Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di tengah-tengah kemajemukan masyarakat di Indonesia sekarang ini, PAK hendaknya


diarahkan kepada kemandirian iman dan memampukan seorang Kristen menepatkan dirinya
di tengah-tengah masyarakat yang majemuk. Oleh karena itu, PAK harus mampu membawa
peserta didik pada keterbukaan dan memungkinkan peserta didik untuk melihat orang lain
bukan sebagai musuh melainkan sebagai sahabat dalam kehidupan terutama dalam perbuatan
kebajikan. Keterbukaan memungkinkan orang-orang Kristen untuk dapat menjadi berkat bagi
sesamanya dan mampu menjadi gereja bagi orang lain yang tak seiman.
Pendidikan Agama Kristen menjadi penting karena penganut agama Kristen termasuk
penganut yang minoritas dan orang-orang Kristen akan selalu bersentuhan dengan berbagai
bidang kehidupan sehingga kehadiran PAK di tengah-tengah masyarakat majemuk tersebut
menjadi penting agar orang-orang percaya dapat mengaplikasikan imannya dalam hidup
sehari-hari dan hendaknya menyadari sikap tertutup dengan dunia sekitar, sebaliknya terbuka
dan penuh keberanian dan berlandaskan kasih, mendemonstrasikan kasih Allah di tengah-
tengah dunia ini.
B. Rumusan masalah
a. Pentingnya PAK dalam masyarakat majemuk
b. PAK dalam konteks Kekristenan
c. PAK dalam konteks agama-agama
d. Kekuatan dan kelemahan heterogenitas agama-agama
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini buat untuk:
a. Menyelesaikan tugas mata kuliah PAK dan Masyarakat Majemuk
b. Memahami pentingnya PAK dalam masyarakat majemuk
c. Memahami PAK dalam knteks Kekristenan
d. Memahami PAK dalam konteks agama-agama
e. Memahami kekuatan dan kelemahan heterogenitas agama-agama

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pentingnya PAK dalam Masyarakat Majemuk


Dengan memperhatikan realitas konteks seperti diuraikan sebelumnya, maka jelas bahwa
upaya merumuskan PAK dalam konteks masyarakat majemuk adalah suatu yang sangat
mendesak di Indonesia saat ini. Orang Kristen tidak dapat membangun kekristenan terlepas
dari realitas kemajemukan tersebut. Memang harus diakui bahwa pada masa lalu gereja
seakan-akan membangun diri tanpa bersentuhan dengan kepelbagaian itu.
Dalam sejarah umat Israel sebagai umat pilihan Allah sikap eksklusif dibangun dengan
sangat rapi, mereka memisahkan diri dari bangsa-bangsa “kafir”bahkan memusuhi mereka
dan mereka lupa bahwa pemilihannya adalah untuk menjadi saluran berkat (Kej 12:1-9).
Kesalahan umat Israel tersebut kemudian diulangi kembali oleh gereja sejak bertumbuhnya
kekristenan di Eropa.
Kekristenan yang dibawa ke Indonesia adalah kekristenan yang sudah berkembang dalam
situasi Eropa. Oleh karena itu, sikap triumfalisme (sikap yang menganggap agama sendiri
sebagai kebenaran dan menilai agama lain sebagai musuh) melekat pada kekristenan tersebut.
Karena itu tidak heran jika para Zending melihat budaya, adat istiadat dan keyakinan lain
selain Eropa dan Kristen adalah kafir dan harus dikristenkan dan dieropakan. Dalam situasi
seperti ini PAK memainkan peranan penting dimana generasi mudah didik baik di gereja
maupun di sekolah generasi yang hidup dalam konteks yang sangat pluralistik. Sebaiknya
gereja tidak mendideik generasi muda dengan mempertentangkan perbedaan diantara agama-
agama dan budaya yang ada ataupun aliran lain, sehingga mereka tidak menghindari untuk
bertemu walaupun sekedar bertegur sapa.
Dengan demikian, hal ini akan menolong peserta didik untuk melihat secara tajam
kekhasan iman Kristen sekaligus belajar dari cara pandang iman lain. Maksudnya agar dapat
membangun peserta didik untuk memiliki identitas dan komitmen yang jelas tentang
imannya dan sekaligus membangun dengan orang yang berkepercayaan lain dan berinteraksi
secara positif tanpa saling mengorbankan. Karena itu, penting untuk mendidik mereka untuk
tidak hanya mengerti imannya secara sadar tetapi juga mampu melihat aliran atau agama lain
secara obyektif tanpa harus terpengaruh.

2
Demikian juga dengan budaya-budaya lain yang dapat dijadikan sebagai sarana dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen. Harus diakui bahwa begitu banyak unsur budaya
local/tradisional yang sangat baik untuk menjadi sarana dalam PAK. Misalnya kebiasaan
mendongeng orang tua kepada anak-anak.
Ada beberapa alasan yang endorong orang percaya untuk melihat perlunya PAK
menanggapi secara serius keberagaman agama dalam masyarakat majemuk yakni:
1. Konteks PAK di Indonesia adalah masyarakat yang multicultural yang diwarnai
dengan kemajemukan dalam agama dan kepercayaan.
2. Adanya hubungan timbal balik antara PAK dan masyarakat multicultural
3. Mempelajari satu agama saja dalam masyarakat majemuk mencapai kegiatan yang
tidak memadai di pandang dari hakikat pendidikan
4. Orang percaya memerlu kan pendidikan religious jika gereja hendak melaksanakan
tugasnya di dalam dunia
5. Fungsi guru perlu dimaksimalkan dengan mengupayakanpemerdayaan melalui
penyadaran dan peningkatan wawasan tentang kemajemukan masyarakat serta
keterampilan mengelola kemajukan dalam masyarakat
6. Meningkatkan kesadaran untuk menyebarkan gagasan dan nilai-nilai yang terkait
dengan multikulturalisme untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mengelola kehidupan bersama yang majemuk.
7. Menguatnya wawasan multikulturalisme pada masyarakat luas melalui peran guru-
guru agama,baik di sekolah mapun masyarakat yang diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola berbagai keragaman atas
dasar nilai kesetaraan,keadilan dan demokrasi.
8. Aktivitas dialog antaragama dan keyakinan bias berperan lebih signifikan dalam
gerakan sosial untuk perubahan menuju masyarakat yang toleran,menjunjung nilai-
nilai kesetaraan antar manusia dan demokratis.
9. Guru agama sebagai pelaksana pendidikan agama di sekolah adalah kunci yang
sangat penting dalam mentransformasikan wacana keagamaan agar agama tidak
menjadi penyekat yang membuat jurang relasi antar kelompok masyarakat.

3
10. Guru mengajak siswa untuk menghadapi realitas keragaman dalam masyarakat
dengan santun dan adil,tanpa beban-bedan batin yang muncul karena prasangka
antar kelompok keagamaan.
B. PAK dalam Konteks Kekristenan
Berkaitan dengan pluralitas masyarakat, maka PAK di sekolah harus turut
menyumbangkan pembinaan agar pluralitas tersebut tetap sebagai potensi yang
memungkinkan masyarakat hidup berdampingan secara damai dan menyumbangkan
perannya membentuk peserta didik siap dan mampu menghadapi perbedaan.
Ada beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam pelaksanaan PAK di sekolah.
1. PAK bukan untuk mengajarkan suatu dokrin gereja
Keberadaan siswa disekolah berasal dari beberapa organisasi dan aliran gereja. Hal
tersebut adalah kenyataan yang harus diterima dan diakui oleh setiap guru PAK. Isi
pengajaran haruslah bertujuaan mengajarkan iman Kristen yang dinyatakan di
dalam Alkitab. Kurikulum PAK yang ada pada saat ini sudah disusun sedemikian
rupa, sehingga materi-materi pelajaran lebih menekankan pada ajaran-ajaran pokok
Kristen. Prioritas guru PAK adalah membawa peserta didik mengalami perjumpaan
dengan Kristus, mengalami pertumbuhan iman dan hidup dengan ketaatan kepada
Allah dan mampu mengaplikasikan imannya dalam hidup pribadi maupun bersama-
sama dengan orang meskipun berbeda agama, gereja, suku, dan budaya.
2. Sekolah bukan pos pelayanan gereja
Sangat memprihatinkan bahwa akhir-akhir ini beberapa guru PAK telah melakukan
upaya sengaja penggerejaan peserta didik di sekolah. Anak-anak yang diajar di
sekolah dianggap sebagai anggota jemaatnya dan sekolah tempat ia mengajar di
tetapkan menjadi jemaat atau pos pelayanan di gerejanya. Sebaiknya guru PAK
harus sadar bahwa ia ditempatkan bukan atas nama gereja dan bukan untuk
membawa peserta didik menjadi anggota gerejanya. Guru PAK juga harus
menjungjung tinggi, menghormati dan menghargai keberanekaragaman gereja
peserta didik serrta mendorong mereka untuk menjadi warga jemaat yang baik
dimana ia menjadi anggota gereja. Guru PAK juga harus memberi kebebasan untuk
memiliki gereja yang diingininya dan wajib membimbingnya untuk melakukan
pilihan yang tepat.

4
3. PAK tidak melakukan fungsi gerejawi
Dalam tradisi gereja Kristen ada fungsi-fungsi pelayanan yang hanya dapat
dilakukan oleh gereja dan tidak lazim dilakukan pelayanan-pelayanan di luar gereja.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ketertiban dan kesakralan upacara Kristen
tersebut dan menghindarkan kekacauan dalam melaksanakan upacara-upacara
keagamaan. Seorang guru PAK tidak memiliki wewenang untuk melaksanakannya
selain mengarahkan peserta untuk ambil bagian di gereja masing-masing. Tugas
guru PAK adalah memberi pengajaran tentang arti dan makna dari sakramen
tersebut sehinggas peserta didik dapat mengerti arti yang sebenarnya.
4. Menghargai keanekaragaman gereja
Guru PAK di sekolah harus menghargai dan menjunjung tinggi keanekaragaman
gereja dari setiap peserta didik. Tidak diperbolehkan mempengaruhi peserta didik
untuk masuk ke dalam organisasi tertentu termasuk guru yang bersangkutan.
Peserta didik harus diarahkan untuk dapat menerima perbedaan organisasi di gereja.
C. PAK dalam Konteks Agama-agama
1. PAK dan Keterbukaan
PAK di sekolah haruslah dapat memberi pengajaran iman yang menuju
keterbukaan dan bukan ketertutupan apalagi fanatisme keagamaan. Prinsip
pengajaran Kristen adalah bahwa setiap orang beriman harus fanatic terhadap
imannya tetapi tidak boleh fanatisme karena fanatisme adalah salah satu sikap buruk
dalam keagamaan. Peserta didik harus diajarkan agar mereka sungguh-sungguh setia
sampai akhir imannya kepada Yesus Kristus. Iman dan keselamatan yang telah
diterima dari Yesus Kristus tidak dapat ditukarkan dengan apa pun di dunia ini. Orang
beriman harus mampu bergaul dan bekerjasama dengan semua penganut agama lain
dan bekerjasama dengan mereka untuk membangun kesejahteraan umat manusia
tanpa kecuali.
2. Penginjilan
Penginjilan merupakan perintah Kristus kepada semua orang percaya. Tuhan
Yesus berkata: “ Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan
menguasainya” (Mat. 16:18). Yesus memberikan amanat kepada murid-murid-Nya
supaya mereka melaksanakan penginjilan dan jemaat menjadi inti dari amanat itu

5
(Mat.28:19-20). Inti dari amanat agung itu adalah “jadikan semua bangsa murid-Ku”
artinya bahwa orang-orang harus dibawa kepada Kristus sehingga mereka beriman
dan menyerahkan diri kepada Kristus.
Penginjilan bertujuan untuk melipat gandakan orang percaya. Oleh karena itu,
penginjilan mengandung dua segi yakni pertama, untuk membentuk orang-orang
percaya berbuah dan bertumbuh dalam Kristus, kedua, menumbuhkan jumlah warga
jemaat agar terus bertambah-tambah sebagai akibat dari penginjilan. Jadi PAK harus
mengandung aspek penginjilan karena PAK tanpa penginjilan adalah mati dan
menghilangkan amanat Tuhan Yesus. Tujuan tertinggi dari PAK adalah membawa
setiap orang kepada perjumpaan dengan Yesus Kristus dan mengalami pertumbuhan
rohani serta menghasilkan buah-buah rohani dalam hidupnya. Sehingga tugas
penginjilan adalah tugas setiap orang percaya tanpa kecuali. Peserta didik di sekolah
haruslah dibekali dan diperlengkapi bagaimana menjangkau jiwa bagi Kristus sesuai
dengan konteks hidupnya.
D. Kekuatan dan Kelemahan Heterogenitas Agama-agama
1. Kekuatan
a. Agama-agama sebagai potensi
Indonesia kaya akan aliran-aliran keagamaan mulai dari yang diakui pemerintah
maupun sempalan-sempalan keagamaan: Agama Islam: NU, Muhammadyah,
PERSISI, ddl
Agama Kristen: Protestan, Methodis, Advent, Bala keselamatan, Baptis,
Pentakosta, Injili dan Kharismatik.
Dengan demikian kepelbagaian aliran di Indonesia dapat menjadi potensi yang
luar biasa agar kesatuan dan persatuaan dapat diwujudkan. Supaya semua dapat
bersama dalam wadah NKRI, maka pemerintah mengatur pergaulan antaragama
yakni dengan Trilogi Kerukunan Umat Beragama.
b. Berbeda merupakan realitas
Negara Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau, suku, adat istiadat juga
termasuk agama adalah sebuah kenyataan. Oleh karena itu, sepatutnya bangsa
Indonesia bersyukur atas keanekaragaman tersebut.
c. Persamaan hak dan kewajiban

6
Persamaan hak:
1) Umat beragama diberikan hak yang sama untuk melakukan ibadah sesuai
dengan ajarannya
2) Umat beragama berhak untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya
3) Umat beragama mendapat fasilitas tempat untuk mendirikan tempat ibadanya.

Persamaan kewajiban:

1) Umat beragama berkewajiban saling menghormati antar umat beragama


2) Umat beragama berkewajiban menjaga kedamaian atau menciptakan damai
antara umat beragama
d. Mengembang Pola Kerukunan
Supaya semua rukun bersama dalam wadah NKRI, maka pemerintah
mengatur pergaulan antar agama dengan Triologi kerukunasn umat beragama
yaitu kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama dan
kerukunan umat beragama dengan pemerintah.
2. Kelemahan
 Sensitivisme dimana Indonesia merupakan Negara yang sangat sensitive
masalah agama oleh karena itu dilarang untuk menjelek-jelekkan, menghina
dan melecehkan agama orang lain
 Egoism yang menganggap bahwa agamanya yang paling benar dan suci.
Orang Kristen hendaknya terbuka dan menjalin hubungan yang baik dengan
agama lain.
 Netralisme pemerintah dimana pemerintah harus memiliki sikap yang netral
bagi semua agama di Indonesia. Pemerintah tidak boleh diskriminasi dan
harus memberi dukungan yang seluas-luasnya bagi semua agama.

7
BAB 3

PENUTUP

Dalam pembahasan diatas kesimpulan yang kami dapat adalah bahwa konteks PAK
dalam masyarakat majemuk ini sangat berperan terhadap para pendidik dan peserta didik. Dan
sangat penting kita pelajari bahwa dalam PAK dimasyarakat majemuk ini, ada banyak hal yang
dapat kita mengerti mengenai kemajemukan di Indonesia. Khusunya dalam PAK Konteks
keKristenan, dan bagaimana pelaksanaan PAK tersebut didalam lingkungan itu sendiri dapat
dilakukan. Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus telah menjadi kewajiban untuk
melakukan penginjilan, penginjilan di lakukan bertujuaan agar mempertemukan mereka denga
Yesus Kristus bukan memaksa mereka untuk mengikuti semua yang kita anut.

Anda mungkin juga menyukai