Anda di halaman 1dari 8

ACARA V

BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM WADAH PLASTIK

A. TUJUAN
1. Mempraktekkan budidaya bawang merah dalam wadah plastik
2. Memanfaatkan lahan terbatas untuk budidaya bawang merah.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Bawang Merah (Allium cepa var ascalonicum (L) Back) merupakan
sejenis tanaman yang menjadi bumbu berbagai masakan di dunia. Berasal
dari Iran, Pakistan, dan pegunungan-pegunungan di sebelah utaranya,
kemudian dibudidayakan di daerah dingin, sub-tropis maupun tropis. Menurut
Tjitrosoepomoo (2010), tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledone
Ordo : Liliaceae`
Famili : Liliales
Genus : Allium
Spesies : Allium ascalonicum L.
Secara morfologi, akar terdiri atas akar, batang, daun, dan umbi. Akar
merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai alat untuk menyerap
air dan garam mineral dari dalam tanah. Sedangkan secara anatomi (struktur
dalam) akar tersusun atas epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat.
Batang pada bawang merah merupakan batang semu yang terbentuk dari
kelompok-kelompok daun yang saling membungkus. Kelopak-kelopak daun
sebelah luar selau melingkar dan menutupi daun yang ada didalamnya.
Beberapa helai kelopak daun terluar mengering tetapi cukup liat. Kelopak
daun yang cukup menipis dan kering ini membungkus lapisan kelopak daun
yang ada didalamnya yang membengkak. Bagian yang membengkak pada
bawang merah berisi cadangan makanan untuk persediaan makanan bagi tunas
yang akan menjadi tanaman baru sejak mulai bertunas sampai keluar akarnya.
Secara morfologi, pada umumnya daun memiliki bagian-bagian helaian daun
(lamina), dan tangkai daun (petiolus). Daun pada bawang merah (Allium cepa
var. Ascalonicum) hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk bukat kecil,
memanjang dan lubang seperti pipa. Pada bawang merah, ada juga daun yang
membentuk setengah lingkara pada penampang melintang daun, warna daun
hijau muda. Bagian pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang
pokok yang tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram tumbuh
akar-akar serabut. Di bagian atas cakram terdapat mata tunas yang dapat
tumbuh menjadi tanaman baru.
Syarat tumbuh bawang merah tergantung pada iklim dan tanahnya.
Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering.
Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang
tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya
matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-32°C, dan
kelembaban nisbi 50-70% (Sutarya dan Grubben 1995, Nazarudin 1999).
Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang
sampai liat, drainase/aerasi baik, mengandung bahan organik yang cukup, dan
reaksi tanah tidak masam (pH tanah : 5,6 – 6,5). Tanah yang paling cocok
untuk tanaman bawang merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan
tanah Glei-Humus atau Latosol (Sutarya dan Grubben 1995). Tanah yang
cukup lembab dan air tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah
(Rismunandar 1986).
Bawang merah dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu bahan tanam
berupa biji botani dan umbi bibit. Pada skala penelitian, perbanyakan bawang
merah dengan biji mempunyai prospek cerah karena memiliki beberapa
keuntungan (kelebihan), yaitu keperluan benih relatif sedikit ±3 kg/ha, mudah
didistribusikan dan biaya transportasi relatif rendah, daya hasil tinggi serta
sedikit mengandung wabah penyakit. Hanya saja perbanyakan dengan biji
memerlukan penanganan dalam hal pembibitan di persemaian selama ± 1
bulan setelah itu bisa dibudidayakan dengan cara biasa (Rukmana, 1994).
Penanaman bawang merah menggunakan umbi vegetatif menunjukkan
pertumbuhan tunas dan anakan lebih cepat karena dapat mendorong tunas
samping akibat pemotongan umbi. Waktu panen lebih cepat karena tidak perlu
disemai. Namun, biaya umbi lebih mahal sebesar 40% dari hasil dengan
kebutuhan bibit yang banyak (1-1,2 ton/ha). Selain itu juga diperlukan gudang
penyimpanan, transportasi khusus, adanya HPT bawaan dan penurunan hasil
dari generasi ke generasi (Suswandi, 2012).
Pemotongan umbi berpengaruh terhadap tinggi tanaman dimana
pemotongan 1/3 bagian umbi memberikan hasil terbaik terhadap tinggi
tanaman dibandingkan tanpa pemotongan umbi dan pemotongan ½ bagian
umbi. Pemotongan umbi 1/3 bagian umbi mampu mempercepat pertumbuhan
tanaman tanpa mengganggu mata tunas, sehingga membuat tanaman tumbuh
merata dan dapat meningkatkan hasil tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat
Wibowo (2005) yang menyatakan bahwa pemotongan umbi bibit bawang
merah bertujuan untuk membuat umbi bibit lebih cepat tumbuh, pertumbuhan
bibit merata,dan berpengaruh terhadap banyaknya anakan dan jumlah daun,
sehingga hasil meningkat. Selain itu pada pemotongan 1/3 bagian umbi
memiliki persediaan cadangan makanan untuk pertumbuhan tunas paling
banyak pada perlakuan ini. Cadangan makanan tersebut berupa karbohidrat
yang digunakan untuk menghasilkan pertumbuhan tunas.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Jerigen/cup plastik
b. Cethok
c. Ember
d. Paku/pelubang
2. Bahan
a. Bibit bawang merah (umbi)
b. Tanah
c. Pupuk kandang
d. Arang sekam/cocopit
D. CARA KERJA
1. Mencampurkan tanah, pupuk kandang, dan arang sekam dengan
perbandingan 1:1:1.
2. Menyiapkan 5 buah cup plastik yang akan digunakan atau 1 buah jerigen.
3. Memberi lubang di bagian bawah cup atau jerigen menggunakan paku atau
pelubang agar air tidak menggenang.
4. Mengisi cup atau jerigen dengan campuran media tanam yang sudah
dibuat.
5. Menanam bibit bawang merah ke media tanam sedalam 3 cm, setiap cup
diisi satu bibit bawang merah, untuk jerigen dapat ditanam 5 bibit
sekaligus dalam satu wadah.
6. Melakukan penyiraman setiap pagi dan sore hari.

E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1 Hasil Pertumbuhan Bawang Merah dalam Wadah Plastik
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4
Sampel
TT JD JA TT JD JA TT JD JA TT JD JA
1 13 3 2 18,5 10 3 18,5 9 3 17 6 4
2 9,5 2 2 14,5 7 2 21,5 6 3 0 0 0
3 4 2 1 11 8 3 14 7 3 0 0 0
4 8 4 1 15 6 2 18 7 3 0 0 0
5 4 1 1 8 4 2 11,5 6 2 0 0 0
Rata-rata 7.7 2.4 1.4 13.4 7 2.4 16.7 7 2.8 3.5 1.2 0.8
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2021.
Keterangan :
JD = Jumlah daun
TT = Tinggi tanaman
JA = Jumlah anakan
F. PEMBAHASAN
Secara morfologi, akar terdiri atas akar, batang, daun, dan umbi. Pada
praktikum ini, bawang merah dipotong sepertiga bagiannya untuk ditanam.
Pemotongan umbi berpengaruh terhadap tinggi tanaman dimana pemotongan
1/3 bagian umbi memberikan hasil terbaik terhadap tinggi tanaman
dibandingkan tanpa pemotongan umbi dan pemotongan ½ bagian umbi.
Pemotongan umbi 1/3 bagian umbi mampu mempercepat pertumbuhan
tanaman tanpa mengganggu mata tunas sehingga membuat tanaman tumbuh
merata dan dapat meningkatkan hasil tanaman meningkat. Selain itu pada
pemotongan 1/3 bagian umbi memiliki persediaan cadangan makanan untuk
pertumbuhan tunas paling banyak pada perlakuan ini.
Selama ini budidaya bawang merah dilakukan dalam skala luas di lahan
pertanian yang cukup luas. Budidaya tanaman ini tidak harus di lahan yang
luas, tapi bagi masyarakat yang hanya memiliki lahan terbatas, terutama lahan
pekarangan alternatifnya adalah budidaya bawang merah dengan sistem
polybag. Dengan sistem ini, tiap keluarga bisa budidaya dari satu polybag
hingga ratusan polybag tergantung pada kemampuan yang dimiliki. Budidaya
bawang merah sistem polybag sangatlah cocok dikembangkan dan digerakkan
kalangan ibu rumah tangga yang tergabung dalam anggota kelompok wanita
tani.
Dalam penanaman bawang merah, dilakukan dengan beberapa tahapan
cara kerja. Pertama, mencampurkan tanah, pupuk kandang, dan arang sekam
dengan perbandingan 1:1:1. Kedua, menyiapkan 5 buah cup plastik yang akan
digunakan atau 1 buah jerigen. Ketiga, memberi lubang di bagian bawah cup
atau jerigen menggunakan paku atau pelubang agar air tidak menggenang.
Keempat, mengisi cup atau jerigen dengan campuran media tanam yang sudah
dibuat. Kelima, menanam bibit bawang merah ke media tanam sedalam 3 cm,
setiap cup diisi satu bibit bawang merah, untuk jerigen dapat ditanam 5 bibit
sekaligus dalam satu wadah. Terakhir, melakukan penyiraman setiap pagi dan
sore hari.
Dari table hasil pengamatan, pada minggu pertama, rerata tinggi tanaman
adalah 7, 7 cm. rerata jumlah daun 2,4 dan rerata jumlah anakan adalah 1,4.
Pada minggu kedua, rerata tinggi tanaman adalah 13.4 cm. rerata jumlah daun
7, dan rerata jumlah anakan adalah 2, 4. Pada minggu ketiga, rerata tinggi
tanaman adalah 16, 7 cm. rerata jumlah daun 7 dan rerata jumlah anakan
adalah 2, 8. Pada minggu keempat, rerata tinggi tanaman adalah 3, 5 cm.
rerata jumlah daun 1,2 dan rerata jumlah anakan adalah 0,8.
Pada minggu pertama hingga minggu ketiga, terjadi pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman bawang merah yang dapat diamati dari tinggi
tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakannya. Namun, pada minggu keempat,
sampel 2, 3, 4, dan 5 tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan
dengan daun yang semakin lama semakin menguning, tanaman semakin layu
dan mati. Sehingga terjadi penurunan rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun,
dan jumlah anakan pada minggu keempat. Hal ini kemungkinan besar terjadi
karena kondisi tanah yang kurang baik, keadaan tanah yang kurang baik.
Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang
sampai liat, drainase/aerasi baik, mengandung bahan organik yang cukup, dan
reaksi tanah tidak masam. Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang
merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau
Latosol. Tanah yang cukup lembab dan air tidak menggenang disukai oleh
tanaman bawang merah.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Membudidayakan bawang merah dapat dilakukan dalam wadah plastik
2. Budidaya bawang merah dapat dilakukan dalam lahan terbatas
DAFTAR PUSTAKA
Hapsary, Ayu Shanty. 2017. Potensi Sari Umbi Bawang Merah (Allium Cepa L.)
Untuk Menghambat Pertumbuhan Mikroorganisme Dan Histamin Pada
Ikan Kembung (Rastrelliger Neglectus). Skripsi, Fakultas Teknobiologi.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Nurhidayah, dkk. 2016. Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah
(Alliumascalonicum l) pada berbagai Perlakuan Berat Umbi dan
Pemotongan Umbi. Laporan Penelitian. Makassar: Universitas Hasanuddin
Makassar
Pujiati., Primiani, Novi., dan Marheny. 2017. Budidaya Bawang Merah pada
lahan sempit. Madiun: Program Studi Pendidikan Biologi
Saidah., dkk.2019. Pertumbuhan dan Hasil Panen Dua Varietas Tanaman
Bawang Merah Asal Biji di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Prosiding
Seminar Nasional masyarakat Biodiversitas Indonesia. 213-216. Sulawesi
Tengah, 2 Juni 2009: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Tengah.
Sumarni, Nani., Hidayat, Achmad. 2005. Budidaya Bawang Merah. Bandung:
Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Susanti, Hera. 2017. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Terhadap
Produksi Usahatani Bawang Merah Di Kecamatan Wanasari Kabupaten
Brebes. Skripsi, Fakultas Peternakan dan Pertanian. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Turang, Arnold, dkk. 2017. Apa Nama Umum Bawang Merah?.
https://sulut.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-teknologi/pangan/106-
infoteknologi4/790-apa-nama-umum-bawang-merah (diakses pada 25
Oktober 2021)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai