0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan5 halaman
Dokumen ini membahas tentang kecanduan smartphone pada remaja dan pengaruhnya terhadap kualitas tidur. Remaja mengalami pertumbuhan pesat secara fisik dan psikologis sehingga membutuhkan tidur yang cukup. Namun, penggunaan berlebihan smartphone dapat mengganggu pola tidur dan menurunkan kualitas tidurnya. Dokumen ini mencoba menelusuri hubungan antara kecanduan smartphone dengan kualitas tidur pada remaja.
Dokumen ini membahas tentang kecanduan smartphone pada remaja dan pengaruhnya terhadap kualitas tidur. Remaja mengalami pertumbuhan pesat secara fisik dan psikologis sehingga membutuhkan tidur yang cukup. Namun, penggunaan berlebihan smartphone dapat mengganggu pola tidur dan menurunkan kualitas tidurnya. Dokumen ini mencoba menelusuri hubungan antara kecanduan smartphone dengan kualitas tidur pada remaja.
Dokumen ini membahas tentang kecanduan smartphone pada remaja dan pengaruhnya terhadap kualitas tidur. Remaja mengalami pertumbuhan pesat secara fisik dan psikologis sehingga membutuhkan tidur yang cukup. Namun, penggunaan berlebihan smartphone dapat mengganggu pola tidur dan menurunkan kualitas tidurnya. Dokumen ini mencoba menelusuri hubungan antara kecanduan smartphone dengan kualitas tidur pada remaja.
MODUL 2 RUMUSAN MASALAH Dosen : R.Siti Jundiah M.
Kep
1. Temuan Hasil Studi Pendahuluan di Lapangan (FENOMENA)
Remaja kecanduan smartphone yang mempengaruhi kualitas tidur. 2. Latar Belakang Masalah Penelitian : Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus Penduduk 2019 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014). Hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2015 menunjukkan bahwa penduduk usia 15-24 tahun mencapai 42.061,2 juta atau sebesar 16,5 persen dari total penduduk Indonesia. Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Di masa remaja ini, peneliti menemukan bahwa masa remaja merupakan masa kritis untuk mengembangkan perilaku yang relevan terhadap kesehatan. Banyak perilaku yang berkaitan dengan buruknya kebiasaan dan kematian dini di masa dewasa dimulai ketika remaja (Santrock, 2012). Salah satu masalah kesehatan remaja saat ini adalah kurangnya kebutuhan tidur. Tidur pada remaja memiliki pola yang berbeda dibandingkan usia lainnya, ini disebabkan di akhir masa pubertas mengalami sejumlah perubahan yang seringkali mengurangi waktu tidur. Remaja lebih sering tidur waktu malam dan bangun lebih cepat karena tuntutan sekolah, sehingga remaja seringkali mengantuk berlebihan pada siang hari (Potter & Perry, 2005). Disamping itu pengguna smartphone terbanyak adalah pada kalangan remaja, karena hal tersebut penggunaan yang berlebihan memiliki risiko lebih tinggi memiliki gangguan tidur dan mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Penggunaan smartphone pada jam tidur dapat mempengaruhi kualitas tidur menjadi buruk, efisiensi tidur menurun dan mulainya onset untuk tidur menjadi lebih lama. Smartphone dapat menjadi pembentuk kebiasaan, berupa kebiasaan pengecekan, pemeriksaan berulang dan kecepatan mengakses berbagai konten menggunakan smartphone dapat mempengaruhi peningkatan penggunaan smartphone. Beberapa dekade terakhir, penelitian epidemiologi mengungkapkan bahwa jumlah anak remaja yang mengalami gangguan tidur semakin meningkat. Penelitian Ohida (2004) menyatakan bahwa prevalensi gangguan tidur siswa SLTP dan SMU bervariasi mulai dari 15,3% hingga 39,2%, bergantung pada jenis gangguan tidur yang dialami. Penelitian yang dilakukan oleh Adelina Haryono (2009) terhadap 140 pelajar di Jakarta mendapatkan prevalensi gangguan tidur sebesar 62,9%, dengan gangguan transisi bangun- tidur sebagai jenis gangguan yang paling sering ditemui (58%). Studi King's College mengklasifikasikan "penggunaan pada waktu tidur" sebagai penggunaan alat elektronik selama 90 menit sebelum tidur. Studi-studi sebelumnya membuktikan bahwa pola tidur yang buruk dapat mengarah pada obesitas, diabetes dan depresi. Studi King's College mengklasifikasikan "penggunaan pada waktu tidur" sebagai penggunaan alat selama 90 menit sebelum tidur. Karakteristik komunikasi modern melalui media sosial membuat anak-anak merasa mereka harus selalu waspada. Hasil survei Kominfo pada tahun 2017 menunjukkan bahwa lebih dari setengah masyarakat Indonesia sudah memiliki telepon pintar atau smartphone. 65,34% pengguna smartphone berusia 9-19 tahun, dengan frekuensi pemakaian dalam satu hari 70,98%. Kepemilikan smartphone berdasarkan pendidikan sebanyak SMP 59,89% dan SMA 79,56%. Selain dengan informasi yang didapatkan dari situs kominfo, situs we are social merilis laporan penggunaan smartphone dan internet pada tahun 2020. Dalam laporan ini diketahui bahwa saat ini masyarakat Indonesia yang menggunakan ponsel sebanyak 5,19 billion, ditemukan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan 2019, pengguna ponsel hanya sebanyak 355.5. million Are Social menemukan ada peningkatan 10 juta orang Indonesia yang aktif di medsos. Perkembangan zaman berpengaruh pada kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi. Salah satunya pada penggunaan smartphone yang semakin meningkat selama dekade terakhir ini. Smartphone pada umumnya memiliki layar sentuh, dan penggunanya dimanjakan dengan berbagai layanan seperti akses Internet seluler melalui Wi-Fi atau jaringan seluler, kemampuan untuk mengunduh aplikasi pada smartphone, dan fungsi lain seperti pemutar media, kamera digital, dan navigasi berbasis GPS2. Penggunaan smartphone telah lama dikhawatirkan akan berpotensi membahayakan dan dapat mengganggu tingkah laku, aspek yang paling mengkhawatirkan adalah kecanduan. Efeknya dapat mengakibatkan masalah sosial, psikologis, dan masalah kesehatan. Remaja bagaikan digital pribumi mulai dari membagikan pemikiran dalam ruang online, mencoba mengikuti mode, hingga mencari hubungan emosional dan dukungan. Karakteristik ini, termasuk pencarian baru pada remaja, dikombinasikan dengan kontrol yang belum matang, sehingga remaja ditempatkan pada risiko tinggi kecanduan smartphone. Dua studi baru-baru ini berkesimpulan bahwa paparan panjang terhadap cahaya dari layar alat-alat elektronik yang dapat dibawa mempengaruhi kualitas tidur pada anak-anak dan orang dewasa. Sekarang, para peneliti dari University of California dan King’s College London mengatakan alat-alat tersebut bila dipakai dekat dengan waktu tidur dapat mengganggu pola tidur. Terganggunya pola tidur dapat disebabkan oleh kecanduan smartphone. (Kwon, dkk., 2013) mengemukakan bahwa kecanduan smartphone merupakan suatu bentuk keterikatan atau kecanduan terhadap smartphone yang memungkinkan terjadinya masalah sosial seperti halnya menarik diri dan kesulitan dalam performa aktivitas sehari-hari atau sebagai gangguan kontrol impuls terhadap diri seseorang. Kecanduan smartphone dapat dikategorisasikan sebagai permasalahan perilaku. Salah satu contoh yang nampak adalah dari segi penggunaan smartphone dalam hal yang melanggar hukum atau peraturan, proses sosialisasi yang tidak tepat atau bahkan penggunaan smartphone dalam keadaan yang penuh resiko dan berbahaya, seperti contoh ketika penggunaan smartphone pada saat mengendarai kendaraan. Smart (2010) mengungkapkan bahwa seseorang yang dikatakan kecanduan jika menghabiskan waktu lebih dari 14 jam perminggu untuk menggunakan smartphone. Sehingga individu yang mengalami kecanduan smartphone dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain smartphone. Kecanduan smartphone tersebut dapat mempengaruhi waktu tidur yang seharusnya dimana remaja membutuhkan waktu tidur selama 8-10 jam waktu tidur setiap malam untuk mencegah keletihan yang tidak perlu dan kerentanan terhadap infeksi. Sementara fungsi tidur itu sendiri berpengaruh pada fisiologis sistem saraf dan sturktur tubuh lain tidur sedemikian rupa memulihkan tingkat aktivitas normal dan keseimbangan normal di antara bagian saraf. Tidur juga penting untuk sintesis protein, yang memunkinkan terjadinya proses perbaikan. (Koizer,2010). Peran tidur dalam kesejahteraan psikologis paling terlihat dengan memburuknya fungsi mental akibat tidak tidur. Individu dengan jumlah tidur yang tidak cukup cenderung menjadi mudah marah secara emosional, memiliki konsentrasi, dan mengalami kesulitan dalam membuat keputusan. Untuk mengasi kecanduan smartphone yang berpengaruh pada kualitas tidur adalah mengurangi intensitas penggunaan smartphone. Karena, semakin tinggi kuantitas kecanduan smartphone maka semakin rendah kualitas tidur individu. Sebaliknya, semakin rendah kuantitas kecanduan smartphone maka akan semakin tinggi kualitas tidur individu. Para ilmuwan mengatakan hanya pendekatan terkoordinasi dari orangtua, guru dan petugas kesehatan yang berpeluang menurunkan penggunaan alat-alat elektronik pda waktu tidur. Kualitas tidur yang baik berkaitan dengan kesejahteraan fisik, kognitif dan psikologis yang lebih baik. Memori episodik secara bertahap diasimilasi ke dalam memori jangka panjang dan proses ini sangat dipengaruhi oleh tidur dan memori yang ada secara spontan diaktifkan kembali dan diperkuat di otak selama waktu istirahat. Oleh karena itu pada siswa sekolah, masalah tidur dan kurang tidur menyebabkan kinerja dan akademis yang buruk serta rasa kantuk siang hari yang berlebihan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara penggunaan smartphone dengan kualitas tidur pada remaja siswa sekolah.
3. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN :
1) Apa itu remaja?
2) Apa itu kualitas tidur?
3) Apa itu kecanduan smartphone?
4) Apa akibat yang ditimbulkan dari kecanduan smartphone?
5) Apakah kecanduan smartphone mempengaruhi kualitas tidur pada remaja?
6) Apakah ada hubungan antara kecanduan smartphone dengan kualitas