Anda di halaman 1dari 4

AKUNTANSI TRANSAKSI ISTISNA DAN ISTISHNA PARALEL

STELA MUTIARA ELFREDA ZEBA B200190661


ARUMNUR FADILAH B200200001
A. Definisi dan Penggunaan
Bai’al istishna (istishna) merupakan kontrak jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
antara pemesan (Pembeli, mustashni) dan penjual (pembuat, shani). Shani akan
menyiapkan barang yang dipesab sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati
dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (Istishna Paralel).
Dalam PSAK 104 dijelaskan barang pesanan harus memenuhi kriteria :
1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesanan bukan produk masal
3. Harus diketahui karakteristiknya secara umum meliputi jenis, speseifikasi teknis,
kualitas dan kuantitasnya
Perbedaan Salam dan Istishna
Subjek Salam Istishna Keterangan
Pokok Kontrak Muslam Fiih Mashnu Barang
ditangguhkan
dengan spesifikasi
Harga Dibayar saat Bisa saat kontrak, Cara penyelesaian
dikontrak bisa diangsur, bisa pembyaran
dikemudian hari merupakan
perbedaan utama
antara salam dan
Istishna
Sifat Kontrak Mengikat secara Mengikat secara Salam mengikat
asli (Thabi’i) ikutan (Taba’i) semua pihak sejak
semula, sedangkan
Istishna menjadi
pengikat untuk
melindungi
produsen sehingga
tidak ditinggalkan
begitu saja oleh
konsumen secara
tidak bertanggung
jawab
Kontrak Paralel Salam Paralel Istishna Paralel Baik salam paralel
maupun Istishna
paralel sah asalkan
kedua kontrak
secara hukum
adalah terpisah

B. Ketentuan Syar’i Rukun Transaksi dan Pengawasan


Ketentuan Syar’i Transaksi Istishna dan Istishna Paralel
Menurut mazhab hanafi, Istishna hukumnya boleh karena hal itu telah dilakukan oleh
masyarakat muslim sejak masa awal tanpa ada ulama yang mengingkarinya. Ketentuan
Syar’i transaksi istishna diatur dalam fatwa DSN No. 06/DSN/-MUI/I/IV/2000 tentang
jual beli istishna dan Fatwa No 22/DSN-MUI/I/III/2002 tentang jual beli Istishna
Paralel.

Rukun Transaksi Istishna


Rukun istishna meliputi
1. Transaktor yakni pembeli (Mushtasni) dan penjual (Shani). Kedua transaktor
diisyarakatkan memiliki kompetensi berupa akil baliq dan kemampuan memilih
optimal.
2. Objek akad meliputi barang dan harga barang istishna. Ketentuan barang istishna
yaitu :Harus jelas spesifikasinya, penyerahannya dilakukan kemudian, waktu dan
tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan, pembeli tidak
boleh menjual barang sebelum menerimanya, tidak boleh menukar barang kecuali
dengan barang sejenis sesuai kesepakatan, memerlukan proses pembuatan setelah
akad disepakati, barang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi pemesenana
bukan barang massal.
3. Ijab dan kabul yang menunjukkan pernyataan kehendak jual beli istishna kedua
belah pihak. Menurut PSAK 104 Paragraf 12 pada dasarnya istishna tidak dapat
dibatalka kecuali memenuhi kondisi : kedua belah pihak setuju untuk
menghentikannya, akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksaan.
Rukun Transaksi istishna Paralel
Berdasarkan fatwa DSN No 06 tahun 2000, bahwa akad istishna kedua harus dilakukan
terpisah dari akad pertama. Adapun akad kedua baru dilakukan setelah akad pertama
sah.

Pengawasan Syariah Transaksi Istishna dan Transaksi Istishna Paralel


Berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, berikut ini pengawasan
yang dilakukan untuk :
1. Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah islma
2. Meneliti apakah hak membiayai pembuatan barang yang diperlukan nasabah sesuai
pesanan dan kriteria yang disepakati
3. Memastkan akad istishna dan akad istishna paralel dibuat dalam akad yang terpisah
4. Memastikan bahwa akad istishna yang sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan
hukumnya mengikat, artinya tidak dapat dibatalkan kecuali memenuhi kondisi,
antara lain kedua belah pihak setuju untuk menghentikan akad istishna dan akad
istishna batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan

C. Alur Transaksi
Keterangan Alur Transaksi Istishna:
1. Pemesan (Mustashni) memesan barang kepada produsen (Shanii)
2. Pemesa dan produsen sepakat untuk akad istishna
3. Pemesan melakukan pembayaran
4. Produsen memproduksi barang sesuai pesanan
5. Kemudian setelah barang jadi produsen mengirim barang pesana tersebut ke
pemesan

Keterangan Alur Transaksi Istishna Paralel


1. Nasabah memesan barang yang dikehendaki dan melakukan negosiasi kesepakatan
antara penjual dengan pembeli terkait transaksi istishna yang akan dilaksanakan
2. Pada transaksi istishna setelah akad disepakati, penjual mulai membuat atau
menyelesaikan tahapan pembuatan barang yang diinginkan pembeli. Setelah barang
dihasilkan, pada saat atau sebelum tanggal penyerahan, penjual mengirim barang
sesuai dengan spesifikasi kualitas dan kuantitas yang telah disepakati kepada
pembeli. Adapun transaksi istishna paralel yang biasanya digunakan oleh
penjual(bank syariah) yang tidak membayar sendiri barang istishna, setelah
menyepakati kontrak istishna dan menerima dana dari nasabah istishna, selanjutnya
secara terpisah membuat akad istishna dengan produsen barang istishna
3. Setelah menyepakati transaksi istishna dalam jangka waktu tertentu, pemasok
kemudian mulai melakukan pengerjaan barang yang dipesan.
4. Selama mengerjakan barang yang dipesan, pemasok melakukan tagihan kepada
bank syariah senilai tingkat penyelesaian barang pesanan.
5. Bank syariah melakukan pembayaran kepada pembuat barang sebesar nilai
yangditagihkan.
6. Bank syariah melakukan tagihan kepada nasabah pembeli berdasarkan tingkat
penyelesaian barang.
7. Pemasok menyerahkan barang kepada nasabah pembeli.
8. Pemasok mengirimkan bukti pengiriman barang kepada bank syariah.
9. Nasabah melunasi pembayaran barang istishna sesuai dengan akad yang
telahdisepakati

e. Penyajian Transaksi Ijarah Dalam LK


Menurut PAPSI, ketentuan penyajian transaksi terkait jual beli dengan skema
istishna’ dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut:9
1. Uang muka Istishna’ disajikan sebagai liabilitas lainnya.
2. Uang muka kepada pemasok disajikan sebagai aset lainnya.
3. Utang Istishna’ disajikan sebesar tagihan dari pemasok yang belum dilunasi.
4. Aktiva Istishna’ Dalam Penyelesaian disajikan sebesar dana yang dibayarkan
Bank kepada supplier.
5. Termin Istishna’ disajikan sebesar jumlah tagihan termin Bank kepada nasabah.
6. Piutang Istishna’ disajikan sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir.
7. Marjin Istishna’ ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang istishna’

f. Pengungkapan Transaksi
Menurut PAPSI, hal-hal yang harus diungkapkan terkait jual beli dengan skema
istishna’ antara lain:10
a. Rincian piutang istishna’ berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta dan
kualitas piutang dan cadangan kerugian penurunan nilai piutang istishna’.
b. Jumlah piutang murabahah yang diberikan kepada pihak yang berelasi.
c. Kebijakan akuntansi yang dipergunakan dalam pengakuan pendapatan
cadangan kerugian penurunan nilai, penghapusan dan penanganan piutang
istishna’ yang bermasalah.
d. Besarnya piutang istishna’ baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun secara
bersamasama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan bank.
e. Jumlah akumulasi biaya atas kontrak berjalan serta pendapatan dan keuntungan
sampai dengan akhir periode berjalan.
f. Jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan syarat kontrak.
g. Klaim tambahan yang belum selesai dan semua denda yang bersifat kontinjen
sebagai akibat keterlambatan pengiriman barang.

h. Nilai kontrak istishna’ yang sedang berjalan serta rentang periode


pelaksanaannya.
i. Nilai kontrak istishna’ yang telah ditandatangani bank selama periode berjalan
tetapi belum dilaksanakan dan rentang periode pelaksanaannya.
j. Rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah, tujuan (pemasok atau nasabah),
jangka waktu dan jenis mata uang.
k. Utang istishna’ kepada nasabah yang merupakan pihak berelasi.
l. Jenis dan kuantitas barang pesanan.

Anda mungkin juga menyukai