Anda di halaman 1dari 6

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP UMKM DI

INDONESIA

Semenjak adanya pandemi Covid-19, ada banyak sektor-sektor ekonomi di Indonesia ini
yang terpengaruhi dan menurun. Dampak pandemi Covid-19 ini sangat terasa pada sektor Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dengan adanya keadaan yang terus berlanjut seperti ini
selama satu tahun belakangan ini mengakibatkan banyak pengusaha UMKM yang gulung tikar
karena sepinya pembeli. Mereka juga tidak bisa melanjutkan bisnisnya karna kesulitan modal
dan turunnya penjualan.

UMKM menjadi penyumbang terbesar terhadap PDB

Dalam situasi krisis seperti ini, sektor ekonomi dalam UMKM sangat perlu mendapat
perhatian khusus dari pemerintah karena merupakan penyumbang tersbesar PDB dan dapat
menjadi andalan dalan mensubstitusi produksi barang konsumsi. UMKM menyerap 96,9 persen
dari total tenaga kerja dan menyumbang sebesar 60,34 persen terhadap produk domestik bruto
(PDB) Indonesia.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) :

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha milik
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini. Usaha mikro memiliki kriteria asset maksimal 50 juta dan omzet sebesar 300
juta.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha kecil memiliki kriteria asset
sebesar 50 juta sampai dengan 500 juta dan omzet sebesar 300 juta sampai dengan 2,5
miliar.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh perseorangan atau badan usaha yang merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha menengah
memiliki kriteria asset sebesar 500 juta sampai dengan 10 miliar dan omzet sebesar 2,5
miliar sampai dengan 50 miliar.
Contoh sektor UMKM yang terpengaruh dengan Covid-19

Sebenarnya perkembangan UMKM di Indonesia ini cukup baik, jika dilihat dari segi
jumlah unit usaha maupun jumlah tenaga kerja dalam rangka mengurangi banyaknya
pengangguran yang menyebar di banyak wilayah. Dengan jumlah pangsa sekitar 99,99 persen
(62,9 juta unit) dari total pelaku usaha di Indonesia (2017), sementara usaha besar hanya
sebanyak 0,01 persen atau sekitar 5.400 unit. Usaha Mikro menyerap sekitar 107,2 juta tenaga
kerja (89,2 persen), usaha kecil 5,7 juta (4,74 persen), dan usaha menengah 3,73 juta (3,11
persen),sementara usaha besar menyerap sekitar 3,58 juta jiwa. Artinya, secara gabungan
UMKM menyerap sekitar 97 persen tenaga kerja nasional, sementara Usaha besar hanya
menyerap sekitar 3 persen dari total tenaga kerja nasinal. Ini sudah menunjukkan bahwa UMKM
sangatlah berperan penting dalam perekonomian negara.

Jika melihat kondisi usaha saat ini(tahun 2020) menurut survey yang bersumber dari
Katadata Insight Center (KIC) menyatakan kondisi usaha buruk/sangat buruk meningkat sebesar
56,8 persen dibandinng yang semula hanya sebesar 1,0 persen. Kondisi usaha biasa saja juga
meningkat sebesar 29,1 persen dari yang semula haya 6,3 persen. Dan kondisi usaha baik/sangat
baik menurun, yang semula 92,7 persen menjadi 14,1 persen.

Sehingga dapat disimpulkan terdapat berbagai dampak dari kondisi saat adanya pandemi
Covid-19, menurut Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian RI ada beberapa dampak
yang timbul, yakni:

a. Penurunan permintaan dan turunnya penjualan


b. Penurunan kegiatan, kesulitan sampai dengan penutupan usaha (sementara/tetap)
c. Distribusi terhambat
d. Kesulitan bahan baku
e. Kesulitan mendapatkan permodalan usaha

Sejak munculnya virus Covid-19 tahun 2019 lalu dengan penyebaran yang cepat ke seluruh
dunia, dampak-dampak perlambatan atau penurunan ekonomi global mulai dirasakan dalam
negeri. Dampak-dampak ini menimbulkan efek yang sangat berarti dalam perekonomian
Indonesia. Contoh dampak Covid-19 pada sektor UMKM di Indonesia seperti berikut:

1. Dampak pada omzet penjualan


Penyebab terjadinya penurunan ini disampaikan oleh LIPI sebagai dipengaruhi oleh
keputusan 58,8 persen UMKM untuk penurunan harga produk dan jasanya untuk tujuan
mempertahankan usaha sehingga keuntungan turun lebih dari 75 persen.
2. Dampak pada permodalan
Menurut penjelasan Mentri Koperasi dan UMKM yang disampaikan pertengahan
Agustus 2020, bahwa 40 persen UMKM telah gulung tikar sebagai imbas sulit
mendapatkan modal kembali akibat pandemi Covid-19.Angka ini muncul sebagai 2
faktor, yaitu;
a. Tutup karena tidak bisa mendistribusikan produk barang atau jasa.
b. Tutup karena alasan mematuhi perintah PSBB dan penjarakan sosial.
3. Dampak pada distribusi
Riset dari Kemenkop UMKM melaporkan bahwa sebanyak 20,01 persen UMKM
mengaku mengalami hambatan distribusi akibat kebijakan PSBB.Ceruk penurunan akibat
PSBB ini juga terjadi pada permintaan produk dan dialami oleh total 22,90 persen
UMKM.
4. Dampak terhadap unit kerajinan dari kayu dan rotan berada di angka 17,03 persen. Untuk
usaha kecil di sektor kerajinan kayu dan rotan 1,77 persen dan usaha menengah 0,01
persen. Sementara itu, konsumsi rumah tangga juga akan terkoreksi antara 0,5 persen
sampai 0,8 persen.
5. Dampak terhadap sektor pariwisata
Berdasarkan data yang diolah P2E LIPI, dampak penurunan pariwisata terhadap UMKM
yang bergerak di bidang makanan dan minuman mikro mencapai 27 persen. Sedangkan
dampak terhadap usaha kecil makanan dan minuman sebedar 1,77 persen, dan usaha
menengah di angka 0,07 persen.
Ketua Bali Tourism Board (BTB)/Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali,
Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan telah terjadi 40.000 pembatalan hotel dan
kerugian mencapai Rp1 miliar setiap bulannya.

UMKM pada sektor pertanian justru yang paling bertahan terhadap pandemi sebesar 41,5 persen
(menurut BI).

Dampak pandemi Covid-19 terhadap omzet usaha

Katadata Insight Center (KIC) melaporkan adanya perubahan omzet usaha akibat dampak
pandemi Covid-19 dimana sebanyak 63,9 persen para pelaku usaha mendapat penurunan omzet
usaha lebih dari 30 persen dan sebesar 31,7 persen para pelakun usaha mendapati penurunan
kurang dari 30 persen. Sebanyak 2,2 persen yang mengalami kenaikan omzet kurang dari 30
persen dan terdapat 1,6 persen yang mendapati peningkatan omzet usaha lebih dari 30 persen.
Dan sisanya terdapat 0,6 persen yang tidak mendapati perubahan signifikan terkait omzet
usahanya.

Kebijakan Pemerintah dalam usaha mendorong pemeberdayaan UMKM di Indonesia


dalam masa pandemi

Dampak wabah virus Covid-19 menyebar hampir ke seluruh sektor industri. Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) pun menyatakan bahwa untuk meredam dampak industri Covid-19 semakin
meluas, perbankan akan memberikan keringanan pembayaran utang bagi pengusaha sektor
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso
mengatakan, keringanan tersebut bisa berupa menunda pembayaran poko utang dengan
mendahulukan pembayaran bunga kredit. Dalam mengatasi sektor pariwisata pun pemerintah
berencana menggelontorkan dana sebesar Rp298,5 miliar untuk mendongkrak sekor wisata.
Sekitar Rp73 miliar akan digunakan Kementrian Pariwisata untuk menggandeng sejumlah
influencer atau pemengaruh asing di sosial media yang bisa memepromosikan Indonesia. Sisanya
akan digunakan sebagai intensif maskapai dan agen travel, promosi, serta kegiatan periwisata.
Walaupun langkah ini juga menuai banyak kritik dari masyarakat karena dikhawatirkan akan
membuka pintu penularan Covid-19. Pemerintah juga melakukan penambahan untuk hari cuti
bersama dan berharap pada penambahan hari cuti ini dapat menjadi stimulus agar usaha
pariwisata meningkat.

Terdapat sebanyak lima rumusan yang telah dirumuskan oleh pemerintah dalam langkah
penyelesaian masalah UMKM yang sedang melemah di tengan pandemi Covid-19:

Kebijakan pertama, UMKM dalam mendapatkan bantuan sosial, maka 98 persen pelaku usaha
dimasukkan ke dalam kelompok miskin.

Kebijakan kedua, pembiayaan bunga dan cicilan agar masuk ke dalam program restrukturisasi
penundaan cicilan 6 bulan. Ketidaksanggupan dalam membayar cicilan, bunga serta cashflow
menjadi permasalahan sebagian besar UMKM.

Kebijakan ketiga, menggunakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai pembayaran UMKM.
Airlangga Hartato selaku Menko Perekonomian menjelaskan bahwa KUR ini didorong untuk
semua sektor, akan tetapi lebih difokuskan untuk membangun KUR berbasis kelompok atau
klaster karena lebih efisien untuk perekonomian.

Kebijakan keempat, mendorong pembelanjaan pemerintah dengan memprioritaskan produk


UMKM. Teten Masduki selaku Menkop UMKM mengatakan bahwa Kementrian Koperasi UKM
mengadakan kerjasama dengan Lembaga Pengadaan Barang/Jasa (LKPP). Potensi nilai paket
pengadaan pemerintah bagi pelaku usaha kecil tahun 2020 sebesar Rp3211 triliun dari total
rencana pegadaan pemerintah sebesar Rp738 triliun.

Kebijakan kelima, UMKM mampu mengembangkan beragam ide, inovasi, dan beradaptasi
dengan pasar baru. Faktanya, hanya sebesar 13 persen dan terhitung 8 juta pelaku UMKM yang
melakukan pengembangan ide, inovasi, dan beradaptasi dengan pasar baru melalui berbgai
platform digital atau secara online, sementara 87 persen lainnya masih memasarkan secara
offline.

Dalam situasi seperti ini, UMKM harus melihat peluang yang ada di tengah kesulitan,
karena UMKM juga bisa mendapatkan kepastian, kesempatan, perlindungan, dan berusaha ssbisa
mungkin. Kita sebagai yang terdampak juga dari Covid-19 ini harus bisa menjadikan pandemi
sebagai peluang entrepreneur yang bisa berdamai dengan kondisi sekarang.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.nu.or.id/post/read/123247/dampak-pandemi-covid-19-terhadap-umkm-di-indonesia

https://katadata.co.id/happyfajrian/finansial/5f4b214b6b090/ekonomi-mulai-pulih-menko-
airlangga-yakin-pertumbuhan-2020-bisa-0-25

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

https://www.cnbcindonesia.com/entrepreneur/20201126200053-25-205012/putri-tanjung-
beberkan-dampak-pandemi-terhadap-umkm-ri

Anda mungkin juga menyukai