1 PB
1 PB
2 2020
Abstract
Sexual behavior among Papuans known as unique. One of the unique sexual behavior that can be found
is a bungkus “wrap”. Bungkus is the traditional technology to enlarge the male genitals using leaves
which Papuans known as daun tiga jari. Hegemony and the value of masculinity that characterize sexual
activity, expressed in order to wrap up behavior. These activities is to make as strong men to do sexual
activity. That is not a myth. As the embodiment of the values of masculinity, wrap done by male and
adolescent. As a behavior, action to wrap up not free from health risks. Packaging is not really going
to result in damage to the genitals. Unsafe sexual behavior people who are wrapped, at risk for sexually
transmitted diseases and HIV / AIDS. Recognition of female sex workers due to the use of wrappers is
an indication of this risk. Socially, the phenomenon wrap also are at risk of Domestic Violence.
Meanwhile, the Government is not doing more related to the bungkus phenomenon a lot done Papuans.
All that will make Papuans in Kaimana expressive sexual behavior as vulnerable people.
Keyword : Sex Behavior, Ethnography, Bungkus Daun Tiga Jari, Irarutu, West Papua
1
Para ahli telah merumuskan konsep suku bangsa sebagai kesatuan sosial atau kolektifa yang mempunyai
kesadaran sebagai satu kebudayaan, yang antara lain ditandai oleh kesamaan bahasa. Pemilihan konsep lema
dalam Ensiklopedia tersebut tidak mengikatkan diri pada pengertian konsep suku bangsa sehingga pengertian
lema bisa menjadi lebih sempit dan bisa pula menjadi lebih luas.
48
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 41 NO. 2 2020
Kabupaten merupakan daerah dengan bungkus? Resiko apa yang dihadapi orang
kategori bermasalah Kesehatan, termasuk ketika melakukan kegiatan bungkus?
Kabupaten Kaimana. Sementara itu riset Studi ini merupakan bagian dari
etnografi Kesehatan ditugaskan Badan rangkaian kegiatan riset etnografi
Litbang Kesehatan untuk mengungkap dan kesehatan, Badan Penelitian dan
mendeskripsikan factor social budaya yang Pengembangan Kesehatan. Adapun tujuan
berkontribusi terhadap terjadinya masalah dari artikel ini adalah memberikan
Kesehatan tersebut. Hal inilah yang gambaran perilaku “bungkus’ daun tiga jari
mendasari dipilihnya Kabupaten Kaimana yang merupakan salah satu tradisi
sebagai daerah studi riset etnografi komunitas Irarutu di Papua. Penelitian
kesehatan. etnografi kesehatan ini di desain
Di Kabupaten Kaimana, terdapat menggunakan metode penelitian kualitatif,
beberapa etnis yang menghuni wilayahnya. dengan pendekatan etnografi. Pemilihan
Salah satu etnis yang cukup besar adalah etnografi dilakukan dengan pertimbangan
Irarutu yang menempati hamper semua bahwa metode ini mempunyai kekhususan
distrik di Kabupaten Kaimana, Papua Barat. untuk menggambarkan suatu fenomena
Tidak banyak informasi terkait etnis social budaya (Atkinson P. and
Irarutu. Pencarian informasi melalui Hammersley M, 1994). Dengan
internet sebagai data awal diperoleh memperhatikan latar alamiah, naturalistik
keterangan bahwa Irarutu adalah salah satu dan konteks keutuhan, riset ini dilakukan di
dari delapan etnis besar yang berada di wilayah Distrik Teluk Arguni, Kabupaten
wilayah Kabupaten Kaimana dan 271 etnis Kaimana.
di tanah Papua. Data pada studi ini bersumber pada
Ketika melakukan pengumpulan catatan lapangan hasil observasi dan
data etnografi di komunitas Irarutu, peneliti wawancara mendalam kepada informan.
menemukan fenomena bungkus. Kaum Dengan tehnik snow-ball, peneliti berhasil
lelaki mengenal bungkus sebagai teknologi melakukan wawancara langsung kepada
untuk memperbesar alat kelamin laki-laki. informan seperti pemberi jasa layanan,
Tindakan pembungkusan ini bukannya pelaku, orang-orang dan petugas kesehatan
tanpa risiko. Kejadian infeksi dan rusaknya yang tahu tentang bungkus serta pekerja
permukaan alat kelamin merupakan cerita seks yang berkenan memberikan informasi
biasa dikalangan pelaku bungkus. tentang pemanfaatan mereka oleh
Berangkat dari temuan bahwa fenomena pengguna yang sudah melakukan kegiatan
bungkus merupakan bentuk cultural pembungkusan. Analisis data dilakukan
behavior, cultural knowledge dan cultural dengan cara menarasikan,
artifacts, tentunya orang Irarutu di mengkomparasikan dan melakukan
Kaimana mempunyai penjelasan mengapa interpretasi (pemaknaan) sesuai konteksnya
mereka melakukan hal tersebut. Oleh untuk kemudian dilakukan penarikan
karena itu, beberapa pertanyaaan yang akan kesimpulan.
dijawab dalam studi ini antara lain : apa
yang dimaksud dengan bungkus? apa yang
melatar belakangi orang melakukan
49
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 41 NO. 2 2020
Daun tiga jari dan persepsinya dalam “...ketika saya datang ke Kaimana,
perilaku seksual orang Iratutu, lebih banyak lagi...malah anak-anak
SMA ikut bungkus... kalau orang
Kaimana. dewasa itu su biasa dan banyak..”
Disaat melakukan pengumpulan data, Ternyata bungkus tidak hanya
dikemukakan oleh Bryman bahwa tahapan menarik perhatian masyarakat awam, orang
yang sulit adalah saat masuk pada setting yang berprofesi sebagai dokterpun ada yang
sosial (Bryman, 2004) dan menemukan melakukan tindakan pembungkusan.
ordinary people yang tahu tentang Berdasarkan usia pengguna, bungkus ini
substansi penelitian (Nugent, 2002). Ketika dilakukan tidak hanya oleh mereka yang
sedang berbicara tentang kehidupan seksual sudah dewasa tetapi juga dilakukan oleh
kaum lelaki, seorang pemuda dari Jawa kelompok remaja. Kalau yang melakukan
dengan berbisik mengatakan bahwa pembungkusan adalah mereka yang sudah
masyarakat di sini mempunyai kebiasaan dewasa, kita bisa membayangkan
mem“bungkus”. Cukup sulit bagi peneliti penggunaannya. Tapi kalau yang
memperoleh informasi tentang fenomena dibungkus adalah mereka yang masih usia
“bungkus” yang oleh masyarakat setempat sekolah, apakah mereka hanya akan
dianggap tabu untuk dibicarakan secara membungkus saja? Apakah mereka
terbuka. Melalui rapport2 yang dibangun, nantinya tidak akan menggunakan hasil
akhirnya beberapa subjek mulai berbagi karya pembungkusan? Kami tidak bisa
informasi. menjawab dengan pasti karena tidak ada
Tidak ada yang bisa memberikan informan remaja yang berkenan untuk
informasi kapan teknologi ini mulai berbagi informasi tentang hal tersebut.
digunakan oleh masyarakat. Seorang dokter Berdasarkan logika sederhana bisa diduga
yang bertugas di Kaimana mengemukakan bahwa mereka tidak hanya membungkus
bahwa sejak kedatangannya di tanah Papua saja tapi tentunya akan membuktikan
sekitar tahun 90-an beliau sudah mendengar kemanjuran hasil pembungkusannya.
tentang penggunaan daun bungkus.
“... mari kita simak dan artikan
sebuah tulisan yang saya dapat
“...Bungkus itu sudah saya dengar
dari internet "Kepala Kepolisian
waktu saya datang ke fak-fak tahun
Daerah Papua Irjen Pol Bekto
90-an.. saya tahu bungkus itu dari
Soeprapto mengatakan, kegagalan
rumah sakit.. dengar-dengar ada
putera Papua untuk lulus sebagai
pasien juga yang datang dengan
anggota Polri dikarenakan peserta
keluhan kelaminnya membesar.
tes memiliki alat kelamin yang
Terus ternyata di bungkus dengan
sengaja diperbesar dengan
daun tiga jari...”
menggunakan ramuan tradisional”
“...dari situ saya baru tahu daun tiga Sumber:
jari bisa membesarkan alat kelamin .http://www.pondokobatpapua.com
pria... malah pada waktu itu ada /2013/07/“
teman dokter juga dengan staff
rumah sakit ikut bungkus juga..”
2
Istilah untuk menjelaskan proses pendekatan kepada subjek sehingga bisa menerima kehadiran peneliti.
Suatu perumpamaan yang perlu dilakukan peneliti agar terbangun rapport adalah dengan cara “makan,
minum, menangis dan tertawa bersama” dengan subjek penelitian.
50
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 41 NO. 2 2020
51
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 41 NO. 2 2020
“... bagian yang membesar itu hanya Reaksi yang terjadi setelah sekitar 15 menit
luarnya saja.. odema.. membengkak.. pembungkusan adalah timbulnya rasa
jadi yang membengkak cuma ototnya panas pada alat kelamin. Ketika alat
yang paling luar.. bagian kulitnya kelamin yang dibungkus terasa lebih panas
yang bengkak.. bagian otot dalamnya
tidak..” lagi, maka bungkus harus segera dilepas.
Bila tidak maka akan berisiko pada
Pace Uf, sang pembungkus, pemakai.
mengakui kalau setiap bulan dia bisa
mendapat klien sebanyak 6 – 10 orang. Dia “...kalau sudah dibungkus.. tra boleh
pake celana dalam dan celana yang
tidak mengaku berapa besar biaya yang
ketat.. boleh pake celana yang
diterima atas jasa yang diberikan. longgar.. yang bagus tidak pake
Menurutnya, uang hasil usaha “bungkus” celana.. orang itu juga tra boleh mandi
bisa untuk memenuhi kebutuhan makan semala 3 hari.. biar barangnya tidak
kena air..”
setiap bulannya. Belum lagi kalau dipanggil
klien diluar kota, ada tambahan uang “...kalau barangnya kena celana.. bisa
transportasi dan akomodasi yang akan dia lecet.. bisa melepuh.. juga kalau
barangnya ke air.. bisa melepuh..
terima. Orang-orang di kota Manokwari,
kalau su lewat 3 hari boleh.”
Sorong, Fakfak dan Jayapura sering
52
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 41 NO. 2 2020
“... kulit itu kemaluan kan tipis.. itu kawasan ekonomi, merintis terbukanya
daun bungkus kan panas... jadi kalau konektivitas antar daerah di pedalaman dan
dibungkus, reaksinya.. kulit kemaluan
yang tipis mudah lecet..” konektivitas dengan kabupaten dan kota
lain telah menimbulkan fenomena
Apa yang dikemukakan Pace Uf, si urbanisasi dengan semua konsekwensinya.
tukang bungkus, bukan isapan jempol Nilai dan perilaku seperti masuknya
belaka. JM, seorang dokter yang pernah ekonomi berbasis uang, nilai-nilai baru
bertugas di Rumah Sakit mengemukakan yang dibawa oleh pendatang dan migrasi
adanya kasus tersebut. Demikian juga antar daerah telah berubah orang Papua
dengan bapak M, Kepala Puskesmas yang sekarang tidak lagi berpikir dan bertindak
sebelumnya bertugas di Rumah Sakit hanya sejalan dengan norma-norma budaya
sebagai perawat. tradisionalnya.
Sebutan Kabupaten Kaimana
“...kalau orang dewasa banyak,
kadang mereka minum obat sendiri sebagai “Bidadari Cantik” untuk
sembuh sendiri. Tapi yang anak-anak.. menggambarkan menariknya potensi
orang tua bawa antar anak ke Kaimana untuk investasi (Pemerintah
puskesmas dengan keluhan membesar.
Kabupaten Kaimana, 2013). Konsekwensi
Memang ternyata membesar dan
meradang. Jadi.. datang karena sudah perkembangan daerah adalah munculnya
meradang..” fasilitas penunjang seperti hotel, tempat
hiburan dan rekreasi, termasuk fasilitas
“... risikonya.. karena mungkin panas..
cuman ada komplikasinya infeksi.. penyedia layanan seksual. Saat ini di kota
kebanyakan yang datang berobat Kaimana terdapat 22 lokasi tempat hiburan.
infeksi.. melepuh.” Ada yang berupa bar, cafe, tempat karaoke,
Bungkus biasanya dilakukan secara rumah makan atau tempat prostitusi.
diam-diam. Seringkali orang kalau Pastinya, di semua tempat itu menyediakan
mengalami risiko tidak mau segera berobat jasa layanan seksual. Pekerjanya adalah
kepada tenaga kesehatan, seperti kata perempuan-perempuan yang berasal dari
dokter JM. tanah Jawa, Sulawesi, Maluku seperti kata
JM, ibu dari Dinas Kesehatan.
“...Iya, dia biasanya malu . karena
modelnya sudah tidak betul.. yang “...yang menjadi PSK disini.. Manado,
datang berobat justru ketika itu sudah jawa, ujung pandang... kalau dari
bernanah.. bukan bernanah dari jawa 80%.. manado kebetulan sedikit..
itunya.. tapi karena infeksi... ada yang dulu waktu baru.. 90% orang
mungkin sudah tahu.. pas bungkus.. manado.. sekarang orang mando 10%
minum obat, jadi tidak seberapa kira-kira.. sekarang yang banyak
parah. orang jawa.. bugis...paling banyak org
jawa 80%...”.
Kalau sampai demikian maka akan
ada risiko infeksi sampai bernanah. Ada “joke” dikalangan pendatang
Keterlambatan ditangani tenaga kesehatan, tentang laki-laki papua setelah menjual
nantinya bahkan dapat merusak alat hasil panen palanya. Setelah pulang dari
kelamin dan mengganggu fungsinya. menjual pala di kota, mereka hanya
Risiko lain berkaitan dengan membawa sekarung beras dan sekotak mie
pembangunan daerah. Upaya pemerintah
Kabupaten Kaimana mengembangkan
53
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 41 NO. 2 2020
instan3. Bisa jadi inilah yang disebut “... mungkin karena hasil alamnya
sebagai property inequalities (Verdery, melimpah... orang sini tidak mau mikir
susah-susah.. mereka maunya enak-
2001). Laki-laki punya kekuasaan untuk enakan saja.. tidak capek bekerja tapi
menggunakan uang hasil buminya. Tanpa makan enak.. dan “mabuk” mereka
harus ijin dari perempuan, uang hasil jagonya.. mereka kuat kalau disuruh
penjualan pala akan dipakai untuk membeli ‘minum’ ... kalau kesini mereka
biasanya minum dulu.. terus ngamar..
minuman beralkohol dan pergi ke tempat- apalagi kalau sudah musim panen...
tempat prostitusi. Kondisi ini dikatakan mereka gak mikir mau habis berapa
oleh DK, 28 tahun, nelayan dari Jawa yang uang...”
sudah 5 tahun tinggal bersama orang Irarutu
di Teluk Arguni. Dari tempat kedua, ketika berbicara
dengan seorang perempuan pekerja seks
“.... kalau sudah panen dan menjual diperoleh informasi yang tidak jauh
pala di kota.. orang sini biasanya lupa
berbeda. Mbak Ty, 42 tahun, pekerja seks
pulang.. menikmati uang hasil jual
pala dengan membeli sopi.. dan biasa yang berencana pulang ke daerah asalnya di
laki-laki pergi ke situ..” Jawa Timur bercerita kondisi ekonomi dan
pelanggannya
Untuk sekedar mengetahui sejauh
mana “rahasia umum” tersebut mendekati “...setiap hari, nggak mesti ada tamu
kebenaran, peneliti mencoba mendatangi yang datang.. syukur-syukur ada yang
dua tempat penyedia layanan prostitusi. bisa dibuat makan.. .dulu tempat ini
ramai.. dalam sehari, saya dan juga
Tempat pertama didesain sebagai tempat teman-teman pernah melayani 5
karaoke yang dipandu perempuan- sampai 10 orang..”
perempuan dari Manado dan Jawa dengan
“... tamunya macem-macem.. ada
pangsa pasar golongan menengah atas. orang sini.. ada pendatang.. ada
Tempat kedua, murni sebagai tempat pegawai.. ada orang kampung.. ada
prostitusi dengan pekerja dari Jawa, anak sekolah..”
Makasar, Tanimbar, Maluku dan orang
Mengenai perilaku seksualnya ketika
Papua. Tempat ini terbuka untuk semua orang Papua memanfaatkan jasa pekerja
golongan yang mau. Dari mbak End, 44 seks dikemukakan oleh mbak Nr, 36 tahun,
tahun, manajer tempat karaoke yang teman seprofesi mbak Ty yang juga berasal
mengaku berasal dari daerah Jawa Timur dari Jawa Timur, yang turut menemani
diperoleh informasi.
kami berbincang-bincang tentang
“... saya sudah lama bergerak di kebiasaan orang asli papua ketika ke
bidang beginian.. lebih dari 20 tahun lokalisasi.
saya ada di Papua... kalau di
Kaimana.. sudah 10 tahunan... hampir “...orang sini kalau datang kesini,
semua tempat pernah saya datangi.. sukanya ganti-ganti pasangan..
jadi saya tahu benar bagaimana kalau sekarang dengan saya.. besok
karakter orang Papua..” dengan teman saya.. besoknya lagi
dengan teman lainnya..”
3
Bila dirupiahkan, kedua barang tersebut tidak lebih dari Rp. 300.000,-. Kalau hanya membawa 10 kg biji pala
dan 1 kg bunga pala mereka akan membawa uang 10 x Rp. 50.000,- ditambah 1 x 100.000,- atau uang sebanyak
Rp. 600.000,-. Padahal ketika musim panen tiba, mereka paling tidak akan menjual 100 kg biji pala, bahkan ada
yang sampai 1000 kg. Itu belum termasuk penjualan bunga pala yang harganya lebih mahal.
54
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 41 NO. 2 2020
55
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 41 NO. 2 2020
perempuan-perempuan penjual jasa seks, informasi lisan yang diperoleh dari KPAD
sebagaimana kekhawatiran ibu dari Dinas sudah terdapat 30 kasus HIV/AIDS di
Kesehatan. kabupaten Kaimana. Yang menjadi
kekhawatiran adalah orang kampung
“... sebenarnya tidak usahlah ada
bungkus-bungkus... karena ini nanti
ditemukan lebih mempunyai perilaku
menyangkut pada seks bebas.. karena berisiko dibandingkan orang yang tinggal
merasa.. mungkin kalaminnya sudah di kota seperti kata dokter JM berikut.
besar.. yah sudah sembarang- “... saya kan suka keliling-keliling untuk
sembarang.. ketempat –tempat program HIV/AIDS.. saya tahu.. yang
prostitusi. berisiko justru malah masyarakat dari
kampung..”
“...kemaren ketemu di KPA, ibu
mucikari bisikin saya…” “... kalau yang di kota-kota sini tidak
PS : Ibu… kelamin saya sakit. seberapa.. yang kita ketemu justru dari
Ibu :Kenapa? kampung.. sekarang kan banyak HIV
PS : Habis ini… pelanggan yang dari kampung..”
kemaren bungkus.
Ibu : Baru saya tanya kau tra pakai Pemerintah daerah sudah
kondom?? menyadari sepenuhnya risiko HIV/AIDS
PS : Tidak pakai.. bagai mana.. terlalu
besar. pada masyarakatnya. Karena itu,
Ibu : Haduuh bahaya itu… Pemerintah daerah sudah berupaya untuk
PS : Ya... Itulah ibu... mau bikin mencegah PMS dan HIV/AIDS dengan
bagaimana. menyebarkan poster dan baliho tentang
Ibu : Jadi kau layani?
PS : Iya.. bahaya HIV/AIDS. Di jalan-jalan protokol
dan pintu Rumah Sakit dapat kita lihat
baliho tentang HIV/AIDS. Untuk
Kekhawatiran ibu dari Dinas posternya, di setiap instansi pemerintah di
Kesehatan, bukannya tidak beralasan. kota, Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Beberapa waktu yang lalu diakui bahwa dia dapat kita lihat poster-poster yang ditempel
bertemu dengan seorang wanita pekerja di kaca atau papan informasi. Upaya untuk
seksual merangkap mucikari yang mencegah HIV/AIDS juga dilakukan
mengeluhkan akibat penggunaan dengan memberikan kondom secara gratis
“bungkus”. kepada para PSK yang tersebar di 22
Pembesaran alat kelamin boleh saja tempat. Dibentuk kelompok dukungan
dilakukan, asal dengan perlakuan dan sesama untuk membantu KPAD dalam
penggunaan yang benar. Masalahnya, kalau melakukan kegiatan penyuluhan dan
penggunaannya tidak benar, seperti untuk pendampingan kepada kelompok berisiko
berhubungan dengan wanita pekerja HIV/AIDS.
seksual, ini akan berisiko. Risiko tersebut
dapat berupa tertular penyakit menular
seksual (PMS) dan terinfeksi HIV/AIDS.
Data profil kesehatan tahun 2013 yang ada
menyebutkan bahwa di Kabupaten
Kaimana terdapat 124 kasus PMS, 17 kasus
HIV dan 7 kasus AIDS (Pemerintah
Kabupaten Kaimana, 2013). Padahal
56
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 41 NO. 2 2020
Perilaku Seksual dan Hegemoni Kaum Pada orang Asmat hubungan seks bebas
Laki-laki Irarutu di Kaimana terjadi dalam bentuk pertukaran istri, antara
laki-laki dengan perempuan pilihannya
Secara umum perilaku seksual diartikan
(Dumatubun A.E., 2003). Dalam struktur
sebagai segala perilaku yang timbul akibat sosial orang Asmat, seks berkaitan dengan
dorongan hasrat seksual, baik dengan lawan status kepemimpinan. Pemimpin yang
jenis maupun dengan yang sejenis. Bentuk dinilai hebat, dapat berhubungan seks
perilaku seksual ini bermacam-macam, secara bebas atau dengan menukarkan istri
mulai dari bagaimana seseorang dengan istri orang yang disenangi.
mengungkapkan perasaan tertariknya Sedangkan studi pada suku Arfak,
kepada orang lain, bercumbu sampai pemahaman tentang perilaku seksual lebih
dengan kegiatan persetubuhan. berkaitan dengan sistem nilai, adat istiadat,
Studi Antropologi mengemukakan ritual dan totem (Wambrauw David, 2001).
bahwa pada hampir semua wilayah Banyak informasi tentang perilaku
kebudayaan Papua, termasuk New Guinea seks orang Papua masih dibasiskan pada
mempunyai perilaku permisif terhadap stereotip gaya kehidupan seksual yang
aktivitas seksual. Orang Purari, Kiwai dan unik. Praktek seperti upacara pertukaran air
Marind di wilayah New Guinea, orang mani, dan pertukaran istri menunjukan
Kimam, Asmat, Dani dan Arfak di Papua bahwa kepercayaan adat mengenai hawa
adalah komunitas yang permisif pada nafsu, perkawinan, dan reproduksi
perilaku “hubungan tidak sah dalam bentuk merupakan satu sumber stereotip yang
persetubuhan secara heteroseksual” melukiskan praktek seksual unik suku-suku
(Holmes, 1993). Lebih lanjut dikemukakan Papua yang sangat berperan dalam
bahwa dilingkungan orang Purari, membentuk perilaku seksualnya. Karena
persetubuhan pranikah merupakan kegiatan keunikan perilaku seksualnya, salah satu
yang dibolehkan melalui upacara. Bagi perilaku yang tampak adalah lebih
orang Kiwai, persetubuhan boleh dilakukan terbukanya mereka dalam
dengan siapa saja karena bertujuan untuk mengekspresikan hasrat seksualnya.
meningkatkan kesuburan. Pada orang Keunikan perilaku seksual orang Papua
Marind, terjadinya seks pranikah juga telah menjadikan mereka berisiko terinfeksi
merupakan bagian dari upacara yang selalu penyakit menular seksual serta HIV/AIDS.
dikaitkan dengan konsep kesuburan. Untuk Studi yang dilakukan oleh (Ingkokusuma
bisa hidup, tumbuh dan berkembang seperti Gunawan, 2000), (Pona La, 2000), (Djoht
dalam perkawinan dan membuka kebun, Djekky R, 2000), dan (Rahail John, 2001)
maka sebuah pesta yang berkaitan dengan telah melihat bagaimana konteks
hubungan seksual selalu dilakukan. Dalam kebudayaan dapat mendukung perilaku
perkawinan, calon penganten perempuan seksual di kalangan masyarakat yang pada
harus berhubungan seks terlebih dahulu akhirnya dapat merupakan faktor
dengan kerabat suaminya sebelum pendukung untuk timbulnya penyakit
diserahkan kepada suaminya. Hal ini menular seksual, HIV/AIDS dengan
berkaitan dengan kepercayaan bahwa mudah.
“cairan sperma” akan membuat calon Tidak seperti apa yang ditemukan oleh para
penganten perempuan menjadi subur. Antropolog ketika melakukan penelitian
57
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 41 NO. 2 2020
58
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 41 NO. 2 2020
kulit seperti panu, masih menjadi hiasan bahwa seseorang tersebut “laki-laki” adalah
tubuh para perempuan. Terkait dengan dengan melihat jumlah anaknya. Makin
organ reproduksi, banyak ditemukan banyak anak, makin layak seseorang
keluhan ibu yang menderita keputihan dan disebut sebagai laki-laki hebat. Sebutan ini
tidak ada upaya untuk merawat organ akan sempurna bila laki-laki tersebut
reproduksinya. Seorang CW, 40 tahun mampu memenuhi kebutuhan hidup anak-
senantiasa melihat perempuan yang suka anaknya. Selain itu, merokok dan minum
berdandan, rapi dan wangi sebagai minuman yang mengandung alkohol adalah
perempuan seksi yang bisa membangkitkan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
hasrat seksualnya. Demikian dengan JM, 36 kehidupan sebagai laki-laki. Menjadi laki-
tahun, yang yang karena aktivitasnya, laki tidak harus ditampakkan dalam
membuat dia lebih banyak bermukim di kehidupan sehari-hari yang teramati. Dalam
wilayah kota, jauh dari keluarga dan menjalani kehidupan yang khusus seperti
mempunyai “perempuan” lain. saat beraktivitas seksual, laki-laki juga
Dari stereotip perilaku seksual yang harus mampu menunjukkan
digambarkan oleh para Antropolog di awal keperkasaannya, seperti melakukan
abad 20 tentang permisifitas terhadap “bungkus”.
perilaku seksual bebas orang Papua Merujuk pada apa yang
mempunyai kaitan erat dengan konsep dikemukakan oleh Puspitawati
kekuasaan dan keperkasaan. Dan (Puspitawati, 2013) bahwa budaya patriarki
nampaknya nilai yang melandasi perilaku yang merupakan penyebab adanya
seksual orang Papua ini tidak banyak ketimpangan gender. Di komunitas Irarutu,
berubah di akhir abad 20, walau bentuknya laki-laki diberi hak istimewa oleh budaya
berubah. Budaya yang memberikan menjadi penguasa keluarga. Hal inilah yang
kekuasaan kepada laki-laki, telah menjadikan ketidaksetaraan dan
menjadikan laki-laki Papua terbuka dalam ketidakadilan bagi kaum perempuan dalam
mengekspresikan hasrat seksualnya kepemilikian properti, akses dan kontrol
(Holmes, 1993), (Dumatubun A.E., 2003), terhadap sumberdaya. Pada akhirnya,
(Wambrauw David, 2001). Di komunitas perempuan hanya menempati posisi
orang Irarutu, kondisinya tidak jauh sebagai pelengkap dari laki-laki.
berbeda. Budaya yang diciptakan kaum Inilah salah satu bentuk hegemoni,
laki-laki dan pengasumsian laki-laki bentuk supremasi dan bentuk dominasi dari
sebagai subjek, menjadikan laki-laki laki-laki sebagai penguasa kepada
sebagai pemicu terjadinya perilaku seks perempuan. Mengacu pada konsep
bebas yang dikemas sebagai hubungan hegemoni dari Gramsci (Parkash, 2016)
terlarang. Budaya tersebut juga menjadikan nampaknya kekuasaan laki-laki Irarutu
laki-laki tidak harus terikat kepada keluarga tidak lepas dari bekerjanya struktur
saat melakukan mobilitas dan melakukan masyarakat adat dan pranata social yang
aktivitas seksual di kota. ada untuk melakukan dan membangun cara
pandang bahwa laki-laki adalah “sang
Sebagai subjek yang melihat dunia sebagai penguasa”. Hegemoni ini tidak terjadi
milik laki-laki, membuat laki-laki dituntut dengan jalan pemaksaan melainkan
menampilkan unsur kelaki-lakiannya saat dibangun melalui upaya kultural untuk
melakukan berbagai hal. Pengakuan umum
59
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 41 NO. 2 2020
60
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 41 NO. 2 2020
61
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 41 NO. 2 2020
Referensi
Bryman, A. (2004). Social Research Methods (second edi). Oxford University Press.
Djoht Djekky R. (2000). Perilaku Seksual, PMS dan HIV/AIDS di Kecamatan Sarmi dan
Pantai Timur Tanah Papua. Buletin Populasi Papua, Edisi 2/De.
Parkash, V. (2016). Antonio Gramsci’s Concept of Hegemony: A Study of the Psyche of the
Intellectuals of the State. V, 1–10.
Puspitawati, H. (2013). Konsep, Teori dan Analisi Gender. Gender Dan Keluarga: Konsep
Dan Realita Di Indonesia., 4(Zeitlin 1995), 1–16.
https://doi.org/10.1017/S0033583501003705
62
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 41 NO. 2 2020
Rahail John. (2001). Desentralisasi dan Penanggulangan AIDS di Papua. Buletin Populasi
Papua, Vol.1, No.
Rahardjo, W. (2017). Perilaku Seks Pranikah pada Mahasiswa: Menilik Peran Harga Diri,
Komitmen Hubungan, dan Sikap terhadap Perilaku Seks Pranikah. Jurnal Psikologi,
44(2), 139. https://doi.org/10.22146/jpsi.23659
Verdery, K. (2001). Inequality as temporal process: Property and time in Transylvania’s land
restitution. Anthropological Theory, 1(3), 373–392.
https://doi.org/10.1177/14634990122228782
Wambrauw David. (2001). Perilaku Seksual Suku Arfak. Pusat Studi Kependudukan
Universitas Cenderawasih.
Werfete, M. D. (2011). Politisasi Birokrasi; studi tentang politik dewan adat dalam
melakukan bentuk-bentuk intervensi politik guna posting birokrat pada jabatan
struktural di pemerintah kabupaten Kaimana. Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada.
63