“HUKUM PERIKATAN”
NIM : 21010164M
Kelas : 03
Group : 01
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang selalu melimpahkan
Karunianya kepada kita semua sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sejalan
dengan dinamika bangsa ini yang masih terus mencari bentuk yang lebih baik untuk
menghasilkan generasi cerdas yang berbudi, maka saya membuat makalah ini sesuai dengan
pendekatan materi yang diberikan dengan tujuan agar para mahasiswa mampu mengembangkan
isi dari makalah ini sendiri. Dan dapat belajar tentang pembelajaran mengenai materi “HUKUM
PERIKATAN”.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan atau penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya hargai. Atas
perhatian dan tanggapan dari pembaca saya ucapkan terima kasih.
ABI NURYANTO
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang hukum perdata, hukum perikatan merupakan salah satu hal yang
sangat penting dan dibutuhkan dalam hubungan-hubungan hukum dibidang harta kekayaan
yang dilakukan sehari-hari.
Hukum Perikatan diatur dalam Buku III BW (Buku KUH Perdata) yang secara garis
besar dibagi atas dua bagian, yaitu pertama, perikatan pada umumnya dan, baik yang lahir
dari undang-undang dan yang kedua, adalah perikatan yang lahir dari perjanjian-perjanjian
tertentu.
Ketentuan tentang perikatan pada umumnya ini berlaku juga terhadap perikatan
yang lahir dari perjanjian tertentu, seperti jual beli, sewa menyewa, perjanjian kerjasama,
pinjam-meminjam, dan lainnya.
Suatu perjanjian sudah pasti termasuk kedalam Perikatan, tetepi suatu Perikatan
belum tentu termasuk dalam sebuah perjanjian.
Dalam membuat suatu perjanjian ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu
azaz-azaz dalam melakukan suatu perjanjian, syarat sah nya suatu perjanjian, unsur-unsur
suatu perjanjian, agar dapat menjadi suatu perjanjian yang kuat didalam hukum.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat penulis buat identifikasi sebagai
berikut :
1. Apa definisi dari Hukum Perikatan ?
2. Bagaimana Hukum Perikatan dalam tradisi common law dan civil law?
3. Jelaskan dasar – dasar Hukum Perikatan?
4. Apa perbedaan antara Perjanjian dengan Perikatan?
5. Apa yang anda ketahui tentang Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku
Ketiga?
6. Apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup Hukum Perikatan?
7. Azaz-Azaz apa yang terkandung dalam Hukum Perikatan?
8. Apa saja yang termasuk dalam unsur-unsur Hukum Perikatan?
BAB 2
TINJAUAN UMUM
A. Pengertian Perikatan
Hukum Perikatan adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih
didalam lapangan harta kekayaan dimana satu pihak mempunyai hak dan pihak yang
lain mempunyai kewajiban atas suatu prestasi.
Perjanjian
Dari kedua skema tersebut, terlihat perbedaan antara perbuatan sesuai hukum
dengan quasi contract dan unsur lainnya adalah sama.
Civil Law
Prinsip “sesuai hukum” meliputi zaakwarneming berdasarkan Pasal 1354 BW
dan quantum meruit berdasarkan Pasal 1359 BW2. Zaakwarneming merupakan
perikatan yang terjadi berdasarkan hukum karena salah satu pihak mengikatkan diri
secara sukarela mewakili urusan orang lain dengan atau tanpa sepengetahuan orang
yang diwakilinya. Karena telah terjadi perikatan, maka pihak yang melakukan
kepengurusan tersebut wajib meneruskan dan menyelesaikan urusan tersebut,
hingga pihak yang diwakilinya dapat mengerjakan sendiri urusan tersebut.
Pengurusan terhadap kepentingan orang lain tidaklah melawan hukum, namun
pelaku perbuatan tersebut menjadi terikat untuk menyelesaikannya hingga yang
bersangkutan dapat menyelesaikannya sendiri. Sementara quantum meruit
merupakan pembayaran yang tidak diwajibkan, di mana suatu pemenuhan
kewajiban yang sebenarnya tidak ditetapkan sebagai kewajiban di dalam perikatan.
Pemenuhan kewajiban tersebut berhak untuk menuntut kembali prestasi yang telah
dipenuhinya dan pihak yang menerima wajib mengembalikannya.
Common Law
Dalam quasi contract, hukum menyediakan mekanisme untuk mengandaikan
adanya suatu kontrak yang sebenarnya tidak pernah dibuat untuk memulihkan suatu
keadaan yang merugikan suatu pihak secara tidak adil. Melihat definisi dari quasi
contract, maka sangat identik dengan quantum meruit dalam Pasal 1359 BW namun
tidak sama dengan zaakwarneming. Pandangan berdasarkan sumber perikatan
menghasilkan persamaan dan perbedaan yang telah dipaparkan terhadap perikatan
1
2
dalam Civil Law dan Common Law. Namun penulis merasa kecewa karena tidak
dapat menemukan literatur penjelasan berkaitan dengan kehadiran zaakwarneming
dalam Civil Law dan tidak dapat menemukan literatur mengenai ketiadaan ataupun
ke-ada-an dari zaakwarneming dalam Common Law.
1. Perikatan (Pasal 1233 KUH Perdata) : Perikatan, lahir karena suatu persetujuan
atau karena undang-undang. Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk
berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.
2. Persetujuan (Pasal 1313 KUH Perdata) : Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan
dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.
3. Undang-undang (Pasal 1352 KUH Perdata) : Perikatan yang lahir karena undang-
undang timbul dari undang-undang atau dari undang-undang sebagai akibat
perbuatan orang.
PERJANJIAN PERIKATAN
keseimbangan
Buku III tentang perikatan memuat hukum kekayaan yang mengenai hak-hak
tertentu.
Dalam buku III kitab undang-undang hukum perdata berisi tentang pengaturan
mengenai perikatan. Pada pasal 1233 kitab undang-undang hukum perdata bahwa
(K.U.H. Perdata) sebagai undang-undang mulai berlaku atau diumumkan secara resmi
pada tanggal 30 April 1847 (St. No.23/1847).Dari tahun pengundangannya jelas dapat
kita ketahui,BW yang dalam Buku III mengatur Hukum Perjanjian adalah undang-
Buku III ini terdiri dari 18 BAB yang rincinya dapat digambarkan melalui tabel
yang disusun agar lebih mudah memahami sistematika bab per bab dalam buku ketiga
ini.
tentang perikatan-perikatan
Bagian ketujuh, pasal 1272-
mama suka atau perikatan yang
1277.
boleh dipilih.
tentang perikatan-perikatan
Bagian kedelapan, pasal 1278-
tanggung renteng atau tanggung
1295.
menanggung.
tentang perikatan-perikatan
Bagian kesembilan, pasal yang dapat dibagi-bagi dan
1296-1303. perikatan-perikatan yang tak
dapat dibagi-bagi.
tentang perikatan-perikatan
Bagian kesepuluh 1304-1312.
dengan ancaman hukuman.
Bagian kesatu, pasal 1313-
ketentuan-ketentuan umum.
1319.
tentang perikatan- tentang syarat-syarat yang
Bagian kedua, pasal 1320-
perikatan yang diperlukan untuk sahnya suatu
BAB 1337.
dilahirkan dari perjanjian.
2
kontrak atau
Bagian ketiga, pasal 1338-
persetujuan. tentang akibat suatu perjanjian.
1341.
Bagian keempat, pasal 1342- tentang penafsiran suatu
1351. perjanjian.
mengatur tentang beberapa
jenis perikatan, yaitu
tentang perikatan-
zaakwaarnaming,
BAB perikatan yang
Diatur dalam pasal 1352-1380. onverschuldigde betaling dan
3 dilahirkan demi
onrechtmatige daad. Selain itu,
undang-undang.
juga disinggung tentang
natuutlifjke verbintenis.
Hal-hal yang mengakibatkan
pasal 1381. terhapusnya perikatan dalam
BW.
Bagian kesatu, pasal 1382-
tentang pembayaran.
1403.
BAB tentang hapusnya
4 perikatan-perikatan. tentang penawaran pembayaran
Bagia kedua, pasal 1404-1412. tunai, diikuti oleh:penyimpanan
atau penitipan.
ketentuan-ketentuan khusus
Bagian kelima, pasal 1533-
mengenai jual-beli piutang dan
1540.
lain-lain hak tak bertubuh.
Sahnya perkumpulan,
kepengurusan perkumpulan,
BAB tentang
Diatur dalam pasal 1653-1665. surat pendirian, hak dan
9 perkumpulan.
kewajiban anggota, berakhirnya
suatu perkumpulan.
Bagian kesatu, pasal 1666-
ketentuan-ketentuan umum.
1675.
BAB tentang persetujuan Bagian kedua, pasal 1775- tentang perjanjian bunga cagak
15 untung-untungan. 1787. (pasal 1783 dihapuskan) hidup dan akibat-akibatnya.
Bagian ketiga, pasal 1788- tentang perjudian dan
1791. pertaruhan.
Bagian kesatu, pasal 1792-
tentang sifat pemberian kuasa.
1799.
Bagian kedua, pasal 1800- tentang kewajiban-kewajiban si
BAB tentang pemberian
1806. kuasa.
16 kuasa.
Bagian ketiga, pasal 1807- tentang kewajiban-kewajiban si
1812. pemberi kuasa.
Bagian keempat, pasal 1813- tentang bermacam-macam cara
1819. berakhirnya pemberian kuasa.
3. Objek perikatan
Objek perikatan dalam hukum perdata selalu berupa benda. Benda adalah
setiap barang dan hak halal yang dapat dimiliki dan dinikmati orang. Dapat
dimilik dan dinikmati orang maksudnya memberi manfaat atau mendatangkan
keuntungan secara halal bagi orang yang memilikinya.Benda objek perikatan
dapat berupa benda bergerak dan benda tidak bergerak. Benda bergerak adalah
benda yang dapat diangkat dan dipindahkan, seperti motor, mobil, hewan ternak.
Sedangkan benda tidak bergerak adalah benda yang tidak dapat dipindahkan dan
diangkat, seperti rumah, gedung. Apabila benda dijadikan objek perikatan, benda
tersebut harus memenuhi syarat seperti yang ditetapkan oleh undang-undang.
Syarat-syarat tersebut adalah :
Benda dalam perdagangan
Benda tertentu atau tidak dapat ditentukan
Benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud
Benda tersebut tidak dilarang oleh Undang-Undang atau benda halal
Benda tersebut ada pemiliknya dan dalam pengawasan pemiliknya
Benda tersebut dapat diserahkan oleh pemiliknya
Benda itu dalam penguasaan pihak lain berdasar alas hak sah.
I. Tujuan Perikatan
Tujuan pihak-pihak mengadakan perikatan adalah terpenuhinya prestasi bagi
kedua belah pihak. Prestasi yang dimaksud harus halal, artinya tidak dilarang
Undang-Undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak bertentangan
dengan kesusilaan masyarakat. Prestasi tersebut dapat berbentuk kewajiban
memberikan sesuatu, kewajiban melakukan sesuatu (jasa), atau kewajiban tidak
melakukan sesuatu (Pasal 1234 KUH Perdata).
BAB III
Berikut adalah contoh Hukum Perikatan dalam hal Perjanjian Kerja Sama antar
pemegang saham :
SURAT PERJANJIAN KERJASAMA
ANTAR PEMEGANG SAHAM
HARDEN
Pada hari ini, hari Senin tanggal 17 bulan April tahun 2017, kami yang
bertanda tangan dibawah ini:
1. Nama : XXX
No. KTP/Identitas : XXX
Alamat : XXX
Bertindak selaku atas nama diri sendiri, selanjutnya dalam perjanjian ini
disebut PIHAK PERTAMA;
2. Nama : XXX
No. KTP/Identitas : XXX
Alamat : XXX
Bertindak selaku atas nama diri sendiri, selanjutnya dalam perjanjian ini
disebut PIHAK KEDUA;
3. Nama : XXX
No. KTP/Identitas : XXX
Alamat : XXX
Bertindak selaku atas nama diri sendiri, selanjutnya dalam perjanjian ini
disebut PIHAK KETIGA;
4. Nama : XXX
No. KTP/Identitas : XXX
Alamat : XXX
Bertindak selaku atas nama diri sendiri, selanjutnya dalam perjanjian ini
disebut PIHAK KEEMPAT;
- Untuk selanjutnya di sebut “PARA PIHAK”.
PASAL 1
KETENTUAN UMUM
1. Para Pihak adalah selaku pemilik modal yang menyerahkan sejumlah
tenaga dan uang tertentu untuk dipergunakan sebagai modal usaha
untuk jenis usaha Retail Fashion.
2. Para Pihak akan mendapatkan keuntungan bagi hasil usaha menurut
persentase keuntungan yang telah disepakati bersama sebagaimana
diatur dalam Pasal 7 ayat 2.
3. Masing-masing pihak memiliki andil dalam usaha ini, baik modal
maupun tenaga yang besar maupun pembagiannya.
PASAL 2
NAMA DAN TEMPAT USAHA
Usaha dagang ini adalah usaha penjualan dalam bidang Retail Fashion dengan
nama “XXX” yang berkedudukan di Jakarta.
PASAL 3
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Melakukan usaha yang bergerak dalam bidang Perdagangan Retail
Fashion dalam arti seluas-luasnya, termasuk perdagangan Jam Tangan
dan segala jenis yang berkaitan dengan Fashion.
2. Melakukan usaha yang bergerak dalam bidang Industri Retail Fashion
dalam arti yang seluas-luasnya.
PASAL 4
RUANG LINGKUP
1. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas tadi, maka usaha
dagang ini berhak untuk menjalankan semua dan segala usaha-usaha
serta tindakan yang berhubungan langsung dengan maksud dan tujuan
tersebut di atas tadi, asal dapat memperoleh keuntungan yang sah dan
halal.
2. Rapat Umum Pemegang Saham akan dilaksanan setiap 3 bulan pada
tahun pertama dan untuk seterusnya akan dilaksanakan setiap 6 bulan,
dimana dalam prosesnya dapat dirumuskan kondisi dan hasil usaha
selama periode berlangsung beserta penyelesaian masalah apabila
terjadi sesuatu.
3. Pengadaan Rapat Umum selain Rapat Umum Pemegang Saham dapat
dilakukan apabila dianggap perlu oleh minimal salah satu Pihak
Pertama atau Kedua menyetujui.
PASAL 5
MODAL USAHA
1. Besar uang yang disetorkan Pihak Keempat adalah sebesar
Rp.72.750.000, - (Tujuh Puluh Dua Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah).
2. Pihak Pertama, Kedua dan Ketiga berjanji akan menyetorkan modal awal
dengan nominal mengikuti jumlah sesuai dengan kebutuhan produksi
HARDEN atau sebesar Rp.100.000.000, - (Seratus Juta Rupiah) dengan
ketentuan mengikuti jadwal pembayaran produksi.
3. Sisa modal awal yang tertuang dalam pasal 5 ayat 2 harus sesegera
mungkin disetorkan oleh Pihak Pertama, Kedua dan Ketiga paling
lambat 1 (satu) bulan setelah Pihak Keempat menyetorkan modal
tersebut.
PASAL 6
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Pihak Pertama dan Kedua akan menjadi perwakilan dalam pengambilan
keputusan dan akan mengambil tindakan tertentu sebagai respon
terhadap peluang atau masalah yang dihadapi. Segala keputusan yang
dibuat dan dilakukan Pihak Pertama dan Kedua harus bertujuan untuk
menghasilkan keuntungan dan manfaat bagi HARDEN.
2. Pengambilan keputusan sebagai respon terhadap masalah yang dibuat
dan dilakukan Pihak Pertama dan Kedua tentu saja bertujuan untuk
mengatasi masalah atau hambatan yang mengancam kinerja HARDEN.
3. Pengambilan keputusan dapat dilakukan sepihak oleh Pihak Pertama
dan Kedua dengan berlandaskan justifikasi dan kondisi yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada perusahaan.
PASAL 7
KEUNTUNGAN
1. Keuntungan usaha adalah keuntungan bersih (Nett Profit), berupa
keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha (Cash Profit).
2. Persentase keuntungan usaha untuk Pihak Pertama adalah sebesar
25%, sedangkan Pihak Kedua, Pihak Ketiga dan Pihak Keempat adalah
masing-masing sebesar 22.5% dari keuntungan yang dapat dibagikan
kepada seluruh pemegang saham setelah semua tanggung jawab
terpenuhi.
3. Sisa persentase keuntungan sebesar 7.5% saham dibiarkan kosong.
4. 2.5% dari sisa persentase keuntungan yang dimaksudkan dalam pasal 7
ayat 3 ini diberikan kepada Head of Operational.
5. Pada periode awal, Pihak Kedua ditunjuk sebagai Head of Operational
“HARDEN” dengan periode tidak ditentukan sampai dinyatakan perlu
untuk diganti oleh para pemegang saham.
6. Pembagian Keuntungan diatas ditentukan oleh persetujuan bersama
dengan melihat kondisi usaha, selama 1 (satu) tahun pertama, akan
diadakan rapat per 3 (tiga) bulan untuk pembahasan keuntungan bersih
yang dimiliki oleh HARDEN.
7. Keuntungan tersebut dapat diberikan melalui transfer rekening antar
bank yang telah ditunjuk/disepakati atau dapat berupa pemberian cash
secara langsung kepada seluruh pihak dengan bukti dokumen yang
ditentukan.
PASAL 8
KERUGIAN
1. Jika terjadi kerugian usaha yang disebabkan oleh suatu hal diluar
kesalahan Pihak manapun sebagaimana hal itu terjadi maka ditanggung
oleh seluruh pihak dengan ketentuan, seluruh Pihak akan menerima
pengembalian modal setelah dikurangi dari jumlah kerugian yang
diderita dan pengembalian hutang atau tanggung jawab perusahaan.
2. Jika terjadi kerugian usaha yang disebabkan kelalaian oleh masing –
masing Pihak, maka akan diselesaikan secara musyawarah melalui
RUPS sesuiai dengan Pasal 4 Ayat 3.
PASAL 9
JANGKA WAKTU KERJASAMA
1. Masa berlaku kontrak ini adalah dengan jangka waktu yang tidak
ditentukan lamanya, dan telah dimulai sejak saat ditandatanganinya
kontrak kerjasama ini.
2. Kontrak dapat diperpanjang waktunya dan/atau ditambahkan nilai
uang pokok investasi yang diatur dalam kontrak Baru dan/atau
addendum kontrak, atas kesepakatan para pihak.
PASAL 10
AHLI WARIS
Apabila Para Pihak sebagai pengelola investasi dalam masa Kontrak
mengalami halangan tetap atau meninggal dunia sehingga tidak bisa
melanjutkan atau mengelola usaha ini, maka segala urusan yang mengikat
dalam Kontrak ini akan dilanjutkan oleh ahli waris atau kuasa yang ditunjuk
(secara tertulis) berdasarkan kesepakatan ahli waris Pihak masing-masing.
PASAL 11
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
1. Yang termasuk dalam Force Majeure adalah akibat dari kejadian-kejadian
di luar kuasa dan kehendak dari para pihak diantaranya termasuk tidak
terbatas bencana alam, banjir, badai, topan, gempa bumi, kebakaran,
perang, huru-hara, pemberontakan, demonstrasi, pemogokan.
2. Jika dalam pelaksanaan perjanjian ini terhambat ataupun tertunda baik
secara keseluruhan ataupun sebagian yang dikarenakan hal-hal tersebut
dalam ayat 1 di atas, maka para pihak akan mencari solusi terbaik dengan
cara musyawarah.
PASAL 12
WANPRESTASI
1. Dalam hal salah satu pihak telah melanggar kewajibannya yang tercantum
dalam salah satu Pasal perjanjian ini, telah cukup bukti dan tanpa perlu
dibuktikan lebih lanjut, bahwa pihak yang melanggar tersebut telah
melakukan tindakan Wanprestasi.
2. Pihak yang merasa dirugikan atas tindakan Wanprestasi tersebut dalam
ayat 1 di atas, berhak meminta ganti kerugian dari pihak yang melakukan
Wanprestasi tersebut atas sejumlah kerugian yang dideritanya, kecuali
dalam hal kerugian tersebut disebabkan karena adanya suatu keadaan
memaksa seperti tercantum dalam Pasal 11.
PASAL 13
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Bilamana dalam pelaksanaan perjanjian Kerjasama ini terdapat
perselisihan antara para pihak, baik dalam pelaksanaannya ataupun
penafsiran salah satu Pasal dalam perjanjian ini, maka para pihak sepakat
untuk sedapat mungkin menyelesaikannya dengan cara musyawarah.
2. Apabila musyawarah telah dilakukan, namun ternyata tidak berhasil suatu
kemufakatan, maka para pihak sepakat bahwa semua sengketa yang
timbul dari perjanjian ini akan diselesaikan pada Kantor Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
PASAL 14
ATURAN PENUTUP
Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam perjanjian ini,
apabila dikemudian hari dibutuhkan dan dipandang perlu akan ditetapkan
tersendiri secara musyawarah dan selanjutnya akan ditetapkan secara tertulis
dalam suatu Addendum yang berlaku mengikat untuk seluruh pihak, dan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Kontrak ini.
Demikian perjanjian ini dibuat dengan itikad baik untuk dipatuhi dan
dilaksanakan oleh para pihak. Segera setelah kontrak ini dibuat, para pihak
menandatangani kontrak ini diatas materai, dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani serta tanpa adanya unsur paksaan dari pihak manapun dan perjanjian
ini mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melihat dari kasus pada BAB III dapat kita simpulkan hubungan hukumnya
sebagai berikut :
Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum dalam hal ini adalah perbuatan manusia untuk melakukan
perbuatan hukum, ada para pihak sebagai subjek hukum yang cakap melakukan
perjanjian kerjasama di bindang fashion yang di dalamnya termuat ketentuan-
ketentuan mengenai ketentuan umum, nama dan tempat usaha, maksud dan
tujuan, ruang lingkup, modal usaha sampai dengan penyelesaian perselisihan.
Perbuatan Hukum
Parah Pihak tersebut diatas dianggap telah malakukan perbuatan hukum ketika
menandatangai perjanjian yang telah mereka buat dan sepakati bersama.
Keadaan Hukum
Suatu perbuatan perbuatan atau peristiwa yang menunjukan eksistensinya,
memuat tanggal dan tempat dimana perjanjian hukum tersebut di buat.
B. Saran
Dalam hal ini penulis memberikan saran, bahwa terhadap setiap perikatan atau
perjajian yang dibuat haruslah berdasar pada ketentuan yang berlaku, dalam hal ini
sumber hukum perikatan kita adalah Kitab Undang – Undamg Hukum Perdata Buku
III. Tidak melalaikan syarat sah nya suatu perjanjian yang terkandung dalam pasal
1320 KUHPer, unsur-unsur dari suatu perjanjian serta asas – asas yang digunakan
untuk membuat suatu perjanjian.
Disisi lain terkiat dengan perbedaan tradisi hukum Civil Law dan Common Law
penulis memberikan saran terhadap pola pemikiran Civil Law yakni Hal pertama
adalah mengenai hukum. Hukum tidak dapat hanya dikatakan berasal dari undang-
undang. Pemikiran akan definisi hukum yang seperti ini sudah ketinggalan zaman.
Hukum pun haruslah berkembang sesuai dengan perkembangan, tidak stagnan
mengikuti legal positivisme yang sangat bertumpu pada undang-undang. Hukum
harus berubah dengan mencerap nilai dan pemahaman baru dalam masyarakat
mengingat kompleksitas masyarakat yang multidimensional. Semua orang, tidak
hanya pakar hukum dapat mengartikan hukum. Peristiwa ini menyebabkan hukum
sangatlah terbuka lebar dalam masyarakat dan tentunya multi penafsiran. Hukum
harus mampu lepas dari kekangan pemikiran sendiri dan keluar untuk mencari
kebenaran dari pelbagai sudut pandang. Hukum untuk masyarakat merupakan kalimat
yang tepat untuk diaplikasikan. Kalimat ini menandakan bahwa hadirnya hukum
memiliki nilai guna yang ditujukan untuk masyarakat khususnya kemanusiaan. Ius
contituendum menjadi tumpuan bagi cara pandang hukum agar tetap dinamis menilai
kemanusiaan untuk ke depannya.
Saran terhadap Civil Law, bukan ditujukan agar undang-undang tidak ada namun
lebih sebagai pengantar agar tercipta keterbukaan pandangan terhadap pembentukan
peraturan perundang-undangan. Kebiasaan yang hampir dapat dikatakan sebagai
suatu peradaban Civil Law sangatlah sulit tergantikan begitu pun dengan peradaban
Common Law. Maka perspektif hukum yang perlu dikaji adalah mencapai nilai
kegunaan, keadilan, dan kebahagiaan dalam hukum untuk pengaplikasian kepada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Prof. Dr. Miru Ahmadi, S.H., M.S., Sakka Pati, S.H., M.H., Hukum Perikatan
Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW” (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 1
Muljadi Kartini & Gunawan Widjaja, Perikatan Pada Umumnya (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 18
Johannes Gunawan dan Budiono Kusumohamidjojo, “Bahan Kuliah
Perbandingan Hukum Kontrak”, 2014.
Subekti, “Pokok-Pokok Hukum Perdata”, 1989, hal 122; Johannes Gunawan dan
Budiono Kusumohamidjojo, “Bahan Kuliah Perbandingan Hukum Kontrak”, 2014.
Subekti dan Tjitrosudibio, “Burgerlijk Wetboek/ Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata”, 1979;
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata Edisi Revisi,
Bandung: P.T. Alumni, 2010, hlm. 30.
M.Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, PT.Alumni, Bandung, 1986,
hlm.3.
Jurnal :