Anda di halaman 1dari 7

PENTINGNYA LITERASI

DI MTS NEGERI 4 BANTUL PADA MASA PANDEMI

Disusun oleh:

Wijayanti Ismail

1900003142 | PBSI | FKIP

Pendahuluan
Pandemi Covid-19 hingga saat ini belum juga menunjukan tanda-
tanda berakhirnya. Dampak yang dirasakan masyarakat pun masih terus
berlanjut di segala bidang kehidupan, terutama dalam dunia pendidikan.
Padahal pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk kemajuan
bangsa Indonesia di masa mendatang. Sistem pendidikan di Indonesia yang
saat ini masih terkena imbas wabah Covid-19 tersebut pun berujung dengan
memberlakukan pembelajaran daring. Pembelajaran yang dilakukan dari
jarak jauh tersebut tentunya mengalami berbagai tantangan dan hambatan
yang harus dilalui bersama, baik oleh pihak lembaga pendidikan, pengajar,
pembelajar, bahkan orang tua (Latip, 2020). Pada pelaksanaannya, lembaga
pendidikan mau tidak mau harus menetapkan kurikulum yang sesuai dengan
pembelajaran daring tersebut. Kemudian, pengajar harus mampu
menentukan dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dalam
proses pembelajaran daring, agar materi yang disampaikan dapat diterima
dan dipahami dengan baik oleh pembelajar. Para pembelajar pun harus siap
dengan segala bentuk pembaharuan sistem pendidikan yang berjalan, baik
dari segi materi, energi, maupun kesiapan psikologi pembelajar. Sementara
pihak orang tua juga harus lebih siap dari segi finansial dan dukungan untuk
anaknya.
Menurut Bilfaqih dan Qomarudin (dalam Risnajayanti dan Silfiani,
2020), pembelajaran daring adalah kegiatan pembelajaran yang
diselenggarakan dalam jaringan agar kelompok target yang masif dan luas
dapat terjangkau, sehingga kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan kapan
saja dan di mana saja serta dapat diikuti secara gratis maupun berbayar.
Kegiatan pembelajaran ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
platform, seperti google classroom, e-learning, zoom meeting, google meet,
visco webex, bahkan whatsapp pun dapat dijadikan alternatif dalam
pelaksanaannya. Hadirnya pembelajaran daring di masa pandemi ini
memberikan pengaruh positif bagi pengajar, pembelajar, dan masyarakat
luas (orang tua). Selain dapat mengurangi resiko penularan dan penyebaran
virus corona, juga dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk
mengenal teknologi informasi dan komunikasi lebih dalam. Di samping itu,
hal ini juga memberikan pengaruh negatif yang tidak sedikit. Seperti halnya
pengeluaran biaya yang meningkat, kecanduan pembelajar terhadap
penggunaan gawai, dan lebih parahnya adalah menurunnya minat belajar
siswa serta pemahaman siswa terhadap materi yang semakin berkurang
(Arum & Susilaningsih, 2020).
Jika dilihat dari banyaknya pengaruh negatif pembelajaran daring
tersebut, khususnya dalam aspek pendidikan (pengetahuan) peserta didik,
maka diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasinya. Dalam hal ini
lembaga pendidikan yang ada di Indonesia perlu menerapkan sebuah
kegiatan literasi guna menumbuhkan kembali minat belajar peserta didik.
Sebagaimana telah dirumuskan dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2015
tentang GLS (Gerakan Literasi Sekolah) sebagai gerakan penumbuhan budi
pekerti, yang mana salah satunya adalah kegiatan 15 menit membaca buku
nonpelajaran sebelum kegiatan belajar dimulai. Literasi dapat dikatakan
sebagai kegiatan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan
menulis. Apabila kegiatan literasi tersebut berjalan dengan lancar, efektif
dan efisien, maka hal itu sekaligus dapat meningkatkan kualitas pendidikan
di Indonesia. Sehubungan dengan itu, peran guru dalam menumbuhkan
minat siswa terhadap budaya literasi sangat penting. Guru sebagai tenaga
pendidik tidak hanya dituntut untuk mengajar, melainkan juga menuntun,
membimbing, mendidik, dan membentuk sikap, mental, serta kepribadian
peserta didik yang baik dan berkualitas. Sehingga dapat menumbuhkan
tunas-tunas bangsa yang berkualitas guna menghadapi segala situasi di masa
mendatang.

Pembahasan
Pentingnya Literasi di Masa Pandemi
Menurut National Institute for Literacy, berpendapat bahwa kegiatan
literasi sebagai kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara,
menghitung dan menyelesaikan masalah pada tingkat keahlian yang
diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. pernyataan tersebut
mengandung makna bahwa definisi literasi itu sendiri tergantung pada
keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu. Di samping itu,
dalam Aswan: 2020, dijelaskan bahwa literasi dan kegiatan belajar tidak
dapat dipisahkan, meskipun kedua konsep tersebut memiliki ruang yang
berbeda dalam penyelenggaraannya saat ini. Kegiatan literasi biasanya
terletak di luar pembelajaran formal. Aktivitas literasi tersebut seperti
membaca buku selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Jauh dari
itu, kegiatan di luar sekolah banyak dilakukan oleh pegiat-pegiat literasi
seperti kelas menulis, kelas menerbitkan buku, dan kegiatan literasi lainnya.
Melihat kondisi pandemi Covid-19 yang semakin mewabah di Indonesia,
maka kegiatan berliterasi pun tidak bisa dilaksanakan seperti biasanya.
Meskipun demikian, aktivitas berliterasi di luar jam sekolah peru
dilaksanakan karena literasi memiliki urgensi yang jelas dalam membangun
bangsa. Misalnya pada keterampilan membaca anak-anak Indonesia masih
jauh di bawah rata-rata. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah
dengan mewujudkan budaya literasi.
Literasi menjadi salah satu budaya yang penting dilakukan pada
masa pandemi seperti sekarang. Oleh karena literasi ini dapat dijadikan
sebagai penangkal stress bagi siapapun yang diserang kejenuhan akibat
adanya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Hal
tersebut berkaitan dengan adanya upaya pencegahan penularan dan
penyebaran virus corona, sebab virus ini dapat dengan mudah menyerang
orang-orang yang daya tahan tubuhnya melemah, terlebih lagi mereka yang
mudah stress. Meskipun saat ini tempat-tempat umum dibatasi bahkan ada
yang sampai ditutup selama PPKM tersebut, kegiatan literasi dapat
dilaksanakan di berbagai sudut ruang di rumah melalui media digital seperti
majalah online, surat kabar online, e-book (buku elektronik), dan
sebagainya. Hal ini sejalan dengan adanya perkembangan zaman yang
menunjukan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih.
Literasi tidak hanya meliputi kegiatan membaca dan menulis saja,
melainkan juga dengan literasi dapat diartikan sebagai suatu tindakan melek
teknologi, politik, pemikiran yang kritis dan logis, serta memiliki kepekaan
terhadap lingkungan. Seseorang yang sadar akan pentingnya literasi dapat
menunjang keberhasilan dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada.
Sehingga hal tersebut dapat menunjukan bahwa literasi dianggap sebagai
tolok ukur hidup seseorang yang dapat berfungsi secara maksimal dalam
lingkungan sosialnya. Standar hidup itu sendiri bersumber dari mampu
tidaknya orang tersebut dalam menghadapi dan mengatasi masalah dengan
mengerahkan pemikiran-pemikiran yang kritis dan juga logis.
Menumbuhkan minat literasi masyarakat suatu bangsa memang tidak
mudah, terlebih lagi pada masa pandemi. Perlu adanya upaya meningkatkan
kualitas diri masyarakat Indonesia dengan menyesuaikan perkembangan
zaman, tingkat kesadaran yang tinggi, dan memiliki jiwa yang berani dalam
bersaing. Sehingga hal tersebut mampu meningkatkan optimisme dalam
menghadapi segala tantangan di masa mendatang (Irianto, 2017).
Pengembangan literasi di suatu lembaga pendidikan juga merupakan
hal yang penting untuk dilakukan. Menurut Kylene Beers: 2009, terdapat
beberapa prinsip pada tahapan pengembangan literasi tersebut, antara lain 1)
bersifat membimbing. Pada dasarnya, setiap siswa memiliki kebutuhan yang
berbeda satu dengan yang lain, sekolah harus menerapkan prinsip pertama
ini dengan menerapkan strategi dalam membaca dan variasi bacaan. 2)
bahasa lisan sangat penting. Setiap siswa harus dapat berdiskusi tentang
suatu informasi dalam diskusi terbuka yang memungkinkan terjadinya
perbedaan pendapat, dengan begitu diharapkan siswa mampu
menyampaikan pendapatnya dan melatih kemampuan berpikir lebih kritis.
3) berlangsung pada suatu kurikulum. Seharusnya program literasi ini
diterapkan pada seluruh siswa dan tidak tergantung pada kurikulum tertentu,
dengan kata lain kegiatan literasi menjadi suatu kewajiban bagi semua guru
dan bidang studi. Terakhir, 4) pentingnya keberagaman. Keberagaman
merupakan suatu yang layak dihargai setiap sekolah. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menyediakan berbagai buku bertema kekayaan budaya negara
Indonesia sehingga siswa lebih mengenal budaya bangsa dan turut serta
melestarikannya.

Gerakan Literasi di MTs Negeri 4 Bantul, Yogyakarta


Bangsa yang berkualitas dapat ditentukan dari tingkat kecerdasan dan
pengetahuan masyarakatnya. Kedua aspek tersebut dapat diperoleh dari
adanya budaya literasi yang diterapkan. Semakin tinggi angka literasi suatu
bangsa tersebut menunjukan kualitas bangsa yang semakin baik. Literasi
tidak hanya berwujud bacaan, tetapi juga tulisan. Dengan menulis tentu
dapat melatih diri untuk berpikir kritis dan berwawasan luas. Pada
pelaksanaannya, salah satu sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang
turut membudayakan kegiatan literasi ini adalah MTs Negeri 4 Bantul.
Sekolah / madrasah tersebut memiliki visi terwujudnya “CITRA
KARISMA”, yaitu peserta didik yang Cendekia, Terampil, berKarakter
Islami, dan Mencintai Alam / lingkungan. Bila dilihat pada poin Cendekia,
yang berarti cerdas atau pandai, sehingga poin ini dapat diwujudkan melalui
budaya literasi yang diterapkan oleh sekolah kepada siswa-siswinya.
Sehubungan dengan itu, peran guru dalam mendukung budaya ini adalah
sebagai pengawas sekaligus pembimbing bagi siswa-siswinya. Dalam
realisasinya, pada pembelajaran Bahasa Indonesia, guru mata pelajaran yang
bersangkutan mengarahkan siswa-siswinya untuk mencatat materi pelajaran
selama KBM berlangsung. Hal ini dapat dikatakan sebagai upaya guru
dalam mengajarkan muridnya untuk berliterasi. Sebab dengan kegiatan
mencatat tersebut, maka otomatis siswa membaca dan berpikir mengenai
materi pelajaran tersebut.
Sebelum masa pandemi, pihak sekolah / madrasah menetapkan
anjuran kepada murid-muridnya untuk melakukan kegiatan membaca
selama 15 menit sebelum Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai. Pihak
sekolah tidak memberikan ketentuan khusus dalam memilih judul buku
bacaan tersebut, selagi mengandung banyak manfaatnya. Sebab yang
terpenting adalah dengan kegiatan membaca itu dapat meningkatkan
pengetahuan siswa terhadap suatu hal yang belum diketahuinya. Tidak
hanya itu, di masa pandemi seperti sekarang pun sekolah / madrasah tetap
mengadakan literasi membaca. Dalam hal ini, selain berkenaan dengan
buku-buku ilmu pengetahuan, sekolah menyelenggarakan kegiatan literasi
spiritual yang sudah menjadi sebuah kebiasaan baru untuk membaca Al-
quran (tadarus) secara bersama-sama melalui virtual meeting bagi guru,
karyawan, dan juga siswa. Literasi berupa tadarus Al-quran tersebut biasa
dilaksanakan setiap hari Jumat di pagi hari. Adapun kegiatan literasi lain
berupa pelatihan menulis bagi siswa dan juga guru. Kegiatan ini dilakukan
baik sebelum pandemi maupun selama masa pandemi berlangsung. Karya
tulis yang dihasilkan meliputi puisi, cerpen dan esai. Hasil akhir tersebut
kemudian dicetak menjadi sebuah buku antologi. Selama masa pandemi,
tercatat ada 4 buku antologi sebagai buah tangan dari kegiatan literasi di
MTs Negeri 4 Bantul, Yogyakarta. Di samping itu, madrasah sesekali
menyelenggarakan acara webinar tentang literasi digital. Hal ini
membuktikan bahwa adanya pandemi tidak dijadikan sebagai hambatan
pihak sekolah tertentu dalam membudayakan literasi yang bila
dibandingkan dengan negara lain, posisi Indonesia masih rendah akan minat
masyarakatnya terhadap literasi. Dari kegiatan literasi yang diterapkan oleh
sekolah tersebut diharapkan dapat membuka wawasan baru dan mampu
menjadikan siswa-siswi yang dapat berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.
Sehingga dalam hal ini sekolah mampu menciptakan lulusan yang
berkualitas.
Berkenaan dengan kegiatan literasi yang diterapkan oleh sekolah /
madrasah, saat ini kegiatan tersebut pun masih berjalan meskipun tidak
seoptimal ketika penerapan sebelum adanya pandemi ini. Sebagai tenaga
pendidik yang memiliki tugas untuk membimbing siswa-siswinya agar
menjadi pribadi yang kaya akan pengetahuan, beberapa guru di madrasah
melaksanakan literasi melalui proses pembelajaran yang dilakukan secara
daring. Proses pelaksanaannya bermula saat mengawali pembelajaran.
Sebelum memasuki kegiatan inti pembelajaran, guru pengajar memberikan
kesempatan siswa-siswinya untuk melakukan kegiatan mengulas materi
pelajaran sebelumnya. Guru melakukan tanya-jawab kepada siswa untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya. Dengan begitu, secara otomatis
siswa melakukan kegiatan membaca ulang materi tersebut lebih dulu. Hal
ini juga mengartikan bahwa dengan adanya kegiatan mengulas yang
dilakukan bersama dengan guru dan siswa dijadikan sebagai bentuk
penerapan literasi di sekolah.
Dari keberhasilan penerapan kegiatan literasi di sekolah tersebut,
menunjukan bahwa budaya literasi memiliki pengaruh yang baik bagi siswa-
siswi di sekolah. Dengan literasi, baik membaca, menulis, menyimak, dan
sebagainya, itu dapat menambah perbendaharaan kosa kata seseorang yang
sekaligus dapat mengoptimalkan kinerja otak karena sering digunakan untuk
kegiatan membaca dan menulis tersebut. Selain itu, menjadikan siswa-siswi
yang lebih berwawasan luas dengan informasi-informasi baru yang
didapatkannya, juga mengembangkan kemampuan interpersonal yang
semakin baik. Penerapan budaya literasi yang dilakukan tersebut juga dapat
menunjang kemampuan verbal seseorang yang tentunya juga meningkatkan
kemampuan analisis dan berpikir kritis. Apabila dilihat dari hasil karya
penerapan literasi di sekolah tersebut, itu menunjukan bahwa budaya ini
mampu meningkatkan daya fokus dan kemampuan konsentrasi siswa-siswi
yang berkaitan dengan kegiatan merangkai kata yang bermakna dalam
kegiatan menulis.

Penutup
Pada masa pandemi seperti sekarang, literasi menjadi hal yang
sangat penting untuk diterapkan oleh lembaga-lembaga pendidikan di
Indonesia. Hal ini berkaitan dengan adanya kebijakan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan mengharuskan masyarakat
untuk melakukan aktivitas di rumah saja. Sehingga dengan kebijakan baru
tersebut memungkinkan masyarakat cenderung mudah mengalami stress.
Upaya yang perlu dilakukannya adalah dengan berliterasi, yang dapat
dilakukan melalui media apa saja. Sebab banyak manfaat yang dirasakan
dari kegiatan literasi tersebut. Literasi juga tidak hanya sebatas kemampuan
membaca dan menulis saja, tetapi bisa meliputi segala aspek seperti berpikir
kritis dalam menyelesaikan masalah dengan cara mengamati dan
menganalisis. Sehingga perwujudan dari literasi tersebut dapat menjadi
peluang bangsa dalam menciptakan generasi emas guna menghadapi situasi
di masa mendatang.

Daftar Pustaka
Arum, A. E., & Susilaningsih, E. (2020). Pembelajaran Daring dan Kajian
Dampak Pandemi Covid-19 di Sekolah Dasar Kecamatan Muncar.
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana UNNES, 438–444.
https://proceeding.unnes.ac.id/index.php/snpasca/article/download/
578/496
Aswan. (2020). Memanfaatkan Whatsapp Sebagai Media Dalam Kegiatan
Literasi Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan
Sastra Indonesia, 16(2), 65. https://doi.org/10.25134/fjpbsi.v16i2.3469
Irianto, P. O. dan L. Y. F. (2017). Pentingnya Penguasaan Literasi bagi
Generasi Muda dalam Menghadapi Mea. 640–647.
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ELIC/article/view/1282
Latip, A. (2020). Peran Literasi Teknologi Informasi Dan Komunikasi Pada
Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid-19. EduTeach :
Jurnal Edukasi Dan Teknologi Pembelajaran, 1, 107–116.
https://doi.org/10.37859/eduteach.v1i2.1956
Risnajayanti dan Silfiani. (n.d.). Pelaksanaan Pembelajaran Daring Pada
Masa Pandemik.
http://www.fkipumkendari.ac.id/assets/upload/plp_magang/51cecc4cfc
d53281cec24b57d60beb83.pdf

Anda mungkin juga menyukai