Anda di halaman 1dari 9

2.4.

1
TINJAUAN PUSTAKA

2.4.2 Dasar Teori


2.4.3 Definisi Jalan
Jalan adalah suatu bagian jalur yang dapat dijalani atau dilewati oleh
arus lalu lintas, lalu sudah memenuhi ketentuan-ketentuan yang sudah di
tetapkan. Berdasarkan jenis perkerasannya suatu jalan dapat dibagi dalam
dua golongan, yaitu:
1. Jalan dengan perkerasan.
2. Jalan tanpa perkerasan
2.4.4 Klasifikasi Jalan
2.4.5 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan
1. Jalan Arteri
Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan
ciri-cirinya seperti perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi,
dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
2. Jalan Kolektor
Jalan Kolektor merupakan jalan yang melayani angkutan
pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal
Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat
dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
2.4.6 Klasifikasi Kelas Jalan
Klasifikasi kelas jalan mempunyai 2 jenis sebagai berikut:
1. Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan
untuk menerima beban lalulintas, dinyataan dalam muatan sumbu
terberat (MST) dalam satuan ton.
2. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya
dengan klasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam tabel 2.1
Fungsi Kelas Muatan Sumbu
Terberat MST (ton)
I >10
Arteri II 10
III A 8

Kolektor III A 8
III B
Sumber : eprints.polsri.ac.id
2.4.7 Klasifikasi Menurut Medan Jalan
Klasifikasi menurut medan jalan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai
berikut :
1. Klasifikasi jalan mengarah berdasarkan pada kondisi medan jalan
dengan kemiringannya diukur tegak lurus dengan garis kontur.
2. Klasifikasi jalan dengan keseragaman kondisi medan harus sesuai
dengan yang diproyeksikan dengan rencana trase jalan dan
mengabaikan perubahan-perubahan pada bagian-bagian kecil dari
segmen rencana jalan tersebut.
3. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometric
2.4.8 Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan
1. Jalan Nasional yaitu jalan yang menghubungkan antar ibu kota
provinsi, serta jalan tol.
2. Jalan Provinsi merupakan jalan menghubungkan ibu kota provinsi
dengan ibu kota kabupaten/kota atau antar ibu kota kabupaten.
3. Jalan Kabupaten atau Kotamadya ialah jenis jalan lokal yang
menghubungkan
ibu kota kabupaten dengan ibu kecamatan.
4. Jalan Kota merupakan jenis jalan umum yang menghubungkan antar
pusat
dengan pemukiman yang berada di dalam kota.
5. Jalan Desa yaitu jalan yang menghubungkan antar
kawasan/pemukiman di dalam desa
2.4.9 Klasifikasi Menurut Tingkat Kondisi Jalan
Klasifikasi jalan berdasarkan tingkat kondisi jalan ditentukan atas:
jalan dalam kondisi baik, jalan dalam kondisi sedang, jalan dalam kondisi
rusak ringan dan jalan dalam kondisi rusak berat.
Jenis-jenis kerusakan perkerasan lentur Asphalt (aspal) dapat
diklasifikasikan yaitu diantaranya sebagai berikut ini: (Direktorat Jendral
Bina Marga No. 03/MN/B/, 1983)
1. Retak (Cracking) Kerusakan Jalan retak di lapisan permukaan
dibedakan menjadi beberapa yaitu : Retak kulit buaya, Retak pinggir,
Retak Blok, Retak Sambung, Retak Memanjang/Melintng dll.
2. Distorsi (Distortion) perubahan bentuk lapis perkerasan, distorsi
terdapat beberapa jenis yaitu: alur, keriting, sungkur, amblas,
mengembang/jembul, cacat permukaan.
3. Cacat Permukaan (Disintegration) dimana perkerasan kehilangan
materialnya secara berangsur-angsur dari lapisan permukaan ke
bawah. Jenis cacat permukaan terdiri dari : lubang, pelepasan butiran,
pengausan, kegemukan, penurunan bahu jalan, tambalan atau
tambalan galian,
2.4.10 Pemeliharaan Jalan
Menurut (Peraturan Pemerintah, 1985) tentang Jalan. Pemeliharaan
jalan ialah usaha penanganan kerusakan jalan yang meliputi: perawatan,
rehabilitasi, peningkatan, perbaikan dan penunjang. Ada tiga kategori
pemeliharaan jalan yaitu: Pemeliharaan Rutin, Pemeliharaan Berkala, dan
Peningkatan Jalan.
2.4.11 Metode Bina Marga
metode Bina Marga merupakan metode yang terdapat di Indonesia
yang memiliki hasil akhir berupa urutan prioritas dan bentuk program
pemeliharaan yang sesuai nilai didapat dari urutan prioritas, metode ini
menggabungkan nilai yang didapat berdasarkan survey visual yaitu jenis
kerusakan dan survey LHR (lalu lintas harian rata – rata) yang selanjutnya
didapat nilai kondisi jalan dan jenis pemeliharaan.
2.4.12 Jenis Kerusakan
Secara garis besarnya, kerusakan dapat dibedakan menjadi dua (2)
bagian,yaitu kerusakan structural yang meliputi gagalnya perkerasan atau
kerusakan dari satu atau lebih bagian perkerasan mengakibatkan
perkerasan tidak dapat lagi menanggung beban lalu lintas, dan kerusakan
fungsional yang mengyebabkan keamanan dan kenyamanan/ketenangan
pengguna jalan menjadi terganggu sehingga biaya operasi kendaraan
semakin meningkat. (Sulaksono, 2001).
Menurut manual pemeliharaan jalan No : 03/MN/B/1983 Direktorat
Jenderal Bina Marga, kerusakana jalan bisa dikategorikan atas:
1. Retak (cracking)
2. Distorsi (distortion)
3. Cacat permukaan (disintegration)
4. Pengausan (polished aggregate)
5. Kegemukan (bleeding of flushing)
6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas
2.4.13 Faktor Penyebab Kerusakan
Menurut Silvia Sukirman dalam Ratna Mayang Sari (2018),
kerusakankerusakan pada konstruksi perkerasan jalan dapat disebabkan
oleh:
1. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban.
2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak
baik dan naiknya air akibat kapilaritas.
3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh
sifat material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem
pengolahan bahan yang tidak baik.
4. Iklim, Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan curah hujan
umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab
kerusakan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh
system pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan
oleh sifat tanah dasarnya yang memang kurang bagus.
2.4.14 Lalu lintas harian rata – rata (LHR)
Manuho (2016:5), berpendapat bahwa Lalu Lintas Harian Rata
– Rata (LHR) merupakan jumlah rata –rata lalu lintas harian kendaraan
bermotor dari yang beroda 2 sampai dengan kendaraan berat beroda 4
yang dihitung pada awal umut rencana.Pencatatan kendaraan ini
dilakukan pada kedua arah tanpa median maupun tiap - tiap arah jalan
dengan median selama sehari 24 jam. Berikut adalah rumus
perhitungan lalulintas harian rata – rata (LHR).
jumlah lalu lintas selama pengamatan
LHR=
lamanya pengamatan
Setelah nilai lalu – lintas harian rata – rata (LHR) di ketahui, baru
kemudian dikaitkan dengan label ketentuan LHR dan Nilai Kelas Jalan
yaitu seperti pada Tabel 2.1 berikut
Table 2.1 Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) dan nilai kelas jalan
LHR Nilai Kelas Jalan
< 20 0
20 – 50 1
50 – 200 2
200 – 500 3
500 – 2000 4
2000 – 5000 5
5000 – 20000 6
20000 – 50000 7


50000 8
Sumber: Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota
Langkah di atas perlu dilakukan untuk mengetahui nilai kelas
jalan yang ditetapkan pada jalan yang ditinjau.
2.4.15 Kadar Kerusakan
Menurut Rondi (2016:8), kadar kerusakan adalah presentase
luasan dari suatu jenis kerusakan terhadap luasan suatu unit segmen
yang dikur dalam meter persegi. Nilai kadar suatu unit segmen yang
diukur dalam meter persegi. Nilai kadar suatu kerusakan dibedakan
berdasarkan tingkat kerusakannya. Adapun rumus untuk mencari kadar
kerusakan adalah sebagai berikut:
Ad
Kadar Kerusakan= x 100 %
As
Dengan: Ad: luas total kerusakan per segmen yang ditinjau (m2).
As: luas total unit segmen (m2).
2.4.16 Penilaian Luasan dan persentase Kerusakan
Data hasil survei penjajagan kondisi jalan berupa tipe dan ukuran
kerusakan dihitung untuk mendapatkan luasan setiap tipe kerusakan,
dari setiap tipe kerusakan dijumlahkan sehingga didapat skor total
untuk masing-masing tipe kerusakan. Presentase tipe kerusakan
diperoleh dari hasl bagi antara tipe kerusakan dengan luasan segmen
100 meter dikalikan 100% (Handoyo Hermawan Adi (2016).
Perhitungan persentase kerusakan segmen yaitu:
LuasanTipe Kerusakan
K erusakan= x 100 %
Luasan Segmen
2.4.17 Penilaian Jenis Kerusakan Jalan
Menurut Saputro (2014:3), sebelum menentukan nilai kondisi
jalan, terlebih dahulu yang dilakukan adalah penilaian jenis kerusakan
yang terdapat pada segmen atau jalan yang ditinjau. Berikut adalah
Tabel 2.2 Penentuan Angka Kondisi berdasarkan Jenis kerusakan:
Tabel 2.2 Penentuan Angka Kondisi Berdasarkan Jenis Kerusakan

Sumber: Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota


Penentuan angka kondisi kerusakan seperti pada table di atas
perlu dilakukan supaya bisa menentukan nilai kondisi jalan setelah
total angka kerusakan pada segmen yang ditinjau dijumlahkan.
2.4.18 Penetapan Nilai Kondisi Jalan
Menurut Saputro (2014:3), penetapan nilai kondisi jalan adalah
menentukan kondisi jalan yang ditinjau dengan cara mengaitkan total
angka kerusakan pada segmen jalan dengan nilai kondisi jalan seperti
pada table 2.3 berikut:
Tabel 2.4 Penetapan Nilai Kondisi Jalan berdasarkan Total Angka
Kerusakan
Total Angka Kerusakan Nilai Kondisi Jalan
26–29 9
22–25 8
19–21 7
16–18 6
13–15 5
10 -12 4
7-9 3
4–6 2
0-3 1
Sumber : Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota
Penetapan nilai kondisi jalan tersebut dilakukan adalah untuk
mengetahui angka kondisi segmen jalan yang kemudian dikaitkan ke
dalam nilai urutan prioritas (UP)
2.4.19 Urutan Prioritas (UP)
Menurut Rondi (2016:7). metode Bina Marga merupakan metode
yang mempunyai hasil akhir yaitu urutan prioritas serta bentuk progam
pemeliharan sesuai nilai yang didapat dari unutan priorttas pada metode
ini menggabungikan nilai yang didapat dari survei visual yaitu jenis
kerusakan serta survei LHR (lalulintas harian 25 nata-rata) yang
selaniutnya didapat nilai kodisi jalan. Urutan prioritas didapatkan
dengan rumus sebagai berikut: UP = 17 – (Kelas LHR + Nilai Kondisi
Jalan)
1. Urutan prioritas 0 - 3 menandakan bahwa jalan dimasukkan ke
dalam program peningkatan jalan.
2. Urutan prioritas 4 - 6 menandakan bahwa jalan dimasukkan ke
dalam program pemeliharaan berkala.
3. Urutan prioritas > 7 menandakan bahwa jalan tersebut ke
dimasukkan dalam program pemeliharaan rutin.
2.4.20 Bentuk Pemeliharaan Jalan Metode Bina Marga
Menunut Saputro (2014:2) ada tiga (3) macam bentuk pemeliharaan
jalan pada metode Bina Marga (BM). Bentuk-bentuk pemelibaraan
tersebut adalah:
1. Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Rutin adalah penanganan pada
lapis permukaan yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas
berkendaraan (Riding Quality). Tanpa meningkatkan kekuatan
struktural, dan dilakukan sepanjang tahun. Pemeliharaan rutin,
bentuknya adalah:
a. Penanganan pada lapis pemukaan,
b. Meningikatkan kualitas perkerasan nanun tidak untuk
meningkatkan kekuatan struktural.
c. Dilakukan sepanjang tahun.
2. Pemeliharaan Berkala Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan
yang dilakukan pada jalan dan waktu - waktu tertentu (tidak
menerus sepanjang tahun) dan sifatnya untuk meningkatkan
kemampuan sruktural. bentuknya antara lain:
a. Dilakukan dalam jangka waktu tertenta,
b. Berfungsi untuk meningkatkan kemampuan struktural jalan.
3. Peningkatan Jalan Peningkatan adalah penanganan jalan guna
memperbaiki pelayanan jalan yang berupa peningkatan struktural
dan atau geometrikcnya agar mencapai tingkat pelayanan yang
direncanakan, biasanya dalam betulk overlay.

Anda mungkin juga menyukai