BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.3. Patofisiologi
Menurut Sylvia A. Price (2005) dan Smeltzer C. Suzanne (2001),
stroke infark disebabkan oleh trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh
darah otak) dan embolisme serebral (bekuan darah atau material lain). Stroke
infark yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar
7
Merangsang pelepasan
norepinehrin
Tindakan Pembedahan
Vasokonstriksi vaskuler
Perdarahan intracerebral,
Tekanan Vaskuler meningkat
subdural dan epidural
Perdarahan
Suplai darah & oksigen ke
otak menurun
9
Infark Cerebri
Batang Otak
Refelek patologi +
Kematian
Ggn. Bersihan jalan nafas
Gangguan pola nafas NOC: Status pernafasan
NOC: Status respirasi
(ventilasi) NIC: Pengelolaan jalan
nafas
NIC: Pemantauan
pernfasan
Reflek menelan turun
Cerebelum
Motorik
NOC: Mobilitas
Ggn. Perawatan diri Butuh keterlibatan keluarga
NIC: Terapi aktivitas
(ambulasi)
Resiko atrofi
Ambulasi menurun
traktus
12. Ajarkan pada keluarga tentang
luka dan perawatan luka
13. Kolaburasi ahli gizi pemberian
diae TKTP, vitamin
14. Cegah kontaminasi feses dan
urin
15. Lakukan tehnik perawatan luka
dengan steril
16. Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka
6 Resiko tinggi ketidakefektifan pola 1. Status Respirasi: Ventilasi Manajemen Jalan Nafas
napas berhubungan dengan 2. Status Respirasi: Patensi Jalan Nafas 1. Posisikan pasien untuk
menurunnya reflek batuk dan 3. Status vital sign memaksimalkan ventilasi
menelan, immobilisasi. Kriteria Hasil: 2. Pasang mayo bila perlu
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan 3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
suara nafas yang bersih, tidak ada 4. Keluarkan sekret dengan batuk
sianosis dan dyspneu (mampu atau suction
mengeluarkan sputum, mampu bernafas 5. Auskultasi suara nafas, catat
dengan mudah, tidakada pursed lips) adanya suara tambahan
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten 6. Berikan bronkodilator
(klien tidak merasa tercekik, irama 7. Berikan pelembab udara Kassa
nafas, frekuensi pernafasan dalam basah NaCl Lembab
rentang normal, tidak ada suara nafas 8. Atur intake untuk cairan
abnormal) mengoptimalkan keseimbangan
3. Tanda Tanda vital dalam rentang 9. .Monitor respirasi dan status O2
normal (tekanan darah, nadi, 10. Bersihkan mulut, hidung dan
pernafasan) secret Trakea
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan tanggal 09 Mei 2019
Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Pendidikan : SMA
Alamat : Desa Pandan Sari
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Penurunan Kesadaran
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 6T (E1 M5 VT)
dan terdapat banyak sekret pada ETT. Keluarga klien menolak untuk
melakukan tindakan operasi.
Pola nafas cepat dan reguler, frekuensi nafas 26 x/i, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan. Suara nafas gurgling, reflek
batuk ada tapi tidak efektif.
h. Jantung : Dinding dada simetris, irama jantung teratur dan
frekuensinya sama dengan nadi radialis, HR: 108x/i terdengar suara
lup dup.
i. Abdomen: Bentuk perut simetris kiri dan kanan, terdapat gerakan
bising usus > 15 kali/menit.
j. Genitalia: Organ genitalia lengkap dan tidak ada kelainan, bersih dan
terpasang urine kateter No 18 terpasang tanggal 25 April 2019
k. Anal: terdapat lubang anal dan tidak ada kelainan, daerah sekitar
anal bersih.
l. Ekstremitas atas : bentuk simetris kiri dan kanan dan sama panjang
antara kedua tangan, jumlah jari lengkap 10 jari (kanan dan kiri),
kulit teraba lembab dan turgor kulit kembali cepat, tidak ada luka.
Adanya kelemahan dan tidak dapat digerakkan. Kekuatan otot
ekstremitas sinistra 3 dan ekstremitas dekstra 1.
m. Ekstremitas bawah : bentuk simetris kiri dan kanan dan sama
panjang antara kedua kaki, jumlah jari lengkap 10 jari (kiri dan
kanan), ekstremitas dekstra kekuatan otot 1 dan ekstremitas sinistra 3
(hemiparesis dekstra).
n. Tanda-tanda vital: RR: 20x/i, HR: 108 x/i, TD: 155/87mmHg, T:
37,9°C
sistem hati
pernafasan,
sinusitis, infeksi
kulit, plak
pneumonic dan
septiicemic
2 Furosemid 20 mg/ 12 jam Mengatasi Pusing, vertigo,
penumpukan mual & muntah,
cairan dan penglihatan buram,
pembengkakan diare, konstipasi
kepala
3 Omeprazole 40 mg/ 12 jam Mengurangi Sakit kepala,
produksi asam sembelit atau
lambung, konstipasi, diare,
mencegah dan sakit perut, nyeri
mengobati sendi, sakit
gangguan tenggorokan, kram
pencernaan atau otot, hilang selera
nyeri ulu hati, makan
tukak lambung,
sindrom
Zollinger-
Ellison, GERD,
dan infeksi
H.Pylori, serta
mengurangi
produksi asam
lambung selama
operasi
4 Vip Albumin 3 x 1 Sachet Meningkatkan Tidak ada efek
daya tahan
samping kecuali
tubuh, bagi mereka yang
meningkatkan alergi. Bisa terjadi
kadar albumin gatal, ruam kulit,
dan hemoglobin pembengkakan
(Hb), seagai
pada wajah, bibir,
nutrisi tambahansaluran nafas dan
untuk lansia, ibu
terkadang sesak
hamil, dan anak nafas.
5 Amlodipine 1 x 10 mg Mengobati Edema paru, sakit
tekanan darah kepala, palpitasi,
tinggi dan
pusing, mual,
penyakit arteri flushing, gangguan
koroner. seksual pada laki-
laki, kram otot
6 Pulmicort 1 fls/ 12 jam Menangani dan Sakit kepala, mual,
meredakan sakit perut,
gejala asma, gangguan
33
Hemiparese Dextra
Klien Terpasang ETT Gangguan Mobilitas Fisik
No 7.5
Tingkat
ketergantungan total
Head CT Scan tgl 25
April 2019: ICH right
parietal lobe
tanda setelah
dilakukan tindakan.
2 Gangguan pola nafas Setelah dilakukan Airway Management
inefektif asuhan keperawatan 1. Pertahankan
3 x 24 jam klien kepatenan jalan
menunjukan pola nafas
nafas yang efektif 2. Beri posisi head
up 30-40 derajat
Kriteria Hasil: untuk
memaksimalkan
1. Pernafasan 16-
ventilasi.
20x/menit,
3. Keluarkan secret
teratur dengan suction.
2. suara nafas
bersih Oxygen Therapy
3. pernafasan 1. Pertahankan
vesikuler jalan nafas yang
4. Saturasi O2: ≥ paten
96% 2. Monitor aliran
Oksigen
3. Monitor adanya
tanda-tanda
hypoventilasi
Monitor neurologi
1. Monitor tingkat
kesadaran (GCS)
2. Monitor refleks
batuk dan
menelan
3. Pantau ukuran
pupil,bentuk,
kesimetrisan
4. Monitor TTV
5. Posisikan head
up (30- 40
derajat)
6. Beri terapi O2
sesuai anjuran
medis
7. Kolaborasi
pemberian terapi
medis
4 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan 1. Monitoring vital
fisik tindakan sign
keperawatan sebelum/sesudah
selama 3x 24 jam, latihan dan lihat
gangguan respon pasien
mobilitas fisik saat latihan
teratasi 2. Konsultasikan
dengan terapi
Kriteria Hasil: fisik tentang
1. Ekstremitas atas rencana ambulasi
dan bawah tidak sesuai dengan
kaku kebutuhan
2. Tidak terjadi 3. Kaji kemampuan
kontraktur pasien dalam
3. Ekstremitas Atas mobilisasi
dan Bawah dapat 4. Latih pasien
38
digerakkan dalam
pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri
sesuai
kemampuan
5. Lakukan ROM
Pasif
3.6. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
No Diagnosa Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Bersihan jalan 09 Mei 2019 Pukul 14.00 Wib
nafas tidak
efektif 08.00 Wib Mendengarkan S: -
bunyi nafas: O: Pasien
vesikuler terpasang ETT,
09.00 Wib Mengganti Cuff 25 mmHg
fiksasi ETT dengan. Terdapat
10.00 Wib Mengelevasi/ sekret/slem di
meninggikan dalam mulut dan
kepala 30° ETT, ETT No.7,5
Mengatur dan terpasang
humidifier NGT No.16,
10.30 Wib ventilasi 36°C Rate: 14 x/i,
Melakukan elevasi kepala
penghisapan 30°, bunyi nafas
dengan suction ronkhi basah
melalui mulut lapangan paru
dan ETT, bawah
secret banyak A: Bersihan jalan
10.45 Wib dan encer. nafas belum
Melakukan teratasi
fisioterapi P: Rencana
dada tindakan
dilanjutkan
Pantau
hemodinamika
Pantau
humidifikasi
Lakukan
penghisapan/
suctionning
Lakukan
fisioterapi dada
Elevasi kepala
30°
2 Gangguan pola 09 Mei 2019 Pukul 14.00 Wib
39
nafas inefektif
Mengkaji S:-
09.00 wib
suara nafas O : Pasien
dan terpasang ETT
kepatenan dan pernfasaan
jalan nafas connect ke mesin
09.10 Wib Memantau ventilator dengan
pemakaian modus SIMV/TV
ventilator 400/RR: 10/Peep
09.15 Wib 5/PS: 10/FiO2
Melakukan
suction, chest 40%,
fisioterapi Tanda-tanda vital:
09.30 Wib
Memberi RR: 26 x/i, saO2:
posisi head 98%
13.00 Wib up 45o A : Gangguan
Memberi pola nafas belum
obat teratasi
bronchodilat P : Rencana
or sesuai tindakan
intruksi diteruskan
dokter - Beri posisi
head up
- Suction
- Chest
Fisioterapi
- Beri obat
bronchodilator
sesuai
instruksi
dokter
3 Gangguan 09 Mei 2019 Pukul 14.00 Wib
perfusi jaringan:
serebral 09.00 WIB Mengukur vital S: -
sign: TD: O: Pasien
137/84 mmHg, terpasang ETT,
HR: 100x/i, T: kesadaran
37,2°C, RR: 26 somnolent, TD:
x/i 137/84 mmHg,
09.30 wib HR: 100x/ i, RR:
Kesadaran
sopor, GCS: 26 x/i, suhu
6T (E1, M5, 37,2°C, MAP:
10.00 Wib VT) 101 mmHg,
Memeriksa tanda-tanda
adanya tanda- peningaktan TIK
tanda TIK: tidak ada.
diameter pupil A: Gangguan
mata kanan perfusi serebral
dan kiri 3 mm, belum teratasi
40
fisioterapi
- Suction
- Chest Fisioterapi
- Beri obat
bronchodilator
sesuai instruksi
dokter
- Pantau hasi AGDA
09.00 Wib 3 Mengukur vital sign: TD: S: -
120/90 mmHg, HR: 99x/i, O: Keadaan umum
T: 37°C, RR: 26x/i pasien: berat, pasien
Kesadaran sopor, GCS: 3T terpasang ETT dengan
(E2, M2, VT) VM SIMV/RR: 12/ PS:
10.00 Wib 10/ PEEP : +5/ FiO2:
Meninggikan kepala 30 °
10.15 Wib 40%/ TV: 400
Mengukur diameter pupil
mata kanan dan kiri 3 mm, kesadaran sopor GCS
adanya reflek cahaya pupil 3T (E1 M2 VT)
11.00 Wib mengecil. A: Gangguan perfusi
Memberikan diuretik jaringan cerebral belum
manitol 125 mg/8 jam teratasi
Memberikan injeksi P: Rencana tindakan
Phenitoin 100 mg dilanjutkan
Memberikan injeksi Pantau hemodinamika
12.00 Wib Pantau hasil darah
Ranitidine 50 mg
14.00 Wib lengkap
Mengukur CVP 7,7 mmHg
Mengukur intake cairan Kaji kesadaran klien
14.30 Wib Pantau diameter pupil
dan urin output.
Memberikan diet susu 250 Berikan diuretik
cc melalui NGT. (manitol)
Pantau intake dan
output cairan 24 jam.
Input: 5171 cc
Output: 4500cc
IWL: 216cc
- Balance cairan:
455cc
10.30 Wib 4 1. Memantau TTV S:-
10.35 Wib 2. Mendampingi ahli O : Kesadaran: Sopor,
Fisioterapi melakukan GCS 3T (E1 M2 VT)
tindakan fisioterapi Tangan dan kaki lemah
terhadap klien Ekstremitas atas dekstra
11.00 Wib 3. Memberi diet klien 1 dan sinistra 1.
12.00 Wib 4. Mengubah posisi pasien: Ekstremitas bawah
Miring ke kiri dengan dekstra 1 dan sinistra 1.
posisi head up A : Gangguan
mobilisasi fisik belum
teratasi
P : Intervensi
diteruskan
45
Pantau diameter
pupil
Berikan diuretik
(manitol)
Pantau intake dan
output cairan 24
jam.
Input: 4205 cc
Output: 4200cc
IWL: 216cc
Balance cairan: -
211cc
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis
temukan selama praktek kasus implementasi antara tinjauan teoritis dengan
tinjauan kasus di Ruang ICU Dewasa RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2019.
Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan evaluasi.
4.1. Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh
pengumpulan data yang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini penulis
menemukan kesulitan, dikarenakan pasien mengalami penurunan kesadaran
(apatis). Sehingga penulis hanya mendapatkan informasi dari keluarga klien dan
berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan diagnostik.
Pada pengkajian pasien dengan Stroke Hemoragik pada tinjauan teoritis
dan tinjauan kasus terdapat kesenjangan. Pada tinjauan teoritis dilakukan
pemeriksaan saraf kranial, tetapi pada tinjauan kasus hal tersebut tidak dapat
penulis kaji dikarenakan klien mengalami penurunan kesadaran dan sistem saraf
kranial yang dapat penulis lakukan hanya pada saraf kranial occulomotorius, yaitu
diameter pupil & refleks cahaya. Pengkajian data subjektif tidak dapat dilakukan
karena pasien mengalami penurunan kesadaran dan terpasang alat bantu selang
nafas, yaitu ETT. (Endo Tracheal Tube).
Pada tinjauan teoritis terdapat tujuh (7) pemeriksaan penunjang, tetapi
pada tinjaun kasus hanya dilakukan data penunjang Head CT Scan, Foto Thorax
dan pemeriksaan Laboratorium.
dengan optimal. Intervensi yang diberikan sesuai dengan teoritis NANDA (NOC
NIC)
4.5. Evaluasi
Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan
keluarga klien, dokter dan perawat ruangan, sehingga hasil yang ditetapkan
dapat diamati dengan jelas, disamping itu keluarga klien memberikan respon
yang positif terhadap tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
Pada tahap evaluasi, berdasarkan hasil dari pelaksanaan tindakan
keperawatan yang belum teratasi adalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Gangguan pola nafas inefektif
3. Gangguan perfusi jaringan: serebral
4. Gangguan mobilitas fisik
Adapun alasan diagnosa yang diangkat belum teratasi adalah karena klien masih
terpasang ETT No 7.5, penumpukan sekret masih ada, kesadaran klien semakin
menurun yaitu: coma, hal ini dikarenakan keluarga klien menolak untuk dilakukan
tindakan operasi untuk evakuasi perdarahan.
Berdasarkan jurnal tentang “pengaruh elevasi kepala terhadap klien stroke
hemoragik terhadap tekanan darah dan tekanan intrakranial” , dengan memberikan
elevasi kepala (head up) dapat memperbaiki aliran darah arteri sehingga perfusi
jaringan cerebral menjadi lebih baik sehingga dapat mencegah terjadinya
peningkatan TIK dan peningkatan tekanan darah. Pada saat tindakan ini dilakukan
tanda-tanda adanya peningkatan TIK tidak ditemukan yang ditandai dengan
51
tekanan darah pasien turun dan stabil, diameter pupil 3 mm kiri dan kanan dan
reflek cahaya positf 1. Selain itu juga dalam jurnal “pengaruh latihan Range Of
Motion terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien dengan stroke
hemoragik” didapat hasil bahwa tindakan kurang memberi pengaruh terhadap
peningkatan kekuatan otot klien, hal ini dikarenakan keadaan klien yang semakin
memburuk dan tingkat kesadaran menurun, yaitu: coma.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien Ny. A dengan
gangguan sistem neurologi: Spontaneous ICH di ruang ICU Dewasa RSUP H.
Adam Malik Medan tahun 2019. Adapun kesimpulan tersebut adalah:
1. Pada pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh
pengumpulan data yang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini
penulis menemukan kesulitan, dikarenakan pasien mengalami penurunan
kesadaran (apatis). Sehingga penulis hanya mendapatkan informasi dari
keluarga klien dan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan diagnostik.
Pada pengkajian pasien dengan spontaneous ICH pada tinjauan teoritis dan
tinjauan kasus terdapat kesenjangan. Pada tinjauan teoritis dilakukan
pemeriksaan saraf kranial, tetapi pada tinjauan kasus hal tersebut tidak
dapat penulis kaji dikarenakan klien mengalami penurunan kesadaran dan
sistem saraf kranial yang dapat penulis lakukan hanya pada saraf kranial
occulomotorius, yaitu diameter pupil & refleks cahaya. Pengkajain data
subjektif tidak dapat dilakukan karena pasien mengalami penurunan
kesadaran dan terpasang alat bantu selang nafas, yaitu ETT. (Endo
Tracheal Tube). Pada tinjauan teoritis terdapat tujuh (7) pemeriksaan
penunjang, tetapi pada tinjaun kasus hanya dilakukan data penunjang Head
CT Scan, Foto Thorax dan pemeriksaan Laboratorium.
2. Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis mengacu pada pengkajian yang
dilakukan sehingga masalah keperawatan yang ada pada tinjauan kasus
adalah:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Gangguan pola nafas inefektif
c. Gangguan perfusi jaringan: serebral
d. Gangguan mobilitas fisik
53
5.2. Saran
1. Bagi Rumah sakit
Rumah Sakit harus menyediakan sarana dan praarana yang lengkap guna
membantu dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan sehingga memberikan
rasa puas pada klien.
2. Bagi Perawat/ Petugas Kesehatan
a. Perawat hendaknya membekali diri dengan pengetahuan serta
ketrampilan yang cukup agar dapat menerapkan proses keperawatan
dengan baik sehingga dapat mengatasi permasalahan klien.
b. Sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat dalam memberikan
pelayanan Asuhan Keperawatan terhadap klien hendaknya pelayanan
54
DAFTAR PUSTAKA
Supadi (2011). Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik
Terhadap Tekanan Rata-Rata Arterial, Tekanan Darah Dan Tekanan
Intra Kranial Di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto. Akademi
Keperawatan Kemenkes Semarang