Anda di halaman 1dari 18

PERAN BUDAYA LOKAL MEMPERKOKOH KETAHANAN BUDAYA BANGSA

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Karya Tulis Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar

Oleh :

Anugerah Adhi Prasetyo

22209161

1EB14

24/10/2009

Makalah Ilmu Budaya Dasar, mengenai peran budaya lokal memperkokoh ketahanan budaya bangsa,
berisi latar belakang, tujuan, sasaran, analisis SWOT, kesimpulan dan rekomendasi dari penulis.

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar


Dosen  : Muhammad Burhan Amin
Topik Tugas : Peran Budaya Lokal Memperkokoh Budaya Bangsa
Kelas : 1EB14
Dateline Tugas : 24 Oktober 2009
Tanggal Penyerahan & Upload Tugas : 24 Oktober 2009
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam tugas ini saya buat sendiri tanpa meniru
atau mengutip dari tim/pihak lain
Apabila terbukt tidak benar, saya siap menerima konsekuensi untuk mendapat nilai 1/100 untuk mata
kuliah ini.
Penyusun
NPM Nama Lengkap Tanda Tangan

22209161 Anugerah Adhi Prasetyo

Program Sarjana Ekonomi


UNIVERSITAS GUNADARMA
HALAMAN MOTTO
“Manusia yang bijaksana adalah manusia yang berpikir dua kali sebelum dia berkata YA atau
TIDAK  ”
“The Wise Guy are Someone who Think Twice
Before He Say YES or NO”
&
“PEMANANG adalah mereka yang berpikr jalan didepan mereka lurus,
PECUNDANG adalah mereka yang berpikir jalan didepan mereka penuh dengan kelokan.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini Kupersembahkan untuk :
Ibu Bapakku tercinta
Almamater Universitas Gunadarma
Bapak Muhammad Burhan Amin
Nugroho Budi Utomo
Handiko Suharso
Achmad Megantara
6 Perwira Tinggi dan 1 Perwira Tingkat Pertama Korban Peristiwa G30S/PKI
Bangsa dan Negara Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya karya tulis yang berujudul “Peran Budaya Lokal Memperkokoh Ketahanan
Budaya Bangsa” dapat diselesaikan tepat waktu. Tugas karya tulis yang diberikan oleh dosen pengajar
mata kuliah Ilmu Budaya Dasar ini menjadi suatu titik tolakan bagi penulis untuk menyadari kembali
bahwa kita hidup sebagai seorang warga Negara Indonesia yang memiliki kekayaan budaya yang
sangat melimpah dan sudah seharusnya kita mensyukuri hal tersebut. Pada dasarnya rasa malas
memang sangat menyenangkan jika dituruti, tetapi ternyata penulis menemukan bahwa perasaan
menyenangkan dapat ditemukan pula dari mempelajari kekayaan budaya Indonesia, sehingga dengan
bangga penulis dapat menyatakan bahwa karya tulis ini telah diselesaikan.
Atas terselesaikannya karya tulis ini, Penulis ingin menyampaikan rasa  terima kasih kepada :
1. Allah, kerena kehendak-Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
2. Ibu-bapak penulis yang telah melahirkan penulis kedunia ini.
3. Dosen Pengajar Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar Bapak Burhan Amin.
4. Handiko Suharso, Nugroho Budi Utomo, serta Achmad Megantara.
5. Para Sahabat penulis yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis.
6. Seluruh rekan rekan kelas 1EB14
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu kritik, saran,
serta komentar yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi perkembangan budaya Bangsa Indoneisa
Bekasi, Oktober 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
PERNYATAAN…………………………………………………………………………………………
…………………1
HALAMAN
MOTO……………………………………………………………………………………………………
…………………2
HALAMAN
PERSEMBAHAN…………………………………………………………………………………………
………………3
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………………………
………………………..4
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………………………
………………………6
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang…………………………………………………………………………………………………
……………………7
I.2
Tujuan……………………………………………………………………………………………………
……………………………..8
I.3
Sasaran……………………………………………………………………………………………………
…………………………….8
BAB II PERMASALAHAN
II.1 Kekuatan (Strength)
……………………………………………………………………………………………………………..
9
II.2 Kelemahan (Weakness)
………………………………………………………………………………………………………11
II.3 Peluang (Opportunities)
……………………………………………………………………………………………………..12
II.4 Tantangan (Threat)
…………………………………………………………………………………………………………….
14
BAB III PENUTUP
III.1
Kesimpulan………………………………………………………………………………………………
……………………….16
III.2
Rekomendasi………………………………………………………………………………………………
…………………….16
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………………………………
…………………….17
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Apakah definisi dari budaya? Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang telah ditanyakan dan dicari
jawabnya sejak era Ibnu Khaldun sampai saat ini. Seolah-olah jawaban atas pertanyaan itu tidak pernah
ada, atau mungkin ketika ditemukan jawabannya oleh seseorang, maka yang didefinisikan itu (budaya)
lantas berubah. Oleh karenanya orang tak pernah sampai pada keputusan final yang disepakati oleh
semua orang. Apalagi budaya dilihat dari kacamata berlainan tergantung yang melihatnya. Alhasil
konsep budaya berbeda-beda tergantung siapa yang mendefinisikan konsep tersebut. Dalam buku-buku
pengantar antropologi selalu disebutkan hasil temuan Kroeber & Kluckhon yang mengidentifikasi
definisi budaya. Mereka mencatat sekurang-kurangnya terdapat 169 definisi berbeda. Hal itu
menunjukkan betapa beragamnya sudut pandang yang digunakan untuk melihat budaya. Masing-
masing disiplin ilmu memiliki sudut pandangnya sendiri, bahkan di dalam satu disiplin ilmu terdapat
perbedaan karena pendekatan yang digunakan berbeda. Dalam disiplin ilmu psikologi misalnya,
mungkin saja mereka yang tertarik dengan persoalan emosi akan mendefinisikan berbeda dengan
mereka yang tertarik pada persoalan kesehatan mental
Pada dasarnya budaya berperan untuk meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, mandiri, maju, kreatif, trampil,
bertanggungjawab, produktif serta sehat jasmani dan rohani, sehingga mampu menghadapi segala
perubahan era globalisasi yang menuntut kesiapan sumber daya manusia bukan hanya sebagai
penonton, tetapi juga harus mampu sebagai pelaku. Konsekuensi dari masuknya budaya asing, pelaku
bisnis, politik, ekonomi, dan sebagainya, bahkan nilai-nilai budaya asing, seperti perilaku free
sex,pergaulan bebas tanpa batas dan bertolak belakang dengan budaya bangsa Indonesia, yang mampu
menggeser budaya bangsa Indonesia. Untuk itu, yang mampu menghadapi masalah dan perubahan
zaman adalah pemahaman budaya masyarakat perlu ditanamkan pada mahasiswa sehingga mampu
memilah dan memilih yang terbaik untuk menentukan sikap perilaku yang terbaik bagi diri sendiri dan
bangsa Indonesia.
I.2 Tujuan
1. Mengetahui keanekaragaman budaya Indonesia.
2. Mengetahui berbagai macam budaya lokal.
3. Mengetahui permasalahan budaya lokal dan Nasional saat ini.
4. Mengetahui cara yang tepat guna menyelesaikan permasalahan budaya Indonesia
5. Mengetahui budaya lokal yang berperan dalam memperkokoh budaya bangsa
6. Menambah rasa kecintaan pembaca akan budaya Bangsa Indonesia.
I.3 Sasaran
1. Terwujudnya masyarakat Indonesia yang memiliki pengetahuan akan keanekaragaman
budayanya baik lokal maupun nasional.
2. Terwujudnya masyarakat Indonesia yang mengerti dan memahami akan masalah kebudayaan
yang sedang dan akan mereka hadapi.
3. Terwujudnya ketahanan budaya lokal dan nasional.
4. Terwujudnya masyarakat Indonesia yang memiliki rasa nasionalisme dan cinta tanah air yang
berdasarkan Pancasila.
BAB II
PERMASALAHAN
II.1 Kekuatan (Strength)
Konon, ulos melambangkan ikatan kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya atau antar sesama,
seperti falsafah Batak: “ijuk pengihot ni hodong”, yang kurang-lebih artinya “ijuk pengikat pelepah
pada batangnya”, karena ulos juga berfungsi sebagai penghangat badan, maka jika dilihat dari makna
simboliknya bisa menghangatkan hubungan silaturahmi antar suku Batak sendiri, yaitu antara suku
Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, dan Angkola-Mandailing, maupun dengan suku-suku
lain dari seluruh pelosok Tanah Air.
Dengan makna seperti itu, berarti etnik Batak sejak dulu sudah memiliki falsafah pemersatu.
sesungguhnya, etnik-etnik Nusantara yang lain pun juga memiliki kekayaan budaya pemersatu yang
serupa, seperti pepatah “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”, sama persis dengan ajaran Jawa
“rukun agawe santosa, crah agawe bubrah”. Jika kita elaborasi lebih lanjut, akan kita temukan bahwa
budaya dapat menjadi perekat dan penguat, bahkan pemersatu bangsa Indonesia. Berbicara tentang
budaya, berarti kita harus mengkaji ulang konsep Kebudayaan Nasional, yang selama ini persepsi kita
terlanjur memposisikannya sebagai wahana perekat persatuan dan kesatuan bangsa, yang kini banyak
dipertanyakan kembali eksistensinya.
Konsep Kebudayaan Nasional itu telah menjadi bahan diskusi para cendekiawan dalam forum Polemik
Kebudayaan di tahun 30-an, khususnya antara Koentjaraningrat dan Sutan Takdir Alisjahbana. Mereka
membangun suatu wacana kebudayaan yang membuat kita semakin memiliki wawasan, betapa luasnya
hakikat kebudayaan itu.  Koentjaraningrat mengemukakan tentang dua fungsi dari Kebudayaan
Nasional Indonesia  , yaitu sebagai suatu sistem gagasan dan lambang yang berfungsi memberi
identitas kepada warga negara Indonesia, dan dapat dipakai oleh semua warga negara Indonesia yang
bhinneka tunggal ika, untuk saling berkomunikasi, dan dengan demikian dapat memperkuat solidaritas.
Lagu Tapanuli ”A Sing-Sing So” misalnya, bukan lagi hanya diakui sebagai lagu khas etnis Batak.
Tetapi telah mengIndonesia, menjadi pilihan lagu di berbagai grup musik dan paduan suara di seluruh
Tanah Air. Koentjaraningrat juga memberi contoh yang lain, bahwa orang Batak Karo yang tinggal di
Kabanjahe pun seharusnya juga mengakui orang-orang yang di Abad ke-9 tinggal di lembah Merapi
sebagai nenek-moyang mereka, walaupun dulu belum berjiwa nasional Indonesia. Hal ini
dimaksudkan, agar orang Batak Karo pun turut bangga memiliki Candi Borobudur hasil rekayasa
teknologi canggih di masa Mataran Lama itu.
Dalam fungsi pemberi identitas, suatu unsur kebudayaan dapat menjadi unsur Kebudayaan Nasional
Indonesia, apabila paling sedikit memenuhi dua syarat, yaitu harus merupakan hasil karya warga
setempat, berupa tema berpikir atau wujudnya mengandung ciri-ciri khas Indonesia, dan oleh sebanyak
mungkin warga negara Indonesia lainnya dinilai sedemikian tinggi, sehingga dapat menjadi
kebanggaan mereka semua, dan dengan demikian mereka mau mengidentifikasi diri dengan unsur
kebudayaan itu.
Dalam fungsi memperkuat solidaritas, unsur itu sedikitnya harus memiliki dua syarat, yaitu berciri khas
Indonesia, dan  menjadi “gagasan kolektif” sebagai wahana komunikasi untuk menumbuhkan rasa
saling pengertian dan rasa solidaritas bangsa. Ideologi Pancasila dan bahasa Indonesia dapat dikatakan
berfungsi ganda, baik sebagai identitas nasional maupun pengikat solidaritas bangsa dalam
memperkokoh semangat persatuan. Kebudayaan Nasional tidak sekadar pemberi identitas, memperkuat
solidaritas dan kebanggaan masa lalu yang bersifat ekspresif saja, tetapi juga menjadi penjelmaan sifat
progresif kebudayaan modern, yang dikuasai oleh ilmu dan ekonomi yang melahirkan teknologi dan
berpusat pada universitas, bank dan pabrik.  Jika bangsa Indonesia ingin hidup sejajar dengan bangsa-
bangsa lain, harus berani mengubah orientasi budaya, dari aspek ekspresif yang bersifat kosmetik ke
aspek progresif yang rasional. Sesungguhnya kekuatan kebudayaan Bangsa kita sangatlah kekal
sebagai simbol dan lambang persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
II.2 Kelemahan (weakness)
Kelemahan budaya di Indonesia saat ini adalah ketidaklengkapannya data mengenai seni budaya yang
tersebar di setiap daerah. Perlindungan hak cipta terhadap seni budaya juga sangat lemah, sedangkan
publikasi multimedia secara internasional mengenai produk seni budaya masih sangat minim.
Pemerintah sudah menghimbau pemerintah daerah agar menginventarisasi seni budaya lokal yang ada
di daerahnya. Namun, dari 33 provinsi yang ada di Tanah Air, baru tiga provinsi, yakni Bali, Nusa
Tenggara Barat, dan DI Yogyakarta, yang melakukan inventarisasi seni budaya mereka. Hasilnya,
terdapat sekitar 600 seni budaya yang ada di ketiga provinsi tersebut.
Sampai saat ini belum ada sanksi bagi daerah yang tidak melakukan inventarisasi seni budaya lokal
mereka, padahal hal tersebut akan sangat bermanfaat bagi kemajuan pelestarian dan pengembangan
budaya lokal maupun Nasional Akibat berbagai kelemahan ini, seni budaya Indonesia sering diklaim
negara lain, padahal jika Indonesia memiliki daftar kekayaan intelektual termasuk seni budaya, daftar
itu bisa disampaikan kepada Organisasi Hak Kekayaan Intelektual Dunia di Geneva untuk mendapat
pengakuan internasional. Namun, hal itu belum dilakukan Indonesia.
Selain inventarisasi dan publikasi yang lemah, Indonesia juga menghadapi persoalan buruknya
birokrasi pendataan hak cipta. Banyak permohonan pendaftaran hak cipta bidang seni yang
disampaikan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia (Dephuk dan HAM). Namun, kebanyakan permohonan yang disetujui belum dipublikasikan.
Hal ini juga disebabkan dengan belum adanya dasar hukum formal.
II.3 Peluang (Opportunities)
Dalam upaya membangun semangat keIndonesiaan kita dapat dilakukan melalui Dialog Budaya
Antaretnik. Setiap kelompok budaya saling menyapa dan mengenal untuk saling memberi dan
menerima. Misalnya, dari sistem nilai Jawa, etnis Bugis bisa mendewasakan prinsip siri’, agar tidak
terkungkung pada masalah-masalah sempit kekeluargaan, tapi menjangkau hal-hal yang lebih besar
artinya bagi bangsa. Dari etnis Minang, orang Bugis dapat belajar tentang prinsip musyawarah, karena
mereka terbiasa menyelesaikan persoalan secara kaku, pantang berubah, sebab siri’ memerlukan
pemenuhan seketika. Dari sistem nilai Jawa, orang Bugis dapat belajar tentang tenggang rasa dan
kekuatan di dalam kalbu. Kelompok etnis Jawa dan Minang pun dapat belajar dari sistem nilai Bugis-
Makasar dalam penekanan kesetiaan pada kata (kana). Orang Bugis tidak suka melebih-lebihkan kata.
Demikian juga masyarakat etnik yang lain agar belajar dari budaya malu (al-haya’) dan berkata yang
benar (quli al-haq), dua integritas pribadi Muslim Aceh yang khas. Dari budaya Batak misalnya, etnik-
etnik Nusantara dapat belajar transparansi dan demokratisasi yang egaliter.
Pengembangan sikap toleransi, dengan sikap seperti itu menyadarkan kita bahwa tidak ada satupun
negara yang masyarakatnya hanya terdiri dari satu budaya, agama, kelompok tertentu, etnis, atau asal
kelahiran, melainkan majemuk, oleh sebab itu hidup bersama dalam semangat toleransi perlu
dikembangkan di dalam masyarakat sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa yang lebih utuh.
Proses integrasi berbagai budaya dan bangsa adalah keniscayaan dalam sejarah Nusantara, mereka bisa
hidup bertetangga, saling menghormati, dan terbuka bagi siapa pun, tanpa memandang agama, suku
dan warna kulit.
Setiap budaya punya sisi baik dan buruknya. Memadukan yang baik, menjadikannya sebagai perpaduan
baru adalah cara yang bijak, daripada menolaknya mentah-mentah. Terhadap budaya orang dan diri
sendiri, sikap yang baik adalah tidak merasa rendah diri, tetapi juga tidak terlalu sempit dalam
membanggakan budaya sendiri. Kita perlu belajar dari budaya orang lain dan budaya sendiri. Kita bisa
belajar banyak hal positif dari keberagaman manusia, agama, dan suku bangsa, yang bisa dilakukan
lewat dialog budaya antaretnik.
Sebelum Indonesia merdeka, sebenarnya semua daerah di Nusantara berasal dari berbagai  etnik.
Setelah lahir kesadaran politik pada Proklamasi 17 Agustus 1945, maka sejak itu kita tanggalkan baju
identitas etnik, menjadi satu bangsa Indonesia. Setelah itu, kita membawa budaya lokalnya masing-
masing sehingga budaya kita seperti “mozaik” yang indah dipandang. Kita semestinya punya
pandangan yang lebih dinamik, dengan menempatkan pluralitas budaya-budaya etnik itu layaknya
“serat-serat” yang mengandung konotasi saling menguatkan, seperti serat-serat pada batang pohon atau
anyaman benang pada kain tenun. Sebab menurutnya, dengan memandangnya sebagai “mozaik” akan
hanya menguntungkan bagi orang-orang asing, karena bagaikan sumur yang takkan habis airnya untuk
ditimba. Oleh sebab itu, kita memerlukan adanya Dialog Budaya antar etnik, agar lambat-laun terjalin
menjadi “serat-serat” yang mengukuhkan keBhinneka Tunggal Ikaan budaya Nusantara menjadi
budaya Indonesia Baru yang lebih menyatu. Dalam hubungan itu, Bhinneka Tunggal Ika diharapkan
menjadi strategi kebudayaan, yang bisa dituangkan ke dalam kebijakan publik. Strategi kebudayaan itu
harus ditujukan agar seluruh kekayaan budaya-budaya Etnik dan Masyarakat Adat terjalin erat dalam
“serat-serat kebudayaan”. Setidaknya ada dua pendekatan yang saling terkait. Pertama, melalui
pendekatan kultural, agar setiap kelompok budaya saling menyapa dan mengenal, untuk saling
memberi dan menerima.
Sekaranglah saatnya kita mengukuhkan persatuan dan kesatuan bangsa yang tidak sebatas tawar-
menawar politik, tetapi dengan tawaran kehidupan budaya yang lebih hangat. Kedua, pemulihan hak-
hak masyarakat lokal dalam mengakses pada sumberdaya ekonomi lokal. Sejarah telah memberikan
pelajaran, bahwa hidup dalam multikulturalisme yang penuh toleran dan saling menghargai dapat
menjadi sumber kemajuan. Ketika semua merayakan perbedaan dari suku, bahasa dan agama sebagai
sesuatu yang baik bagi kehidupan, hal itu akan menjadi sumber kemajuan. Tetapi sebaliknya, ketika
permusuhan yang dikembangkan hasilnya adalah kematian dan peperangan. Kemajemukan adalah
salah bagian dari sejarah kemajuan beberapa negara besar sekarang, termasuk Amerika dan Eropa.
Sejarah juga menunjukkan, proses integrasi berbagai budaya dan bangsa adalah keniscayaan dalam
sejarah Nusantara. Maka, jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Setiap budaya punya sisi baik dan
buruknya. Memadukan yang baik, menjadikannya sebagai sintesis baru adalah cara yang bijak,
daripada menolaknya. Filosofi yang baik adalah tidak merasa inferior, tetapi juga tidak superior dengan
budaya etnik sendiri. Filosofi ini penting bagi masa depan kebudayaan Indonesia di dunia global yang
multikultural ini.
II.4 Tantangan (Threat)
Kebudayaan Modern Tiruan Tantangan yang sungguh-sungguh mengancam kita adalah Kebudayaan
Modern Tiruan. Dia mengancam justru karena tidak sejati, tidak substansial. Yang ditawarkan adalah
semu. Kebudayaan itu membuat kita menjadi manusia plastik, manusia tanpa kepribadian, manusia
terasing, manusia kosong, manusia latah. Kebudayaan Blasteran Modern bagaikan drakula: ia
mentereng, mempunyai daya tarik luar biasa, ia lama kelamaan meyedot pandangan asli kita tentang
nilai, tentang dasar harga diri, tentang status.Ia menawarkan kemewahan-kemewahan yang dulu bahkan
tidak dapat kita impikan. Ia menjanjikan kepenuhan hidup, kemantapan diri, asal kita mau berhenti
berpikir sendiri, berhenti membuat kita kehilangan penilaian kita sendiri. Akhirnya kita kehabisan
darah , kehabisan identitas. Kebudayaan modern tiruan membuat kita lepas dari kebudayaan tradisional
kita sendiri, sekaligus juga tidak menyentuh kebudayaan teknologis modern sungguhan.
Bagaimana Memberi Makan, Sandang, dan Rumah Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa, budaya
adalah perjuangan manusia dalam mengatasi masalah alam dan zaman. Permasalahan yang paling
mendasar bagi manusia adalah masalah makan, pakaian dan perumahan. Ketika orang kekurangan gizi
bagaimana ia akan mendapat orang yang cerdas. Ketika kebutuhan pokok saja tidak terpenuhi
bagaimana orang akan berpikir maju dan menciptakan teknologi yang hebat. Jangankan untuk itu,
permasalahan pemenuhan kebutuhan kita sangat mempengaruhi pola hubungan di antara manusia.
Orang rela mencuri bahkan membunuh agar ia bisa makan sesuap nasi. Sehingga, kelalaian dalam hal
ini bukan hanya berdampak pada kemiskinan, kelaparan, kematian, akan tetapi akan berpengaruh
dalam tatanan budaya-sosial masyarakat.
Masalah Pendidikan yang Tepat. Pendidikan masih menjadi tantangan yang butuh perhatian serius jika
bangsa ini ingin dipandang dalam percaturan dunia. Ada fenomena yang menarik terkait dengan hal ini,
yaitu mengenai kolaborasi kebudayaan dengan pendidikan, dalam artian bagaimana sistem pendidikan
yang ada mengintrinsikkan kebudayaan di dalamnya. Dimana ada suatu kebudayaan yang menjadi
spirit dari sistem pendidikan yang kita terapkan.
Mengejar Kemajuan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. tantangan ini beranjak ketika
kita sampai saat ini masih menjadi konsumen atas produk-produk teknologi dari negara luar. Situasi
keilmiahan kita belum berkembang dengan baik dan belum didukung oleh iklim yang kondusif bagi
para ilmuan untuk melakukan penelitian dan penciptaan produk-produk, teknologi baru. Jika kita tetap
mengandalkan impor produk dari luar negeri, maka kita akan terus terbelakang. Oleh karena itu, hal ini
tantangan bagi kita untuk mengejar ketertinggalan iptek dari negara-negara maju.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kekuatan, kelemahan, peluang, serta tantangan dari peran budaya
lokal dalam memperkokoh budaya bangsa  adalah bahwa Bangsa kita merupakan bangsa majemuk
yang terdiri dari berbagai suku, etnik, bahasa, agama, serta adat istiadat. Memiliki begitu banyak
kekayaan alam dan budaya yang sepatutnya kita lestarikan dan kita jaga demi menjaga jati diri Bangsa
Indonesia. Budaya lokal yang tersebar di 33 provinsi dan 17.504 pulau merupakan pilar-pilar yang
menopang berdirinya Bangsa Indonesia, dan apabila satu saja pilar tersebut hilang atau hancur, maka
runtuh pula Negara Kesatuan Republik Indonesia kita.
III.2 Rekomendasi
Dalam menjaga agar budaya lokal tetap menjadi pilar-pilar yang kokoh bagi ketahanan budaya bangsa
sepantasnya kita jangan pernah melupakan setiap bagian provinsi, pendapatan harus terditribusi secara
merata di setiap daerah.  Jangan pernah membedakan suku-suku lain (rasisme), junjung tinggi rasa
toleransi dan solidartas, serta kerukunan antar suku dan umat beragama. Tingkatkan rasa kepedulian
serta rasa saling menolong. Peliharalah lingkungan alam kita, darat, laut, maupun udara. Tegakkan
hukum dan peraturan secara tegas dan bertanggung jawab, adili pelanggaran-pelanggaran hak yang
pernah terjadi dari sabang sampai merauke, dengan begitu kedepannya tidak akan ada lagi
pemberontakan, terorisme dan, pastinya indonesia akan makmur sejahtera dan dengan sendirinya
kebudayaan Nasional dapat kita jaga.
DAFTAR PUSTAKA
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/10/12/tantangan-kebudayaan-indonesia/
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_provinsi_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Jumlah_pulau_di_Indonesia
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090317094631AAcZ2gO
http://tommycecakar.blogdetik.com/2009/09/02/indonesia-dalam-menjaga-dan-melestarikan-seni-dan-
budayanya/
http://oase.kompas.com/read/xml/2009/08/31/05475977/Perlindungan.Budaya.Indonesia.Lemah
http://www.facebook.com/search/?q=kebudayaan+indonesia&init=quick#/pages/selamatkan-
kebudayaan-Indonesia/127669431821?ref=search&sid=1169556082.192684325..1
http://www.hamengkubuwonox.com/index.php?option=com_content&view=article&id=106:budaya-
sebagai-kekuatan-dan-pemersatu-bangsa&catid=36:tentang-hb-x&Itemid=57

Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum
bentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari
kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan
Indonesia.
Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh
kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab.
Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh
sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat
mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di
Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan
yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula
yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan
menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan
kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah
satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab
yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok.
Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung
selanjutnya, membawa berbagai bentuk kebudayaan Barat dan membentuk kebudayaan Indonesia
modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem
sosial, berbagai elemen budaya seperti boga, busana, perekonomian, dan sebagainya, banyak
mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat.

A. PENJELASAN UMUM

Penghijauan pertamanan adalah usaha penataan lingkungan dengan mempergunakan tanaman


sebagai materi pokoknya, (upaya yang dapat menanggulangi degradasi dan kualitas
lingkungan).

DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara RI telah berkembang menjadi pusat berbagai aktivitas
kehidupan seperti industri, pendidikan, perdagangan, pariwisata dan jasa.
Kota Jakarta merupakan pusat konsentrasi pelayanan dengan berbagai aspek kegiatannya
menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap lingkungan.

Lingkungan yang baik dan sehat adalah hak dan kewajiban seluruh lapisan masyarakat baik
swasta maupun pemerintah untuk mewujudkannya.

Mewujudkan kota yang berwawasan lingkungan, asri, serasi dan lestari menuntut agar selalu
menghijaukan kota.

Tujuan penghijauan adalah :


a. Untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup
b. Untuk meningkatkan kota yang asri, serasi, lestari
c. Untuk melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Manfaat penghijauan adalah :


1. Manfaat Estetis (Keindahan)
Pohon memiliki berbagai macam bentuk tajuk yang khas, sehingga menciptakan keindahan
tersendiri. Oleh karena itu bila disusun secara berkelompok dengan jenis yang sama pada
masing-masing kelompok akan menciptakan keindahan atau suasana yang nyaman.
Struktur bangunan tanpa diimbangi dengan pohon-pohon akan terasa gersang, sebaliknya
bila sekitarnya ditanam pohon serta ditata dengan baik akan nampak hijau dan asri.

2. Manfaat Orologis
Akar pohon dengan tanah merupakan satu kesatuan yang kuat sehingga mampu mencegah
erosi atau pengikisan tanah. Inilah yang disebut manfaat orologis.

3. Manfaat Hidrologis
Dalam hal ini dimaksudkan bahwa tanaman-tanaman pada dasarnya akan menyerap air
hujan. Dengan demikian banyaknya kelompok pohon-pohon akan menjadikan daerah
sebagai daerah persediaan air tanah yang dapat memenuhi kehidupan bagi
manusia dan makhluk lainnya.

4. Manfaat Klimatologis
Dengan banyaknya pohon akan menurunkan suhu setempat, sehingga udara di sekitarnya
menjadi sejuk dan nyaman. Jadi secara klimatologis kehadiran kelompok pohon-pohon
pelindung sangat besar artinya.

5. Manfaat Edaphis
Ini adalah manfaat dalam kaitan dengan tempat hidup binatang. Di lingkungan yang penuh
dengan pohon-pohon, secara alami satwa dapat hidup dengan tenang karena lingkungan
demikian memang sangat mendukung.
6. Manfaat Ekologis
Lingkungan yang baik adalah yang seimbang antara struktur buatan manusia dan struktur
alam. Kelompok pohon atau tanaman, air, dan binatang adalah bagian dari alam yang
dapat memberikan keseimbangan lingkungan.

7. Manfaat Protektif
Manfaat protektif adalah karena pohon dapat memberikan perlindungan, misalnya terhadap
teriknya sinar matahari, angin kencang, penahan debu, serta peredam suara. Disamping
juga melindungi mata dari cahaya silau.

8. Manfaat Hygienis
Adalah sudah menjadi sifat pohon pada siang hari menghasilkan O2 (Oksigen) yang sangat
diperlukan manusia, dan sebaliknya dapat menyerap CO2 (Karbondioksida) yaitu udara
kotor hasil gas buangan sisa pembakaran. Jadi secara hygienis, pohon sangat berguna
untuk kehidupan manusia.

9. Manfaat Edukatif
Berbagai macam jenis pohon yang ditanam di kota merupakan laboratorium alam, karena
dapat dimanfaatkan sebagai tempat belajar mengenal tanaman dari berbagai aspeknya.

Dasar hukum yang berkaitan dengan penghijauan adalah :
1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2 Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1985 tentang Retribusi Khusus mengenai Pertanaman.
3. Inmendagri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Ruang Terbuka Hijau.
4. Perda Nomor 11 Tahun 1988 tentang Ketertiban Umum dalam Wilayah DKI Jakarta Khusus
Bidang Pertanaman.
5.Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 1992 tentang Program Penghijauan Nasional.
6. Gerakan Penghijauan sejuta pohon yang dicanangkan Presiden RI tanggal 10 Januari 1993,
di Taman Medan Merdeka.

B. PELAKSANAAN KEGIATAN

a. Pada lokasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) yaitu :

1. Lokasi-lokasi pantai di luar kawasan hutan�

2. Setu/Waduk

3. Daerah aliran sungai

4. TPU
5. Daerah Pemukiman

6. Daerah Industri

7. Kawasan penyangga untuk kepentingan keamanan

8. Daerah resapan air/lahan terbuka

9. Hutan kota

b. Di kawasan hutan/Reboisasi yaitu :

1. Hutan lindung Angke Kapuk

2. Cagar alam Muara Angke

3. Hutan Wisata

4. Cagar alam Pulau Ramba

5. Cagar alam Pulau Bokor

6. Cagar alam Pulau Penjaliran Barat

7. Cagar alam Pulau Penjaliran Timur

c. Oleh masyarakat pada

1. Lokasi sekolah

2. Lokasi wilayah asrama/pemukiman

3. Lokasi industri pemerintah dan swasta

4. Lokasi yang dimiliki masyarakat.

Tata Cara Penanaman Pertamanan

Tanaman Pohon

1. Gali lobang 50 x 50 x 50 cm.


2. Galian sebelah atas dipisahkan dengan galian sebelah bawah.

3. Lobang dibiarkan terbuka selama 1 minggu.

4. 1/2 bagian tanah� galian dikembalikan ke lobang.

5. Lapisan tanah atas dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 1 pengki (1/4
m3)

6. Ambil bibit yang akan ditanam setelah disiram terlebih dahulu dan
dikeluarkan dari pembungkusnya dengan hati-hati, kemudian ditanam tegak
lurus.

7. Tanah galian yang telah dicampur pupuk kandang ditimbun di sekitar bibit
dan dipadatkan.

8. Beri steger (penunjang) agar tidak roboh dan tumbuh dengan lurus, dan
disiram sampai penuh.

9. Jarak tanam pohon minimal 6 (enam) meter sedangkan jarak ke selokan


minimal 1 (satu) meter.

Tanaman Perdu

Sama dengan tanaman pohon, hanya ukuran lubang lebih kecil dibandingkan dengan pohon.
Lebih kurang separuh tanaman pohon dengan demikian campuran pupuk kandang juga
sebagian.

Tanaman Penutup

Tanaman penutup tidak memerlukan pembuatan lubang, tetapi tanah langsung diolah sedalam
30 cm. Kemudian dibiarkan lebih kurang 1 (satu) minggu, lalu dicampur pupuk kandang. Untuk
1 (satu) meter persegi dicampur/ditebarkan pupuk kandang sebanyak 1/4 m3 dan diaduk
sampai rata. Gunakanlah pupuk kandang yang sudah kering.

Tanaman Dasar

Hampir sama dengan tanaman penutup, tetapi untuk tanaman dasar sebaliknya tanah
dicampur dengan pasir agar tanah lebih gembur. Setelah lempengan rumput ditanam diratakan
permukaannya dengan dipukul pakai kayu atau alat lainnya sampai rata.

Tanaman Pot

Pilih pot yang sesuai dengan jenis tanaman. Tanaman yang lebih tanah air dapat ditanam pada
pot yang kurang porositasnya sedangkan tanaman yang kurang tahan terhadap air pakailah
pot tanah.

Campuran media dipakai yang gembur agar akar mudah menembus tanah dan di dalamnya
tersedia oksigen yang cukup. Campuran media yang baik terdiri atas pasir, tanah,
humus/pupuk kandang/kompos dengan komposisi sesuai dengan jenis tanaman.

�Memperbanyak tanaman dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :

1. Secara generatif (kawin) dengan menggunakan biji

2. Secara vegetatif :

a. Dengan menggunakan bagian-bagian tertentu dari tanaman

- Slolon : bagian batang yang keluar dari ketiak daun pada dasar yang
menjalar sepanjang permukaan.

- Umbi batang : batang berdaging dalam tanah dengan beberapa mata


tunas.

- Akar tunggal, batang yang tumbuh dalam tanah mengandung mata tunas
dan tunas-tunas dapat menghasilkan akar adventif.

- anak tanaman

�� Tunas samping yang berkembang dari batang bawah

- Suring

�� Daging� batang� dalam� rumah� yang� merupakan� lembaran-


lembaran daging�� tersebut yang berserat.�

b. Bunga stek

- Stek pucuk : diambil dari pucuk batang panjang 5-10cm.


- Stek Cabang : diambil dari cabang berkayu keras panjang 10-15 cm.
- Stek Daun : bagian yang ditanam tangkai daunnya.
- Stek Mata tunas : bagian batang yang mengantung mata tunas.

c. Mencangkok

Bahan stek yang masih bersatu dengan batang induknya, batang disayat kulitnya +� 3-5
cm.lalu kambiumnya dikerok sampai bersih dan dibiarkan kering selama� 2 (dua) minggu
kemudian ditutup dengan tanah subur dan dibungkus dengan plastik/sabut kelapa. Sekitar
satu bulan akar akan keluar dan dipotong siap untuk ditanam.

d. Okulasi

Penyatuan satu mata tunas yang disisipkan dibawah kulit kayu dari batang bawah.

e. Enten/menyambung

Menyatukan batang dari satu tanaman dengan tanaman lain yang masih satu jenis sehingga
tumbuh besar.

Salah satu cara untuk menjadikan lingkungan lebih asri yaitu dengan penanaman tanaman
melalui wadah yaitu dengan pot.

Tanah yang diletakkan dalam pot hendaklah gembur dan mempunyai derajat bersama� buah
serta banyak mengandung hama.

Pot yang baik adalah berasal dari tanah liat.

Penanaman tanaman dalam pot


�����
- Pot yang dipakai sebaiknya bersih dan untuk pot baru direndam lebih dahulu
1/2 jam.

- Mempergunakan bahan penutas (pecahan genting, batu bata) setinggi 1/5


tinggi pot.

- Mempergunakan pot sesuai kebutuhan.

- Tanah asal yang ada pada tanaman diikutsertakan

- Masukkan tanah campuran dengan hati-hati ke dalam pot

- siram pot dengan air sampai jernih.

Pemeliharaan tanaman pot

1. Penyiraman dapat dilakukan 1 kali dalam sehari (untuk musim kemarau 2 kali
sehari).

2. Penempatan pada tanah yang kurang memenuhi syarat kecuali untuk


menanam bunga.

3. Pemangkasan dilakukan untuk :

a. Mempertahankan keindahan

bBatang atau cabang yang rusak.

c. Cabang yang diharapkan merangsang timbulnya kuncup baru

d. Tunas-tunas liar

e. Cabang yang tumbuh tidak teratur

f. Daun yang rusak.

4. Pemberantasan hama dan penyakit

Dilakukan bilamana sangat perlu, boleh dibunuh langsung.

Untuk hama yang sukar diberantas, misalnya butir tanaman cycas dengan
pestisida Basudin seminggu 2 kali dengan dosis 1 liter air dicampur 2CC
Basudin.

Beberapa tanaman yang dapat dipakai sebagai tanaman pot

1. Tanaman hias bersyarat

- Bogenvil - Casa blanca - Mawar - Melati - Nusa Indah - Lantana - Kamboja -


Kemunig - Kenanga Pendek - Cempaka Kembang Merah.

2. Tanaman hias berfungsi ganda (sabagai obat)

- Bluntas - Cempaka - Bunga pukul empat - Culan - Dinding Ari - Gendola -


Lidah Buaya - Pandan - Miana - Melati - Kaca Piring - Keci Beling - Kemuning
- Kumis Kucing - Kembang Jelang - Saga Rambat - Sambang Darah - Sirih-
Blimbing Wuluh - Kenanga Pendek.
3. Tanaman yang mudah perawatannya

- Jenis-jenis anjungan - Air Mata Pengantin - Bougenvil - Bambu Jepang -


Drasaena - Nona Makan Sirih - Pohon (Jepang-Kol-Kangkung-Seledri-
Maregu) - Kamboja - Kemuning - Kumis Kucing - Pakis Kelabung - Pakis Kol -
Jenis-jenis Puring - Sirih Gading - Walisongo - Beluntas - Bering.

Kendala yang dihadapi :

- Masalah keterbatasan tempat

- Keterbatasan biaya untuk pengaturan pohon-pohon

- Masih�� rendah�� kesadaran� manusia� akan� pentingnya�


penghijauan� bagi kelangsungan lingkungan hidup.

- Masih kurangnya perawatan pohon-pohon penghijauan sehingga banyak


pohon dipinggir jalan yang mati kekeringan di musim kemarau.

C. INSTANSI TERKAIT

1. Dinas Pertamanan
2. Dinas Pertanian
3. Biro Lingkungan Hidup
4. Dinas Pariwisata.

D. KATA KUNCI

1 Penghijauan
2. Taman
3. Tanaman
4. Lingkungan

E. SUMBER

1. Penghijauan, Pemerintah DKI Jakarta, Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan,


Oktober 1993.

2 Drama Bahran, Jakarta Hijau,Dwimingguan Lintas Ibukota, Maret 1998 No. 14 Tahun ke II.
3 Brosur
a. Sejuta Pohon dengan sejuta manfaat; Dinas Pertamanan DKI Jakarta; 1996/1997.
b. Perbanyak tanaman; Dinas Pertamanan DKI Jakarta; 1997/1998.

Anda mungkin juga menyukai