang lain.

5 akhiri usapan dengan gerakan memanjang kiri


dan kekanan dan beritahu klien bahwa
pemberi intervensi mengakhiri usapannya.

Sumber : (Wiki How.com)

D. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis


a. Pengkajian
i. Data Biografi
Nama, alamat, umur, tanggal MRS, diagnosa medis, penanggung
jawab dan catatan kedatangan.
ii. Riwayat Keluhan

 Keluhan Utama
Biasanya pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan kepala
pusing dan bagian kuduk terasa berat serta tidak bisa tidur.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya saat dilakukan pengkajian pasien masih mengeluh kepala
terasa sakit dan berat, penglihatan berkunang-kunang, dan tidak
bisa tidur.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya penyakit hiertensi ini adalah penyakit yang menahun yang
sudah lama dialami oleh pasien, dan biasnya pasien mengkonsumsi
obat rutin seperti Captopril.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit keturunan.
iii. Data Dasar Pengakajian
1) Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, dan gaya hidup
monoton
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, Takipnea
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklorosis, penyakit jantung
koroner, dan penyakit serebrovaskular
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takikardi,
perubahan warna kuliat dan suhu dingin.\
3) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, otot muka tegang
4) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
5) Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup
makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol.
Tanda : BB normal atau obesitas dan adanya edema.
6) Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut
sakit kepala, gangguan penglihatan
Tanda : Perubahan orietasi, penurunan kekuatan
genggaman
7) Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri
abdomen
8) Pernapasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, dispnea dan riwayat merokok
Tanda : Distress respirasi, bunyi napas tambahan, siasonis
9) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut
i. Definisi
Suatu kondisi dimana seseorang merasakan tidak nyamanatau
tidak menyenangkan dengan jangka waktu kurang dari 3 bulan.
ii. Penyebab
2. Hipetensi
3. Cidera kepala
4. Kurang tidur
5. Sakit gigi
6. Infeksi telinga
7. Tumor otak
iii. Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
a. Mengeluh nyeri
Objektif :
a. Tampak meringis
b. Bersikap protektif
c. Gelisah
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Sulit tidur
iv. Gejala dan tanda minor
Subjektif :
Tidak tersedia
Objektif :
a. Tekanan darah meningkat
b. Pola napas berubah
c. Nafsu makan berubah
d. Proses berfikir terganggu
e. Menarik diri
f. Berfokus pada diri sendiri
g. Dhiaporesis
v. Kondisi Klinis Terkait
a. Depresi system saraf pusat
b. Cedera kepala
c. Stroke
d. Intoksikasi alkohol
b. Intervensi
Label : Managemen nyeri
Observasi
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

Terapi

1. jarkan teknik nonfarmakologi seperti relaksasi, distraksi, dll untuk


mengatasi nyeri
2. Evaluasi tindakan pengurangan nyeri/kontrol nyeri
Edukasi

1. Berikan informasi terkait penyebab nyeri dan status terkini


mengenai nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat analgesik, sesuai


yang dianjurkan
Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian
analgetik tidak berhasil.

E. Telaah Jurnal
Pada aplikasi penerapan Slow Stroke Back Massage (SSBM) untuk
menurunkan nyeri pada pasien Hipertensi diapatkan bebrapa artikel penelitian
yang dianalisis dalam penulisan studi kasus ini. Pencarian artikel dilakukan
dengan metode PICO dan analisis dengan metode VIA. Berikut ini merupaka
beberapa tahapan yang menjelaskan tentang pencarian artikel.
1) Pertanyaan klinis
Penerapan apa yang diberikan untuk menentukan nyeri kepala pasien
Hipertensi ?
2) Kata kunci
P (Problem/population) : Nyeri
I (Intervensi) : Slow Stroke Back Massage (SSBM)
C (Compration) : Tidak ada jurnal pembanding
O (Outcome) : Diharapkan adanya penurunan nyeri pada
pasien Hipertensi
3. Kriteria artikel terdapat beberapa kriteria inklusi dalam pemilihan referensi
studi kasus ini, yaitu :
a. Artikel yang memiliki judul dan isi yang relevan dengan tujuan
b. Artikel yang berbahasa Indonesia atau bahasa Inggris serta dalam bentuk
fulltext
c. Artikel terkait penerapan slow stroke back massage
d. Artikel penelitian yang dipublikasikan sekitar tahun 2017 sampai dengan
2021.
Adapun beberapa kriteria ekslusi dalam pemeliharaan referensi studi
kasus ini, yakni artikel yang tidak memiliki struktur lengkap review artikel,
dan artikel yang tidak membahas slow stoke back massage.
4. Searching literature (journal)
Setelah dilakukan pencairan artikel melalui database elektronik yaitu
google schoolar dan pubmed diharapkan artikel penelitian yang sesuai
dengan kata kunci (keyword) dalam bahasa Indonesia : Hipertensi, Nyeri,
Massase pungung.
Kata kunci (keyword) dalam bahasa Inggris : Hypertention, Pain,
Back Massage. Database google schoolar sekitar 77 artikel. Dan database
pubmed sekitar 10 artikel. Artikel yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi
dan ekslusi. Artikel yang terkait mengenai penerapan slow stroke back
massae didapatkan 5 artikel yang telah dibaca dan telaah melalui abstrak,
tujuan dan data analisis dari pertanyaan awal penulis dalam mengatasi nyeri
pada pasien hipertensi
Tabel daftar referensi artikel

No. Penulis Judul Sampel Metode Hasil


1. Amelia Rifki Pemanfaatan Teknik Pemilihan sample Metode penelitian Hasil dari tindakan keperawatan
Sumadi, Siti Relaksasi Massase menggunakan metode menggunakan metode teknik non-farmakologi massase
Sarifah, Yuli Punggung Dalam wawancara. Jumlah responden diskriptif dengan desain punggung yang diberikan kepada
Widyastuti, 2021 Penurunan Nyeri pada penelitian ini sebanyak 3 case study research (studi ketiga pasien dilakukan sebanyak 2
Pada Asuhan orang. kasus) dengan metode kali dalam sehari selama 3 hari,
Keperawatan Pasien pendekatan pengkajian, didapatkan hasil nyeri kepala pada
Kriteria inklusi :
Hipertensi penegakan diagnosa pasien dengan hipertensi dapat
1. Pasien yang mempunyai berkurang dari skala 4 – 6 menjadi 1
keperawatan, perencanaan,
tekanan darah antara 140/90 – 2. Kesimpulannya teknik relaksasi
implementasi, dan
mmHg-180/100mmHg massase punggung bermanfaat untuk
evaluasi keperawatan
2. Pasien dengan nyeri kepala mengurangi nyeri kepala pada pasien
skala 3-6 hipertensi.
Kriteria ekslusi :
1. pasien laki-laki dan
perempuan yang berusia di
atas 40 tahun
2. Sinta Fresia, 2021 Efektivitas Sample yang dipakai dua jenis penelitian Pre Hasil penelitian Penerapan prosedur
penerapan teknik orang pasien, dimana eksperimental dimana suatu Slow stroke back massage (SSBM)
slow stroke back sebelumnya diukur skala nyeri metode penelitian yang merupakan salah satu tindakan
massage (ssbm) dan tekanan darah kemudian digunakan untuk mencari nonfarmakologis yang dirasakan
terhadap penrurunan tindakan SSBM selama 10 pengaruh perlakuan tertentu efektif dan mudah untuk dilakukan
nyeri kepala pada menit secara mandiri untuk menurunkan
pasien hipertensi di nyeri kepala dan tekanan darah
ruang garuda rumah akibat hipertensi.
sakit dr. Esnawan
antariksa jakarta
3. A. Haris, Efektivitas massage Teknik pengambilan sampel Metode penelitian yang Hasil penelitian didapatkan bahwa
Nurwahidah, mulai dari bahu yang digunakan pada digunakan adalah dengan Ada pengaruh massage mulai dari
2017. sampai kepala penelitian ini adalah Pre Eksperimen. Dengan bahu sampai kepala. terhadap tingkat
terhadap tingkat probability sampling dengan menggunakan rancangan nyeri kepala pada pasien hipertensi
nyeri kepala pada jenis Simple Random atau desain One Group Pra RSUD BIMA. Dengan pendekatan
pasien hipertensi Sampling semua pasien Test-Post Test Design (pra- T-test di peroleh nilai P:0,000 di
dengan hipertensi di RSUD pasca tes dalam satu bandingkan dengan nilai α:0,05
Bima. kelompok). (0,000 < 0,05).
Kritria inklusi :
1. Penderita hipertensi dengan
skala sedang
2. Berumur > 40 tahun
3. Bersedia menjadi responden
4. Dan menandatangi lembar
penelitian (informed consent)
Kriteria ekslusi
1. Pasien yang menggunakan
ventilator
2. Pasien yang mengalami
fraktur atau cidera di
daerah masase
3. Keluarga pasien yang
menolak di lakukan terapi
4. Purwani Efektifitas slow Sample yang digunakan pada Metode penelitian yang Hasil penelitian didapatkan nila p=
Istyawati, Dwi stroke back massage penelitian yaitu 18 responden digunakan adalah jenis 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
Budi Prastiani, (ssbm) dalam di ruang Mawar RS Siaga penelitian kuantitatif dan diterima. Kesimpulan ada pengaruh
Arif Rakhman, menurunkan skala Tegal dengan teknik sampling desain penelitian Pre pemberian SSBM terhadap skala
2020. nyeri kepala pasien yang digunakan pada Eksperimen dengan nyeri kepala pasien hipertensi.
hipertensi di rumah penelitian ini adalah rancangan one group
sakit mitra siaga propability sampling prapost tes design.
tegal dengan jenis accidental
sampling
kriteria inklusi
1. Penderita hipertensi esensial
yang mengalami nyeri kepala
dengan tekanan darah 140/90
mmHg
2. Usia > 30 tahun
3. Tidak mengonsumsi obat
pereda nyeri
4. Tidak mempunyai
komplikasi penyakit lain
5. Mardiana, 2020 The Effectiveness of A sample of 30 respondents This research is a Quasy The analysis of research conducted in
Back Massage who were divided into 2 experiment with a pretest- the intervention group using
Therapy to Reduce groups. Sampling using posttest control group independent sample t test showed a
Acute Pain in purposive sampling technique. significant reduction in the pain scale
Hypertension in the The intervention group (n = in hypertensive patients with a value
Work Area of 15) received back massage of p = 0.000, while in the control
Kading Health treatment and the control group showed a value of p = 0.082
Center, Bone group received deep breath by providing deep breath relaxation
Regency relaxation techniques (n = 15). therapy. this study that back massage
is effective in reducing pain in
hypertensive patients
BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Desain
Metode penelitian adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus. Studi
kasus menurut Nursalam (2016) adalah penelitian yang mencakup pengkajian
yang bertujuan memberikan gambaran secara detail mengenai latar belakang,
sifat, maupun karakter yang ada dari suatu kasus dengan kata lain bahwa studi
kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci.
Penelitian dalam metode dilakukan secara mendalam terhadap suatu keadaan
atau kondisi dengan cara sistematis mulai dari melakukan pengamatan,
pengumpulan data, analisis informasi dan pelaporan hasil.
Desain penelitian merupakan rencana peneliian yang akan disusun
sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban. Desain
penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk
mencapai tujuan serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai
tujuan tersebut. Penulisan ini merupakan penulisan deskriptif dengan
menggunakan rancangan studi kasus. Studi kasus adalah penulisan yang
dilakukan dengan menggunakan rencangan pendekatan asuhan keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi,
evaluasi keperawatan dan discharge planning. Pada penulisan ini untuk
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien Hipertensi.

B. Subjek
Partisipasi atau responden dalam penelitian ini adalah pasien Hipertensi di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

C. Lokasi dan Waktu Studi kasus


1. Tempat penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di RS Muhammadiyah Palembang
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di bulan

D. Fokus Studi Kasus


Aplikasi penerapan Slow Stroke Back Masase untuk menurunkan nyeri
pada pasien Hipertensi

E. Definisi Operasional
Definisi operasional menurut Sugiono (2015) adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai objek kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan untuk menghindari
kesesatan dalam mengumpulkan data.

F. Instrumen Studi Kasus


Proses mengumpulkan data merupakan sebuah prosedur penghampiran
terhadap subjek penelitian dan kemudian dilanjutkan dengan proses
mengumpulkan sejumlah karakteristik subjek yang diperlukan dalam sebuah
pengamatan. Proses ketika mengumpulkan data tergantung pada rencana
pengamatan dan proses instrument yang telah dipersiapkan sebelumnya
(Nursalam, 2017).
Lamanya prosedur mengumpulkan data, penulis hanya terfokuskan
pada penyiapan subject, mengasah daya pengumpulan data, memperhatikan
prinsip-prinsip fondasi dan rehabilitas, serta mampu membereskan
permasalahan yang terjadi agar data dapat tergabung sesuai persiapan yang
sudah ditetapkan sebelumnya (Nursalam, 2017).
G. Metode Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data responden dimulai dengan mencari
responden di RS Muhammadiyah Palembang. Penelitian melakukan hal-hal
yang dilakukan saat penyusunan proposal studi kasus :
a. Pengajuan judul pada kedua dosen pembimbing
b. Membuat dan penyusunan proposal penelitian
c. Membuat surat dari IkesT MP menuju rumah sakit untuk studi pendahuluan
d. Melakukan bimbingan dengan kedua pembimbing

H. Analisia Data dan Penyajian Data


Analisa data dan penyajian data pada studi kasus disajikan secara
tekstual dengan fakta-fakta dijadikan di dalam teks dan bersifat naratif.

I. Etika Studi Kasus


Menurut Nursalam (2016), secara garis umum prinsip dalam penelitian
dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip
menghargai hak-hak subject dan prinsip keadilan.
1. Informoed Consent
Merupakan lembar persetujuan melakukan penelitian untuk menjadi
responde. Peneliti sebelumnya menjelaskan tentang tujuan, manfaat, dan
tata cara pengisian di dalam instrumen lembar persetujuan yang di isi
responden.
2. Tanpa nama (Anonimity)
Tanpa nama adalah memberikan jaminan dalam penggunaan subject
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan inisial nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentially)
Confidentially merupakan pemberian jaminan kerahasiaan hasil penelitian,
tidak dapat di akses oleh orang lain hanya peneliti yang dapat mengakses
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Peneliti tidak
menyebarluaskan identitas responden untuk menjaga kerahasiaan identitas
responden.
4. Keuntungan (Benefit)
Peneliti berusaha untuk memaksimalkan manfaat dari penelitian dan
meminimalkan kerugian yang terjadi bagi semua kalangan. Manfaatnya baik
untuk instansi terkait ataupun untuk responden sendiri. Penelitian harus
meminimalisasi dampak yang merugikan responden. Responden juga
mendapatkan penjelasan tentang manfaat yang didapatkan dari penelitian
jika ikut berpartisipasi.
5. Adil (Justice)
Setiap responden partisipan diberikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat,
prosedur penelitian. Peneliti menghormati dan menghargai partisipan apa
adanya dan tanpa membedakan latar belakang budaya. Peneliti berusaha
menuliskan segala kejadian secara jujur.
5. Veracity
Peneliti memiliki sebuah prinsip kejujuran, tidak manipulasi dimana
penelitian diharapkan memberikan manfaat yang besar bagi responden
dalam setiap tahap pertanyaan dijelaskan pada responden. Penelitian
berusaha memegang teguh prinsip jujur dengan responden.
DAFTAR PUSTAKA
Adelia F. 2017. Gambaran Hipertensi Di RSUP Prof.Dr.R.Kandou Manado.
periode 2014 – juli 2017. jurnal e-climic Vol.5 No.20

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah untuk Mahasiswa (Dion (ed.); cetakan I).

DIVA Press (Anggota IKAPI).


Aulia. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. Kemenkes RI.
http:/p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-jantung-dan-
pembuluh-darah/fakta-dan-angka-hipertensi
Badan Penelitian/ dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan.
Kementrian RI Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2013. Jakarta
www.depkes.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan.
Kementrian RI Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2018. Jakarta
www.depkes.go.id
Bustan, M.N. (2015). Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
Rineka Cipta.
Damayantie, Netha., & Muazir. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku penatalaksanaan Hipertensi oleh penderita di Wilayah Kerja
Puskesmas Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2018. Jurnal
Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 3, Desember 2018.
Elvira, Mariza & Novi Anggraini. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungnan
Dengna Kejadian Hipertensi. Jurnal Akademika Baiturrahim, Vol.8,
No.1. (2019).
Hariyanto, A., & Sulistyowati, R. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
1: Dengan Diagnosis NANDA International. In R. KR (Ed.), Medical
Book (cetakan II, pp. 37–43). Ar-Ruzz Media.

Kementrian Kesehatan RI, 2019. Hipertensi membunuh diam-diam, ketahui


tekanan darah anda. Jakarta www.depkes.go.id Januari 10, 2021.
Nugroho, Kristiawan, P.A. (2019). Faktor Risiko Penyebab Kejadian Hipertensi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidoarjo Lor Kota Salatiga. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada. (2019).
Nurmalasari, Yesi dkk. (2021). Penyuluhan Hipertensi Pada Pasien Puskesmas
Kebon Jahe Kota Bandar Lampung. Jurnal Kerativiats Pengabdian
Kepada Masyarakat (PKM). Volume 4 Nomor 3 Tahun 2021.

Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan dalam Praktik Keperawatan. Ed 5


Jakarta : Salemba Medika.
Rianti, Afriza & Sukron. (2019). Pola Pencegahan Priner Stroke Oleh Pasien
Hipertensi Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang: Studi
Deskriptif.Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2). (2019).

Anda mungkin juga menyukai