ISBN : xxxxxxxxxxxx
Ukuran : 21 x 29,7 cm
Halaman : 99
Cetakan Ke-1 Oktober 2021
Bismillahirrahmanirrahim
e-book ini adalah karya mahasiswa sebagai produk luaran pemagangan pada Prodi
Pendidikan Agama Islam STAI Yapata Al-Jawami pada masa Pandemi. Pemagangan itu
sendiri merupakan program akademik yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa pada Prodi
PAI.
e-book modul pembelajaran Fikih untuk Madrasah Aliyah Kelas XI ini menguraikan
materi-materi pembelajaran dan latihannya berdasarkan kurikulum 2013, dengan harapan
dapat membantu para siswa ataupun guru dalam memahami pembelajaran Fikih dengan lebih
mudah. Pembelajaran
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pembelajaran secara daring banyak
menghadapi kendala, baik secara internal siswa maupun eksternal. Salah satunya adalah
butuhnya siswa atas modul-modul yang dapat memberikan pemahaman dan latihan-latihan
untuk mempermudah memahami materi pelajaran. Dan e-book ini adalah salah satu
alternatifnya.
Mudah-mudahan, ebook ini memberikan manfaat bagi para pembaca.
Udin Juhrodin
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Berkat limpahan Rahmat
dan kasih sayang-Nya menjadikan kami dapat menyelesaikan modul pembelajaran Fikih ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada nabi kita Muhammad SAW
tak lupa kepada keluarganya, para sahabat, dan semoga sampai kepada kita selaku ummatnya,
Aamiin Yaa Rabbal’aalamiin.
Islam merupakan agama yang sempurna dan sangat amat teratur. Segala aktivitas yang
dilakukan didasari dengan hukum, dan terdapat tata cara atau adab dalam pelaksanaannya.
Berdasar pada hal tersebut, tentunya seluruh ummat Islam harus mengetahui tentang hal
tersebut. Oleh karena itu, salah satu tujuan dari penulisan modul pembelajaran ini adalah
untuk memudahkan orang yang sedang belajar khususnya dilingkungan sekolah dan dalam
ranah pembelajaran Fikih juga sesuai dengan bab yang dibahas dalam modul ini. Selain dari
pada itu, modul ini juga diharapkan dapat mempermudah para pengajar dalam menyampaikan
materi pembelajaran Fikih pada kelas XI di jenjang Madrasah Aliyah.
Kami ucapkan terima kasih kepada Allah SWT berserta dengan kekasihNya
Muhammad SAW yang telah memberikan kemudahan; kesehatan; dan kekuatan dalam
penyusunan modul ini. Selanjutnya kami ucapkan terima kasih juga kepada orang tua yang
senantiasa mendukung dan mendo’akan kami, para keluarga tercinta dan semua orang yang
telah membantu dalam proses penyusunan buku ini. Semoga apa yang diberikan kepada kami
dapat menjadi kebaikan, Aaamiin Yaa Rabbal’aalamiin.
Terakhir, kami berharap agar modul ini dapat bermanfaat sebagai sumber dari
bertambahnya ilmu dan pemahaman bagi pembaca, khususnya bagi peserta didik dan para
pendidik kelas IX di tingkat Madrasah Aliyah.
1. Pada setiap unit terdapat pendahuluan, anda dapat membaca bagian itu terlebih dahulu
untuk memudahkan anda dalam memahami materi inti disetiap unit.
2. Bacalah secara cermat dan teliti setiap bagian pada materi inti.
3. Catat atau tandai setiap bagian yang menurut anda penting.
4. Apabila ada bagian yang dirasa kurang jelas, diskusikan bersama teman-teman atau anda
dapat membaca referensi lain lalu tanyakan kepada guru atau penyusun modul untuk
mendapatkan jawaban yang lebih jelas.
5. Kerjakan evaluasi yang ada disetiap unit untuk menguatkan ingatan dan pemahaman anda
terhadap materi yang telah anda pelajari.
PEDOMAN PENDIDIK
1. Pada setiap unit terdapat pendahuluan, anda dapat membaca bagian itu terlebih dahulu
untuk memudahkan anda dalam memahami materi inti disetiap unit.
2. Bacalah secara cermat dan teliti setiap bagian pada materi inti.
3. Catat atau tandai setiap bagian yang menurut anda penting.
4. Apabila ada bagian yang dirasa kurang jelas, diskusikan bersama rekan pengajar yang
lain atau anda dapat membaca referensi lain lalu tanyakan penyusun modul untuk
mendapatkan jawaban yang lebih jelas.
5. Catat hal-hal yang dianggap tidak berkaitan dengan mata pelajaran.
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1.1 Menghayati ketentuan Islam tentang 1.4 Menghayati hikmah dari ketentuan Islam
jinayat tentang pernikahan
2.1 Mengamalkan sikap adil, cinta damai 2.4 Mengamalkan sikap taat dan
dan tanggung jawab sebagai bertanggungjawab sebagai implementasi
1.2 Menghayati ketentuan Islam tentang 1.5 Menghayati hikmah dan manfaat dari
hukum hudud dan bughat. ketentuan syariat Islam tentang
2.2 Mengamalkan sikap kontrol diri dan pembagian warisan
tanggungjawab sebagai implementasi 2.5 Mengamalkan sikap peduli, jujur dan
dari pengetahuan tentang hukum hudud kerja sama sebagai implementasi dari
dan bughat. pemahaman tentang ketentuan
3.2 Menjabarkan ketentuan Allah tentang pembagian harta warisan
hudud dan bughat beserta hikmahnya. 3.5 Menganalisis ketentuan hukum waris dan
4.2 Menunjukkan contoh pelanggaran yang wasiat
terkena ketentuan hudud dan bughat. 4.5 Menyajikan hasil analisis praktik waris
dalam masyarakat yang sesuai dan tidak
sesuai dengan ketentuan hukum Islam
1.1.1 Menganut ketentuan Islam tentang 1.4.1 Meyakini terdapat hikmah dari
jinayat ketentuan Islam tentang pernikahan
1.1.2 Mengklasifikasikan ketentuan Islam 1.4.2 Menyebarkan hikmah dari pada
tentang jinayat ketentuan Islam tentang perikahan
2.1.1 Mengklasifikasikan sikap adil, cinta 2.4.1 Berahlak mulia sebagai implementasi
damai dan tanggungjawab sebagai dari pemahaman ketentuan perkawinan
implementasi dari pengetahuan dalam hukum Islam dan perundang-
tentang jinayat undangan
2.1.2 Membangun sikap adil, cinta damai 2.4.2 Menjadi teladan sebagai implementasi
dan tanggungjawab sebagai dari pemahaman ketentuan perkawinan
implementasi dari pengetahuan dalam hukum Islam dan perundang-
tentang jinayat undangan
3.1.1 Mengorganisir ketentuan tentang 3.4.1 Mengorganisir ketentuan perkawinan
jinayat dan hikmahnya dalam hukum Islam dan
3.1.2 Membedakan ketentuan tentang perundangundangan
jinayat dan hikmahnya 3.4.2 Membandingkan ketentuan perkawinan
4.1.1 Mempresentasikan hasil analisis dalam hukum Islam dan
tentang pelaksanaan ketentuan jinayat perundangundangan
dan hikmahnya 4.4.1 Menyeleksi praktik pernikahan yang
4.1.2 Menyajikan tentang pelaksanaan sesuai dan tidak sesuai dengan
ketentuan jinayat dan hikmahnya ketentuan hukum Islam yang terjadi di
masyarakat
4.4.2 Mencerahkan praktik pernikahan yang
sesuai dan tidak sesuai dengan
ketentuan hukum Islam yang terjadi di
masyarakat
1.1.1 Mengklasifikasikan ketentuan Islam 1.5.1 Meyakini hikmah dan manfaat dari
tentang hukum hudud ketentuan syariat Islam tentang
1.1.2 Merembuk ketentuan hukum Islam pembagian waris.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat menunjukkan sikap adil dan tanggung jawab dalam penerapan materi hukum
jinayat.
2. Siswa dapat menjelaskan ketentuan Allah tentang jinayat dan hikmahnya.
3. Siswa dapat menunjukkan contoh tindak jinayat dan konsekuensi yang didapatkan oleh
pelaku tindak jinayat.
PETA KONSEP
JINAYAT
Dalam ilmu fikih pembahasan mengenai tindak pidana kejahatan beserta sanksi hukumannya
disebut dengan istilah jarimah atau ‘uqubah. Jarimah dibagi menjadi dua, yaitu jinayat dan
hudud. Jinayat membahas tentang pelaku tindak kejahatan beserta sanksi hukuman yang
berkaitan dengan pembunuhan yang meliputi qishash, diyat, dan kaffarah. Sedangkan Hudud
atau ‘uqubah membahas tentang pelaku tindak kejahatan selain pembunuhan yaitu masalah
penganiayaan beserta sanksi hukumannya yang meliputi zina, qadzaf, mencuri, minum khamr,
menyamun, merampok, merompak dan bughat (memberontak).
MATERI PEMBELAJARAN
A. Pembunuhan
1. Pengertian
Pembunuhan secara bahasa adalah menghilangkan nyawa seseorang. Sedangkan
secara istilah membunuh adalah pebuatan manusia yang mengakibatkan hilangnya
nyawa seseorang baik dengan sengaja ataupun tidak sengaja, baik dengan alat yang
mematikan ataupun dengan alat yang tidak mematikan.
2. Macam-macam Pembunuhan
Pembunuhan dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu pembunuhan yang
dengan unsur disengaja )َ قتْ ُل َع ْم ٍدpembunuhan karena unusur tidak disengaja قَتْ ُل ِش ْب ِه َع ْم ٍد
dan Pembunuhan karena kelalaian ط ٍا َ قَتْ ُل َخ
a. Pembunuhan sengaja َ) )قتْ ُل َع ْم ٍدyaitu pembunuhan terencana dengan menggunakan
alat atau cara-cara yang biasanya mematikan seseorang. Dalam konteks
pembunuhan sengaja pelaku pembunuhan harus sudah baligh, dan korban
terbunuh adalah orang baik-baik yang terjaga darahnya.
b. Pembunuhan karena tidak sengaja قَتْ ُل ِش ْب ِه َع ْم ٍدyaitu satu perbuatan yang dilakukan
seseorang tanpa didasari niat membunuh, dengan alat yang tidak mematikan, akan
tetapi menyebabkan kematian orang lain.
َ قَتْ ُل َخyaitu pembunuhan yang terjadi karena
c. Pembunuhan karena kelalaian ط ٍا
salah satu dari tiga kemungkinan. Pertama : salah dalam perbuatan, kedua : salah
dalam maksud, ketiga : kelalaian.
B. Penganiayaan
1. Pengertian
Penganiayaan adalah perbuatan pidana (tindak kejahatan) yang berupa melukai,
merusak, atau menghilangkan fungsi anggota tubuh.
2. Macam-macam Penganiayaan
Penganiayaan dibagi menjadi dua macam yaitu penganiayaan berat dan
penganiayaan ringan.
a. Penganiayaan berat yaitu perbuatan melukai atau merusak bagian badan yang
menyebabkan hilangnya manfaat atau fungsi anggota badan tersebut, seperti
memukul tangan sampai patah, merusak mata sampai buta dan lain sebagainya.
b. Penganiayaan ringan yaitu perbuatan melukai bagian badan yang tidak sampai
merusak atau menghilangkan fungsinya melainkan hanya menimbulkan cacat
ringan seperti melukai hingga menyebabkan luka ringan.
3. Dasar Hukuman Tindak Aniaya
Perbuatan menganiaya orang lain tanpa alasan yang dibenarkan dalam Islam
dilarang. Larangan berbuat aniaya ini sama dengan larangan membunuh orang lain
tanpa dasar. Allah berfirman dalam surat surat al-Maidah ayat 45 :
ِ ف َو ْاَلُذُنَ ِب ْاَلُذُ ِن َو
الس َّن ِبالس ِِن َ س بِالنَّ ْف ِس َو ْال َعيْنَ ِب ْال َع ْي ِن َو ْاَلَ ْن
ِ ف ِب ْاَلَ ْن َ علَ ْي ِه ْم فِ ْي َها ٓ ا َ َّن النَّ ْف
َ َو َكت َ ْبنَا
ۗصاص
َ ِق َو ْال ُج ُر ْو َح
C. Qishash
1. Pengertian
Menurut syara qishash adalah hukuman balasan yang seimbang bagi pelaku
pembunuhan maupun perusakan atau penghilangan fungsi anggota tubuh orang lain
yang dilakukan dengan sengaja.
2. Macam-macam Qishash
Berdasarkan pengertian diatas maka qishash dibedakan menjadi dua yaitu,
adalah sebagai berikut :
a. Qishash pembunuhan (yang merupakan hukuman bagi pembunuh).
b. Qishash anggota badan (yang merupakan hukuman bagi pelaku tindak pidana
melukai, merusak atau menghilangkan manfaat/fungsi anggota tubuh.
3. Hukum Qishash
Hukuman mengenai qishash ini, baik qishash pembunuhan maupun istilah
anggota badan, dijelaskan dalam al-Qur’an surat Al-Maidah : 45
ِّۙ ِّ ُ ْ َ ُ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ نَ ْ َ ْ ن
ِّ اْل ُذن َو
الس ِّن الس َّن ِب ِ ي واْلنف ِباْلن ِف واْلذن ِب َ علَ ْي ِه ْم فِ ْي َها ٓ ا َ َّن النَّ ْف
ِ س بِالنَّف ِس والعي ِبالع َ َو َكت َ ْبنَا
ٰۤ
ُ َ ُ َ ُ َ ُ َ َ َّ َ ٌ َّ ٗ َ َ ْ َّ ْ َ ْ ُ ْ َ ٓ َ ْ َ َ ه َ َّ َ َ ٌ َ َ ُْ ُ ْ َ
اّٰلل فاولىك ه ُم اص ف َم ْن ت َصدق ِب ٖه فهو كفارة له ومن لم يحكم ِبما انزل والجروح ِقص
َ ه
الظ ِل ُم ْون
Artinya : “ Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka didalamnya (At-Taurat)
bahwasannya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi dan luka-lukapun ada qishashnya.
Barang siapa melepaskan ( hak qishashnya ) akan melepaskan hak itu ( menjadi )
penebus dosa baginya. Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzalim.” ( QS.
alMaidah : 45 ).
4. Syarat-syarat Qishash
Hukum qishash wajib dilakukan apabila memenuhi syarat-syarat sebagaimana
berikut :
D. Diyat
1. Pengertian
Diyat secara bahasa yaitu denda atau ganti rugi pembunuhan. Secara istilah diyat
merupakan sejumlah harta yang wajib diberikan karena tindakan pidana (jinayat)
kepada korban kejahatan atau walinya atau kepada pihak terbunuh atau teraniaya.
Maksud disyariatkannya diyat adalah mencegah praktik pembunuhan atau
penganiayaan terhadap seseorang yang sudah semestinya mendapatkan jaminan
perlindungan jiwa.
2. Sebab-sebab Ditetapkannya Diyat
Diyat wajib dibayarkan karena beberapa sebab, seperti berikut :
a. Pembunuhan sengaja yang pelakunya dimaakan pihak terbunuh (keluarga
korban). Dalam hal ini pembunuh tidak diqishash, akan tetapi wajib baginya
menyerahkan diyat kepada keluarga korban.
b. Pembunuhan seperti sengaja.
c. Pembunuhan tersalah.
d. Pembunuh lari, akan tetapi identitasnya sudah diketahui secara jelas. Dalam
konteks semisal ini, diyat dibebankan kepada keluarga pembunuh.
E. Kaffarah
1. Pengertian
Kaffarah mempunyai definisi yaitu denda yang harus dibayar karena melanggar
larangan Allah atau melanggar janji. Sedangkan secara istilah kaffarah adalah denda
yang wajib dibayarkan oleh seseorang yang telah melanggar larangan Allah tertentu.
Kaffarah merupakan tanda taubat kepada Allah dan penebus dosa.
2. Macam-macam Kaffarah
Berikut adalah penjelasan singkat macam-macam kaffarah :
a. Kaffarah Pembunuhan
Kaffarah bagi pembunuh adalah memerdekakan budak muslim. Jika ia tak
mampu melakukannya maka pilihan selanjutnya adalah berpuasa 2 buan berturut-
turut.
b. Kaffarah Dzihar
Kaffarah seorang suami yang mendzihar istrinya adalah, memerdekakan
hamba sahaya. Jika ia tak mampu melakukannya, maka ia beralih pada pilihan
kedua yaitu berpuasa 2 bulan berturut-turut. Dan jika ia masih juga tak mampu
melakukannya, maka ia mengambil pilihan terakhir yaitu memberikan makan 60
fakir miskin.
c. Kaffarah melakukan hubungan biologis di siang hari pada bulan Ramadhan
Kaffarah yang ditetapkan untuk pasangan suami istri yng melakukan
hubungan biologis pada siang hari di bulan Ramadhan sama dengan kaffarah
dzihar ditambah qadha sebanyak jumlah hari mereka melakukan hubungan
biologis di siang hari bulan Ramadhan.
A. Pilihan Ganda
Piihlah salah satu jawaban yang tepat dengan memberikan tanda silang (x) pada
salah satu jawaban yang kamu anggap benar!
1. Pembunuhan yang dilakukan tanpa adanya niat membunuh dan dengan cara atau
alat yang biasanya tidak mematikan disebut ....
a. Pembunuhan sengaja
b. Pembunuhan seperti sengaja
c. Pembunuhan tersalah
d. Pembunuhan tidak sengaja
e. Pembunuhan seperti tersalah
2. Hukuman bagi pelaku pembunuhan sengaja yang dimaafkan oleh keluarga korban
adalah … .
a. Qishash
b. Kaffarah
c. Diyat mukhaffafah dan kaffarah
d. Diyat mughaladzah
e. Diyat mughaladzah dan kaffarah
3. Dasar hukum larangan membunuh terdapat dalam surat ......
a. Q.S Al-Isra : 33
b. Q.S Al-Isra : 32
c. Q.S Al-Maidah : 45
d. Q.S Al-Maidah : 50
e. Q.S Al-Imran : 40
4. Hukuman yang berupa pembalasan yang sama (serupa) dengan perbuatan yang
telah dilakukan, dalam istilah fikih Islam disebut…
a. Qishash
b. Kifarat
c. Diyat
d. Jinayah
e. Uqubah
B. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan tepat dan benar !
1. Apa yang anda ketahui tentang pembunuhan sengaja? Jelaskan!
2. Sebutkan 2 contoh pembunuhan tersalah!
3. Sebutkan hikmah larangan membunuh!
4. Jelaskan secara singkat macam-macam penganiayaan!
5. Sebutkan hal-hal yang menyebabkan seseorang membayar diyat!
TUJUAN PEMBELAJARAN
HUDUD
Dalam fikih Islam kata hudud adalah bentuk jama’ dari kata had yang berarti pembatas.
Had dapat berarti umum dan khusus. Pengertian had secara umum adalah hukum-hukum
syara’ yang disyari’atkan Allah bagi hamba-Nya yang berupa ketetapan hukum halal atau
haram. Hukum-hukum tersebut dinamakan hudud karena membedakan antara jenis
perbuatan yang boleh dikerjakan atau yang tidak boleh dikerjakan, antara yang halal dan
yang haram. Pengertian secara khusus hudud adalah hukuman-hukuman tertentu yang
ditetapkan oleh syara’ sebagai sanksi hukum terhadap perbuatan kejahatan selain
pembunuhan dan penganiayaan, seperti hukuman berzina, qadzaf, mencuri minum-
minuman khamr, merampok dan bughat. Hukuman dalam bentuk had berbeda dengan
hukuman dalam bentuk qishash, walaupun sebagian ada yang jenisnya sama, karena had
merupakan hak Allah Swt. sedangkan qishash adalah hak hamba. Had tidak bisa gugur
karena dimaakan oleh pihak yang dirugikan sedangkan qishash dapat gugur jika pihak
yang dirugikan memaakan. Kejahatan yang diancam dengan hukuman had adalah; zina,
qadzaf (menuduh zina), minum khamr, mencuri, merampok, dan bughat (memberontak).
MATERI PEMBELAJARAN
A. Zina
1. Pengertian
Secara bahasa, zina adalah memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat
kelamin perempuan yang mendatangkan syahwat, dalam persetubuhan yang haram,
yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan yang sah.
Adapun maksud dari persetubuhan yang haram menurut zat perbuatannya adalah
masuknya kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan perempuan yang bukan mahramnya
(hubungan seksual diluar pernikahan atau perkawinan sah).
2. Status Hukum Zina
Sudah menjadi ijma’ para ulama bahwa zina hukumnya haram dan termasuk salah
satu bentuk dosa besar. Allah Swt berirman :
ًسبِيْل
َ س ۤا َء
َ شةً َِّۗو ِ َالز ٰن ٓى اِنَّهٗ َكانَ ف
َ اح ِ َو ََل ت َ ْق َربُوا
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan
yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’:32)
Had zina dapat dijatuhkan terhadap pelakunya, jika telah terpenuhi syaratsyarat
sebagai berikut :
B. Qadzaf
1. Pengertian
Qadzaf secara bahasa yaitu melempar dengan batu atau yang semisalnya (ar-
ramyu bil hijarah wa ghairiha). Adapun menurut istilah syar’i qadzaf adalah
melempar tuduhan zina kepada seorang yang dikenal baik secara terang-terangan.
2. Hukum Qadzaf
Qadzaf merupakan salah satu dosa besar yang diharamkan oleh syariat Islam.
Allah SWT berfirman :
ٰ ْ ت لُ ِعنُ ْوا ِفى الدُّ ْن َيا َو
َ اَل ِخ َر ِۖ ِة َولَ ُه ْم
َ عذَاب
ع ِظيْم ِ ت ْال ٰغ ِف ٰل
ِ ت ْال ُمؤْ ِم ٰن َ ْا َِّن الَّ ِذيْنَ َي ْر ُم ْونَ ْال ُمح
ِ ص ٰن
ُشي ْٰط ِن فَاجْ تَنِب ُْوه َ اب َو ْاَلَ ْز ََل ُم ِرجْ س ِم ْن
َّ ع َم ِل ال ُ صَ ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْيس ُِر َو ْاَلَ ْن
َلَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minuman) khamr, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan
keji termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan.”(QS. Al-Maidah : 90).
3. Had Meminum Khamr
Para ulama berpendapat bahwa jumlah pukukan bagi peminum khamr. Diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Jumhrul ulama (mayoritas ulama) diantaranya Imam Abu Hanifah, Imam Malik,
dan Imam Ahmad bin Hambal berpendapat bahwa jumlah pukulan dalam had
minuman keras 80 kali. Alasan mereka, bahwa para sahabat di zaman Umar bin
Khatthab pernah bermusyawarah untuk menetapkan seringan-ringannya
hukuman had. Kemudian mereka bersepakat bahwa jumlah minimal had adalah
pukulan sebanyak 80 kali. Dari kesepakatan inilah, selanjutnya Umar
menetapkan bahwa had bagi peminum khamr adalah cambuk sebanyak 80 kali.
b. Imam syai’i, Abu Daud dan Ulama’ Dzahiriyyah berpendapat bahwa jumlah had
minum khamr adalah 40 kali cambuk, tetapi imam/hakim boleh
menambahkannya sampai 80 kali. Tambahan 40 kali merupakan ta’zir yang
merupakan hak imam/hakim.
D. Mencuri
1. Pengertian
Secara bahasa mencuri adalah mengambil harta atau lainnya secara sembunyi-
sembunyi. Berpijak dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa praktik
pencurian yang pelakunya diancam dengan hukuman had memiliki beberapa syarat
adalah sebagai berikut :
a. Pelaku pencurian adalah mukallaf.
b. Barang yang dicuri milik orang lain.
c. Pencurian dilakukan dengan cara diam-diam atau sembunyi-sembunyi.
d. Barang yang dicuri disimpan di tempat penyimpanan.
e. Pencuri tidak memiliki andil kepemilikan terhadap barang yang dicuri. Jika
pencuri memiliki andil kepemilikan seperti orang tua yang mencuri harta
F. Bughat (Pembangkang)
1. Pengertian
Kata بُغَاةadalah jamak dari isim fail (Baa’in). Akar katanya (Bagha-Yabghi)
yang berarti mencari, dan dapat pula berarti maksiat, melampaui batas, berpaling
dari kebenaran, dan dzalim. Adapun bughat dalam pengertian syara’ adalah orang-
orang yang menentang atau memberontak pemimpin Islam yang sah. Tindakan yang
dilakukan bughat bisa berupa memisahkan diri dari pemerintahan yang sah,
membangkang perintah pemimpin, atau menolak berbagai kewajiban yang
dibebankan kepada mereka.
A. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan memberikan tanda silang pada salah
satu jawaban yang kamu anggap benar !
1. Hukuman had yang ditetapkan untuk pezina yang sudah pernah menikah adalah…
a. Dijilid 100 kali
b. Diasingkan setahun
c. Dijilid 100 kali dan diasingkan setahun
d. Dirajam hingga mati
e. Dijilid 50 kali dan diasingkan ½ tahun
2. Adapun had yang ditetapkan untuk pezina yang belum pernah menikah menurut
mayoritas ulama adalah…
a. Dijilid 100 kali
b. Diasingkan setahun
c. Dijilid 100 kali dan diasingkan setahun
d. Dirajam hingga mati
e. Dijilid 50 kali dan diasingkan ½ tahun
3. Qadzaf secara bahasa memiliki arti ....
a. Melempar
b. Memindah
c. Memfitnah
d. Menuduh
e. Menghasut
4. Hukuman had bagi hamba sahaya menuduh orang baik-baik berzina adalah ....
a. Dijilid 80 kali
b. Diasingkan satu tahun
c. Dijilid 40 kali
d. Tidak dikenai had karena budak
e. Dijilid 100 kali
5. Seseorang yang baru meminum khamr sedikit dan ia tidak mabuk, hukuman hadnya
menurut jumhurul ulama adalah ....
a. Dijilid 80 kali
B. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan tepat dan benar !
1. Jelaskan perbedaan antara zina mukhson dan ghairu mukhshon !
2. Sebutkan 3 hikmah diharamkannya zina !
3. Apakah had yang ditetapkan bagi pelaku qadzaf !
4. Berapakah jumlah cambukam/deraan bagi peminum khamr menurut imam Syafi’i,
Abu Dawud dan ulama Dzahiriyyah ?
5. Sebutkan urutan pelaksanaan had perampokan secara tauzi’i !
TUJUAN PEMBELAJARAN
PERADILAN ISLAM
Pengertian Tergugat
Pengertian Saksi Tujuan Sumpah
Syarat-Syarat Menjadi Saksi Syarat-Syarat Orang yang
Saksi yang Ditolak Bersumpah
Lafadz-Lafadz Sumpah
Pelanggaran Sumpah
PENDAHULUAN
Berbicara masalah peradilan tidak akan lepas dari nilai-nilai keadilan yang merupakan salah
satu karakteristik istimewa dalam hukum Islam. Peradilan adalah salah satu lembaga yang
diharapkan dapat memutus suatu perkara di dunia bagi mereka yang mencari keadilan.
Banyaknya permasalahan atau sengketa diatara manusia, maka perlu adanya upaya
menyelesaikan permasalahan tersebut yang seadil-adilnya. Karena dengan keadilan dapat
mendekatkan diri kepada Allah Swt, Sang Maha Adil, walaupun Peradilan di dunia tidaklah
menunjukan keadilan yang sebenar-benanya adil, tentu dengan putusan peradilan di dunia
masih ada pihak-pihak yang merasakan belum mendapatkan keadilan. Walaun demikian
Peradialan di dunia adalah bagian dari upaya peradilan yang sebaik-baiknya dalam memutus
perkara. Peradilan dalam Islam dewasa ini diwujudkan oleh negara–negara yang masing-
masing mendirikan badan Peradilan sendiri. Untuk Indonesia membahas Peradilan termasuk
dalam ruang lingkup Peradilan di Indonesia. Namun dalam pembahasan bab ini tidak secara
spesifik membahasa peradilan Islam di Indonesia adalah Peradilan Agama.
A. Peradilan
1. Pengertian Peradilan
a. Secara Bahasa
Peradilan dalam pembahasan fikih diistilahkan dengan qadha’ ( ) قضاء. Istilah
tersebut diambil dari kata يقضي- قضىyang memiliki arti memutuskan,
menyempurnakan, menetapkan.
b. Secara Istilah
Peradilan adalah suatu lembaga pemerintah atau negara yang ditugaskan untuk
menyelesaikan atau menetapkan keputusan perkara dengan adil berdasarkan
hukum yang berlaku.
B. Hakim
1. Pengertian Hakim
Hakim adalah orang yang diangkat pemerintah untuk menyelesaikan
persengketaan dan memutuskan hukum suatu perkara dengan adil. Dengan kata lain,
hakim adalah orang yang bertugas untuk mengadili. Ia mempunyai kedudukan yang
terhormat selama ia berlaku adil. Terkait dengan kedudukan hakim, Rasulullah SAW,
menjelaskan dalam salah satu sabda beliau yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi
yang artinya:
“Apabila hakim duduk di tempatnya (sesuai dengan kedudukan hakim adil) maka
dua malaikat membenarkan, menolong, dan menunjukkannya selama tidak
menyeleweng. Apabila menyeleweng maka kedua malaikat akan meninggalkannya.”
(HR. Al - Baihaqi )
2. Syarat-syarat Hakim
Mulianya tugas seorang hakim dan beratnya tanggung jawab yang dipikulkan di
atas pundaknya demi terwujudnya keadilan, maka seorang hakim harus memenuhi
beberapa kriteria berikut:
a. Beragama Islam.
b. Aqil baligh, sehingga bisa membedakan antara yang hak dan yang baathil.
c. Sehat jasmani dan rohani.
d. Merdeka (bukan hamba sahaya).
e. Berlaku adil sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran
C. Saksi
1. Pengertian Saksi
Saksi adalah orang yang diperlukan pengadilan untuk memberikan keterangan
yang berkaitan dengan suatu perkara, demi tegaknya hukum dan tercapainya keadilan
dalam pengadilan. Tidak dibolehkan bagi saksi memberikan keterangan palsu. Ia
harus jujur dalam memberikan kesaksiannya. Karena itu, seorang saksi harus
terpelihara dari pengaruh atau tekanan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam
sidang peradilan.
Pada dasarnya saksi dihadirkan agar proses penetapan hukum dapat berjalan
maksimal. Saksi diharapkan dapat memberikan kesaksian yang sebenarnya, sehingga
para hakim dapat mengadili terdakwa sesuai dengan bukti-bukti yang ada, termasuk
keterangan dari para saksi. Sampai dengan penjelasan ini, dapat dipahami bahwa
saksi juga merupakan salah satu alat bukti disamping bukti-bukti yang lain.
Mengajukan kesaksian secara suka rela tanpa diminta oleh orang yang terlibat
dalam suatu perkara termasuk akhlak terpuji dalam Islam. Kesaksian yang demikian
ini merupakan kesaksian murni yang belum dipengaruhi oleh persoalan lain.
Rasulullah bersabda:
“Dari Zaid bin Haalid al - Juhanii, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW, bersabda:
"Maukah kalian aku beritahu tentang sebaik-baik saksi? ia adalah orang yang
menyampaikan kesaksiannya sebelum diminta" (HR. Muslim)
Dalam peradilan ada beberapa pengistilahan yang perlu dipahami yaitu sebagai
berikut:
a. Materi gugatan disebut hak
b. Penggugat disebut mudda'i
c. Tergugat disebut mudda'a ‘alaih
d. Keputusan mengenai hak penggugat disebut mahkum bih
e. Orang yang dikenai putusan untuk diambil haknya disebut mahkum bih (istilah ini
bisa jatuh pada tergugat sebagaimana juga bisa jatuh pada penggugat)
2. Tujuan Sumpah
Tujuan sumpah dalam perspektif Islam ada dua, yaitu:
a. Menyatakan tekad untuk melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh dan
bertanggung jawab terhadap tugas tersebut.
a. Membuktikan dengan sungguh-sungguh bahwa yang bersangkutan di pihak yang
benar.
Tujuan sumpah yang kedua inilah yang dilakukan di pengadilan. Sumpah tergugat
adalah sumpah yang dilakukan pihak tergugat dalam rangka mempertahankan diri dari
tuduhan penggugat. Selain sumpah, tergugat juga harus menunjukkan bukti-bukti
tertulis dan bahan-bahan yang meyakinkan hakim bahwa dirinya memang benar-benar
tidak bersalah.
Jika pelanggar sumpah masih juga tidak mampu membayar kaffarat dengan
melakukan salah satu dari tiga hal di atas, maka ia diperintahkan untuk berpuasa tiga
hari. Sebagaimana hal ini Allah jelaskan dalam Firman-Nya:
"……… maka kafaratnya (denda pelanggaran sumpah) ialah memberi ma kan
sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada
keluargamu, atau memberi mereka pakaian atau memerdekakan seorang hamba
sahaya. Barangsiapa tidak mampu melakukannya, maka (kafaratnya) berpuasalah
tiga hari. Itulah kafarat sumpah - sumpahmu apabila kamu bersumpah. Dan jagalah
sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan hukum - hukum - Nya kepadamu agar
kamu bersyukur (kepada - Nya). (QS. Al - Maidah [5] : 89)
A. Pilihan Ganda
Piihlah salah satu jawaban yang tepat dengan memberikan tanda silang (x) pada
salah satu jawaban yang kamu anggap benar!
B. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan tepat dan benar !
1. Tuliskan pengertian peradilan dari segi istilah!
2. Sebutkan 4 fungsi terpenting dari adanya peradilan!
3. Sebutkan 9 keadaan yang tidak memperbolehkan hakim untuk menjatuhkan vonis
hukum!
4. Sebutkan 5 syarat untuk menjadi seorang saksi dalam pengadilan!
5. Tuliskan kriteria saksi yang ditolak kesaksiannya!
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Hadanah Rujuk
Islam menganjurkan manusia untuk menikah, karena nikah mempunyai pengaruh yang baik
bagi pelakunya, masyarakat, maupun seluruh umat manusia. Nikah merupakan media terbaik
untuk menyalurkan hasrat biologis secara syar’i. Dengan nikah, jasmani menjadi segar bugar,
jiwa menjadi tenang, dan terpelihara dari melihat yang haram. Nikah mewadahi naluri
kebapakan dan keibuan pada waktu bersamaan. Keduanya akan saling melengkapi dalam hal
apapun. Seorang suami akan merasa kurang kala tak bersanding dengan istrinya, demikian
juga sebaliknya, seorang istri akan merasa tidak lengkap kala berjauhan dengan suaminya.
Para ulama sering membahasakan hubungan suami istri dalam mahligai rumah tangga dengan
istilah “at-takamul baina at-tarfain” (hubungan saling melengkapi antara kedua belah pihak).
Manusia adalah makluk pilihan Allah dan mempunyai peradaban yang sangat tinggi. Agar
kelangsungan hidupnya berkembang dengan baik, maka manusia harus menurunkan generasi
dengan jalan perkawinan syar’i.
MATERI PEMBELAJARAN
Dalam meminang atau khitbah ada 2 cara atau syarat yang harus dilakukan sebelum
melakukan pinangan seperti berikut :
a. Cara mengajukan pinangan
1) Pinangan kepada gadis atau janda yang sudah habis masa iddahnya dinyatakan
secara terang-terangan
2) Pinangan kepada janda yang masih berada dalam masa iddah thalaq bain atau
ditinggal mati suami tidak boleh dinyatakan secara terang-terangan. Pinangan
kepada mereka hanya boleh dilakukan secara sindiran.
b. Perempuaan yang boleh dipinang
Perempuan- perempuan yang boleh dipinang ada tiga, yaitu sebagai berikut :
1) Perempuan yang bukan berstatus sebagai istri orang.
2) Perempuan yang tidak dalam masa ’iddah.
3) Perempuan yang belum dipinang orang lain.
2. Melihat Calon Istri dan Suami
Melihat perempuan yang akan dinikahi disunnahkan oleh agama. Karena
meminang calon istri merupakan pendahuluan pernikahan. Sedangkan melihatnya
adalah gambaran awal untuk mengetahui penampilan dan kecantikannya, hingga
akhirnya terwujud keluarga yang bahagia.
Beberapa pendapat tentang batas kebolehan melihat seorang perempuan yang
akan dipinang yaitu :
a) Jumhur ulama berpendapat boleh melihat wajah dan kedua telapak tangan.
b) Abu Dawud berpendapat boleh melihat seluruh tubuh.
c) Imam Abu Hanifah membolehkan melihat dua telapak kaki, muka dan telapak
tangan.
G. Ijab Qabul
Ijab yaitu ucapan wali (dari pihak manapun) atau wakilnya sebagai penyerahan kepada
pihak pengantin laki-laki. Sedangkan qabul yaitu ucapan pengantin laki-laki atau wakilnya
sebagai tanda penerimaan.
Adapun syarat-syarat ijab qabul adalah sebagai berikut :
1) Orang yang berakal sudah tamyiz
2) Ijab qabul diucapkan dalam satu majelis
3) Tidak ada pertentangan antara keduanya
4) Yang berakad adalah mendengar atau memahami bahwa keduanya melakukan akad
5) Lafaz ijab qabul diucapkan dengan kata nikah atau tazwij atau yang seperti dengan kata-
kata itu
6) Tidak dibatasi dengan waktu tertentu misalnya setahun, sebulan dan sebagainya
Cara Membayar Mahar Pembayaran mahar dapat dilaksanakan secara kontan ()ﺣاال
atau dihutang. Apabila kontan maka dapat dibayarkan sebelum dan sesudah nikah.
Apabila pembayaran dihutang, maka teknis pembayaran mahar sebagaimana berikut:
1. Wajib dibayar seluruhnya, apabila suami sudah melakukan hubungan seksual dengan
istrinya, atau salah satu dari pasangan suami istri meninggal dunia walaupun
keduanya belum pernah melakukan hubungan seksual sekali pun.
2. Wajib dibayar separoh, apabila mahar telah disebut pada waktu akad dan suami telah
mencerai istri sebelum ia dicampuri. Apabila mahar tidak disebut dalam akad nikah,
maka suami hanya wajib memberikan mut’ah. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam
irman Allah berikut: “Jika kalian menceraikan istri-istri kalian sebelum kalian
bercampur dengan mereka, padahal kalian sudah menentukan maharnya, maka
bayarlah seperdua dari mahar yang kalian sudah tentukan.” (QS.Al-Baqarah : 237)
Syarat dan Rukun Thalaq Rukun thalaq ada tiga yaitu suami, istri, dan ucapan
thalaq. Adapun syarat-syarat dari setiap ketiganya sebagaimana berikut:
a. Suami yang menjatuhkan thalaq
1) Ada ikatan pernikahan yang sah dengan istri
2) Baligh
3) Berakal
4) Tidak dipaksa
b. Istri (dithalaq)
1) Mempunyai ikatan pernikahan yang sah dengan suami.
2) Masih dalam masa iddah thalaq raj’i yang dijatuhkan sebelumnya.
L. Fasakh
Secara bahasa fasakh berarti rusak atau putus. Adapun dalam pembahasan fikih
fasakh adalah pemisahan pernikahan yang dilakukan hakim dikarenakan alasan tertentu
yang diajukan salah satu pihak dari suami istri yang bersangkutan.
Sebab –sebab fasakh adalah:
1. Tidak terpenuhinya syarat-syarat akad nikah, semisal seseorang yang menikahi wanita
yang ternyata adalah saudara perempuannya.
2. Munculnya masalah yang dapat merusak pernikahan dan menghalangi tercapainya
tujuan pernikahan, sebagaimana beberapa hal berikut:
a. Murtadnya salah satu dari pasangan suami istri
b. Hilangnya suami dalam tempo waktu yang cukup lama
c. Miskinnya seorang suami hingga tidak mampu memberi nafkah keluarga
d. Dipenjarakannya suami, dan beberapa hal lainnya.
M. Iddah
Iddah ialah masa tenggang atau batas waktu untuk tidak menikah bagi perempuan
yang dicerai atau ditinggal mati suaminya.
Macam-macam iddah adalah:
1. Iddah Istri yang dicerai dan ia masih haid, lamanya tiga kali suci.
2. Iddah Istri yang dicerai dan ia sudah tidak haidh, lamanya tiga bulan
3. Iddah Istri yang ditinggal mati suaminya adalah empat bulan sepuluh hari bila ia tidak
hamil.
4. Iddah Istri yang dicerai dalam keadaan hamil lamanya sampai melahirkan
5. Iddah Istri yang ditinggal wafat suaminya dalam keadaan hamil masa iddahnya
menurut sebagian ulama adalah iddah hamil yaitu sampai melahirkan.
N. Hadanah
Hadanah adalah memelihara anak dan mendidiknya dengan baik. Syarat-syarat Hadanah:
1. Berakal
2. Beragama
3. Medeka
4. Baligh
5. Mampu mendidik
6. Amanah
Tahap-tahap Hadanah Jika suami istri bercerai maka kepengurusan anak mengikuti
aturan sebagaimana berikut:
1. Jika anak masih kecil dalam pangkuan ibunya, maka ibu lebih berhak
memeliharanya.
2. Anak yang sudah dapat bekerja, pemeliharaannya dipasrahkan kepada anak tersebut,
apakah ia akan memilih ibunya atau bapaknya. Ia bebas dengan pilihannya.
Saksi dalam rujuk sama dengan syarat saksi dalam thalaq, yaitu dua orang laki-laki
yang adil. Hikmah Rujuk yaitu:
1. Rujuk akan mewujudkan ajaran kedamaian dalam Islam.
2. Rujuk akan menghindari pecahnya hubungan kekerabatan.
3. Rujuk akan menyelamatkan pendidikan anak-anak.
4. Rujuk akan menghindarkan diri dari gangguan jiwa.
A. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan memberikan tanda silang (x) salah
satu jawaban yang kamu anggap benar !
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
MATERI PEMBELAJARAN
A. Ilmu Mawaris
1. Pengertian Ilmu Mawaris
Dari segi bahasa, kata mawaariits merupakan bentuk jamak dari kata
miraatsun yang artinya harta yang diwariskan. Adapun makna istilahnya adalah ilmu
tentang pembagian harta peninggalan setelah seseorang meninggal dunia. Ilmu
mawaris disebut juga ilmu faraidh. Ringkasnya bisa dikatakan bahwa ilmu faraidh
adalah disiplin ilmu yang membahas tentang ketentuan-ketentuan atau bagian-bagian
yang telah ditentukan untuk masing-masing ahli waris.
2. Rukun-rukun mawarits ada 3 yaitu;
a. Waris ()وارث yaitu orang yang mendapatkan harta warisan. Seorang berhak
mendapatkan warisan karena salah satu dari tiga sebab yaitu; pertalian darah,
hubungan pernikahan, dan memerdekakan budak.
b. Muwaris ( )مورثyaitu orang yang telah meninggal dan mewariskan harta kepada
ahli waritsnya.
c. Maurus ( )موروثyaitu harta warisan yang siap dibagikan kepada ahli waris setelah
diambil untuk kepentingan pemeliharaan jenazah (tajhiz al-janazah), pelunasan
hutang mayit, dan pelaksanaan wasiat mayit. Terkadang mauruts diistilahkan
dengan mirats atau irs.
Jika semua ahli waris laki-laki di atas ada semua, maka yang mendapat
warisan adalah suami, anak laki-laki, dan bapak, sedangkan yang lain terhalang.
Adapun ahli waris perempuan yaitu:
1) Istri
2) Anak perempuan
3) Cucu perempuan dari anak laki-laki
4) Nenek dari ibu
5) Nenek dari saudara perempuan kandung
6) Saudara perempuan seayah, saudara perempuan seibu
7) Orang perempuan yang memerdekakan.
Jika ahli waris perempuan ini semua ada, maka yang mendapat bagian harta
warisan adalah: istri, anak perempuan, ibu, cucu perempuan dari anak laki-laki
dan saudara perempuan kandung.
2) Dua orang saudara atau lebih baik laki-laki atau perempuan yang seibu.
Firman Allah dalam Al-Qur’an: “Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih
dari satu orang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu”. (Q.S. An-
Nisa’[4] : 12).
f. Ahli waris yang mendapat bagian 1/6
Bagian seperenam (1/6) dari harta pusaka menjadi milik tujuh orang:
1) Ibu, jika yang meninggal itu mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki
atau dua orang atau lebih dari saudara laki-laki atau perempuan.
2) Bapak, bila yang meninggal mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki.
3) Nenek (Ibu dari ibu atau ibu dari bapak), bila tidak ada ibu.
4) Cucu perempuan dari anak laki-laki, seorang atau lebih, jika bersama-sama
seorang anak perempuan.
5) Kakek, jika yang meninggal mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki,
dan tidak ada bapak.
6) Seorang saudara seibu (laki-laki atau perempuan), jika yang meninggal tidak
mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki dan bapak.
7) Saudara perempuan seayah seorang atau lebih, jika yang meninggal dunia
mempunyai saudara perempuan sekandung dan tidak ada saudara laki-laki
sebapak.
Ahli waris yang tergolong dzawil furudh dan kemungkinan bagian masing-
masing adalah sebagai berikut:
1) Bapak mempunyai tiga kemungkinan:
a) 1/6 jika bersama anak laki-laki.
b) 1/6 dan ashabah jika bersama anak perempuan atau cucu perempuan dari anak
laki-laki.
c) Ashabah jika tidak ada anak.
2) Kakek (bapak dari bapak) mempunyai 4 kemungkinan
a) 1/6 jika bersama anak laki-laki atau perempuan
b) 1/6 dan ashabah jika bersama anak laki-laki atau perempuan
c) Ashabah ketika tidak ada anak atau bapak.
d) Mahjub atau terhalang jika ada bapak.
F. ’Ashabah
Menurut bahasa ashabah adalah bentuk jamak dari ”ashib” yang artinya mengikat,
menguatkan hubungan kerabat/nasab. Menurut syara’ ’ashabah adalah ahli waris yang
bagiannya tidak ditetapkan tetapi bisa mendapat semua harta atau sisa harta setelah harta
dibagi kepada ahli waris dzawil furudh. Ahli waris yang menjadi ashabah mempunyai
tiga kemungkinan:
Pertama; mendapat seluruh harta waris saat ahli waris dzawil furudh tidak ada.
Kedua; mendapat sisa harta waris bersama ahli waris dzawil furudh saat ahli waris
zawil ada.
Ketiga; tidak mendapatkan sisa harat warisan karena warisan telah habis dibagikan
kepada ahli waris Żawil Furud ̣
Apabila semua ashabah ada, maka tidak semua ashabah mendapat bagian, akan
tetapi harus didahulukan orang-orang (para ashabah) yang lebih dekat pertaliannya
dengan orang yang meninggal. Jadi, penentuannya diatur menurut nomor urut tersebut
di atas. Jika ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari anak laki-laki dan anak
perempuan, maka mereka mengambil semua harta ataupun semua sisa. Cara
pembagiannya ialah, untuk anak laki-laki mendapat dua kali lipat bagian anak
perempuan. Firman Allah dalam al-Qur’an: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang
(pembagian pusaka untuk) anakanakmu. yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama
dengan bagahian dua orang anak perempuan”. (Q.S.An-Nisa’[4] : 11)
2. Ashabah Bilghair yaitu anak perempuan, cucu perempuan, saudara perempuan
seayah, yang menjadi ashabah jika bersama saudara laki-laki mereka masing-masing
(‘Ashabah dengan sebab terbawa oleh laki-laki yang setingkat ). Berikut keterangan
lebih lanjut terkait beberapa perempuan yang menjadi ashabah dengan sebab orang
lain:
a. Anak laki-laki dapat menarik saudaranya yang perempuan menjadi ‘ashabah
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki, juga dapat menarik saudaranya yang perempuan
menjadi ‘ashabah.
c. Saudara laki-laki sekandung, juga dapat menarik saudaranya yang perempuan
menjadi ‘ashabah.
d. Saudara laki-laki sebapak, juga dapat menarik saudaranya yang perempuan
menjadi ‘ashabah.
Ketentuan pembagian harta waris dalam ashabah bil ghair, “bagian pihak laki-laki
(anak, cucu, saudara laki-laki) dua kali lipat bagian pihak perempuan (anak, cucu,
saudara perempuan)”. Allah berirman adalam al-Qur’an: “Jika mereka (ahli waris itu
terdiri dari) Saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara
laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan”. (.Q.S, An-Nisa’ [4] :
176 )
G. Hijab
Hijab adalah penghapusan hak waris seseorang, baik penghapusan sama sekali
ataupun pengurangan bagian harta warisan karena ada ahli waris yang lebih dekat
pertaliaannya (hubungannya) dengan orang yang meninggal. Oleh karena itu hijab ada
dua macam
1. Hijab hirman yaitu penghapusan seluruh bagian, karena ada ahli waris yang lebih
dekat hubungannya dengan orang yang meninggal. Contoh cucu laki-laki dari anak
laki-laki, tidak mendapat bagian selama ada anak laki-laki.
2. Hijab nuqshon yaitu pengurangan bagian dari harta warisan, karena ada ahli waris lain
yang membersamai. Contoh : ibu mendapat 1/3 bagian, tetapi kala yang meninggal
mempunyai anak atau cucu atau beberapa saudara, maka bagian ibu berubah menjadi
1/6.
Dengan demikian ada ahli waris yang terhalang (tidak mendapat bagian) yang disebut
mahjub hirman, ada ahli waris yang hanya bergeser atau berkurang bagiannya yang
disebut mahjub nuqshan. Ahli waris yang terakhir ini tidak akan terhalang meskipun
semua ahli waris ada, mereka tetap akan mendapat bagian harta warisan meskipun dapat
berkurang. Mereka adalah ahli waris dekat yang disebut al-aqrabun. Mereka terdiri dari :
Suami atau istri, Anak laki-laki dan anak perempuan, Ayah dan ibu.
1. Ahli waris yang terhalang
Berikut di bawah ini ahli waris yang terhijab atau terhalang oleh ahli waris yang lebih
dekat hubungannya dengan yang meninggal. Mereka adalah:
a. Kakek (ayah dari ayah) terhijab/terhalang oleh ayah. Jika ayah masih hidup maka
kakek tidak mendapat bagian.
b. Nenek (ibu dari ibu) terhijab/terhalang oleh ibu
c. Nenek dari ayah, terhijab/terhalang oleh ayah dan juga oleh ibu
d. Cucu dari anak laki-laki terhijab/terhalang oleh anak laki-laki
Cara pelaksanaan pembagian : jika seorang mendapat bagian 1/3 dan mendapat
bagian 1/2, maka pertama-tama kita harus mencari KPK ( Kelipatan Persekutuan
Terkecil) dari bilangan tersebut. KPK dari kedua bilangan tersebut adalah 6, yaitu
bilangan yang dapat dibagi dengan angka 3 dan 2. Contoh : Seorang meninggal ahli
waris terdiri dari ibu, bapak, suami, seorang anak laki-laki dan anak perempuan,
kakek, dan paman.
A. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan memberikan tanda silang (x) salah
satu jawaban yang kamu anggap benar !
1. Dari segi bahasa, kata mawaariits merupakan bentuk jamak dari kata miraatsun yang
artinya…
a. Harta yang diwariskan
b. Harta yang dibagikan
c. Harta hasil pembagian
d. Harta mewarisi
e. Harta yang meninggal
2. Manakah dibawah ini yang merupakan rukun-rukun mawarits?
a. Waris, Muwaris, Muallaf
b. Waris, Muwaris, Mawaris
c. Muaris, Mawaris, Maurus
d. Waris, Mawaris, Maurus
e. Maurus, Mawaris, Faraidh
3. Hukum membagi harta waris sesuai dengan sabda Rasulullaah SAW yang
diriwayatkan oleh…
a. HR. Muslim
b. HR. Abu Dawud
c. HR. Ahmad
d. HR. Bukhari dan Muslim
e. HR. Muslim dan Abu Dawud
4. Beberapa hal yang harus ditunaikan terlebih dahulu oleh ahli waris sebelum harta
warisan dibagikan adalah, kecuali…
a. Zakat
b. Hutang
c. Sedekah
d. Belanja
e. Wasiat
B. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan tepat dan benar !
EVALUASI UNIT 1
PILIHAN GANDA
1. B
2. E
3. B
4. A
5. D
6. C
7. E
8. D
9. E
10. B
URAIAN
1. Pembunuhan sengaja adalah pembunuhan terencana dengan menggunakan alat atau cara-
cara yang biasanya mematikan seseorang. Semisal seorang yang dengan sengaja
membunuh orang baik-baik dengan menggunakan pisau. Pelaku pembunuhan sengaja
diqishash. Adapun jika keluarga korban memaakan pembunuh maka hukuman bagi
pembunuh adalah membayar diyat mughaladzah yang diambilkan dari hartanya dan
dibayarkan secara tunai. Selain itu pembunuh juga harus membayar kaffarah.
2. Contoh pembunuhan sengaja adalah :
a. Seseorang yang terjatuh dari tangga menimpa bayi yang berada di bawahnya hingga
mati. Kesalahan semisal ini masuk dalam kategori kelalaian.
b. Pemburu yang membidikkan senanpannya ke binatang, akan tetapi targetnya meleset
dan mengenai seseorang hingga meninggal. Kesalahan ini disebut salah dalam
perbuatan.
3. Untuk memelihara kehormatan dan keselamatan jiwa manusia. Karenanya, pembunuh
diancam dengan qishash di dunia, dan neraka jahannam di akhirat.
PILIHAN GANDA
1. D
2. C
3. A
4. C
5. A
6. E
7. D
8. C
9. B
10. B
URAIAN
1. Zina mukhson yaitu perbuatan zina yang dilakukan oleh seorang yang sudah menikah,
baik suami, istri, janda ataupun duda. Had yang diberlakukan kepada pezina mukhshon
adalah rajam hingga mati. Sedangkan zina ghoiru mukhshon adalah zina yang dilakukan
seseorang yang belum pernah menikah. Had bagi pelakunya adalah cambukkan 100 kali.
2. Hikmah diharamkannya zina adalah sebagai berikut :
a. Pengakuan pelaku zina
b. Menjaga harga diri dan kehormatan manusia
c. Menjaga ketertiban dan keteraturan rumah tangga
3. Cambukan 80 kali bagi pelaku qadzaf yang merdeka, dan cambukkan 40 kali bagi pelaku
qadzaf yang berstatus sebagai hamba sahaya.
4. Jumlah had deraan peminum khamr menurut imam Syafi’i, Abu Dawud, dan ulama
Dzahiriyyah adalah 40 kali. Akan tetapi imam (penguasa) boleh menambahkan jumlah
cambuk menjadi 80 kali. Tambahan tersebut masuk dalam kategori ta’zir yang
merupakan hak imam (penguasa).
5. Urutan pelaksanaan had perampokan secara tauzi’i yaitu :
a. Potong tangan kanan jika pencurian baru dilakukan pertama kali.
b. Potong kaki kiri jika pencurian dilakukan untuk kali kedua.
c. Potong tangan kiri jika pencurian dilakukan untuk kali ketiga.
d. Potong kaki kanan jika pencurian dilakukan untuk kali keempat.
PILIHAN GANDA
1. A
2. C
3. C
4. D
5. C
6. A
7. B
8. B
9. E
10. B
URAIAN
1. Secara istilah, peradilan adalah suatu lembaga pemerintah atau negara yang ditugaskan
untuk menyelesaikan atau menetapkan keputusan perkara dengan adil berdasarkan hukum
yang berlaku.
2. Fungsi terpenting dari adanya peradilan:
a. Menciptakan ketertiban dan ketentraman masyarakat.
b. Mewujudkan keadilan yang menyeluruh bagi seluruh lapisan masyarakat.
c. Melindungi jiwa, harta, dan kehormatan masyarakat.
d. Mengaplikasikan nilai-nilai amar makruf nahi munkar, dengan menyampaikan hak
kepada siapapun yang berhak menerimanya dan menghalangi orang-orang zhalim dari
tindak aniaya yang akan mereka lakukan.
3. Hakim tidak boleh menjatuhkan vonis hukuman dalam beberapa keadaan berikut:
a. Saat marah
b. Saat lapar
c. Saat kondisi fisiknya tidak stabil karena banyak terjaga (begadang)
d. Saat sedih
e. Saat sangat gembira
f. Saat sakit
g. Saat sangat ngantuk
h. Saat sedang menolak keburukan yang tertimpakan padanya
i. Saat merasakan kondisi sangat panas atau sangat dingin
PILIHAN GANDA
1. C
2. E
3. A
4. A
5. A
6. E
7. D
8. A
9. B
10. C
URAIAN
1. Hukum ini berlaku bagi seseorang yang menikah dengan tujuan menyakiti istrinya,
mempermainkannya serta memeras hartanya.
2. Perempuan- perempuan yang boleh dipinang ada tiga, yaitu sebagai berikut :
a. Perempuan yang bukan berstatus sebagai istri orang.
b. Perempuan yang tidak dalam masa ’iddah.
c. Perempuan yang belum dipinang orang lain.
3. Ibu, nenek secara mutlak dan semua jalur ketasnya, anak perempuan dan anak
perempuannya beserta semua jalur ke bawah, anak perampuan dari anak laki-laki dan
perempuannya beserta semua jalur ke bawah, saudara perempuan secara mutlak.
4. Ada beberapa sebab yang menjadikan seorang wanita tidak boleh dinikahi sementara
waktu, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Petalian nikah
b. Thalaq bain kubra (cerai tiga)
c. Memadu dua orang perempuan bersaudara
d. Berpoligami lebih dari empat
e. Perbedaan agama
5. Kafaah atau kufu artinya kesamaan, kecocokan dan kesetaraan. Dalam konteks
pernikahan berarti adanya kesamaan atau kesetaraan antara calon suami dan calon isteri
dari segi (keturunan), status sosial (jabatan, pangkat) agama (akhlak) dan harta kekayaan.
URAIAN
1. Tujuan ilmu mawaris:
a. Memberikan pembelajaran bagi kaum muslimin agar bertanggung jawab dalam
melaksanakan syariat Islam yang terkait dengan pembagian harta waris.
b. Menyodorkan solusi terbaik terhadap berbagai permasalahan seputar pembagian harta
waris yang sesuai dengan aturan Allah ta’ala.
c. Menyelamatkan harta benda si mayit hingga tidak diambil orang-orang dzalim yang
tidak berhak menerimanya.
2. Ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang waris:
a. Surat an-Nisa ayat 7: "Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-
bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta
peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian
yang telah ditetapkan.(QS. an-Nisa’ : 7)
b. ”Belajarlan ilmu faraidh (warisan) dan ajarkanlah ilmu tersebut. Karena
sesungguhnya ia merupakan setengah dari ilmu, dan ia akan dilupakan, dan ia
merupakan ilmu yang pertama kali dicabut dari umatku.” (H.R. Ibnu Majah, ad-
Daruqutni).
3. Ahli waris laki-laki ada lima belas orang, yaitu:
a. Suami
b. Anak laki-laki
c. Cucu laki-laki
Ali, Muhammad. 2020. Fiqih Munakahat. Lampung: Laduni Alifatama. Cetakan ke-3
Kosim. 2012. Fiqh Peradilan. Yogyakarta: Diandra Press IKAPI. Cetakan ke-2
Marsaid. 2020. Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam). Palembang: Rafah Press.
Nurcholis, Ahmad, dkk,. 2019. Buku Siswa Fikih Kelas XI (Draf Uji Publik). Kementerian
Agama RI: Jakarta. Cetakan ke-1.
Soewarno, Tri Bimo, dkk,. 2015. Buku Guru Fikih (Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013).
Kementerian Agama RI: Jakarta. Cetakan ke-1.
Soewarno, Tri Bimo, dkk,. 2015. Buku Siswa Fikih Kelas XI (Pendekatan Saintifik Kurikulum
2013). Kementerian Agama RI: Jakarta. Cetakan ke-1.
Supardin. 2020. Fikih Mawaris & Hukum Kewarisan (Studi Analisis Perbandingan).
Sulawesi Selatan: Pusaka Almaida. Cetakan ke-1