Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
1
TINJAUAN PUSTAKA
Kolektor III A 8
III B
Sumber : eprints.polsri.ac.id
2.4.7 Klasifikasi Menurut Medan Jalan
Klasifikasi menurut medan jalan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai
berikut :
1. Klasifikasi jalan mengarah berdasarkan pada kondisi medan jalan
dengan kemiringannya diukur tegak lurus dengan garis kontur.
2. Klasifikasi jalan dengan keseragaman kondisi medan harus sesuai
dengan yang diproyeksikan dengan rencana trase jalan dan
mengabaikan perubahan-perubahan pada bagian-bagian kecil dari
segmen rencana jalan tersebut.
3. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometric
2.4.8 Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan
1. Jalan Nasional yaitu jalan yang menghubungkan antar ibu kota
provinsi, serta jalan tol.
2. Jalan Provinsi merupakan jalan menghubungkan ibu kota provinsi
dengan ibu kota kabupaten/kota atau antar ibu kota kabupaten.
3. Jalan Kabupaten atau Kotamadya ialah jenis jalan lokal yang
menghubungkan
ibu kota kabupaten dengan ibu kecamatan.
4. Jalan Kota merupakan jenis jalan umum yang menghubungkan antar
pusat
dengan pemukiman yang berada di dalam kota.
5. Jalan Desa yaitu jalan yang menghubungkan antar
kawasan/pemukiman di dalam desa
2.4.9 Klasifikasi Menurut Tingkat Kondisi Jalan
Klasifikasi jalan berdasarkan tingkat kondisi jalan ditentukan atas:
jalan dalam kondisi baik, jalan dalam kondisi sedang, jalan dalam kondisi
rusak ringan dan jalan dalam kondisi rusak berat.
Jenis-jenis kerusakan perkerasan lentur Asphalt (aspal) dapat
diklasifikasikan yaitu diantaranya sebagai berikut ini: (Direktorat Jendral
Bina Marga No. 03/MN/B/, 1983)
1. Retak (Cracking) Kerusakan Jalan retak di lapisan permukaan
dibedakan menjadi beberapa yaitu : Retak kulit buaya, Retak pinggir,
Retak Blok, Retak Sambung, Retak Memanjang/Melintng dll.
2. Distorsi (Distortion) perubahan bentuk lapis perkerasan, distorsi
terdapat beberapa jenis yaitu: alur, keriting, sungkur, amblas,
mengembang/jembul, cacat permukaan.
3. Cacat Permukaan (Disintegration) dimana perkerasan kehilangan
materialnya secara berangsur-angsur dari lapisan permukaan ke
bawah. Jenis cacat permukaan terdiri dari : lubang, pelepasan butiran,
pengausan, kegemukan, penurunan bahu jalan, tambalan atau
tambalan galian,
2.4.10 Pemeliharaan Jalan
Menurut (Peraturan Pemerintah, 1985) tentang Jalan. Pemeliharaan
jalan ialah usaha penanganan kerusakan jalan yang meliputi: perawatan,
rehabilitasi, peningkatan, perbaikan dan penunjang. Ada tiga kategori
pemeliharaan jalan yaitu: Pemeliharaan Rutin, Pemeliharaan Berkala, dan
Peningkatan Jalan.
2.4.11 Metode Bina Marga
metode Bina Marga merupakan metode yang terdapat di Indonesia
yang memiliki hasil akhir berupa urutan prioritas dan bentuk program
pemeliharaan yang sesuai nilai didapat dari urutan prioritas, metode ini
menggabungkan nilai yang didapat berdasarkan survey visual yaitu jenis
kerusakan dan survey LHR (lalu lintas harian rata – rata) yang selanjutnya
didapat nilai kondisi jalan dan jenis pemeliharaan.
2.4.12 Jenis Kerusakan
Secara garis besarnya, kerusakan dapat dibedakan menjadi dua (2)
bagian,yaitu kerusakan structural yang meliputi gagalnya perkerasan atau
kerusakan dari satu atau lebih bagian perkerasan mengakibatkan
perkerasan tidak dapat lagi menanggung beban lalu lintas, dan kerusakan
fungsional yang mengyebabkan keamanan dan kenyamanan/ketenangan
pengguna jalan menjadi terganggu sehingga biaya operasi kendaraan
semakin meningkat. (Sulaksono, 2001).
Menurut manual pemeliharaan jalan No : 03/MN/B/1983 Direktorat
Jenderal Bina Marga, kerusakana jalan bisa dikategorikan atas:
1. Retak (cracking)
2. Distorsi (distortion)
3. Cacat permukaan (disintegration)
4. Pengausan (polished aggregate)
5. Kegemukan (bleeding of flushing)
6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas
2.4.13 Faktor Penyebab Kerusakan
Menurut Silvia Sukirman dalam Ratna Mayang Sari (2018),
kerusakankerusakan pada konstruksi perkerasan jalan dapat disebabkan
oleh:
1. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban.
2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak
baik dan naiknya air akibat kapilaritas.
3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh
sifat material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem
pengolahan bahan yang tidak baik.
4. Iklim, Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan curah hujan
umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab
kerusakan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh
system pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan
oleh sifat tanah dasarnya yang memang kurang bagus.
2.4.14 Lalu lintas harian rata – rata (LHR)
Manuho (2016:5), berpendapat bahwa Lalu Lintas Harian Rata
– Rata (LHR) merupakan jumlah rata –rata lalu lintas harian kendaraan
bermotor dari yang beroda 2 sampai dengan kendaraan berat beroda 4
yang dihitung pada awal umut rencana.Pencatatan kendaraan ini
dilakukan pada kedua arah tanpa median maupun tiap - tiap arah jalan
dengan median selama sehari 24 jam. Berikut adalah rumus
perhitungan lalulintas harian rata – rata (LHR).
jumlah lalu lintas selama pengamatan
LHR=
lamanya pengamatan
Setelah nilai lalu – lintas harian rata – rata (LHR) di ketahui, baru
kemudian dikaitkan dengan label ketentuan LHR dan Nilai Kelas Jalan
yaitu seperti pada Tabel 2.1 berikut
Table 2.1 Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) dan nilai kelas jalan
LHR Nilai Kelas Jalan
< 20 0
20 – 50 1
50 – 200 2
200 – 500 3
500 – 2000 4
2000 – 5000 5
5000 – 20000 6
20000 – 50000 7
50000 8
Sumber: Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota
Langkah di atas perlu dilakukan untuk mengetahui nilai kelas
jalan yang ditetapkan pada jalan yang ditinjau.
2.4.15 Kadar Kerusakan
Menurut Rondi (2016:8), kadar kerusakan adalah presentase
luasan dari suatu jenis kerusakan terhadap luasan suatu unit segmen
yang dikur dalam meter persegi. Nilai kadar suatu unit segmen yang
diukur dalam meter persegi. Nilai kadar suatu kerusakan dibedakan
berdasarkan tingkat kerusakannya. Adapun rumus untuk mencari kadar
kerusakan adalah sebagai berikut:
Ad
Kadar Kerusakan= x 100 %
As
Dengan: Ad: luas total kerusakan per segmen yang ditinjau (m2).
As: luas total unit segmen (m2).
2.4.16 Penilaian Luasan dan persentase Kerusakan
Data hasil survei penjajagan kondisi jalan berupa tipe dan ukuran
kerusakan dihitung untuk mendapatkan luasan setiap tipe kerusakan,
dari setiap tipe kerusakan dijumlahkan sehingga didapat skor total
untuk masing-masing tipe kerusakan. Presentase tipe kerusakan
diperoleh dari hasl bagi antara tipe kerusakan dengan luasan segmen
100 meter dikalikan 100% (Handoyo Hermawan Adi (2016).
Perhitungan persentase kerusakan segmen yaitu:
LuasanTipe Kerusakan
K erusakan= x 100 %
Luasan Segmen
2.4.17 Penilaian Jenis Kerusakan Jalan
Menurut Saputro (2014:3), sebelum menentukan nilai kondisi
jalan, terlebih dahulu yang dilakukan adalah penilaian jenis kerusakan
yang terdapat pada segmen atau jalan yang ditinjau. Berikut adalah
Tabel 2.2 Penentuan Angka Kondisi berdasarkan Jenis kerusakan:
Tabel 2.2 Penentuan Angka Kondisi Berdasarkan Jenis Kerusakan