Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Metodologi Keperawatan

Dosen Pengampu: Ema Hikmah, S.Kp, M.Kep

Disusun oleh : Kelompok 2

Nama :

Dede Rifaldi Nadya Ayu C

Mario Janglus Selly F

Dina Yuningsih Yunita P

Anggi Putriani Ine Fitrieny

Tingkat : STR 1B

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN 2021

Jl. DR. Sintanala, RT.002/RW.003,Karang Sari, Kec. Neglasari, Kota Tangerang, Banten
15121. No. Telepon: (021) 5522250
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan untuk Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya jadi kami bisa menyelesaikan makalah”Asuhan Keperawatan pada
An. A Dengan Prioritas Masalah Kekurangan Volume Cairan Pada Kasus Diare”
dengan tepat waktu. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan, dan doanya. Tidak lupa pula
kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini, di karenakan masih
banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini. Mohon maaf atas kekurangan dan
ketidaksempurnaan makalah ini, kami ucapkan terima kasih.

Tangerang, 03/03/2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang.....................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan.................................................................................3
1.2.1. Tujuan Umum...........................................................................3
1.2.2. Tujuan Khusus..........................................................................3
1.3. Manfaat Penulisan...............................................................................4
BAB II Pengelolaan Kasus
2.1. Konsep Dasar
2.1.1. Diare..........................................................................................5
2.1.1.1. Defenisi Diare........................................................5
2.1.1.2. Klasifikasi Diare....................................................5
2.1.2. Cairan........................................................................................5
2.1.2.1. Defenisi Cairan......................................................7
2.1.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan....8
2.1.2.3. Perpindahan Cairan...............................................8
2.1.2.4. Pengaturan Volume Cairan...................................9
2.1.2.5. Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan. .11
2.1.2.6. Pengaturan Keseimbangan Cairan........................12
2.1.2.7. Masalah Keseimbangan Cairan..............................13
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kekurangan
Volume Cairan.
2.2.1. Pengertian Kekurangan Volume Cairan..................................14
2.2.2. Etiologi....................................................................................14
2.2.3. Patofisiologi.............................................................................14
2.2.4. Manifestasi Klinis....................................................................15
2.2.5. Komplikasi..............................................................................15
2.2.6. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................15
2.2.7. Penatalaksanaan Medis............................................................16
2.2.8. Pedoman Penyuluhan Pasien_Keluarga..................................16
2.2.9. Asuhan Keperawatan...............................................................16
2.2.9.1. Pengkajian.........................................................................16
2.2.9.2. Rumusan Masalah.............................................................18
2.2.9.3. Perencanaan Keperawatan................................................19

2.2.3. Asuhan Keperawatan Kasus


2.2.3.1. Pengkajian.........................................................................................21
2.2.3.2. Analisa Data......................................................................................30
2.2.3.3. Rumusan Masalah.............................................................................32
2.2.3.4. Perencanaan Keperawatan.................................................................33
2.2.3.5. Pelaksanaan Keperawatan................................................................36

BAB III Kesimpulan dan Saran


3.1. Kesimpulan..........................................................................................40
3.2. Saran...................................................................................................41
Daftar Pustaka................................................................................................42
Lampiran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang penting dalam


kehidupan manusia. Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang
berperan dalam memelihara tubuh dan proses homeostatis (Tarwoto & Wartonah,
2010). Dalam kebutuhan cairan dan elektrolit memerlukan air. Tubuh kita terdiri
atas sekitar 60% air yang terbesar didalam sel maupun diluar sel (Tarwoto &
Wartonah, 2010) air memiliki presentase yang besar dari berat badan manusia
(Asmadi, 2008). Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit maka
tubuh kita akan mengalami gangguan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.

Diare adalah keadaan dimana tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit
melalui feses (Suharyono, Boediarso, dan Halimun 1996). Diare merupakan salah
satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar
saluran pencernaan,dikarenakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 3
kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005)

Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan
elektrolit yang abnormal dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500
juta anak menderita diare setiap tahunnya dan 20% dari seluruh kematian pada
anak yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan diare serta
dehidrasi (Wong, 2008)

Menurut data di Provinsi Sumatera Utara tahun 2005, penyakit diare


menyebabkan kematian pada saat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di 6 (enam)
kabupaten yaitu, Kabupaten Deli Serdang dengan Attack Rate (AR) sebesar 0,82
% dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 3,23%, Kabupaten Asahan dengan AR
sebesar 0,04% dan CFR sebesar 4% , Kabupaten Labuhan Batu dengan AR
sebesar 3,29% dan CFR sebesar 1,62%, Kabupaten Simalungun dengan AR
1,16% dan CFR sebesar 2,6%, Kabupaten Mandailing Natal dengan AR sebesar
45% dan CFR 1,25%, dan kabupaten Serdang Berdagai dengan AR sebesar
0,01% (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2006)
Medan salah satu kota di Sumatera Utara tidak terlepas dari masalah diare
karena penyakit ini sering terjadi pada iklim tropis. Dari data profil kesehatan kota
Medan tahun 2005 dilaporkan proporsi penderita diare rawat jalan di puskesmas
sebesar 5,8% (45.141) dari 780.706 penderita berbagai penyakit lainnya (Dinkes
Kota Medan, 2006).
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia terutama anak-anak. Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian pada anak di negara berkembang, dengan perkiraan 1,3 miliar episode
dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada balita. Secara keseluruhan, anak-anak
mengalami diare rata-rata 3,3 episode pertahun, akan tetapi pada beberapa tempat
dapat lebih dari 9 episode pertahun. Pada daerah dengan episode diare yang
tinggi, seorang balita dapat menghabiskan 15% waktunya dengan diare. Kurang
lebin 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan (Depkes RI, 1999)
Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena
dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Dasar dari
semua diare adalah gangguan transportasi, larutan usus akibat perpindahan air
melalui membrane usus berlangsung pasif dan hal ini ditentukam oleh aliran dan
larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium klorida dan glukosa.
Cairan dan elektrolit sangat dibutuhkan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian homeostatis keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh, cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah
senyawa kimia yang terpisah dari air untuk membentuk partikel bermuatan yang
disebut ion, jika dalam larutan cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan dan minuman dan cairan intravena (IV) dan didistribusi kebagian
seluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu sama
lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh dengan lainnya (Daniel,
2013)
Gangguan volume cairan dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia. Fisiologis yang harus dipenuhi apabila penderita telah banyak
mengalami kehilangan cairan dan elektrolt, maka terjadi gejala dehidrasi.
Terutama diare pada anak perlu mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat
sehingga tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak (Solikin, 2011).
1.2Tujuan
1. Tujuan Umum

Adapun tujuan penulisan makalah adalah agar mampu memberikan Asuhan


Keperawatan Pada Anak dengan Prioritas Masalah Kekurangan Volume
Cairan pada Diare.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An.A dengan masalah


kekurangan volume cairan.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An.A dengan masalah


kekurangan volume cairan.

c. Mampu melakukan perancanan tindakan keperawatan pada An.A dengan


masalah kekurangan volume cairan.

d. Mampu melakukan rencana tindakan keperawatan pada An.A dengan


masalah kekurangan volume cairan.

e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada An.A dengan


masalah kekurangan volume cairan
1.3 Manfaat

a. Bagi Instansi Pendidikan


Diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan
serta menambah wawasan dalam memahami penerapan langkah-langkah
asuhan keperawatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
keperawatan khususnya bagi klien dengan masalah Kekurangan Volume
Cairan.
b. Bagi Praktik Keperawatan
Diharapkan menjadi bahan bacaan dalam menentukan asuhan
keperawatan pada klien dengan dengan masalah Kekurangan Volume
Cairan.
c. Bagi Klien
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi untuk mengatasi
masalah Kekurangan Volume Cairan pada Diare.
d. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan penulis tentang intervensi keperawatan
terhadap klien yang mengalami masalah kekurangan volume cairan serta
meningkatkan keterampilan dan wawasan bagi penulis.

BAB II
PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar


2.1.1. Diare
1. Defenisi Diare

Diare didefenisikan sebagai pasase feses cair lebih dari 3 kali dalam
sehari disertai kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses. (Watson,
dikutip Jones & Irving 1996). Diare adalah suatu keadaan dimanafrekuensi
buang air besar yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak ;
konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur
lendir dan darah atau hanya lendir saja. (FK UI 1997).
Secara epidemiologik biasanya diare didefenisikan dengan keluarnya feses
lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam sehari ,namun para ibu mungkin
menggunakan istilah yang berbeda untuk menggambarkan diare. Depkes RI
(1999), lebih praktik mendefenisikan diare sebagai meningkatnya frekuensi
feses atau konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap abnormal
oleh ibunya.
2. Klasifikasi Diare

Secara klinik diare dibedakan menjadi 3 macam sindrom, masing-masing


mencerminkan patogenesis berbeda-beda dan memerlukan pendekatan yang
berlainan dalam pengobatannya.
a. Diare akut (gastroenteritis)

Diare akut ialah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat (Noerasid, Suratmadja & Asnil, 1988). Diare
berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari tujuh hari)
dengan disertai pengeluaran feses lunak atau cair sering tanpa darah, mungkin
disertai muntah dan panas (Depkes RI, 1999).Diare akut lebih sering terjadi
pada bayi dari pada anak yang lebih besar. Penyebab terpenting diare akut
pada anak-anak di negara berkembang adalah rovatirus, Escherichia coli
enterotoksigenik, shigella, Campylobacter jejuni dan Crytosporidium (Depkes
RI, 1999). Penyakit diare akut dapat ditularkan dengan cara fekal-oral melalui
makanan dan minuman yang tercemar. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi
dan bila masukan makanan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi.
b. Disentri

Disentri didefenisikan dengan diare yang disertai darah dalam feses,


menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kerusakan
mukosa usus karena bakteri invasif. Penyebab utama disentri akut yaitu
shigella, penyebab lain adalah Campylobacter jejuni. Pada orang dewasa
muda, disentri yang serius disebabkan oleh entamoeba histolytica, tetapi
jarang menjadi penyebab disentri pada anak-anak.
c. Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut tetapi
berlangsung lebih dari 14 hari, kejadian dapat dimulai sebagai diare cair atau
disentri. Diare jenis ini mengakibatkan kehilangan berat badan yang nyata,
dengan volume feses dalam jumlah yang banyak sehingga beresiko
mengalami dehidrasi. Diare persisten tidak disebabkan oleh diare penyebab
mikroba tunggal, E,coli enteoaggregatife, Shigella, dan Crystosporidium;
mungkin penyebab lain berperan lebih besar. Diare persisten tidak boleh
dikacaukan dengan diare kronik, yaitu diare intermitten atau diare yang hilang
timbul, atau berlangsung lama dengan penyabab non infeksi, seperti penyakit
sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun.

2.1.2 Cairan
1. Defenisi
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari
total berat badan tubuh. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari
tubuh.
Cairan dan Elektrolit penting untuk fungsi tubuh dan untuk
mempertahankan homeostatis. Cairan membentuk sekitar 60% berat badan
pada pria dewasa, 50% pada wanita dewasa dan 70% pada bayi (McCance et
al.2010). Persentase cairan tubuh bervariasi bergantung pada faktor usia, lemak
dalam tubuh dan jenis kelamin. Wanita memiliki cairan tubuh lebih sedikit
dibandingkan pria karena wanita memiliki lemak tubuh lebih banyak dan pria
mempunyai massa otot lebih banyak (McCance et al.2010). Cairan tubuh
adalah larutan yang tersusun dari air dan zat terlarut seperti elektrolit (natrium,
kalium, dan klorida) gas (oksigen dan karbon dioksida), nutrient, enzim dan
hormon. Elektrolit adalah senyawa kimia yang terpisah dari air untuk
membentuk partikel bermuatan yang disebut ion.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok yaitu: cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada didalam sel
diseluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalh cairan yang berada diluar
sel dan terdiri dari tiga kelompokyaitu cairan intravaskuler (plasma), Cairan
interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan didalam system vaskuler, cairan
interstitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan transeluler
adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler dan
sekresi saluran cerna.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
yaitu
a. Usia, perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas
organ, sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan
elektrolit.
b. Temperatur, Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran
cairan melaluli keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak
kehilangan cairan.
c. Diet, pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energi, proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke
intraseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan
cairan.
d. Stres, stress dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit melaluli proses peningkatan produksi ADH, karena proses ini
dapat meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya
glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
e. Sakit, pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses
pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan
ketidakseimbnagan system dalam tubuh, seperti ketidakseimbangan
hormonal, yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan.

3. Perpindahan Cairan tubuh


Mekanisme perpindahan cairan tubuh melalui 3 proses yaitu
a. Difusi
Difusi adalah proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan
bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi
keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan menembus membrane sel.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi larutan,
dan temperatur. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat
dibanding molekul kecil. Molekul akan lebih mudah berpindah dari larutan
dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan
dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul,
sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
b. Osmosis
Osmosis adalah proses ketika air bergerak dari area volume tinggi ke
area volume rendah melalui membrane permeable khusus. Pergerakan air
bergantung pada besarnya solute yang terlarut dalam larutan dan bukan
berat molekulnya (Thibodeau dan Patton, 2010). Oleh sebab itu, besarnya
partikel terlarut menentukan konsentrasi larutan, yang dinyatakan sebagai
osmolalitas larutan. Membran permeabel tertentu akan memudahkan
molekul air untun melintas, namun tidak permeable terhadap solute seperti
natrium, kalium, dan zat lain. Air bermanfaat untuk tekanan osmotik dalam
jaringan dan sel tubuh. Perpindahan air antara kompartemen intrasel dan
ekstrasel terjadi melalui osmosis.
c. Transport Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme
transport aktif. Transport aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi
dan berosmosis. Proses ini terutama penting untuk mempertahankan
natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.

4. Pengaturan Volume Cairan Tubuh

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan


antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
a. Asupan Cairan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal orang dewasa adalah
2500 cc perhari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau
ditambah dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan
ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam
rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau
adanya perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan darah.
b. Pengeluaran Cairan
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam menimbangi asupan
cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah 2300 cc. Jumlah
air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine),
sebanyak 1500 cc perhari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubungkan
dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan
pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukan dalam
praktek klinis. Pengeluran cairan dapat pula dilakukan melalui kulit
(berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran
cairan dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak
dapat diukur karena, khususnya pada pasien luka bakar atau luka besar
lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan) meningkat
sehingga sulit untuk diukur. Pada kasus seperti ini, bila volume urine yang
dikeluarkan kurang dari 500 cc per hari, diperlukan adanya perhatian
khusus.
Pasien dengan ketidakadekuatanpengeluaran cairan memerlukan
pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan
jumlah dan kecepatan pernapasan, demam, keringat dan diare dapat
menyebabkan kehilanagn cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang
dapat menyababkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah
secara terus-menerus
Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:
a. Urine. Pembentukan urine terjadi di ginjal dan di keluarkan melalui
vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakan proses
pengeluaran cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring
pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian diserap
kembali ke dalam aliran darah. Hasil ekskresi terakhir proses ini
adalah urin.
b. Keringat. Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh
suhu yang panas. Keringat banyak mengandung garam, urea, asam
laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan
mempengaruhi kadar natrium dalam plasma.
c. Feses. Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.
Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang
paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses
jumlahnya berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi
lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran melalui feses adalah 100 ml/hari.

5. Sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit


Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh
ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal.
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi
ginjal yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam
darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan
buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan
keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti
glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomelurus, 10
persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (Filtrat glomerulus),
kemudian mengalir melalui tubuh renalis yang sel-selnya menyerap
semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang di produksi ginjal
dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone dengan rata-rata 1
ml/kg/bb/jam.
b. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktifitas kelenjer keringat. Rangsangan kelenjer keringat
dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang
meningkat dan demam, disebut juga Isensible Water Loss (IWL) sekitar
15-20 ml/24 jam.
c. Paru-paru
Organ paru-paru berperan mengeluarkan cairan dengan
menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang
sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas
akibat pergerakan atau demam.
d. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan
dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran
air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam system ini sekitar
100-200 ml/hari. Perhitungsn IWL secara keseluruhan adalah 10-15
cc/kg BB/24 jam, dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan
suhu 1 derajat Celcius.

6. Pengaturan Keseimbangan Cairan


a. Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH dibentukdi hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis
dari hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah
peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini
meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentes, dengan demikian
dapat menghemat air.
b. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjer adrenal yang bekerja pada tubulus
tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Pelepasan
aldosterone dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum
dan system angiotensin renin dan sangat efektif dalam mengendalikan
hiperkalemia.
c. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak
jaringan dan berfungsi dalam merespons radang, pengendalian tekanan
darah, kontraksi uterus, dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal,
prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium, dan
efek ginjal pada ADH.
d. Glukokortikoid
Meningkatkan resoprsi natrium dan air, sehingga volume darah naik
dan terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan
perubahan pada keseimbangan volume darah.
e. Mekanisme rasa dahaga
Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada
akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang
hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab
terhadap sensasi haus.

7. Masalah Keseimbangan Cairan


Menurut Hidayat (2006), masalah keseimbangan cairan terdiri dari dua
bagian yaitu:
a. Hipovolemia
Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit,
ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok
hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah
peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung,
kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone
ADH dan adosteron. Hipovolemik yang berlangsung lama dapat
menimbulkan gagal ginjal akut.
b. Hipervolemi
Hipervolemi adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi
pada saat:
1. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
2. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3. Kelebihan pemberian cairan
4. Perpindahan cairan interstial ke plasma
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kekurangan
Volume Cairan
2.2.1. Pengertian
Kekurangan volume cairan (Hipovolemia) terjadi jika air dan elektrolit
hilang pada proporsi yang sama ketika berada pada cairan tubuh normal sehingga
rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama. (Brunner& Suddarth, 2002).
Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler. Kekurangan cairan eksterna terjadi karena penurunan asupan cairan
dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon kekurangan cairan tubuh
dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan
cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan
ini terjadi pada pasien diare dan muntah.
2.2.2. Etiologi
Hipovolemia ini dapat terjadi disebabkan karena penurunan masukan,
kehilangan cairan yang abnormal melalui: kulit, gastrointestinal, ginjal abnormal,
perdarahan.
2.2.3. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti
ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan perpindahan cairan intraseluler.
Secara umum, kekurangan volume cairan disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairanke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah
dan tidak mudah untuk mengembalikannya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istrahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju
lokasi potensial seperti pleura, peritoneum, perikardium, atau rongga sendi. Selain
itu, kondisi tertentu seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan,
dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
2.2.4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien hipovolemia
antara lain: pusing, kelemahan, keletihan, anoreksia, mual muntah, rasa haus,
kekacauan mental, konstipasi dan oliguria, penurunan tekanan darah, HR
meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa
mulut kering. Tanda-tanda penurunan berat badan akut, mata cekung,
pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak-anak adanya penurunan jumlah
air mata. Tergantung pada jenis kehilanagn cairan hypovolemia dapat disertai
dengan ketidakseimbanagn asam basa, osmolar atau elektrolit. Penipisan cairan
ekstraseluler berat dapat menimbulkan syok hipovolemik. Kondisi hipovolemia
yang lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.

2.2.5 Komplikasi

Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan


dehidrasi (ringan, sedang, berat), kejang pada dehidrasi hipertonik.
2.2.6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan penunjang
Penurunan tekanan darah, khususnya bila berdiri (hipotensi ortostatik),
peningkatan frekuensi jantung, turgor kulit buruk, lidah kering dan kasar,
mata cekung, peningkatan suhu dan penurunan berat badan akut. Bayi
dan anak-anak: penurunan air mata, depresi fontanel anterior. Pada pasien
syok tampak pucat dan diaforetik dengan nadi cepat dan halus, hipotensi
terlentang dan oliguria.
2. Riwayat kesehatan
3. Evaluasi status volume cairan
4. Kadar nitrogen urea dalam darah (BUN) > 25 mg/100 ml
5. Peningkatan kadar hematocrit > 50 %
6. Berat jenis urine > 1,025

2.2.7. Penatalaksanaan Medis


1. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta
asam-basa dan elektrolit.
2. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik
3. Rehidrasi oral pada diare pediatric.
Tindakan berupa hidrasi harus secara berhati-hati dengan cairan
intravena sesuai pesanan/order dari medis. Rehidrasi pada kecepatan
yang berlebihan dapat menyebabkan GGJK (Gagal Ginjal Jantung
Kongestif)
2.2.8. Pedoman Penyuluhan Paisien-Keluarga
Beri pasien dan orang terdekat intruksi verbal dan tertulis tentang hal
berikut:
1. Tanda dan gejala hypovolemia
2. Pentingnya mempertahankan masukan adekuat, khususnya pada anak
kecil dan lansia, yang lebih mungkin untuk terjadi dehidrasi.
3. Obat-obatan: nama, dosis, frekuensi, kewaspadaan, dan potensial efek
samping.

2.2.9. Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Untuk mengidentifikasi masalah kekurangan volume cairan serta
mengumpulkan data guna menyusun suatu rencana keperawatan, perawat
perlu melakukan pengkajian keperawatan. Menurut Tarwoto & wartonah
(2006), hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:
1. Riwayat Keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral).
b. Tanda kekurangan cairan
c. Tanda umum masalah elektrolit
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit.
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status
cairan.
f. Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial.
g. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu
pengobatan.
2. Pengukuran Klinik
a. Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan dapat menunjukan adanya
masalah keseimbangan cairan. Masalah keseimbangan cairan akibat
kehilangan/bertambahnya berat badan dikategorikan kedalam tiga
kelompok yaitu:
1. ± 2%: ringan
2. ± 5%; sedang
3. ± 10%: berat

Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang


sama.
b. Keadaan umum
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi,
pernafasan dan tingkat kesadaran.
c. Pengukuran masukan cairan
1. Cairan oral: NGT dan oral
2. Cairan Parenteral termasuk obat-obatan intravena
3. Makanan yang cenderung mengandung air
4. Irigasi kateter atau NGT
d. Pengukuran keluaran cairan
1. Urine: Volume, kejernihan/kepekatan
2. Feses. Jumlah dan konnsistensi
3. Muntah
4. Tube drainase
5. IWL
e. Ukur keseimbangan cairan dengan akurat: Normalnya sekitar ±
200 cc.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan
pada:
a. Integumen: Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler: Distensi vena jugularis, tekanan darah,hemoglobin,
dan bunyi jantung.
c. Mata: Cekung, air mata kering.
d. Neurologi: refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
e. Gastrointestinal: Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah dan bising usus.
B. Rumusan Masalah
1. Aktual/ resiko defisit volume cairan
Defenisi: Kondisi dimana pasien mengalami resiko kekurangan volume
cairan pada ekstraseluler dan vaskuler. Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Kehilangan cairan secara berlebihan.
b. Berkeringat secara berlebihan.
c. Menurunnya intake oral.
d. Penggunaan diuretik.
e. Pendarahan.

Kemungkinan ditemukan data:


a. Hipotensi
b. Takhikardia
c. Pucat
d. Kelemahan
e. Konsentrasi urin pekat.
Kondisi Klinik:
a. Penyakit Addison
b. Koma.
c. Ketoadisosis pada diabetik.
d. Anoreksia nervosa.
e. Pendarahan gastrointestinal.
f. Muntah, diare.
g. Intake cairan tidak adekuat.
h. AIDS.
i. Ulcer kolon.
j. Pendarahan.

C. Perencanaan Keperawatan
1. Tujuan
Tujuan yang diharapkan yaitu:
a. Mempertahankan keseimbangan cairan
b. Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urin adekuat,
tekanan darah stabil, membrane mukosa mulul lembab, turgor kulit baik.
c. Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat
teratasi.

2. Intervensi Keperawatan
No. Intervensi Rasional
1. Ukur dan catat setiap 4 jam 1. Menentukan kehilangan
a. Intake dan output cairan dan kebutuhan cairan
b. Warna muntahan, urin, dan
feses
c. Monitor turgor kulit
d. Tanda vital
e. Monitor IV infus
f. CVP
g. Elektrolit, BUN, hematocrit,
dan hemoglobin
h. Status mental
i. Berat badan
2. Berikan makanan dan cairan 2. Memenuhi kebutuhan
makanan dan cairan
3 Berikan pengobatan seperti 3. Menurunkan pergerakan
antidiare dan antimuntah usus dan muntah
4. Berikan support herbal dan 4. Meningkatkan konsumsi
pemberian cairan yang lebih
5. Lakukan kebersihan mulut sebelum 5. Meningkatkan nafsu makan
makan
6. Ubah posisi pasien setiap 4 jam 6. Meningkatkan sirkulasi
7. Berikan pendidikan kesehatan 7. Meningkatkan informasi
tentang dan kerjasama
a. Tanda dan gejala dehidrasi
b. Intake dan output cairan
c. Terapi
PROGRAM SARJANA TERAPAN
KEPERAWATAN POLTEKKES
KEMENKES BANTEN

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 3 tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat : Jl. Antariksa Gg. Pipa utama No.27 Kel. Sari Rejo
Tanggal pengkajian : 27 Mei 2017
Diagnosa Medis : Diare ( Gastroenteritis )

II. KELUHAN UTAMA


BAB cair lebih dari 5 kali perhari. Mual muntah kurang lebih 8 kali
perhari, klien terlihat lemas.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Ibu klien mengatakan dua hari sebelum terkena diare, anaknya sering
dibawa jajan ke warung-warung pinggir jalan bersama saudara laki-
lakinya.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Setelah diketahui klien terkena diare, ibu klien langsung
membawanya ke klinik disekitar rumah.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Klien tidak dapat mengungkapkan perasaan sakitnya, umur klien
masih 3 tahun. Ibu klien mengatakan penyakit tersebut sangat
mengganggu aktifitasnya.
2. Bagaimana dilihat
Klien terlihat lemas, rewel, nafas terlihat cepat, demam (T: 37 0),
mukosa mulut kering, turgor kulit>3 detik.
C. Region
Nyeri di bagian perut
D. Severity
Nyeri dirasakan di seluruh area perut
E. Time
4-5 kali perhari

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Ibu klien mengatakan klien pernah mengalami penyakit diare
sebelumnya ketika berumur 2 tahun, tetapi tidak dibawa ke rumah sakit.
B. Pengobatan/ tindakan yang dilakukan
Klien berobat di klinik tempat dia lahir yang berada didekat rumahnya.
C. Pernah dirawat/dioperasi dan lama dirawat
Ibu klien mengatakan belum pernah melakukan tindakan operasi
sebelumnya.
D. Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi, baik alergi makanan atau pun obat-
obatan.
E. Imunisasi
Ibu klien mengatakan klien mendapatkan imunisasi lengkap dari
posyandu yang dekat dengan rumahnya.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Ibu klien mengatakan sejauh ini tidak mengalami sakit yang serius dan
tidak ada penyakit keturunan.
B. Saudara kandung
Klien memiliki satu saudara kandung berumur 6 tahun dan tidak
memiliki riwayat penyakit keturunan.
C. Penyakit keturunan yang ada
Ibu klien mengatakan selama ini yang ia ketahui tidak ada penyakit
keturunan dari kedua orang tua.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL


A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Ibu klien mengatakan tidak nyaman dengan keadaan anaknya sekarang.
B. Keadaan emosi
Anak sering menangis dan terlihat gelisah jika tidak ada yang
mendampinginya, terutama ibunya.
C. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti
Menurut ibunya, bagi klien orang yang paling berarti dalam
hidupnya adalah orang tua dan saudara kandungnya.
2. Hubungan dengan keluarga
Menurut ibunya, klien menggatakan hubungannya dengan semua
keluarga selama ini baik-baik saja, dan ketika ia sakit saudara
kandungnya sering menjenguknya.
3. Hubungan dengan orang lain
Klien mudah berinteraksi dengan orang disekelilingnya tetapi jika
dengan orang yang tidak dikenalnya dia pendiam.
4. Hubungan dalam berhubungan dengan orang lain
Ibu klien mengatakan tidak memiliki hambatan saat berhubungan
atau berkomunikasi dengan orang lain.
D. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Klien beragama islam
2. Kegiatan ibadah
Ibu klien jarang membawa anaknnya beribadah di mesjid karena
masih kecil.

VII. STATUS MENTAL


1. Tingkat kesadaran : Composmenstis
2. Penampilan : tidak tampak personal hygine yang buruk
3. Pembicaraan : saat dilakukan wawancara, klien tidak
menjawab pertanyaan klien hanya
menganggukkan kepalanya jika
mengatakan ya dan menggelengkan
kepalanya jika mengatakan tidak.
Pembicaraan dibantu oleh ibu klien.
4. Interaksi selama wawancara : saat dilakukan wawancara klien tampak
tidak bersedia menjawab pertanyaan
yang dianjurkan perawat. Kontak mata
kurang.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan umum
Klien tamppak lemas, dan tidak mau diajak bicara, klien hanya
berbaring ditempat tidur saja.
b. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 370C
- Tekanan darah : -
- Nadi : 166x/menit
- Pernafasan : 28x/menit
- TB : 88 cm
- BB : 11 kg
-
Pemeriksaaan Head to toe
Kepala dan rambut

- Bentuk : Bulat
- Ubun- ubun : Normal, fontanel berada di
tengah, tidak terdapat lesi.
- Kulit Kepala : Bersih
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran merata. rambut
Berwarna hitam
- Bau : Normal bau rambut.
- Warna Kulit : Putih
Wajah
- Warna kulit : Putih
- Struktur wajah : Simetris
Mata
- Kelengkapan dan Kesimetrisan : Normal dan simetris.
- Palpebra : Normal, dapat menutup dan
Membuka mata, tidak ada
Kemerahan.
- Konjungtiva dan sklera : Konjungtiva tidak anemis.
- Pupil : Isokor (sama kanan-kiri)
- Kornea dan iris : Tidak terdapat peradangan.
Hidung
- Lubang hidung : Normal, Simetris antara
Dextra dan sinistra.
- Cuping hidung : Tidak ada pernapasan cuping
hidung
Telinga
- Bentuk telinga : Normal dan simetris
- Ukuran telinga : Normal
- Lubang telinga : Normal, bersih, tidak ada
Otitis medya
- Ketajaman pendengaran : Normal, tidak ada laterali-
Sasi antara telinga kiri dan
kanan
Mulut dan faring
- Keadaan bibir : mukosa bibir kering
- Keadaan gusi : kurang bersih
- Keadaan lidah : warna permukaan lidah merah keputihan
Leher
- Posisi trakea : berada di tengah
- Tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Suara : jelas namun lemah
- Kelenjar limpah : tidak ada pembengkakan pada kelenjar
limfa
- Vena jugularis : teraba lemah
- Denyut dan nadi karotis : teraba, dengan frekuensi 116x/menit
Pemeriksaa integumen
- Kebersihan : kulit bersih
- Kehangatan : kulit teraba hangat
- Warna : pucat
- Turgor : elastis
- Kelembaban : kulit teraba kering
- Kelainan kulit : tidak ada kelainan pada kulit
Pemeriksaan payudara dan ketiak
Payudara simetris antara dextra sinistra, tidak dijumpai massa, tidak ada
trauma, dan tidak ada psmbsngkakan pada aksila.
Pemeriksaan torak/dada
- Infeksi torak : Normal, tidak terdapat lesi dan massa.
- Pernafasan : Pola nafas reguler 28x/menit.
Pemeriksaan paru
Tidak dilakukan karena klien tidak bersedia
Pemeriksaan jantung
Tidak dilakukan karena klien tidak bersedia
Pemeriksaan abdomen
- Infeksi : Normal, tidak ada massa, tidak ada trauma, bentuk
abdomen datar
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak dijumpai massa, tanda
acites (-)
Pemeriksaan musculokeletal/ekstremitas

- Kesimetrisan : Simetris antara dextra sinistra


- Edema : Tidak terdapat edema
Pemeriksaan neurologi
- Nervus olfactorius : Normal
- Nervus optikus : Mampu melihat gambar jarak 1 meter
- Nervus okulamotorik,
Troclehar, dan abducen : Bola mata dapat melihat kearah vertical,

horizontal, dan rotatoar, pupil isokor,


pupil mengecil ketika diberi rangsangan
cahaya.
- Nervus trigeminus : otot masetter dan temporalis sebagai otot
mengunyah normal.
- Nervus facialis : Klien dapat menggelembungkan pipi,
mengerutkan dahi
- Nervus cholearis : Klien dapat mendengarkan bunyi arloji.
- Nervus glosofaringeus : Uvula berada ditengah, tidak ada tanda
meradang.
- Nervus vagus : Klien mampu menelan
- Nervus accecoris : Tidak dilakukan pemeriksaan karena
dikhawatirkan klien mengeluarkan energi
lebih.
- Nervus Hypoglosus : Klien dapat menjulurkan lidah, dan
menggulung.
Fungsi motorik : Klien dapat mengangkat tangan,
mengangkat kaki, dan memiringkan
badan.
Fungsi sensorik : Klien mampu membedakan benda yang
tumpul dan tajam, dapat meraba benda
yang bertekstur halus dan kasar, dapat
membedakan panas dan dingin.
Reflek : Tidak dilakukan pemeriksaan

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


I. Pola makan dan minum
- frekuensi makan/hari : 3 (tiga) kali
- nafsu/ selera makan : Klien hanya menghabiskan 1/3 dari porsi
nasi
- Nyeri ulu hati : Klien mengatakan tidak merasakan adanya
nyeri ulu hati
- Alergi : Ibu klien mengatakan tidak ada riwayat
alergi makanan.
- Mual dan muntah : ibu klien mengatakan selalu mual dan
muntah
- Pemberian makan : Pagi(8.00), siang(13.00), malam(18.00)
- Jumlah dan jenis : Satu porsi bubur dan buah
- Waktu pemberian : Ketika klien merasa haus dan saat datang
jadwal makan atau minum obat
- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan atau mengunyah):
ibu klien mengatakan tidak memiliki masalah kesulitan menelan atau
mengunyah.
II. Perawatan Diri/ personal hygine
- Tubuh : Ibu klien mengatakan akan mandi satu kali
dalam sehari walau dalam kondisi sakit.
- Gigi dan Mulut : Klien selalu menyikat giginya setiap kali ia
mandi
- Kuku kaki dan tangan : Kuku kaki dan tangan klien terlihat bersih
III. Pola kegiatan/aktivitas
- Untuk kegiatan makan, mandi mengganti pakaian serta eliminasi
dibantu oleh ibu klien
VI. Pola Eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : BAB 4-6x/hari
- Karakter feses : Cair dan agak kuning kecoklatan
- Riwayat perdarahan : Klien tidak memiliki riwayat perdarahan
saat BAB.
- BAB terakhir : Konsistensinya masih cair
- Diare : klien terkena diare sejak dua hari yang lalu.
2. BAK
- Pola BAK : 2-4 kali perhari
- Karakter urine : Kuning dengan jumlah urin sedikit
- Nyeri/kesulitan BAK: Klien mengatakan tidak ada
kesulitan BAK

2. ANALISA DATA

N Masalah
Data Penyebab
o Keperawatan
1 DS : Kekurangan volume
Masukan
. - Ibu klien mengatakan cairan kurang dari
makanan/minuman yang
BAB encer lebih dari 5 kebutuhan tubuh
terkontaminasi kuman
kali

- Ibu klien mengatakan


warna feses kuning Infeksi mukosa usus
kecoklatan

- Klien mengatakan
perutnya terasa nyeri Makanan tidak dapat
diserap
- Konsistensi feses cair

DO :
- Keadaan umum : lemah Tekanan osmotic pada
rongga usus meninggi
- Kesadaran composmentis

- Mukosa bibir kering


BAB cair ( cairan &
- Mata cekung elektrolit banyak keluar)

- BAB encer ± 5-6x

- Vital sign: Kekurangan volume


cairan dan elektrolit
HR : 116x/menit

RR : 28 kali/menit

SB : 37o C

DS :
Diare
- Ibu Klien mengatakan Mual muntah Resiko perubahan
2
. klien tidak nafsu Nafsu makan menurun nutrisi kurang dari
Perubahan nutrisi
makan. kebutuhan tubuh.
- Saat makan klien kadang
muntah.
DO :
-Klien malas makan dan
menolak makan.
- BB : 11 kg
- TB : 75 cm

Cemas
DS : ibu klien merasa
Kurang pengetahuan
cemas dengan penyakit dan informasi
yang diderita anaknya
3
.
DO: ibu klien nampak
gelisah sambil memeluk
ananknya
3. Rumusan Masalah
a. Rumusan masalah keperawatan.
1. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Kurang pengetahuan.

b. Diagnosa Keperawatan (PRIORITAS)


1. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output yang berlebihan (Diare)
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake dan outpu yang berlebihan
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan tidak adanya sumber informasi.
4. Perencanaan Keperawatan

Hari/ tanggal Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Senin, 12 Kekurangan Volume Tujuan dan Kriteria Hasil :
juni 2017 cairan berhubungan 1. Kekurangan volume cairan akan
dengan output yang teratasi di buktikan oleh adanya
berlebihan ( Diare ) keseimbangan cairan, hidrasi yang
adekuat dan status nutrisi yang baik
2. Jumlah makanan dan cairan yang
masuk kedalam tubuh terpenuhi
selama 24 jam.
Kriteria Hasil :
1. Tidak mengalami haus
2. Menampilkan Hidrasi tang baik
(membran mukosa lembab,
mampu berkeringat, turgor kulit
bagus, mata kembali normal/ tidak
cekung)
Rencana Tindakan
1. Pantau tanda dan gejala dehidrasi
(kulit membrane mukosa kering,
rasa haus, keadekuatan nadi)
2. Pantau masukan dan keluaran yg
cermat meliputi frekuensi, warna
dan konsistensi.
3. Meningkatkan asupan oral, misalnya
sediakan sedotan, beri minum
diantara waktu makan yaitu susu, air
putih yang tidak memperburuk
kondisi anak.
4. Hilangkan faktor penyebab
kekurangan volume cairan, seperti
muntah dengan cara memberikan
minuman secara sedikit-sedikit
tetapi sering
5. Timbang berat badan setiap hari
6. Mengukur tanda- tanda vital setiap 4
jam
7. Melakukan tindakan untuk
mengurangi demam (ganti pakaian
katun, kompres dingin)
Selasa, 13 Resiko perubahan Tujuan dan Kriteria hasil:
juni 2017 nutrisi kurang dari 1. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh teratasi
Kriteria hasil:
1. BB stabil/ naik
2. Nafsu makan meningkat
3. Mual/ muntah berkurang
Rencana Tindakan
1. Menganjurkan ibu memberikan
makanan pada anak sedikit tetapi
sering
2. Timbang berat badan setiap hari
3. Menganjurkan ibu supaya anak
banyak istrahat.
4. Melakukan perawatan mulut
terutama sebelum makan.
5. Menciptakan lingkungan yang
bersih, nyaman, jauh dari bau yang
tidak sedap atau sampah
6. Mendorong anak untuk
menyatakan perasaan tentang
masalah makanan/ makanan yang
disukainya
7. Observasi muntah dan BAB setiap
4 jam.
8. Berikan penyuluhan pada orang tua
tentang makanan/ diet selama diare
dan cara pembuatan oralit.
Rabu, 14 juni Kurang Pengetahuan Tujuan dan Kriteria hasil:
2017 1. Pemahaman orang tua meningkat
tentang penyakit anaknya.
Kriteria Hasil:
1. Orang tua akan menyatakan
pemahaman tentang proses
penyakit dan pengobatan
Rencana Tindakan
1. Bahas proses penyakit dengan
istilah yang dapat dipahami
jelaskan tentang agen penyakit,
tindakan pencegahan, dan
pentingnya cuci tangan sampai
bersih.
2. Jelaskan tentang makanan tinggi
serat (buah segar), makanan tinggi
lemak (susu)
3. Jelaskan tentang pentingnya
mempertahankan keseimbangan
antara masukan dan haluaran
cairan, manfaat istrahat, dan
tindakan pencegahan diare
(misalnya penyimpanan makanan
yang tepat serta cuci tangan
sebelum dan sesudah memegang
makanan)
5. Pelaksanaan Keperawatan
Hari/ tanggal Pukul Implementasi Keperawatan Evaluasi

Senin,12 juni 09.00 - 1. Memantau tanda dan gejala S:


2017 11.20 dehidrasi : Turgor elastis, Ibu klien mengatakan
mukosa bibir kering, mata anaknya masih lemas,
cekung, suhu 37 0C, demam, bab 5x/ hari
nadi 166 x/ menit. dengan konsistensi
2. Mencatatat masukan dan feses cair,berlendir dan
haluaran, dana pa-apa saja berwarna kuning.
yang sudah di makan oleh
anak.. O:
3. Beritahukan kepada orang tua Turgor kulit pasien
agar memberikan anak baik, keadaan umum
banyak minum agar tidak lemah. Mukosa bibir
terjadi dehidrasi. kering, mata cekung.
4. Mengukur suhu tubuh pasien:
suhu 370 C. A:
5. Memberitahukan kepada ibu Masih belum teratasi
agar mengganti pakaian anak
dengan yang berbahan katun P:
dan melakukan kompres Intervensi
dengan air dingin. dilanjutkan
6. Menjelaskan pada ibu tentang
pentingnya cairan bagi tubuh.
7. Menganjurkan pasien untuk
istrahat.
Mengobservasi tanda tanda
vital.
Suhu : 370 C
HR : 116x/ menit
RR : 28x/ menit
Selasa, 13 09.00 - 1.Observasi tanda-tanda vital S:
juni 2017 11.00 Suhu : 36,50 C Ibu klien
HR : 115x/ menit mengatakan anaknya
RR : 28x/ menit masih BAB 4x/hari,
2. Memberitahukan serta anaknya sudah mulai
mengajarkan pada ibu untuk nafsu makan dann
memberikan anak makan menghabiskan ½
sedikit tetapi sering bagian.
3. Menganjurkan klien untuk Ibu klien
tidur bila tidak ada kegiatan mengatakan
yang perlu di kerjakan untuk mengerti tentang
memenuhi kebutuhan klien yang di jelaskan
dalam beristirahat. mahasiswa
4. Mengajarkan kepada ibu cara keperawatan.
melakukan perawatan mulut
pada anak untuk meningkatkan O:
nafsu makan. Turgor kulit baik.
5. Memberitahukan serta BAB 4x/hari dengan
menjelaskan kepada ibu konsistensi feses cair,
supaya tetap menjaga kondisi berwarna kuning. Bibir
lingkungan yg bersih dan kering, klien masih
nyaman, lingkungan yang muntah.
nyaman dapat menurunkan
stress dan lebih kondusif A:
untuk makan. Masalah belum teratasi
6. Mencatat apa-apa saja
makanan yang disukai dan P:
tidak disukai anak Intervensi
7. Mengobservasi muntah dan dilanjutkan.
BAB .
8. Menjelaskan pada ibu tentang
pentingnya makanan bagi
tubuh anak serta mengajarkan
ibu cara pembuatan oralit.
9. Mencatat masukan dan
haluaran. Makanan, klien
hanya menghabiskan 1/3
bagian dari makananya, klien
hanya mau minum susu sedikit-
sedikit, klien masih BAB cair.

Rabu, 14 juni 09.00- 1. Mengobservasi tanda-tanda S:


2017 11.00 vital. Ibu klien mengatakan
Suhu : 36,50 C anaknya masih BAB
HR : 115x/menit 4x/ hari, anaknya sudah
RR : 28x/menit mulai nafsu makan dan
2. Mencatat masukan dan menghabiskan ½
haluaran. bagian.
3. Memberitahukan kepada Ibu klien mengatakan

orang tua agar memberi mengerti tentang yang

banyak minum supaya tidak di jelaskan mahasiswa

terjadi dehidrasi. keperawatan.

4. Memberitahukan kepada
orang tua memberi O:
agar
Turgor kulit klien baik,
pasien makan sedikit tetapi
BAB 4x/ hari dengan
sering.
konsistensi cair. Klien
5. Menjelaskan kepada orang tua
tidak muntah.
tentang penyakit diare,
Ibu klien nampak
pencegahan,dan pentingnya
mengerti dengan yg
cuci tangan sampai bersih
dijelaskan mahasiswa
sebelum dan sesudah makan.
keperawatan dan
6. Menjelaskan kepada orang tua
tentang pentingnya sesekali memberikan
mempertahankan pertanyaan tentang
kesimbangan antara masukan diare yang diderita
dan haluaran cairan, manfaat anaknya.
istrahat dan tindakan
pencegahan diare.
A:
Masalah sebagian
teratasi

P:
Intervensi
dilanjutkan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan kepada anak An.A didapatkan data subjektif
yaitu ibu klien mengatakan anaknya BAB 5x perhari dengan konsistensi feses cair
dan nafsu makan menurun. Dan diagnosa keperawatan yang muncul setelah
dilakukan pengkajian yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan
output yang berlebihan (Diare), intervensi yang dapat dilakukan yaitu klien dapat
memenuhi asupan oral secara adekuat sehingga pemenuhan cairan dan nutrisi
terpenuhi dan implementasi yang telah dilakukan adalah mengobservasi tanda-
tanda vital, dan memantau input dan output yang berlebihan dan setelah
dilaksanakan evaluasi selama 3 hari masalah keperawatan sebagian teratasi karena
klien belum mampu mencukupi aupan kebutuhan cairan dan nutrisi secara
adekuat.

3.2. Saran
a. Bagi Instansi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan agar lebih banyak menyediakan buku yang
berhubungan dengan kekurangan volume cairan pada diare sebagai bahan
bacaan bagi mahasiswa guna meningkatkan kualitas pendidikan bagi
mahasiswa khususnya mahasiswa Sarjana Terapan Keperawatan
b. Bagi Praktik Keperawatan
Para praktisi keperawatan dapat meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan pada klien dengan prioritas masalah kekurangan volume cairan.
c. Bagi Mahasiswa
Agar menggali lebih dalam lagi ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
kekurangan volume cairan.
d. Bagi Penulis
Penulis berharap bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya pada
pasien dengan kekurangan volume cairan.
Daftar
Pustaka
Asmadi, (2008). Teknik Prosedur Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien . Jakarta: Salemba Medika.

Brunner & Suddarth. (2000). Keperawatan Medikal Bedah. ECG.


Doenges. ME. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: ECG

Hidayat, AA. (2016). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba


Medika.

Muralitharan & Pette. (2015). Dasar_Dasar Patofisiologi Terapan. Jakarta: Bumi


Medika.

Nursalam dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak ( untuk perawat dan
bidan).Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik Edisi 4. Volume 2. Jakarta: ECG.

Suratum & Lusiana. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta : TIM.

Tarwotoh & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson dkk. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan: dengan diagnosa


NANDA, Intervensi NIC, Dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta : ECG.

Anda mungkin juga menyukai