BAB 17
PENDAHULUAN.
Sebagaimana dikemukakan dalam GBHN, dalam Repelita II perluasan
lapangan kerja merupakan kebutuhan yang sangat mendegak. Pemecahan terhadap
masalah ini juga berarti mem- perluas lapisan masyarakat yang secara
produktif ikut serta dalam pembangunan dan pada akhirnya juga
mengandung arti makin meluasnya lapisan masyarakat yang ikut mengambil
tanggung jawab dalaan pembangunan. Dalam hubungan ini ada tiga ha1 yang
menonjol yang menandai situasi ketenagakerjaan di suatu negara yang
sedang membangun seperti Indonesia. Yang pertama adalah adanya
situasi kelebihan tenaga kerja secara strukturil sebagai akibat dari pertumbuhan
penduduk yang tinggi dan situasi ekonomi yang belum berkembang. Yang kedua
adalah banyaknya hambatan di pasaran tenaga kerja yang tidak memungkinkan
pasaran tenaga kerja melakukan fungsi alokasi tenaga kerja dengan baik. Kedua hal
ini telah menimbulkan berbagai masalah dan ketidak-seimbangan di dalam
pemanfaatan tenaga kerja untuk pembangunan. Kelebihan tenaga di suatu daerah
tidak dengan sendirinya tersalur ke daerah lain yang mengalami kekurangan tenaga
kerja. Kelebihan tenaga pada suatu lapangan pekerjaan belum tentu dapat
memperoleh pekerjaan di lapangan lain, baik oleh karena kekurangan informasi
mengenai kesempatan kerja maupun oleh karena kurang sesuainya ketrampilan yang
dimiliki. Situasi kelebihan tenaga dan kurang sempurnanya pasaran tenaga kerja
secara bersama-sama juga menimbulkan hal yang ketiga, yaitu terdapatnya syarat
kerja dan kondisi kerja yang kurang wajar.
Di samping itu, di Indonesia terdapat pula ketidakseimbangan yang menonjol di
bidang ketenagakerjaan, yaitu ketidakseim-
433
bangan antar daerah. Pulau Jawa yang hanya merupakan 7% dari seluruh luas
Indonesia didiami oleh lebih dari 63 % penduduk Indonesia pada tahun 1971. Hal ini
berarti pula penumpukan tenaga kerja di pulau Jawa dan kurangnya tenaga kerja di
luar Jawa yang kepadatan penduduknya masih amat rendah serta potensi ekonomi
yang dapat dikembangkan masih luas. Dihubungkan dengan hambatan yang
dihadapi di pasaran tena- ga kerja, maka ketidakseimbangan di dalam penyebaran
tenaga kerja ini telah mengakibatkan kurang optimalnya pemanfaatan potensi
produktif tenaga kerja.
I. TENAGA KERJA
1. Perkembangan keadaan di bidang tenaga kerja
Selama masa Repelita I, usaha-usaha telah dilaksanakan untuk mengatasi
ketidakseimbangan di dalam permintaan dan penawaran tenaga kerja, dan sekaligus
ditujukan untuk meningkatkan penggunaan tenaga kerja. Juga kondisi kerja telah
diusahakan memperbaikinya melalui pembinaan undang-undang ketenagakerjaan
dan pengawasan pelaksanaannya. Pembinaan organisasi buruh dan pengusaha juga
telah dapat menyumbang di dalam meningkatkan kesejahteraan buruh. Fasilitas
pendidikan dan latihan kejuruan khususnya yang menjadi tanggung jawab
pemerintah telah berhasil direhabilitir dan bahkan diperluas. Sektor swasta telah
memperlihatkan pula kegiatan latihan yang semakin meningkat, terutama di daerah
di rnana terjadi perkambangan ekonomi yang pesat.
Kekurangan tenaga terdidik di desa terutaana sebagai pelopor pembangunan telah
diusahakan untuk mengatasinya antara lain melalui pengerahan tenaga sarjana dau
sarjana muda sukarela ke desa-desa yang diorganisir melalui Badan Urusan
Tenaga Kerja Sukarela Indonesia (BUTSI). Usaha ini telah dirasakan manfaatnya
dan selama Repelita I telah dikerahkan sebanyak lima angkatan yang meliputi
jumlah lebih dari 800 orang (lihat Tabel 17-1).
434
TABEL 17 - 1
Tahun
Angkatan 1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1973/74. Jumlah
I. 30 30 30
II. 50 50 50
III. 270 270 270
IV. 300 300 300
v. 200 200
436
437
Dalam hubungan ini proyek padat karya yang sudah dimulai pada masa Repelita I
ditingkatkan dan disempurnakan dalam Repelita II. Sasaran yang ini dicapai bukan
saja perluasan kesempatan kerja secara langsung yang bersifat sementara sebagai
akibat kegiatan fisik pembuatan sarana ekonomi se- perti saluran sederhana
dan lain-lain, tetapi juga kesempatan kerja yang tidak langsung dan bersifat tetap.
Untuk ini maka kegiatan fisik dan kegiatan lainnya ditujukan untuk mening-katkan
pemakaian tanah secara lebih intensif. Yang dimaksud dengan pengunaan tanah secara
lebih intensif adalah mena- nami sebidang tanah beberapa kali dalam setahun baik
dengan jenis tanaman yang sama maupun kombinasi jenis tanaman yang sesuai.
438
Jumlah kredit untuk setiap nasabah diperkirakan berkisar diantara Rp. 10.000,-
sampai dengan Rp. 25.000,- dengan maksimum Rp. 100.000,-. Kredit disalurkan melalui
Bank Rakyat Indonesia Unit Desa yang direncanakan pada tahap permulaan
berjumlah 2.600 unit. Di tempat di mana tidak ter- dapat BRI unit desa maka
pemerintah daerah dapat menggu- nakan sebagian dari pada program bantuan
pembangunan Das- wati I untuk maksud tersebut.
Kebijaksanaan untuk memberi bantuan guna pembangunan Kabupaten dan Kotamadya
berdasarkan jumlah penduduk yang lebih dikenal dengan nama program INPRES akan
dilanjutkan dan ditingkatkan. Program ini bertujuan pertama-tama untuk
memperluas lapangan kerja, baik langsung sewaktu proyek dikerjakan maupun tidak
langsung sesudah proyek selesai diker-jakan. Program ini akan membuat daerah
pedesaan lebih me- narik melalui pembuatan dan perbaikan jalan dan jembatan
maupun pasar. Daerah pedesaan akan lebih produktif bukan hanya karena
prasarana perhubungan sudah diperbaiki akan tetapi juga karena waduk dan
saluran irigasi yang sudah direhabilitasi atau yang baru. Program ini juga ditujukan
untuk memperbaiki kondisi lingkungan hidup penduduk yang miskin di kota-kota
melalui proyek perbaikan kampung.
Bantuan untuk tahun anggaran 1974/75 adalah sebesar Rp. 300 perkapita.
Di samping itu akan diberikan insentif ke- pada Kabupaten/Kotamadya yang telah
mencapai atau melam- paui sasaran Ipedanya. Dana IPEDA yang diserahkan kepada
Kabupaten/Kotamadya dimaksudkan antara lain untuk pemeliharaan sarana yang telah
dibangun.
Pembiayaan program ini disediakan melalui sektor pemba- ngunan daerah, desa
dan kota.
Program penghijauan dan reboisasi akan dijalankan secara sungguh-sungguh, bukan
hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam arti luasnya daerah yang sangat memerlukan
penghi-jauan dan reboisasi akan tetapi juga dalam usaha mencipta-
440
Kegiatan yang diperlukan oleh program ini bukanlah kegiatan yang menuntut
ketrampilan yang tinggi dan alat yang modern. Rakyat desa yang memiliki alat
yang sederhana dan pengalaman tanam-menanam dapat menjalankan program
ini. Di samping itu, baik pria maupun wanita dan juga pemudapemudi dapat turut aktif
menjalankan program penghijauan dan reboisasi ini, sehingga memperluas
kesempatan kerja. Usaha penghijauan dan reboisasi ini didasarkan pada hasil
survey dan perencanaan yang lebih terperinci mengenai daerah-kritis di pulau Jawa dan
Madura yang diperkirakan meliputi beberapa juta hektar tanah tegalan tergolong kritis.
Sementara itu kegiatan penghijauan dan reboisasi yang sedang dijalankan akan
dilanjutkan dan diperluas. Pembiayaan kegiatan-kegiatan ini, tersedia di sektor
pertanian melalui program penyelamatan hutan, tanah dan air.
441
Bagi tenaga BUTSI yang dinilai baik terbuka kemungkinan untuk dipekerjakan
sebagai pegawai negeri setelah mereka menyelesaikan tugas mereka di lapangan.
Selain itu amatlah diharapkan bahwa setelah pengalaman di lapangan para tenaga
sarjana/sarjana muda ini melihat kemungkinan untuk memu- lai usaha sendiri
di daerah pedesaan. Untuk ini kepada mereka diberikan bantuan dan dorongan.
Selain dari penggunaan tenaga sarjana dan pemuda melalui BUTSI, maka dalam
Repelita II, ditingkatkan pula kegiatan Kuliah Kerja Nyata. Kegiatan Kuliah Kerja
Nyata ditujukan bagi para mahasiswa yang akan menyelesaikan pelajaran di
universitas-universitas sebagai bagian dari kurikulum mereka.
Kegiatan-kegiatan Kuliah Kerja Nyata dapat membantu berbagai aspek
pembangunan terutama di pedesaan. Para maha- siswa dapat membantu
penyuluhan maupun penggunaan dari pada cara-cara kerja baru. Mereka dapat pula
membantu perencanaan proyek di pedesaan sehingga proyek ini dapat lebih
bermanfaat bagi rakyat. Kemudian para mahasiswa dapat pula berpartisipasi di dalam
usaha nasional seperti pemberantasan buta huruf dan meningkatkan latihan di
pedesaan.
Peningkatan peranan para pemuda dan mahasiswa di dalam pembangunan akan
dilakukan juga melalui program lain.
Anggota-anggota ABRI yang memasuki masa persiapan pensiun (MPP) pada
umumnya masih mempunyai tahun - tahun
442
TABEL 17 - 2
produktif. Oleh karena itu tenaga mereka dapat dimanfaatkan untuk pembangunan.
Banyak anggata ABRI yang akan dialih tugaskan mempu- nyai ketrampilan
yang mereka pelajari sewaktu mereka masih aktif dalam dinas ketentaraan. Bagi
mereka yang mempunyai ketrampilan ini terbuka kemungkinan untuk dijadikan instruk-
tur pada pusat latihan kerja. Kebutuhan tenaga instruktur semakin bertambah, baik
di pusat latihan yang sudah ada mau- pun di pusat latihan kerja yang baru
didirikan. Sebaliknya, mereka yang membutuhkan ketrampilan dapat mengikuti
latih- an di pusat latihan kerja. Selanjutnya, anggota ABRI yang akan dialih
tugaskan dan ingin berusaha secara berkelompok atau- pun perseorangan dapat
diberi bantuan seperti yang diberikan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah
lainnya.
443
444
masuknya tenaga asing yang bekerja di Indonesia dan menggantikan tenaga asing
dengan tenaga Indonesia secepat mungkin.
Adapun langkah yang ditempuh dalam rangka membatasi masuknya tenaga !asing
adalah menutup kemungkinan untuk jabatan tertentu bagi tenaga asing, khususnya
jabatan yang tidak membutuhkan ketrampilan khusus untuk mana tenaga
Indonesia sudah tersedia. Selanjutnya bagi jabatan yang ter- paksa diisi oleh tenaga
asing maka ditentukan satu waktu ter- tentu pada saat mana jabatan tersebut
telah dapat diisi oleh tenaga Indonesia.
Pengaturan administratif yang lebih teliti dan ketat di dalam pemberian izin masuknya
tenaga kerja asing ke Indonesia dan pengawasan lebih efektif mengenai penggunaan
tenaga asing merupakan sebagian langkah agar tenaga Indonesia bisa lebih banyak
dimanfaatkan. Sejalan dengan usaha administratif ini adalah meningkatkan usaha
pembinaan tenaga kerja Indonesia untuk menggantikan tenaga asing. Untuk ini kegiatan
latihan dilakukan bukan saja di pusat-pusat latihan kerja tetapi juga oleh
perusahaan bersangkutan. Perusahaan asing yang ber- operasi di Indonesia
diwajibkan untuk melaksanakan program latihan yang sistimatis agar tenaga Indonesia
dapat menduduki jabatan pada perusahaan tersebut sesuai dengan ketentuan di dalam
undang-undang Penanaman Modal Asing.
Di samping itu terdapat banyak hambatan di dalam pasaran tenaga kerja agar
penggunaan tenaga kerja dapat lebih opti- mal. Tenaga kerja di suatu daerah yang
membutuhkan peker- jaan mungkin tidak mengetahui bahwa di daerah lain
terdapat pekerjaan. Para siswa yang akan lulus dari sekolah ditingkat lanjutan mungkin
kurang mengetahui sepenuhnya menge- nai keadaan pasar kerja umpamanya
mengenai syarat kerja, upah, dan dimana pekerjaan tersebut. Jadi kekurangan
infor- masi merupakan hambatan utama ke arah mobilitas tenaga kerja
yang lebih tinggi.
445
Oleh karena itu salah satu usaha penting yang akan ditingkat- kan dalam Repelita
II dailam rangka penggunaan tenaga kerja lebih optimal adalah penyebarluasan
informasi mengenai pa- saran tenaga kerja.
Adapun beberapa kegnatan di dalam usaha ini melaputi pengumpulan informasi dari
pada pekerjaan baru yang diciptakan melalui berbagai usaha penanaman modal, yang
menggunakan fasilitas penanaman modal baik asing maupun swasta. Pengumpulan
informasi mengenai kesempatan kerja dari program pembangunan Pemerintah juga
ditingkatkan.
Informasi mengenai kesempatan kerja disebarluaskan ke se-
luruh tanah air, terutama ke daerah yang padat penduduknya. Dalam hubungan ini akan
dimanfaatkan saluran komunikasi massa seperti radio, suratkabar, maupun
buletin-buletin.
Dalam usaha pemanfaatan tenaga kerja secara optimal maka usaha penempatan juga
ditingkatkan. Dalam hubungan ini ban-tuan dan faasilitas akan diberikan kepada
perusahaan yang beroperasi di daerah tipis penduduk di dalam usaha mendapat-
kan tenaga kerja.
Di dalam usaha ini semua perhatian khusus akan diberikan kepada tenaga kerja usia
muda.
Dalam program pembinaan dan penggunaan tenaga kerja termasuk usaha
perencanaan tenaga kerja sebagai salah satu usaha mengatasi kekurangan-
seimbangan yang terdapat di da- lam penawaran dan permintaan tenaga terdidik.
Di samping as- pek sektor, maka perencanaan dan usaha mengatasi kekurang-
seimbangan ini akan menekankan aspek daerah. Dengan bekerja sama dengan badan
perencanaan pembangunan yang ada di daerah disusun rencana tenaga kerja
untuk daerah tersebut. Rencana tenaga kerja daerah merupakan salah satu bahan pen-
ting di dalam perencanaan tenaga kerja secara nasional.
c. Program Pendidikan Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Dalam GBHN antara lain dinyatakan bahwa untuk mengisi lapangan kerja yang akan
tersedia diperlukan tenaga kerja
446
yang memiliki kecakapan dan ketrampilan yang sesuai dengan keperluan pembangunan,
sehingga perluasan lapangan kerja dan pembinaan sistem pendidikan yang sesuai
dengan keperluan pembangunan, atau yang mampu menghasilkan tenaga kerja
yang diperlukan untuk pembangunan, harus dilaksanakan se- cara bersama dan
serasi.
Dalam bidang pendidikan dan latihan, sasaran dalam Repelita II adalah
meningkatkan kesesuaian di antara sistem pendidikan formil (SD, SLP, SLA dan
Perguruan Tinggi) dengan kebutuhan tenaga di dalam pembangunan. Dengan
demikian diharapkan jumlah pencari kerja di kalangan para lulusan akan dapat
diperkecil. Sasaran lainnya adalah memenuhi kebutuhan tenaga trampil yang
ternyata kurang di dalam pembangunan. (Selanjutnya lihat Bab: Pendidikan dan
Pembinaan Generasi Muda).
Untuk meningkatkan latihan yang bersifat kejuruan, langkah-langkah dalam
Repelita II adalah melanjutkan reha- bilitasi pusat latihan kerja yang ada dan
membangun pusat- pusat latihan kerja baru terutama untuk jurusan pertanian
dan lapangan kejuruan industri. Dalam rangka meningkatkan kwalitas latihan maka
jumlah instruktur pada pusat latihan kerja akan ditambah. Latihan bagi
pengusaha kecil dan pemuda jebolan sekolah juga ditingkatkan. Latihan kejuruan dalam
rangka pelaksanaan program transmigrasi dan program pembinaan desa
transmigrasi juga ditingkatkan.
Dalam latihan kerja dam latihan kejuruan tersebut akan selalu diusahakan
agar jumlah peserta wanita meningkat.
Kegiatan swasta di bidang latihan akan didorong dan ditingkatkan kwalitasnya
dan ditempatkan sebagai bagian pendidikan kejuruan nasional. Dalam hubungan ini
dalam Repelita II kegiatan pendidikan kejuruan yang dilaksanakan oleh
lembaga pendidikan swasta akan diinventarisasikan dan diadakan pembakuan didalam
kurikulum. Bantuan lainnya terutama berupa penyuluhan akan diberikan kepada
lembaga yang bersangkutan.
447
448
449
410476 - (15a).
450
II. TRANSMIGRASI
2. Perkembangan transmigrasi.
Sebelum Repelita I transmigrasi terutama dilaksanakan se- bagai usaha
memindahkan penduduk sebesar-besarnya dari daerah padat penduduk di Jawa dan
Bali ke daerah luar Jawa dan Bali tanpa dikaitkan dengan usaha-usaha pembangunan
daerah maupun pembangunan sektor. Akibatnya adalah banyak program transmigrasi
yang terlantar.
451
410476 - (15 b).
Salah satu hasil yang dicapai selama Repelita I adalah pengkaitan program
transmigrasi dengan usaha pembangunan lainnya. Transmigrasi dilaksanakan
dengan tujuan pembangun- an daerah baik daerah tujuan transmigrasi maupun
daerah asal transmigrasi. Transmigrasi juga dilihat sebagai usaha untuk
mencukupi kebutuhan tenaga pembangunan di daerah yang tipis penduduknya.
Secara kwantitatif, jumlah kepala keluarga yang ditransmigrasikan ke daerah luar
Jawa dan Bali terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama Repelita I (sampai
dengan Nopember 1973) telah berhasil ditempatkan 25.537 kepala keluarga atau
127.689 jiwa.
Pembinaan daerah transmigrasi baik dari segi kemampuan ekonomi maupun
pelayanan sosial terus ditingkatkan selama Repelita I. Pada akhir Repelita I telah dapat
diusahakan oleh para transmigran tanah pertanian seluas ± 90.000 ha. Sejalan
dengan itu, pembinaan koperasi di kalangan transmigran juga sudah diimulai. Pada
akhir Repelita I terdapat kira-kira 91 buah koperasi dengan lebih kurang 17.000
anggota.
Pelayanan sosial yang dibutuhkan bagi pengembangan daerah transmigrasi juga
ditingkatkan. Selama empat tahun Repelita I telah dibangun 88 buah sekolah
dengan 260 ruang belajar; dan 58 buah balai pengobatan.
3. Masalah-masalah transmigrasi.
Masalah yang dihadapi di bidang transmigrasi adalah masalah yang
berhubungan dengan persiapan dan pembinaan daerah tujuan transmigrasi menjadi
satuan ekonomi dan sosial yang dapat berkembang. Pemilihan lokasi , masalah
pengadaan sarana yang dibutuhkan, koordinasi dengan daerah maupun secara
sektoral adalah beberapa masalah yang menonjol.
Di daerah asal masalah yang dihadapi berhubungan dengan pemilihan calon
transmigran. Perhatian khusus diberikan kepada pemindahan penduduk dari
daerah tanah kritis. Kepindahan dari daerah tersebut akan sangat membantu
kelancaran usaha penghijauan dan penanaman kembali hutan dalam rangka
mempertahankan sumber alam.
Penyediaan fasilitas pengangkutan juga merupakan masalah lainnya. Masalah yang
dihadapi adalah peningkatan fasilitas pengangkutan agar perpindahan penduduk dapat
lebih lancar berlangsung.
453
mahan; fasilitas sosial yang esensiil seperti sekolah dasar dan pusat kesehatan
masyarakat dan keluarga berencana. Yang di- tuju adalah agar para transmigran
yang sampai pertama se- kali ke daerah ini merasa adanya perbaikan didalam
kehidup- annya dan adanya masa depan yang lebih baik lagi.
Walaupun sebagian besar dari pada transmigran adalah pe- tani, namun untuk
perkembangan daerah transmigrasi men- jadi satuan sosial dan ekonomi yang
dapat hidup dan berkem- bang terus maka dibutuhkan juga transmigran yang
nonpetani. Oleh karena itu kebijaksanaan dalam Repelita II adalah memperluas calon
transmigran kepada golongan nonpetani sesuai dengan kebutuhan perkembangan daerah
bersangkutan.
Dalam pemilihan calon transmigran akan diutamakan calon dari daerah
pedesaan; diusahakan agar calon transmigran ter- diri dari keluarga petani muda
yang secara fisik dan mental mudah mengadakan penyesuaian di daerah baru.
Pembinaan pusat perkembangan ini dikaitkan dengan ren- cana pembangunan
daerah. Koordinasi didalam perencanaan dan pelaksanaan pembinaan wilayah
transmigrasi ditingkat- kan baik dengan pemerintah setempat maupun dengan
program pembangunan di berbagai sektor. Sasaran penting di dalam ke-giatan koordinasi
ini adalah untuk mewujudkan agar trans- migrasi merupakan bagian integral dari
pembangunan daerah baik secara organisatoris maupun geografis. Dengan demikian
sarana administrasi, sosial, kulturil, dan ekonomis bagi daerah transmigrasi dapat
diciptakan secara lebih efektif.
Mengingat bahwa di tempat yang baru harus dibentuk suatu masyarakat baru
dengan segala keragamannya, maka penge- tahuan praktis, di samping
pertanian, seperti menjahit, meng- renda, mengawetkan makanan, membuat sari
buah dan kueh- kueh, membuat batu-bata, memperbaiki sepatu, dan lain-lain
akan diajarkan di kalangan transmigran atau keluarganya.
Di samping transmigrasi yang langsung digerakkan oleh pemerintah maka
transmigrasi spontan akan lebih terdorong de-
454
455
ngan khususnya padi sa ja tetapi juga tanaman untuk ekspor seperti kelapa, kelapa
sawit, tembakau, dan lain-lain.
Tanah yang disediakan untuk satu kepala keluarga minimal 4-5 ha dalam hal
pertanian tanpa irigasi dan 2 ha dalam hal pertanian dengan irigasi. Jumlah transmigran
yang akan dapat ditampung adalah minimum 250.000 kepala keluarga. Bilamana satu
keluarga terdiri dari lima orang, maka jumlah transmigran adalah minimum 1 1/4 juta
orang selama lima tahun mendatang. Bi1amana satu desa beranggotakan 500 kepala
keluarga maka jumlah desa yang akan dibangun seluruhnya berjumlah mini- mum
± 500 desa.
Areal pertanian yang dibuka dalam rangka transmigrasi ter- buka bagi siapa
saja yang membutuhkan tanah untuk perta- nian, termasuk transmigran lokal.
Persyaratan yang harus dipegang teguh dan dilaksanakan adalah bahwa orang
yang mendapat tanah di daerah transmi- grasi benar-benar adalah petani dan
mengerjakan tanah yang didapatnya. Bagi transmigran yang datang dari Jawa, Bali dan
Lombok diusahakan agar mereka berasal dari daerah yang kepadatan penduduknya lebih
dari 1000 per km2, daerah yang perlu dihijaukan, daerah reboisasi dan daerah
bencana alam.
Adapun daerah tujuan utama adalah Sumatra bagian Sela- tan; Kalimantan
bagian Tenggara di sepanjang jalan yang akan dibangun di antara Banjarmasin,
Balikpapan dan Samarinda; dan di Sulawesi adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Tenggara; dan daerah-daerah lain sesuai dengan hasil penelitian.
456
Pengaturan tata guna tanah di daerah proyek adalah pen- ting. Di daerah
tanah kering satu unit desa minimal diperlukan 5000-6000 ha dan setiap kepala keluarga
menggarap 4 ha - 5 ha tanah garapan. Untuk daerah di mana terdapat
pengairan, luas minimum unit desa bisa lebih kecil, yaitu 3000 ha dan
masing-masing kepala keluarga mengusahakan 2 ha tanah ga- rapan. Bilamana
prasarana irigasi belum tersedia maka usaha pemindahan penduduk dikoordinasikan
dengan usaha-usaha pembangunan irigasi.
Di dalam pola penggunaan tanah diperhatikan bukan saja keperluan tanah untuk
rumah tempat tinggal tetapi juga untuk sarana umum seperti jalan, kantor, dan lain-lain.
Hal ini penting di dalam membangun desa sebagai suatu satuan sosial.
Di samping itu untuk pembinaan daerah transmigrasi seba- gai satuan ekonomi
amatlah dibutuhkan tersedianya kredit, fasilitas pemasaran, usaha koperasi, alat-
alat pertanian, dan barang kebutuhan pertanian yang lain.
PEMBIAYAAN.
Pembiayaan dari Anggaran Pembangunan Negara untuk pembangunan Tenaga Kerja
dan Transmigrasi dalam tahun 1974/ 75 berjumlah Rp. 6,6 milyar, sedang selama
jangka waktu lima tahun dalam Repelita II diperkirakan berjumlah Rp. 69,4 milyar.
Di samping itu ada pula kegiatan untuk pembangunan Te- naga Kerja dan
Transmigrasi yang pembiayaannya diperhi- tungkan di sektor-sektor lain, yakni
untuk pendidikan yang digolongkan dalam sektor Pendidikan Kebudayaan Nasional dan
Pembinan Generasi Muda sebesar Rp. 989,0 juta dalam tahun 1974/75 dan
diperkirakan berjumlah Rp. 9.134,0 juta dalam jangka waktu lima tahun selama Repelita
II.
Untuk penelitian yang digolongkan dalam sektor Pengemba- ngan Ilmu dan
Teknologi, Penelitian dan Statistik sebesar Rp. 165,0 juta dalam tahun 1974/75
dan diperkirakan berjum- lah Rp. 1.475,0 juta selama lima tahun dalam Repelita
II.
457
Dalam seluruh jumlah-jumlah tersebut di atas sudah terma- suk nilai lawan
pelaksanaan bantuan proyek.
458
TABEL 17 - 3.
PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN
1974/75 - 1978/79
(dalam jutaan rapiah)
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
No. Kode Sektor/Sub Sektor/Program 1974/75 1974/75-1978/79
(Anggaran (Anggaran
Pembangunan Pembangunan
2 3 4
1.
459
460