Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

KEGAWATDARURATAN TRAUMA PADA SEMUA TINGKAT USIA

“KONSEP DAN PRINSIP PELAKSANAAN BANTUAN HIDUP DASAR

PADA SITUASI GAWAT DARURAT LUKA DAN PERDARAHAN”

DISUSUN OLEH:

Kelompok 2

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Rivan Firdaus, SST.,M. Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

SAMARINDA

2022
MAKALAH

KEGAWATDARURATAN TRAUMA PADA SEMUA TINGKAT USIA

“KONSEP DAN PRINSIP PELAKSANAAN BANTUAN HIDUP DASAR

PADA SITUASI GAWAT DARURAT LUKA DAN PERDARAHAN”

DISUSUN OLEH:

Kelompok 2

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Rivan Firdaus, SST.,M. Kes

1. Aldina Agustiani P07220119002


2. Arif Hendra P07220119061
3. Aulia Ambar P07220119063
4. Candra Krisna Wiranto P07220119008
5. Kartika Dwi Cahyani RZ P07220119077
6. M. Fachrul Irawan P07220119026
7. Novia Dwi Putri Karina P07220119087
8. Rizky Puspita Andini P07220119041
9. Siti Fatimah P07220119043
10. Siti Nur Rahma Savitri P07220119044
11. Tazkia Nadifa P07220119094
12. Yuningsi Yusuf P07220119100

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

SAMARINDA

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Azza Wa Jalla karena

dengan segala rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Makalah kegawatdaruratan trauma pada semua tingkat usia yang berjudul

“Konsep Dan Prinsip Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar Pada Situasi Gawat

Darurat Luka Dan Perdarahan”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah kegawatdaruratan

trauma pada semua tingkat usia ini dapat diselesaikan karena adanya dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan

masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami

mohon saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah ini

dapat lebih baik dari sebelumnya.

Semoga motivasi dan dorongan serta doa yang diberikan kepada penulis

dengan tulus dan ikhlas mendapatkan rahmat dan karunia dari Allah Azza Wa

Jalla, Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Samarinda, Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL.................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1. Latar Belakang..................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan..............................................................................................2

1.4. Manfaat Penulisan............................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4

2.1. Konsep Luka.....................................................................................................4

2.2. Konsep Perdarahan.........................................................................................14

2.3. Tindakan.........................................................................................................20

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................33

3.1. Kesimpulan.....................................................................................................33

3.2. Saran...............................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ........................................................................... 19

Tabel 2.2 ........................................................................... 19

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ........................................................................... 9

Gambar 2.2 ........................................................................... 9

v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bantuan Hidup Dasar adalah Serangkaian usaha awal untuk

mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada seseorang yang

mengalami henti nafas dan atau henti jantung (cardiacarrest) (Dinkes

Salatigas, 2021). Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang

membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan

pencegahan kecacatan (PMK No 19 Tahun 2016; Sistem Penanggulangan

Gawat Darurat Terpadu).

luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau

pembedahan. Luka bisa diklasifi kasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,

proses penyembuhan, dan lama penyembuhan (Kartika, 2015). Perdarahan

adalah rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh ruda

paksa (trauma) atau penyakit (UKM KSR PMI UNAIR, 2019).

Kunjungan pasien di instalasi gawat darurat (IGD) terus bertambah tiap

tahunnya. Peningkatan terjadi sekitar 30% di seluruh IGD rumah sakit dunia

(Bashkin et al; Deviantony, Ahsan, & Setyoadi, 2017). Data kunjungan

masuk pasien ke IGD di Indonesia adalah 4.402.205 pasien (13,3%) dari total

seluruh kunjungan di rumah sakit umum (Menteri Kesehatan RI; Deviantony

et al., 2017).

Tindakan penghentian perdarahan pada keadaan gawat darurat

merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengontrol

1
2

perdarahan pada pasien yang mengalami cidera atau luka yang diakibatkan

oleh penyakit tertentu. Kontrol perdarahan dapat dilakukan dengan beberapa

teknik diantaranya : penekanan langsung pada pembuluh darah, balut tekan,

dan penggunaan tourniquet yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan

dengan menguasai Teknik penggunaan, serta komplikasi yang terjadi.

Kontrol perdarahan dapat juga dilakukan dengan melakukan pengikatan,

koagulasi pembuluh darah dan penggunaan bahan kimiawi untuk

menghentikan pendarahan.

1.2. Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan di latar belakang, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah: Bagamana Konsep Dan Prinsip

Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar Pada Situasi Gawat Darurat Luka Dan

Perdarahan?

1.3. Tujuan Penulisan

Penulis mampu memahami gambaran konsep dan prinsip pelaksanaan

bantuan hidup dasar pada situasi gawat darurat luka dan perdarahan dalam:

1.3.1. Menjelaskan konsep luka dan perdarahan

1.3.2. Melakukan tindakan perawatan luka dan penghentian perdarahan


3

1.4. Manfaat Penulisan

Hasil penulisan makalah di harapkan dapat menjadi literasi maupun

informasi tambahan bagi perkembangan ilmu mahasiswa keperawatan dan

sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai

kegawatdaruratan trauma pada semua tingkat usia.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Luka

2.1.1. Definisi

Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor,

1997). Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan

tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Ketika luka timbul, beberapa

efek akan muncul :

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

2. Respon stres simpatis

3. Perdarahan dan pembekuan darah

4. Kontaminasi bakteri

5. Kematian sel

2.1.2. Jenis Jenis Luka

Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan

luka itu dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).

1) Berdasarkan tingkat kontaminasi

1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi

yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan

infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari

tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang

tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal;

4
5

Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar

1% - 5%.

2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi),

merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi,

pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,

kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya

infeksi luka adalah 3% - 11%.

3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka

terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan

kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari

saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,

inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.

4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu

terdapatnya mikroorganisme pada luka.

2) Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka

1. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu

luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

2. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan

kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis.

Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti

abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

3. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit

keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan


6

yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan

yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis,

dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara

klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa

merusak jaringan sekitarnya.

4. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai

lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya

destruksi/kerusakan yang luas.

3) Berdasarkan waktu penyembuhan luka

1. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai

dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.

2. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam

proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan

endogen.

2.1.3. Mekanisme Terjadinya Luka

1) Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh

instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan.

Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah

seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)

2) Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh

suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan

lunak, perdarahan dan bengkak.


7

3) Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan

dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.

4) Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda,

seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan

diameter yang kecil.

5) Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam

seperti oleh kaca atau oleh kawat.

6) Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus

organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya

kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.

7) Luka Bakar (Combustio)

8) Decubitus/luka tekan : karena proses tertekan yang lama di area

tertentu bagian tubuh. Tekanan tersebut menyebakan gangguan

sirkulasi, memperberat nekrosis, timbulnya lecet kemerahan.

2.1.4. Fase Penyembuhan Luka

1) Vascular response : beberapa detik setelah terjadinya luka pada

tipe apapun, respon tubuh dengan penyempitan pembuluh darah

(konstriksi) untuk menghambat perdarahan dan mengurangi

pajanan terhadap bakteri. Pada saat yang sama, protein

membentuk jaringan fibrosa untuk menutup luka. Ketika

trombosit bersama protein menutup luka, luka menjadi lengket

dan lembab membentuk fibrin. Setelah 10-30 menit setelah


8

terjadinya luka, pembuluh darah melebar karena serotonin yang

dihasilkan trombosit. Plasma darah mengaliri luka dan melawan

toxin yang dihasilkan microorganisme, membawa oksigen dan

nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka dan membawa

agen fagosit untuk melawan bakteri maupun jaringagan yang

rusak.

2) Inflamasi : Bagian luka akan menjadi hangat dan merah karena

proses fagositosis. Fase inflamasi terjadi 4-6 hari setelah injury

atau trauma. Tujuan inflamasi untuk membatasi efek bakteri

dengan menetralkan toksin dan penyebaran bakteri.

3) Proliferasi/resolusi : penumpukan deposit kolagen pada luka,

angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru), proliferasi

dan pengecilan lebar luka. Fase ini berhenti 2 minggu setelah

terjadinya luka, tetapi proses ini tetap berlangsung lambat 1- 2

tahun. Fibroblast mensistesis kolagen dan menumbuhkan sel

baru. Miofibroblas menyebabkan luka menyempit, bila tidak

terjadi penyempitan akan terjadi kematian sel. Contohnya jika

terjadi scar atau kontraktur. Epitelisasi adalah perpindahan sel

epitel dari area sekitar folikel rambut ke area luka. Perpindahan

tersebut terbatas 3 cm. Epitelisai akan lebih cepat jika luka dalam

keadaan lembab.

4) Maturasi/rekontruksi : fase terakhir penyembuhan dengan

remodelling scar yang terjadi. Biasanya terjadi selama setahun


9

atau lebih seteleh luka tertutup. Selama fase ini fibrin di bentuk

ulang, pembuluh darah menghilang dan jaringan memperkuat

susunannya. Remodeling ini mencakup sintesis dan pemecahan

kolagen.

Gambar 2.1 Process Of Wound Healing

Gambar 2.2 Wound Healing Process


10

2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Luka

1) Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada

orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis,

penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor

pembekuan darah.

2) Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada

tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat,

lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien

kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status

nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang

gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan

lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.

3) Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber

penyebab infeksi. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan

luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan

lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-

orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan

lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama

untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang


11

dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh

darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi

jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau

gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya

volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan

menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk

penyembuhan luka.

4) Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada

luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam

sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut

memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga

menghambat proses penyembuhan luka.

5) Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan

menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda

tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan

sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu

cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).

6) Iskemia

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan

suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari

aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka
12

terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu

adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

7) Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan

peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam

sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-

kalori tubuh.

8) Keadaan Luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan

efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal

untuk menyatu.

9) Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan

anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka.

Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang

rentan terhadap infeksi luka.

2.1.6. Komplikasi

1) Infeksi

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama

pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering

muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa

infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri,


13

kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu,

dan peningkatan jumlah sel darah putih.

2) Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit

membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh

darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin

tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah

balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama

setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan

berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril

mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi

pembedahan mungkin diperlukan.

3) Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling

serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau

total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah

irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang

nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang

berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien

mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5

hari setelah operasi sebelum kolagen meluas di daerah luka.

Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera

ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal


14

saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada

daerah luka.

2.2. Konsep Perdarahan

2.2.1. Definisi

Perdarahan merupakan istilah kedokteran yang digunakan

untuk menjelaskan ekstravasasi atau keluarnya darah dari tempatnya

semula. Perdarahan dapat terjadi hanya di dalam tubuh, misalnya saat

terjadi peradangan dan darah keluar dari dalam pembuluh darah atau

organ tubuh dan membentuk hematoma; atau terjadi hingga

keluar tubuh, seperti mengalirnya darah dari dalam vagina,

mulut, rektumatau saat kulit terluka, dan mimisan. Perdarahan juga

menyebabkan hematoma pada lapisan kulit/memar, biasanya terjadi

setelah tubuh dipukul atau jatuh dari suatu ketinggian. Perdarahan

adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena

pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa

disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh

darah yang tersumbat.

2.2.2. Etiologi Perdarahan

Penyebab perdarahan ini dibagi menjadi dua, sistemik dan

local. Perdarahan Sistemik terjadi karena adanya kelainan secara

sistemik terhadap faktor-faktor pembekuan darah sehingga masa


15

perdarahan menjadi panjang, perdarahan karena faktor lokal terjadi

karena terkoyaknya pembuluh darah akibat suatu tindakan atau

trauma.

2.2.3. Jenis Perdarahan

1) Perdarahan Luar (Terbuka)

Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan

kulit sehingga darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari

luka tersebut dikenal dengan nama Perdarahan Luar (terbuka).

Bila sebagai seorang pelaku pertolongan pertama menemukan

korban dengan kondisi seperti itu, maka harus berhati-hati dalam

melakukan pertolongan karena sebagai penolong harus

menganggap darah ini dapat menulari. Pastikan untuk memakai

alat perlindungan diri, segera membersihkan darah yang

menempel baik pada pakaian, tubuh, maupun peralatan.

Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan,

perdarahan luar ini dibagi menjadi tiga bagian:

1. Perdarahan nadi (arteri)

Ditandai dengan darah yang keluar menyembur

sesuai dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang

karena kaya dengan oksigen. Perdarahan ini sulit untuk

dihentikan, sehingga harus terus dilakukan pemantauan


16

dan pengendalian perdarahan hingga diperoleh bantuan

medis.

2. Perdarahan Balik (Vena)

Darah yang keluar berwarna merah gelap,

walaupun terlihat luas dan banyak namun umumnya

perdarahan vena ini mudah dikendalikan. Namun

perdarahan vena ini juga berbahaya bila terjadi pada

perdarahan vena yang besar masuk kotoran atau udara

yang tersedot ke dalam pembuluh darah melalui luka

yang terbuka.

3. Perdarahan Rambut (Kapiler)

Berasal dari pembuluh kapiler, darah yang keluar

merembes perlahan. Ini karena pembuluh kapiler adalah

pembuluh darah terkecil dan hampir tidak memiliki

tekanan. Jika terjadi perdarahan, biasanya akan

membeku sendiri. Darah yang keluar biasanya berwarna

merah terang seperti darah arteri atau bisa juga gelap

seperti darah vena.

2) Perdarahan Dalam (Tertutup)

Perdarahasn dalam umumnya disebabkan oleh benturan

tubuh korban dengan benda tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan

kendaraan bermotor, ledakan, dan lain sebagainya. Luka tusuk


17

juga dapat mengakibatkan hal tersebut, berat ringannya luka tusuk

bagian dalam sangat sulit dinilai walaupun luka luarnya terlihat

nyata. Kita tidak akan melihat keluarnya darah dari tubuh korban

karena kulit masih utuh, tapi dapat melihat darah yang terkumpul

di bawah permukaan kulit seperti halnya kasus memar. Perdarahan

dalam ini juga bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang dapat

menyebabkan kematian. Untuk kasus yang menyebabkan

kematian adalah karena:

1. Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar yang

bisa menyebabkan hilangnya banyak darah dalam waktu

singkat.

2. Cedera pada alat gerak, contohnya pada tulang paha dapat

merusak jaringan dan pembuluh darah sehingga darah yang

keluar dapat menimbulkan syok. Kehilangan darah yang tidak

terlihat (tersembunyi) sehingga penderita meninggal tanpa

mengalami luka luar yang parah.

Mengingat perdarahan dalam berbahaya dan tidak terlihat

(tersamar), maka penolong harus melakukan penilaian dengan

pemeriksaan fisik lengkap termasuk wawancara dan analisa

mekanisme kejadiannya. Lebih baik kita menganggap korban

mengalami perdarahan dalam daripada tidak,

karenapenatalaksanaan perdarahan dalam tidak akan memperburuk


18

keadaan korban yang ternyata tidak mengalaminya. Tanda-tanda

yang mudah dikenali pada perdarahan dalam:

1. Memar disertai nyeri tubuh

2. Pembengkakan terutama di atas alat tubuh penting

3. Cedera pada bagian luar yang juga mungkin merupakan

petunjuk bagian dalam yang mengalami cedera

4. Nyeri, bengkak dan perubahan bentuk pada alat gerak

5. Nyeri bila ditekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding

perut membesar

6. Muntah darah

7. Buang air besar berdarah, baik darah segar maupun darah hitam

seperti kopi

8. Luka tusuk khususnya pada batang tubuh

9. Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga

10. Batuk darah

11. Buang air kecil bercampur darah

2.2.4. Klasifikasi Perdarahan

Standar American College of Surgeons Advanced Trauma Life

Support (ATLS) membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan

persentase volume kehilangan darah, sebagai berikut:


19

Tabel 2.1 Klasifikasi Perdarahan Menurut Standar American College

Of Surgeons Advance Trauma Life Support

KELAS PERSENTASE KEHILANGAN VOLUME DARAH

Kelas I Kehilangan volume darah hingga maksimal 15% of blood volume.

Kelas II Kehilangan volume darah antara 15-30% dari total volume.

Kelas III Kehilangan darah antara 30-40% dari volume pada sirkulasi

darah.

Kelas IV Kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume sirkulasi

darah.

WHO menetapkan skala gradasi ukuran resiko yang dapat

diakibatkan oleh pendarahan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi Perdarahan menurut WHO

Grade 0 Tidak terjadi perdarahan

Grade 1 Perdarahan Petekial

Grade 2 Perdarahan sedang dengan gejala klinis yang signifikan

Grade 3 Perdarahan gross, yang memerlukan transfusi darah

Grade 5 Perdarahan debilitating yang fatal, retinal maupun cerebral

Berdasarkan letak keluarnya darah, pendarahan dibagi menjadi 2

macam, yaitu pendarahan terbuka dan pendarahan tertutup.


20

2.2.5. Komplikasi

Saat tubuh mulai kehilangan sebesar 20 persen darah atau cairan

dari tubuh, terjadi hypovolemic shock. Kondisi ini berbahaya bagi kita

karena jantung tidak memiliki jumlah darah yang cukup untuk

dipompa. Kondisi hypovolemic shock membuat seseorang merasakan

gejala seperti bernapas dengan cepat, lemas, kebingungan, kulit pucat,

berkeringat, khawatir, sampai tidak sadarkan diri.

Tubuh kita tidak lagi bisa mengimbangi darah yang keluar saat

tubuh kehilangan 40 persen darah. Ini karena jantung kita semakin

kesulitan menjaga tekanan darah, memompa darah, dan sirkulasinya.

Jika ini terjadi, organ-oran tubuh lain bisa berhenti beroperasi dan

tubuh memasuki fase koma.

Inilah yang membuat darah sangat penting bagi tubuh, karena

tanpa darah tubuh tidak bisa berfungsi seperti biasanya.

2.3. Tindakan

2.3.1. Penutupan Luka

Tujuan dari penutupan luka ini adalah membantu luka yang

cukup lebar yang sulit untuk menutup sendiri dengan proses normal.

Metode yang tersedia untuk menutup luka adalah dengan jahitan,

staples, tape, perekat jaringan, dan skin graft / skin flap. Penutupan

dengan jahitan paling sering digunakan, jahitan digunakan dengan

benang sekecil mungkin tapi bisa menahan luka dengan baik.


21

Tujuannya adalah untuk meminimalkan benda asing pada tubuh dan

mencegah reaksi radang. Benang yang digunakan adalah benang yang

tidak bisa diserap sehingga perlu untuk dilepas setelah 7 – 10 hari.

Lokasi penjahitan juga mempengaruhi waktu pelepasan benang. Pada

daerah dengan vaskularisasi yang baik seperti wajah, benang dilepas

setelah 5 – 7 hari. Benang yang dapat diserap digunakan pada daerah

dermis atau daerah yang sulit untuk dilakukan pelepasan.

2.3.2. Penghentian Perdarahan

Tindakan penghentian perdarahan merupakan usaha untuk

mengendalikan perdarahan pada pasien yang mengalami cidera yang

mengakibatkan rusaknya pembuluh darah dan perdarahan aktif. Pada

situasi tertentu perdarahan harus dapat dihentikan segera karena dapat

mengakibatkan kematian. Perdarahan dapat terjadi internal pada organ

bagian dalam, dan dapat juga terjadi perdarahan eksternal yang dapat

terlihat pada permukaan tubuh. Terdapat beberapa teknik dalam

menghentikan perdarahan eksternal seperti; mengelevasikan sumber

perdarahan, penekanan langsung, penekanan tidak langsung,

tourniquet, dan pemberian agen-agen pembekuan darah. Tiap-tiap

teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, namun

dapat juaga dilakukan secara bersamaan untuk mengontrol

perdarahan.
22

A. Tindakan penghentian perdarahan

Pada keadaan gawat darurat merupakan langkah-langkah

yang dapat dilakukan dalam mengontrol perdarahan pada pasien

yang mengalami cidera atau luka yang diakibatkan oleh penyakit

tertentu. Kontrol perdarahan dapat dilakukan dengan beberapa

teknik, diantaranya; penekanan langsung pada pembuluh darah,

balut tekan, dan penggunaan tourniquet yang dapat digunakan

oleh petugas kesehatan dengan menguasai teknik penggunaan,

serta komplikasi yang terjadi. Kontrol perdarahan dapat juga

dilakukan dengan melakukan pengikatan, koagulasi pembuluh

darah dan penggunaan bahan kimiawi untuk menghentikan

perdarahan.

1) Penekanan langsung (direct pressure) adalah cara yang paling

efektif untuk mengontrol perdarahan luar adalah dengan

melakukan penekanan langsung pada luka. Cara ini tidak hanya

menghentikan perdarahan tapi juga menutup luka tanpa merusak

pembuluh darah.

Caranya:

1. Menekan dengan jari tangan

2. Penekanan dengan kain

bersih/sapu tangan pada luka.

3. Balut tekan.

4. Tourniquet – hanya pada luka

amputasi
23

Dengan menekan pembuluh darah antara jari dan tulang, maka

pendarahan akan berhenti.

1. Pembuluh darah yang dapat ditekan dengan jari

a) sapu tangan yang sudah disetrika

dan belum dipakai, lipatan

bagian dalam dianggap bersih

b) letakkan bagian yang bersih

tersebut langsung di atas luka

dan tekanlah

c) perdarahan dapat berhenti dan

pencemaran oleh kuman-kuman

dapat dihindarkan

2. Penekanan dengan kain bersih/sapu tangan

3. Balut tekan
24

4. Tourniquet

Pemasangan tourniquet hanya pada keadaan tertentu, yaitu

bila anggota badan bagian atas (tangan) atau anggota bagian

bawah (kaki terputus).

Langkah:

a) Tutup ujung tungkai yang putus dengan kain bersih.

b) Bagian tangan/kaki yang putus dimasuki ke kantong

plastik yang berisi es dan dibawa bersama-sama korban

ke rumah sakit, kemungkinan ada harapan untuk

disambung kembali.

B. Balut dan Bidai

Tujuan bidai :

Mencegah atau menghindari

terjadinya pencemaran

kuman ke dalam suatu luka.

Alat :

Kain segitiga, perban, balut

cepat
25

Cara membalut luka di lutut

2.3.3. Transfusi Darah

Transfusi darah merupakan tindakan emergency yang dilakukan

pada pasien yang membutuhkan darah dan atau produk darah dengan

cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set

transfusi. Indikasi dari transfusi darah adalah kebutuhan, untuk

memberikan volume darah yang adekuat, mencegah syok hemoragik,

meningkatkan kapasitas pembawa oksigen darah, megganti trombosit

atau faktor pembeku darah untuk pertahankan hemostatis.


26

SOP TRANSFUSI DARAH

Tranfusi darah merupakan tindakan yang dilakukan bagi klien

yang memerlukan darah dengan memasukkan darah melalui vena

dengan menggunakan set tranfusi.

Tujuan :

1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan,

trauma, atau perdarahan).

2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk

mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia berat.

3. Memberikan komponen selular tertentu sebagai terapi sulih

(misalnya, faktor pembekuan untuk membantu mengontrol

perdarahan pada pasien hemofilia).

Persiapan Alat

1. Kateter besar (18G atau 19G

2. Cairan IV salin normal (Nacl 0.9%)

3. Set infuse darah dengan filter

4. Produk darah yang tepat

5. Sarung tangan sekali pakai

6. Kapas alcohol

7. Plester

8. Manset tekanan darah

9. Stetoskop
27

10. Thermometer

11. Format persetujuan pemberian transfusi yang ditanda

tangani

Prosedur

1. Jelaskan prosedur kepada klien, kaji pernah atau tidak klien

menerima transfusi sebelumnya dan catat reaksi yang timbul

2. Minta klien untuk melaporkan adanya menggigil, sakit

kepala, gatal-gatal atau ruam dengan segera

3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat

persetujuan

4. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan

5. Pasang selang IV dengan menggunakan kateter berukuran

besar

6. Gunakan selang infuse yan memiliki filter didalam selang

7. Gantungkan botol larutan salin normal 0.9% untuk diberikan

setelah pemberian infuse darah selesai

8. Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah

dari bank darah

9. Identifikasi produk darah dan klien dengan benar

10. Ukur tanda vital dasar klien

11. Berikan dahulu larutan salin normal. Mulai berikan transfuse

secara perlahan diawali dengan pengisian filter didalam

selang
28

12. Atur kecepatan sampai 2ml/menit untuk 15 menit pertama

dan tetaplah bersama klien.

13. Monitor tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama

transfuse, selanjutnya ukur setiap jam.

14. Pertahankan kecepatan infuse yang di programkan dengan

menggunakan pompa infuse.

15. Lepas dan buang sarung tangan, cuci tangan

2.4. Syok Hipovolemik dan Penanganan

Hypovolemic shock atau syok hipovolemik dapat didefinisikan sebagai

berkurangnya volume sirkulasi darah dibandingkan dengan kapasitas

pembuluh darah total. Hypovolemic shock merupakan syok yang disebabkan

oleh kehilangan cairan intravascular yang umumnya berupa darah atau

plasma. Kehilangan darah oleh luka yang terbuka merupakan salah satu

penyebab yang umum, namun kehilangan darah yang tidak terlihat dapat

ditemukan di abdominal, jaringan retroperitoneal, atau jaringan di sekitar

retakan tulang.

Adapun penatalaksanaan syok hipovolemik (Achyar, et al., 2022) dapat

dilakukan berbagai cara yaitu:

1. Akses Vaskuler

 Akses Perifer

 Vena Sentral

 Intraoseus
29

2. Resusitasi Cairan

Pemberian resusitasi cairan untuk mengembalikan tekanan perfusi

organ dengan mempertahankan mean artery pressure lebih dari 65

mmHg. Dimana dilakukan ekspansi cairan segera dengan pemberian

secepat-cepatnya di bawah observasi yang ketat. Cairan hangat isotonik

elektrolit (Ringer Lactate dan normal saline) digunakan pada awal

resusitasi. Sedangkan normal saline harus digunakan dalam prosedur

transfusi.

Pemberian cairan koloid membantu untuk menahan cairan di dalam

intravaskuler, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah relatif singkat.

Namun, molekul-molekul yang keluar dari kapiler yang rusak,

menyebabkan edema pada otak dan paru-paru. Sehingga dapat

meningkatkan kematian pada pasien dengan cedera kepala.

3. Kontrol Perdarahan

 Melakukan penekanan langsung di atas lokasi perdarahan untuk

mengontrol perdarahan eksternal

 Mengantisipasi perdarahan internal dalam rongga thoraks dan

abdomen pada fase pra-hospital biasanya tidak banyak dapat

dilakukan. PASG (gurita) dapat dipakai untuk mengontrol

perdarahan pelvis dan ekstremitas bawah. Sedangkan pembidaian

dan spalk-traksi mengurangi perdarahan pada tulang punggung.


30

4. Pemberian Posisi

Passive leg raising (PLR) merupakan posisi yang rutin digunakan

sebagai tatalaksana awal pada intensive care unit sebelum mendapatkan

resusitasi cairan pada pasien hipovolemik dan hipotensi. Efek

hemodinamik yang dihasilkannya bermanfaat sebagai autotransfusi pada

pasien hipovolemik dan hipotensi. Pada manuver ini kedua kaki diangkat

sehingga aliran darah dari tubuh bagian bawah ke bagian sentral tubuh

akan bertambah, seperti otak dan kompartemen sentral tubuh yaitu kavitas

jantung.

2.5 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang ditemukan pada pasien dengan syok hipovolemik yaitu

penurunan curah jantung, perfusi perifer tidak efektif, dan hipovolemia

(Antara, 2021).

1. Penurunan curah jantung

Penurunan curah jantung didefinisikan sebagai ketidakadekuatan

jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh

(PPNI, 2016). Gejala dan tanda mayor dari masalah keperawatan ini ialah

dyspnea, tekanan darah meningkat atau menurun, nadi perifer teraba

lemah, capillary refill time >3 detik, oliguria, warna kulit pucat dan/atau

sianosis.

2. Perfusi perifer tidak efektif

Perfusi perifer tidak efektif didefinisikan sebagai penurunan

sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme


31

tubuh (PPNI, 2016). Gejala dan tanda mayor dari masalah keperawatan ini

ialah pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba,

akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun.

3. Hipovolemia

Hipovolemia didefinisikan sebagai penurunan volume cairan

intravaskuler, interstisial, dan/atau intraseluler (PPNI, 2016). Gejala dan

tanda mayor dari masalah keperawatan ialah frekuensi nadi meningkat,

nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,

turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun,

hematokrit meningkat.

2.6 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


Penurunan Perfusi Perifer Perawatan Jantung
Curah Jantung Setelah dilakukan Observasi
D.0006 tindakan keperawatan 1.1 Identifikasi tanda/ gejala
3x24 jam diharapkan primer penurunan curah
ketidak adekuatan jantung jantung
memompa darah 1.2 Identifikasi tanda/ gejala
meningkat. Dengan, sekunder penurunan curah
Kriteria Hasil : jantung
1. Tekana darah 1.3 Monitor Tekanan Darah
Menurun 1.4 Monitor Intake dan
2. CRT Menurun Output Cairan
3. Palpitasi Menurun 1.5 Monitor Saturasi Oksigen
4. Distensi Vena 1.6 Monitor Keluhan Nyeri
Jugularis Menurun Dada
5. Gambaran EKG 1.7 Monitor EKG 12
Aritmia Menurun Sandapan
6. Lelah Menurun Terapeutik
1.8 Posisikan pasien semi
fowler atau fowler
1.9 Berikan Diet Jantung
yang sesuai
1.10 Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
32

memotivasi gaya hidup


sehat
1.11 Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stres,
jika perlu
1.12 Berikan dukungan
emosional dan spiritual
1.13 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
< 94%
Edukasi
1.14 Anjurkan beraktifitas
fisik secara bertahap
1.15 Anjurkan untuk berhenti
merokok
Perfusi perifer Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi
D.0009 3x24 jam diharapkan 2.1 Periksa sirkulasi perifer
perfusi perifer meningkat. 2.2 Identifikasi faktor risiko
Dengan Kriteria Hasil : gangguan sirkulasi
1. Warna Kulit Pucat 2.3 Monitor panas
Menurun kemerahan, nyeri, atau
2. Edema Perifer bengkak pada ekstremitas
Menurun Terapeutik
3. Kelemahan Otot 2.4 Hindari pemasangan
Membaik infus atau pengambilan
4. Pengisian Kapiler darah diarea keterbatasan
Membaik perfusi
2.5 Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstermitas dengan
keterbatasan perfusi
2.6 Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet
pada area yang cedera
2.7 Lakukan pencegahan
infeksi
Edukasi
2.8 Anjurkan berhenti
merokok
2.9 Anjurkan berolahraga
rutin
Hipervolemia Status Cairan Manajemen Hipervolemia
D.0034 Setelah dilakukan Observasi
tindakan 3x24 jam 3.1 Periksa tanda/gejala
diharapkan status cairan hipervolemia (mis.
33

membaik. Dengan Frekuensi nadi


Kriteria Hasil : meningkat, nadi teraba
1. Kekuatan nadi lemah, tekanan darah
meningkat menurun, tekanan nadi
2. Turgor kulit meningkat menyempit, turgor kulit
3. Output urin meningkat menurun, membran
4. Dispnea menurun mukosa kering, volume
5. Edema perifer urin menurun,
menurun hematoksit meningkat,
6. Frekuensi nadi haus, lemah)
membaik 3.2 Monitor intake dan
7. Tekanan darah output cairan
Terapeutik
membaik
3.3 Hitung kebutuhan
8. Membran mukosa
cairan
membaik
3.4 Berikan posisi medified
9. Kadar HB membaik
trendelenburg
10. Kadar HT membaik 3.5 Berikan asupan cairan
oral
Edukasi
3.6 Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan
3.7 Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
3.8 Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis :
Nacl, RL)
3.9 Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonik (mis
: glukosa 2,5%, Nacl
0,4%)
3.10 Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis :
albumin, plasmanate)
3.11 Kolaborasi pemberian
produk darah

2.7 Implementasi Keperawatan

Implementasi Keperawatan adalah serangkaian kegiatan Yang dilakukan oleh


perawat untuk pasien dari masalah status kesehatan yang baik, yang
34

mengambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi


hasil berpusat kepada kebutuhan klien. Faktor – faktor yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan kegiatan
komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017)

2.8 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses atau tahap akhir dari rangkaian
proses keperawatan. Penilaian hasil menetukan seberapa jauh keberhasilan yang
dicapai dari tindakan. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti & Muryanti, 2017)
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan

tubuh. Luka antara lain dapat mengakibatkan perdarahan, infeksi, kematian

sel dan gangguan sebagian atau seluruh fungsi organ. Terdapat berbagai jenis

luka yaitu luka sayat, luka tusuk, luka robek, dan luka lecet. Luka sayat (luka

insisi atau luka iris) yaitu luka yang terjadi karena teriris oleh benda yang

tajam dan rata seperti silet atau pisau. Luka tusuk disebabkan oleh benda

tajam dan panjang, seperti pisau, jarum, atau paku. Luka Robek yaitu luka

yang disebabkan oleh benturan keras dengan benda tumpul. Luka Lecet yaitu

luka yang mengenai lapisan kulit paling atas (epidermis) yang disebabkan

oleh gesekan kulit dengan permukaan yang kasar misalnya jalanan beraspal

atau semen.

Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah

(kardiovaskuler). Jumlahnya dapat bermacam-macam, mulai dengan sedikit

sampai yang dapat menyebabkan kematian. Ada 3 jenis perdarahan secara

umum yaitu, arterial (memancar berwarna merah segar), venous (berwarna

agak gelap) dan kapiler (merembes berwarna merah segar). Komplikasi

penyembuhan luka meliputi infeksi, pendarahan, dehiscence dan evicerasi

dan juga sinus.

Tujuan dari penutupan luka adalah membantu luka yang cukup lebar

yang sulit untuk menutup sendiri dengan proses normal, beberapa metode

35
36

yang digunakan untuk menutup luka adalah dengan jahitan, staples, tape,

perekat jaringan, dan skin graft / skin flap.

tindakan penghentian perdarahan dapat dilakukan untuk mengendalikan

perdarahan pada pasien yang mengalami cidera yang mengakibatkan

rusaknya pembuluh darah dan perdarahan aktif. Terdapat beberapa teknik

dalam menghentikan perdarahan eksternal seperti; mengelevasikan sumber

perdarahan, penekanan langsung, penekanan tidak langsung, tourniquet, dan

pemberian agen-agen pembekuan darah. Tranfusi darah juga dilakukan bagi

klien yang memerlukan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena

dengan menggunakan set tranfusi.

3.2. Saran

Dalam menangani korban luka harus tetap memegang prinsip steril dan

sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena dapat

mempengaruhi waktu penyembuhan luka. Setiap individu baik tua, muda,

maupun anak-anak diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap kali

melakukan kegiatan dan aktivitas terutama pada hal-hal berbahaya yang

dapat memicu luka.


DAFTAR PUSTAKA

Achyar, N.,et al. (2022). Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta: INTC

Ashari, A. (2020). Ini Yang Terjadi Di Tubuh Jika Kehilangan Terlalu Banyak
Darah. Bobo.Grid.Id. Diambil Februari 14, 2022, Dari
Https://Bobo.Grid.Id/Read/082416786/Ini-Yang-Terjadi-Di-Tubuh-Jika-
Kehilangan-Terlalu-Banyak-Darah?Page=All

Antara, I. W. S. (2021). Analisa Asuhan Keperawatan Dengan Terapi Posisi


Passive Leg Raising (PLR) Dalam Meningkatkan Tekanan Darah Pada Tn.S
Yang Mengalami Syok Hipovolemik Di Ruang IGD Rsud Sanjiwani Gianyar
Tahun 2021. Poltekkes Kemenkes Denpasar.

Deviantony, F., Ahsan, A., & Setyoadi, S. (2017). Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Waktu Tunggu Pasien Setelah Keputusan Rawat Inap
Di Putuskan di Zona Kuning Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Iskak
Tulungagung. NurseLine Journal, 2(2), 1–4.

Dinkes Salatigas. (2021). BASIC LIFE SUPPORT / BANTUAN HIDUP DASAR


(BHD). dinkes.salatiga.go.id.

Kartika, R. W. (2015). Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing.


Perawatan Luka Kronis Dengan Modern Dressing, 42(7), 546–550.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik (1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

UKM KSR PMI UNAIR. (2019). PERDARAHAN DAN SYOK & CEDERA
JARINGAN LUNAK. http://ksr-pmi.ukm.unair.ac.id/.

Yuliati. (2017). Modul Pengelolaan Kasus Perdarahan Mata Kuliah Keperawatan


Kritis. Https://Digilib.Esaunggul.Ac.Id/. Diambil Februari 14, 2022, Dari
Https://Digilib.Esaunggul.Ac.Id/Public/Ueu-Course-9520-7_00188.Pdf

37

Anda mungkin juga menyukai