Anda di halaman 1dari 7

Wijayanti Ismail

1900003142

Wacana Bahasa Indonesia 7A

Ujian Akhir Semester

1. a) Sebutkan jenis-jenis deiksis menurut tokoh, berikan penjelasan dan contohnya!


Menurut Purwo, deiksis dibagi menjadi lima, yaitu deiksis persona, deiksis tempat, deiksis
waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial (Sadiyah, 2019).
1) Deiksis persona, merupakan pemberian bentuk personal tig akelas kata ganti diri.
Diantaranya adalah orang pertama (saya, aku, kami, dan kita), orang kedua (kamu,
engkau, Anda, kalian, dan saudara), orang ketiga (ia, dia, beliau, mereka).
Contoh deiksis persona pertama: aku tidak akan pernah pergi kesini lagi; apakah kami
harus melakukan tes PCR dulu?
Contoh deiksis persona kedua: kamu tidak pantas berkata kasar kepadanya; saudara
dapat menghadiri acara tersebut besok.
Contoh deiksis persona ketiga: bagaimana caranya agar ia dapat memenuhi
persyaratan tersebut?; beliau adalah sosok yang ramah kepada rakyatnya.
2) Deiksis tempat, merupakan bentuk lokasi penutur dalam peristiwa bahasa. Deiksis ini
dipandang dari hubungan orang dan benda yang ditunjuk dibagi menjadi dua, yaitu jauh
(distal) dan dekat (proksimal).
Contoh deiksis tempat jauh (distal): di sana letak rumah lamaku dulu.
Contoh deiksis tempat dekat (proksimal): lihatlah, aku di sini sekarang bersamamu.
3) Deiksis waktu, merupakan deiksis yang menggunakan jarak waktu suatu ujaran terjadi.
Dari aspek waktu terjadinya peristiwa bahasa, deiksis waktu dibedakan menjadi tiga,
yaitu deiksis waktu lampau, deiksis waktu sekarang, dan deiksis waktu yang akan
datang. Dari aspek makna dalam peristiwa, deiksis waktu dibedakan menjadi beberapa
bentuk, seperti satuan kalender, rotasi bumi, dan satuan jam.
Contoh deiksis waktu lampau: tadi aku sempat menemuinya di kantin.
Contoh deiksis waktu sekarang: mereka dalam perjalanan menuju Bandung sekarang.
Contoh deiksis waktu yang akan datang: lusa kau akan kembali periksa ke rumah sakit.
4) Deiksis wacana, merupakan deiksis yang menunjukkan bagian-bagian tertentu dalam
wacana. Deiksis wacana dibagi menjadi dua, yaitu anafora dan katafora. Disebut
anafora apabila kata tersebut merujuk pada hal yang telah disebutkan sebelumnya.
Sedangkan katafora merujuk pada hal-hal yang akan disebutkan dalam sebuah wacana
bahasa.
Contoh deiksis wacana anafora: kucing peliharaannya telah tertabrak mobil, karena
itu Diana tampak murung akhir-akhir ini.
Contoh deiksis wacana katafora: dalam menulis sebuah puisi, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut.
5) Deiksis sosial, merupakan deiksis yang menunjukkan kesopanan dalam berbahasa.
Deiksis ini mengacu pada ciri social antara pembicara dan lawan bicara, atau penulis
dan pembaca dengan topik atau rujukan yang dimaksud dalam pembicaraan. Deiksis
sosial ditunjukkan melalui system honorofiks (sopan santun berbahasa) seperti
pronominal persona (sampean, panjenengan, piyambakipun) serta sistem sapaan dan
penggunaan gelar. Selain itu, eufisme (pemakaian kata halus) penggantian kata
gelandangan dengan tunawisma. Kata mati diganti dengan meninggal, wafat, dan
mangkat.
Contoh deiksis sosial: untuk keberlangsungan acara ini, saya serahkan semuanya
kepada bapak dan ibu, saya manut panjenengan sekalian.

b) Apakah yang dimaksud dengan tindak ujar? Apakah peristiwa tutur itu sama dengan
tindak ujar? Beri penjelasan dan contohnya!

Tindak tutur atau tindak ujar merupakan gejala individual yang bersifat psikologis
dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi
situasi tertentu. Tindak tutur adalah suatu ujaran yang mengandung tindakan sebagai suatu
kesatuan fungsional dalam komunikasi yang mempertimbangkan aspek situasi tutur.

Sedangkan peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik


dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yakni penutur dan lawan
tutur dengan satu pokok tuturan dalam waktu, tempat dan situasi tertentu. Dapat dikatakan
bahwa peristiwa tutur merupakan rangkaian dari tindak tutur dalam sejumlah tuturan.
Tindak tutur dan peristiwa tutur sangat erat kaitannya. Keduanya merupakan dua gejala
yang terdapat pada satu proses yang sama dalam komunikasi (Purba, 2011).

Contoh tindak tutur:

Saya turut berduka atas peristiwa kecelakaan yang dialami sampean.


Konteks : Penutur mengucapkan belasungkawa kepada lawan tutur atas peristiwa
kecelakaan yang dialaminya.
Bentuk tutur : tindak tutur ilokusi ekspresif mengucapkan belasungkawa.
Fungsi : konvival berbelasungkawa

2. Sebutkan jenis-jenis wacana dan beri penjelasan!


a. Wacana berdasarkan media yang dipakai untuk mewujudkannya (Madiun et al., 2015)
1) Wacana lisan, adalah wacana yang dihasilkan dengan diucapkan. Wacana lisan
diterima dan dipahami dengan cara mendengarkannya. Wacana lisan sering
dikaitkan dengan wacana interaktif karena dihasilkan dari proses interaksi atau
hubungan komunikatif secara verbal antarpartisipan komunikasi.
2) Wacana tulis
Waca tulis adalah wacana yang diwujudkan secara tertulis. Untuk menerima dan
memahami wacana tertulis, si penerima harus membacanya. Wacana ini sering
dikaitkan dengan wacana noninteraktif karena proses pemroduksian wacana ini
tidak dapat langsung ditanggapi oleh penerimanya.
b. Wacana berdasarkan keaktifan partisipan komunikasi
1) Wacana monolog
Wacana monolog adalah wacana yang pemroduksiannya hanya melibatkan pihak
pembicara. Wacana monolog dapat dibedakan menjadi wacana monolog lisan
seperti ceramah, khotbah, kampanye, petuah dan wacana monolog tertulis seperti
wacana berita, pengumuman tertulis, wacana prosedural, dan wacana narasi tertulis.
2) Wacana dialog
Wacana dialog adalah wacana yang pemroduksiannya melibatkan dua pihak yang
bergantian sebagai pembicara dan pendengar. Contoh wacana dialog adalah tegur
sapa, tanya jawab guru dengan murid, dialog dokter dan pasien, tawar-menawar
dalam peristiwa jual-beli, dan interogasi polisi dengan pesakitan.
3) Wacana polilog
Wacana polilog adalah wacana yang diproduksi melalui tiga jalur atau lebih.
Pemroduksian wacana polilog pada dasarnya sama dengan pemroduksian wacana
dialog karena keduanya melibatkan pihak-pihak yang bergantian peran sebagai
pembicara dan pendengar. Contoh wacana polilog adalah percakapan, diskusi,
rapat, musyawarah, sidang, dan sarasehan.
c. Wacana berdasarkan tujuan pembuatannya
Berdasarkan tujuan pembuatannya, wacana dapat dibedakan menjadi 1) wacana narasi,
2) wacana deskripsi, 3) wacana eksposisi, 4) wacana eksplanasi, 5) wacana
argumentasi, 6) wacana persuasi, 7) wacana informatif , 8) wacana prosedural, 9)
wacana hortatori, 10) wacana humor, 11) wacana regulatif, dan 12) wacana jurnalistik.
Secara berurutan, wacana-wacana tersebut dibuat dengan tujuan untuk 1) menceritakan
sesuatu, 2) memerikan sesuatu, 3) memaparkan sesuatu, 4) menjelaskan sesuatu, 5)
memberikan alasan, 6) membujuk atau memengaruhi, 7) menyampaikan informasi, 8)
menyajikan langkah-langkah melakukan suatu perbuatan, 9) memberi nasihat, 10)
melucu, 11) mengatur, dan 12) melaporkan sesuatu. Perbedaan tujuan tersebut juga
menyebabkan perbedaan struktur dan ciri kebahasaan setiap jenis wacana.
d. Wacana berdasarkan bentuknya
Berdasarkan bentuknya, wacana dapat dibedakan menjadi 1) wacana epistolari, 2)
wacana kartun, 3) wacana komik, 4) wacana syair lagu, dan 5) wacana mantra atau
wacana doa. Aneka jenis wacana tersebut memiliki bentuk yang berbeda-beda.
e. Wacana berdasarkan langsung tidaknya pengungkapan wacana
1) Wacana langsung
Wacana langsung adalah kutipan wacana yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi
dan pungtuasi (Kridalaksana 1993: 231).
2) Wacana tidak langsung
Wacana tidak langsung adalah pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip
harfiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara dengan mempergunakan konstruksi
gramatikal atau kata tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif, kata bahwa,
dan sebagainya (Kridalaksana 1993: 231).
f. Wacana berdasarkan genre sastra
Berdasarkan genre sastra, wacana dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu 1) wacana prosa,
2) wacana puisi, dan 3) wacana drama.
g. Wacana berdasarkan isinya
Berdasarkan isinya, wacana dapat dibedakan menjadi wacana politik, wacana olah raga,
wacana ekonomi, wacana ilmiah, wacana filsafat, wacana pertanian, wacana
pendidikan, dan sebagainya. Wacana-wacana tersebut memiliki register yang berbeda-
beda.
3. Analisis Wacana dalam Poster
a. Poster 1
“Muhammadiyah sekarang ini, lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka,
teruslah kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan di mana saja. Jadilah guru,
kembalilah kepada Muhammadiyah, jadilah mester, insinyur, dan lain-lainnya dan
kembalilah kepada Muhammadiyah” – KH. Ahmad Dahlan.
- Wujud implikatur : kalimat berita
Kalimat berita ditunjukkan pada kutipan poster “Muhammadiyah sekarang ini, lain
dengan Muhammadiyah yang akan datang”. Sebab dalam poster tersebut, KH.
Ahmad Dahlan memberitahu bahwa Muhammadiyah akan mengalami perubahan
di masa mendatang.
- Makna implikatur : ajakan, nasihat
Makna implikatur ajakan dan/ atau nasihat ditunjukkan pada kutipan poster “Maka,
teruslah kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan di mana saja. Jadilah guru,
kembalilah kepada Muhammadiyah, jadilah mester, insinyur, dan lain-lainnya dan
kembalilah kepada Muhammadiyah”. Pada kutipan poster tersebut, KH. Ahmad
Dahlan mengajak sekaligus memberikan nasihat kepada kader muda
Muhammadiyah untuk menjadi kaum yang berpendidikan, dan setinggi apapun
gelar pendidikan yang telah diraih, maka kembalilah kepada Muhammadiyah,
kembalilah kepada ajaran Islam yang asli dan murni.
b. Poster 2
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba karena didalam
mencoba itulah kita menemukan kesempatan untuk berhasil” – Buya Hamka.
- Wujud implikatur : kalimat berita, kalimat perintah
Kalimat berita dan kalimat perintah ditunjukkan pada kutipan poster “Tugas kita
bukanlah untuk berhasil”. Sebab dalam poster tersebut, Buya Hamka memberitahu
dan memerintah bahwa kita tidak dituntut untuk menjadi orang yang berhasil dan
berhasil tidaknya seseorang itu bukanlah suatu tugas atau tuntutan yang harus
dijalani.
- Makna implikatur : pernyataan, ajakan
Makna implikatur pernyataan dan/ atau ajakan ditunjukkan pada kutipan poster
“tugas kita adalah untuk mencoba karena didalam mencoba itulah kita menemukan
kesempatan untuk berhasil”. Dalam hal ini, Buya Hamka menyatakan serta
mengajak kita untuk berani mencoba dalam segala hal yang menjadi cita-cita kita,
sebab kesempatan berhasil itu ada pada mereka yang mau dan berani untuk
mencoba banyak hal dalam hidupnya.

4. Apa yang Anda ketahui tentang AWK?


Analisis wacana kritis mengkaji tentang ketidaksetaraan atau hirarki kekuasaan
antarpenutur dalam berinteraksi, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam praktiknya,
analisis ini bertujuan untuk meyakinkan keberadaan hubungan sosial eksploitatif melalui
dekonstruksi penggunaan bahasa. Analisis wacana kritis melihat bagaimana bahasa
digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat terjadi. Analisis
wacana kritis menyelidiki dan berusaha membongkar bagaimana penggunaan bahasa oleh
kelompok sosial saling bertarung dan berusaha memenangkan pertarungan ideologi
tersebut.
Para ahli AWK, seperti Fairclough, Van Dijk, Wodak, dan Van Leeuwen, selalu
menyatakan bahwa tujuan utama analisis wacana kritis adalah menyingkap keburaman
dalam wacana yang berkontribusi pada pada penghasilan hubungan yang tidak imbang
antarpeserta wacana. Fairclough menghasilkan kerangka kerja tiga dimensi dalam
memahami dan menganalisis wacana, yaitu dimensi wacana sebagai teks, wacana sebagai
praktik diskursif, dan wacana sebagai praktik sosial dengan memanfaatkan semiotik-sosial
yang dilancarkan oleh Halliday.
Van Dijk merangkai ideologi secara sosio-kognitif, sehingga penganalisis wacana kritis
dapat menyingkap ideologi yang tersembunyi dibalik teks. Wodak mengajukan ancangan
historis wacana yang selalu mengintegrasikan analisis konteks historis ke dalam penafsiran
atas wacana. Sedangkan analisis wacana kritis yang ditawarkan oleh Van Leeuwen
berpusat pada penggambaran aktor sosial dalam wacana dan menjelaskan bagaimana aktor
sosial ditampilkan dalam suatu teks.

5. Tentukan :
a. Judul
Implikatur pada Iklan Online Store di Media Sosial dan Kaitannya dengan
Pembelajaran Menulis Teks Iklan Kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama.
b. KD dan IPK
Kompetensi Dasar
3.3 Mengidentifikasi informasi teks iklan, slogan, atau poster (yang membuat bangga
dan memotivasi) dari berbagai sumber yang dibaca dan didengar.
4.3 Menyimpulkan isi iklan, slogan, atau poster (membanggakan dan memotivasi) dari
berbagai sumber.
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3.1 Mengidentifikasi unsur-unsur dalam teks iklan yang dibaca dan didengar.
3.3.2 Menganalisis isi teks sesuai struktur dalam teks iklan yang dibaca dan didengar.
4.3.1 Membuat teks iklan suatu produk dengan memperhatikan unsur-unsur dan
struktur dalam teks iklan.
4.3.2 Menyimpulkan isi teks iklan hasil karya sendiri.
c. Pertanyaan
1) Bagaimanakah wujud implikatur yang terdapat pada iklan online store di media
sosial?
2) Bagaimanakah kaitan implikatur pada iklan online store di media social dengan
pembelajaran menulis teks iklan kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama?

6. Apa manfaat mempelajari analisis wacana terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia yang
akan Anda lakukan suatu saat ketika Anda menjadi guru Bahasa Indonesia?
Manfaat analisis wacana bagi calon guru Bahasa Indonesia adalah untuk memudahkan
proses interaksi dalam berkomunikasi yang baik kepada peserta didiknya, karena analisis
ini erat kaitannya dengan penggunaan bahasa oleh individu atau kelompok sosial, baik
bahasa lisan maupun tulis. Selain itu, bermanfaat juga dalam hal mengungkap hal-hal
tersembunyi dibalik sebuah teks, seperti pendapat Van Dijk.

SUMBER REFERENSI

Madiun, R., Maret, E., Musyafa’ah, N., Pengabdian, D. A. N., Masyarakat, K., &
Widiatmoko, W. (2015). Analisis Wacana. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI,
2(1), 203–211. http://jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/modeling/article/view/141

Purba, A. (2011). Tindak Tutur dan Peristiwa Tutur. Pena: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan
Sastra, 1(1), 77–91. https://online-journal.unja.ac.id/pena/article/view/1426

Sadiyah, L. (2019). Deiksis pada Wacana Sastra Cerpen Bermuatan Kearifan Lokal
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Briliant: Jurnal Riset Dan
Konseptual, 4(4), 464. https://doi.org/10.28926/briliant.v4i4.402

Anda mungkin juga menyukai