Anda di halaman 1dari 12

PERILAKU ORGANISASI

ASHAR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


Email : asharashar2288@gmail.com
Abstrak. Etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola perilaku seseorang
atau badan/lembaga/organisasi sebagai suatu kelaziman yang dapat diterima
umum dalam interaksi dengan lingkungannya.etika dalam organisasi tidak
mungkin lagi dapat dibesar-besarkan. Organisasi tidak mungkin berfungsi secara
bertanggung jawab tanpa memiliki etika ketika menjalankan urusan kesehariannya
setiap organisasi,baik publik maupun swasta,Etika berkaitan dengan baik dan
buruk, benar dan salah, betul dan tidak, bohong dan jujur. Dalam berinteraksi
dengan lingkungannya orang-orang dapat menunjukkan perilaku yang dinilai baik
atau buruk, benar atau salah ketika melakukan suatu tindakan. Hal tersebut sangat
bergantung kepada nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan di mana orang-
orang berfungsi. Tidak jarang terdapat penilaian yang berbeda terhadap suatu
perilaku dalam lingkungan yang berbeda.
Etika menggambarkan suatu kode perilaku yang berkaitan dengan nilai tentang
mana yang benar dan mana yang salah yang berlaku secara obyektif dalam
masyarakat. Dengan demikian, etika dapat diartikan sebagai perilaku individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.sedangkan diartikan sebagai dorongan
dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang
berkaitan dengan etika. Moralitas dilandasi oleh nilai-nilai tertentu yang diyakini
oleh seseorang atau organisasi tertentu sebagai sesuatu yang baik atau buruk,
sehingga bisa membedakan mana yang patut dilakukan dan mana yang tidak
sepatutnya dilakukan. Di sisi lain, konsepsi moralitas dimaksudkan untuk
menentukan sampai seberapa jauh seseorang memiliki dorongan untuk melakukan
tindakan sesuai dengan prinsip-prinsip etika moral. Pada dasarnya dalam diri
setiap orang ada dorongan untuk mencari kebenaran.
A. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemikiran


Pentingnya peranan etika dalam organisasi tidak mungkin lagi dapat dibesar-
besarkan. Organisasi tidak mungkin berfungsi secara bertanggung jawab tanpa
memiliki etika ketika menjalankan urusan kesehariannya. Setiap organisasi, baik
publik maupun swasta, seyogianya memiliki dan menerapkan suatu tatanan
perilaku yang dihormati setiap anggotanya dalam mengelola kegiatan organisasi.
Tatanan ini dimaksudkan sebagai pedoman dan acuan utama bagi anggota
organisasi dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Tatanan ini digunakan untuk
memperjelas misi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip organisasi, serta mengaitkannya
dengan standar perilaku profesional.
Etika memainkan peranan penting dalam kehidupan organisasi, baik publik
maupun swasta. Etika organisasi biasanya tumbuh dan berkembang sejalan
dengan perkembangan organisasi. Kode etik organisasi yang dipikirkan dengan
seksama dan efektif berfungsi sebagai pedoman dalam pengambilan setiap
keputusan organisasi yang etis dengan menyeimbangkan semua kepentingan yang
beragam.biasanya etika organisasi dibuat dalam bentuk tata tertib berperilaku atau
kode etik tertulis dan dimuat dalam manual kepegawaian atau dipajang pada
dinding yang dapat dilihat dengan jelas. Namun, sekadar mencetak dan
memajangkannya supaya dilihat semua orang tidaklah cukup. Kode etik atau
norma berperilaku haruslah menjadi pedoman dalam praktik aktual setiap kegiatan
keseharian organisasi serta didorong penerapannya secara konsisten oleh
pimpinan organisasi. Pimpinan harus menunjukkan perilaku yang dapat
diteladani. Tidak ada toleransi atas perilaku yang tidak etis dalam organisasi.
pimpinan senior perlu menjunjung tinggi standar perilaku yang tinggi sebelum
mereka menuntut hal yang sama kepada bawahan. Pimpinan yang tidak
mentoleransi perilaku yang tidak etis di kalangan rekan sejawat dan secara aktif
berusaha menjadi model bagi standar kejujuran, keterbukaan, dan keandalan
adalah mereka yang menunjukkan komitmen yang tinggi bagi perilaku yang etis.
Itu sebabnya, sangat besar manfaatnya bagi setiap organisasi mengumum- kan
kode etiknya secara terbuka sehingga dapat diketahui oleh setiap orang. Dalam hal
ini pertama-tama akan membahas pengertian etika dan moralitas. Pemahaman
yang baik mengenai hal ini mengantarkan kita untuk lebih memahami prinsip-
prinsip etika. Selanjutnya dibahas proses pembentukan etika dalam organisasi.
Anda sangat diharapkan memahami benar uraian dalam materi ini sebelum
beranjak ke bahasan dalam materi berikutnya.

B. Permasalahan
Dalam penulisan makalah ini, lebih menitik beratkan pada etika dan moralitas
sebagai suatu sistem nilai dalam diri seseorang atau organisasi. Moralitas merujuk
kepada nilai-nilai yang diyakini dan menjadi semangat dalam diri seseorang atau
suatu organisasi untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sedangkan etika
merupakan nilai-nilai perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang atau organisasi
ketika berinteraksi dengan lingkungannya.dengan tujuan untuk menentukan
sampai seberapa jauh seseorang memiliki dorongan untuk melakukan tindakan
sesuai dengan prinsip-prinsip etika moral.
B. PEMBAHASAN
A.HAKIKAT ETIKA DAN MORALITAS
1. Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak atau
kebiasaan. Dalam bahasa sehari-hari kita sering menyebutnya dengan etiket yang
berarti cara bergaul atau berperilaku yang baik yang sering juga disebut sebagai
sopan santun. Istilah etika banyak dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-
norma yang mengatur dan mengukur perilaku profesional seseorang. Kita
mengenal saat ini banyak dikembangkan etika yang berkaitan dengan profesi yang
disebut sebagai etika profesi seperti etika kedokteran, etika hukum, etika
jurnalistik, etika guru, dan sebagainya.
Etika berkaitan dengan baik dan buruk, benar dan salah, betul dan tidak,
bohong dan jujur. Dalam berinteraksi dengan lingkungannya orang-orang dapat
menunjukkan perilaku yang dinilai baik atau buruk, benar atau salah ketika
melakukan suatu tindakan. Hal tersebut sangat bergantung kepada nilai-nilai yang
berlaku dalam lingkungan di mana orang-orang berfungsi. Tidak jarang terdapat
penilaian yang berbeda terhadap suatu perilaku dalam lingkungan yang berbeda.
Etika menggambarkan suatu kode perilaku yang berkaitan dengan nilai tentang
mana yang benar dan mana yang salah yang berlaku secara obyektif dalam
masyarakat. Dengan demikian, etika dapat diartikan sebagai perilaku individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Secara lengkap etika diartikan sebagai
nilai-nilai normatif atau pola perilaku seseorang atau badan/lembaga/organisasi
sebagai suatu kelaziman yang dapat diterima umum dalam interaksi dengan
lingkungannya.
2. Moral
Moral adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin yaitumos yang berarti cara
hidup atau kebiasaan. Moral dalam bahasa Inggris dapat diartikan sebagai
dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
yang berkaitan dengan etika. Moralitas dilandasi oleh nilai tertentu yang diyakini
oleh seseorang atau organisasi tertentu sebagai sesuatu yang baik atau buruk,
sehingga bisa membedakan mana yang patut dilakukan dan mana yang tidak.
Di sisi lain, konsepsi moralitas dimaksudkan untuk menentukan sampai
seberapa jauh seseorang memiliki dorongan untuk melakukan tindakan sesuai
dengan prinsip-prinsip etika moral. Pada dasarnya dalam diri setiap orang ada
dorongan untuk mencari kebenaran. Perbedaannya adalah pada pada kadar kuat
tidaknya dorongan tersebut.
Dari uraian di atas dapat dibedakan antara etika dan moralitas sebagai suatu
sistem nilai dalam diri seseorang atau organisasi. Moralitas merujuk kepada nilai-
nilai yang diyakini dan menjadi semangat dalam diri seseorang atau suatu
organisasi untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sedangkan etika
merupakan nilai-nilai perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang atau organisasi
ketika berinteraksi dengan lingkungannya.

B. NILAI-NILAI, MORAL, DAN BUDAYA ORGANISASI


Perilaku seseorang sebagaimana diketahui merupakan cerminan dari nilai-nilai
yang dianut oleh orang tersebut. Nilai-nilai yang diyakini oleh individu
tersebutlah yang mendasarinya untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
tindakan/perilaku. Nilai-nilai itu pula yang menyebabkan seseorang terdorong
atau memiliki semangat untuk melakukan hal yang baik atau buruk, salah atau
benar. Seseorang akan melakukan suatu tindakan apabila dia yakin bahwa
tindakannya benar dan tidak akan melakukan suatu tindakan apabila diyakininya
bahwa tindakan itu salah, baik menurut nilai-nilai yang dianutnya atau nilai- nilai
yang berlaku dalam lingkungannya. Nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-
hari diacu juga sebagai moral atau moralitas.
Dalam organisasi, peran individu sangat penting, karena organisasi terbentuk
dengan adanya sekelompok orang yang saling berinteraksi dalam mewujudkan
tujuan tertentu. Organisasi dapat dipandang sebagai koordinasi rasional kegiatan
sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian
pekerjaan dan fungsi berdasarkan hierarki otoritas dan tanggung jawab. Dengan
demikian, organisasi dapat dipandang sebagai entitas sosial yang terkoordinasi
dengan batas-batas yang relatif dapat diidentifikasi dan relatif berfungsi secara
kontinyu untuk mencapai tujuan bersama.
Dari beberapa pengertian tentang organsasi dapat diketahui bahwa dalam
organisasi terdapat interaksi atau hubungan antarindividu dan/atau antarkelompok
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama. Interaksi antarorang
atau antarkelompok yang memiliki nilai serta latar belakang yang berbeda-beda
akan saling memengaruhi satu sama lain sehingga membentuk suatu nilai baru
yang akan melandasi perilaku individu untuk bersama-sama mencapai tujuan
organisasi. Dengan demikian, etika organisasi dapat pula diartikan sebagai pola
sikap dan perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan kelompok dalam
organisasi, yang pada akhirnya akan membentuk budaya organisasi yang sejalan
dengan visi, misi, dan tujuan organisasi.

C. PRINSIP ETIKA
Dalam peradaban sejarah manusia sejak abad keempat sebelum Masehi para
pemikir telah mencoba menjabarkan berbagai corak landasan etika sebagai
pedoman hidup bermasyarakat. Para pemikir itu telah mengidentifikasi sedikitnya
terdapat ratusan macam ide agung (great ideas). Seluruh gagasan atau ide agung
tersebut dapat diringkas menjadi enam prinsip yang merupakan landasan penting
etika, yaitu keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran.
1. Prinsip Keindahan
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang
terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai
keindahan dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya.
Misalnya dalam berpakaian, penataan ruang, dan sebagainya sehingga
membuatnya lebih bersemangat untuk bekerja.
2. Prinsip Persamaan
Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama,
sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan
perempuan, persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya.
Prinsip ini melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.
3. Prinsip Kebaikan
Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan
nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu
orang lain, dan sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik,
karena dengan berbuat baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya.
Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi masyarakat.
4. Prinsip Keadilan
Pengertian keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan
kepada setiap orang apa yang semestinya mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip
ini mendasari seseorang untuk bertindak adil dan proporsional serta tidak
mengambil sesuatu yang menjadi hak orang lain.
5. Prinsip Kebebasan
Kebebasan dapat diartikan sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau
tidak bertindak sesuai dengan pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan
hak asasi manusia, setiap manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan kehendaknya sendiri sepanjang tidak merugikan atau mengganggu
hak-hak orang lain. Oleh karena itu, setiap kebebasan harus diikuti dengan
tanggung jawab sehingga manusia tidak melakukan tindakan yang semena-mena
kepada orang lain. Untuk itu kebebasan individu disini diartikan sebagai:
 kemampuan untuk berbuat sesuatu atau menentukan pilihan
 kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melaksana-kan
pilihannya tersebut
 kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
6. Prinsip Kebenaran
Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil
pemikiran yang logis/rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan
agar kebenaran itu dapat diyakini oleh individu dan masyarakat. Tidak setiap
kebenaran dapat diterima sebagai suatu kebenaran apabila belum dapat
dibuktikan.
Semua prinsip yang telah diuraikan itu merupakan prasyarat dasar dalam
pengembangan nilai-nilai etika atau kode etik dalam hubungan antarindividu,
individu dengan masyarakat, dengan pemerintah, dan sebagainya. Etika yang
disusun sebagai aturan hukum yang akan mengatur kehidupan manusia,
masyarakat, organisasi, instansi pemerintah, dan pegawai harus benar-benar dapat
menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan
kebenaran bagi setiap orang.
7. Prinsip Manajemen Keilmuan
Prinsip lain yang juga cukup berpengaruh dalam pengembangan pola perilaku
dalam organisasi adalah prinsip organisasi yang diacu sebagai manajemen
keilmuan. Prinsip ini berkenaan dengan gerakan perubahan sikap/perilaku dari
dua pihak yang terlibat langsung dalam organisasi yaitu pegawai (buruh) dan
pemilik (majikan). Prinsip- prinsip yang terkandung dalam manajemen keilmuan
antara lain sebagai berikut.
• Dalam melaksanakan pekerjaan digunakan pedoman kerja atau aturan kerja yang
disusun berdasarkan hasil penelitian. Sifat dan karakteristik setiap jenis pekerjaan
harus diteliti sehingga diperoleh pedoman khusus bagi setiap jenis pekerjaan
sebagai pedoman pelaksanaan tugas.
• Para pegawai harus dipilah secara keilmuan yang didasarkan atas penelitian
terhadap bakat dan keahlian yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilakukan. Sementara itu, pegawai yang sudah ada perlu dididik dan dilatih
sehingga memiliki tingkat kemampuan dan keterampilan yang tinggi. Organisasi
dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi jika para pegawai melaksanakan
tugas dengan memanfaatkan keahliannya secara maksimal.
• Pembinaan hubungan kerja sama yang baik antara pimpinan dan pegawai.
• Adanya tanggung jawab bersama antara pimpinan dan pegawai dalam
pelaksanaan tugas.
• Kinerja pegawai dihargai sesuai dengan tingkat produktivitas yang ditunjukkan
Beberapa pendapat tersebut di atas mengatur tentang perilaku dalam organisasi
yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, pada dasarnya
semua teori tersebut pada hakikatnya mengatur bagaimana hubungan antaranggota
dalam organisasi (bawahan dengan pimpinan, bawahan dengan bawahan,
pimpinan dengan pimpinan) serta organisasi dengan lingkungannya. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa dimensi perilaku individu dalam organisasi
atau etika organisasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
• Hubungan anggota dengan organisasi.
• Hubungan anggota organisasi dengan sesama anggota lainnya dan antara
anggota dan pimpinan
Hubungan anggota organisasi yang bersangkutan dengan anggota
dan organisasi lainnya;
• Hubungan anggota organisasi dengan masyarakat yang dilayani/lingkungannya.

D.PEMBENTUKAN ETIKA ORGANISASI


Sebagaimana diuraikan sebelumnya, etika merupakan nilai-nilai perilaku yang
ditunjukkan oleh seseorang atau suatu organisasi dalam interaksinya dengan
lingkungan. Nilai-nilai perilaku yang ditunjukkan oleh individu sangat
dipengaruhi oleh nilai nilai yang dianut oleh individu tersebut serta nilai-nilai
yang berlaku dan berkembang dalam organisasi yang kemudian menjadi suatu
kebiasaan yang berakumulasi menjadi budaya yang akan dianut oleh organisasi
tersebut.
Pembentukan nilai-nilai yang berlaku dalam organisasi tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Setiap individu memiliki karakter dan sifat yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Perilaku individu tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai
hal, baik yang timbul dari dalam dirinya maupun karena pengaruh lingkungannya.
Pengaruh yang cukup besar yang datang dari dalam individu sendiri antara lain
meliputi kemampuan dan kebutuhan individu yang bersangkutan dalam berbagai
aspek kehidupan. Hal lain yang juga cukup berpengaruh dalam diri seseorang
adalah keyakinan terhadap sesuatu hal, baik yang bersumber dari nilai-nilai agama
maupun budaya, pengalaman, serta harapan yang ingin dicapainya. Karakterisik
tersebut akan dibawa oleh individu dalam berinteraksi dengan individu yang lain
dalam organisasi atau lingkungannya yang akan memengaruhi perilaku organisasi.
Perilaku individu dalam organisasi sangat berpengaruh terhadap upaya mencapai
tujuan organisasi. Itu sebabnya, perilaku beragam dari setiap individu harus
dipadukan secara integral sesuai dengan tujuan organisasi
Organisasi memiliki visi, misi, dan tujuan yang diharapkan akan dicapai melalui
interaksi dan kerja sama seluruh anggota organisasi. Sebagai anggota organisasi
individu dituntut untuk menyesuaikan diri dengan apa yang telah ditetapkan oleh
organisasi. Setiap orang dalam organisasi memiliki tugas, tanggung jawab, dan
wewenang sesuai dengan peran atau kedudukannya dalam organisasi tersebut.
Selain itu, penghargaan yang diberikan oleh organisasi kepada anggotanya juga
turut memengaruhi perilaku individu dalam organisasi. Kesemuanya ini disebut
sebagai karakteristik organisasi.
Adanya interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi
akan mewujudkan perilaku organisasi. Dengan demikian, dalam suatu organisasi
terdapat dua kepribadian, yaitu kepribadian perorangan dan kepribadian
organisasi. Gabungan kedua kepribadian tersebut harus saling menunjang untuk
mencapai tujuan organisasi. Perilaku organisasi inilah yang kemudian diwujudkan
dalam tindakan- tindakan individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya baik
di dalam maupun di luar organisasi.
Pola tindakan tersebut secara umum adakalanya dituangkan ke dalam berbagai
ketentuan atau aturan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota organisasi. Pola
perilaku atau tindakan yang telah disepakati bersama oleh setiap anggota
organisasi akan mewarnai setiap tindakan individu dalam berinteraksi dengan
individu yang lain atau dengan lingkungannya. Pola ini akan dianut oleh anggota
individu sehingga menjadi suatu kebiasaan. Pola kebiasaan ini lama kelamaan
menjadi suatu budaya dalam organisasi yang akan menjadi ciri khas organisasi
bersangkutan.
C. PENUTUP

A.Kesimpulan
Etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola perilaku seseorang atau
badan/lembaga/organisasi sebagai suatu kelaziman yang dapat diterima umum
dalam interaksi dengan lingkungannya.sedangkan Moral dalam bahasa Inggris
dapat diartikan sebagai dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu yang berkaitan dengan etika.
Maka dari uraian di atas dapat dibedakan antara etika dan moralitas sebagai
suatu sistem nilai dalam diri seseorang atau organisasi. Moralitas merujuk kepada
nilai-nilai yang diyakini dan menjadi semangat dalam diri seseorang atau suatu
organisasi untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sedangkan etika
merupakan nilai-nilai perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang atau organisasi
ketika berinteraksi dengan lingkungannya.

B. Saran-saran
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran-
saran sebagai berikut :
1. Hendaknya para seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
yang berkaitan dengan etika. Moralitas harus dilandasi oleh nilai-nilai tertentu
yang diyakini oleh seseorang atau organisasi tertentu sebagai sesuatu yang baik
atau buruk, sehingga bisa membedakan mana yang patut dilakukan dan mana
yang tidak sepatutnya dilakukan.
2. Dalam organisasi, peran individu sangat penting, karena organisasi terbentuk
dengan adanya sekelompok orang yang saling berinteraksi dalam mewujudkan
tujuan tertentu.dengandi dasari oleh Nilai-nilai yang diyakini oleh individu untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan/perilaku
3. Dalam melaksanakan akvititasnya,seseorang harus mengetahui prinsip-
prinsip etika,nilai-nilai, Moral, dan Budaya Organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Sungguh, A (2004) 25 Etika Profesi. Jakarta : Sinar Grafika

Arief Furchan, Etika dalam organisasi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004).

I.Nyoman Bertha,Prinsip etika dan moral (Bandung : FIP IKIP Bandung, 1983).

Maman Ukas,Konsep,nilai etika dalam organisasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999).

Miftah Toha, 1996. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT. Raja
GraFindo Persada, jakarta.

Muchla, M. 2005. Prilaku Organisasi. Yogyakarta : Gajah Mada Universitas


tekan.

Robbins, S.P., and Judge, T.A. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi Kedua belas,
Jakarta: Salemba Empat.

Robbins, Stephen P, 2003. Perilaku Organisasi, Jilid 2, PT. Indeks Kelompok

Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Gadja Mada University


Press.

Robbins, Stephen. P. 2006, Perilaku Organisasi. Jakarta: Gramedia

Anda mungkin juga menyukai