Anda di halaman 1dari 4

Implementasi Kebijakan Ekonomi Pembangunan dan Berkelanjutan di Indonesia

Dalam pembangunan nasional, sejakawal orde lama dan terutama sejak orde
barudan sampai saat ini di era reformasi,pembangunan di Indonesia selalu
menitikberatkan kepada pembangunan ekonomi,sebagai upaya untuk mempercepat
pertum-buhan ekonomi dan kesejahteraan masya-rakat. Dengan pendekatan
konvensional,kosekuensi logis yang terjadi adalah bahwakeberhasilan pembangunan
ekonomi tersebuttelah berdampak negatif terhadap lingkungan.Kesadaran akan dampak
lingkungan akibatpembangunan tersebut sebenarnya telah ada.Hal initercermin dari
adanya kementerianyang menangani lingkungan seperti Kemen-trian Negara Lingkungan
Hidup pada era OrdeBaru. Kepedulian akan adanya dampaklingkungan dituangkan
dengan adanya kewa-jiban analisis dampak lingkungan (Amdal)pada berbagai izin
pelaksanaan proyek pem-bangunan, termasuk pembangunan fisik padasektor pertanian.
Walaupun dalam pelaksana-annya seringkali masih terjadi masalahlingkungan yang
timbul akibat dari pemba-ngunan berbagai proyek yang kurang sesuaidengan daya dukung
alam.

Kepedulian Indonesia terhadap masa-lah lingkungan juga tercermin dari


komitmenIndonesia untuk ikut melaksanakan beberapapertemuan dan agenda Internasional
berkaitandengan penyelamatan lingkungan sepertihalnya Agenda 21, Rio de Janeiro
dan KTTBumi 10, Johannesburg. Namun demikianberbagai kerusakan lingkungan sumber
dayaalam tersebut adalah merupakan cerminandari belum konsistennya pemerintah
danmasyarakat Indonesia terhadap komitmenAgenda 21 tentang SARD (KTT Rio
deJaneiro, 1992) dan kesepakatan dalampertemuan KTT Bumi 10
diJohannesburg,2002sertaKonferensi Nasional PembangunanBerkelanjutan-KNPB,2004.
Terdapat tiga subbutir tentang pertanian berkelanjutan hasilKNPB yang belum
dilaksanakan secara opti-mal kaitannya dengan kerusakan lingkungantersebut, yaitu:

a) meningkatkan pendapatandan kesejahteraan pelaku pertanian;

b)menyediakan akses pada sumber daya per-tanian bagi masyarakat dengan


penataansistem penguasaan dan kepemilikan;

c) meningkatkan produktivitas lahan danmedia lingkungan serta merehabilitasi tanah-


tanah rusak untuk meningkatkan produksipangan dalam rangka ketahanan
pangandengan tetap berpihak pada petani.

Penerapan pertanian konvensionalyang dilakukan masa lalu pada awal


memangmampu meningkatkan produktivitas dan pro-duksi pertanian terutama pangan
secaranyata, namun kemudian efisiensi produksisemakin menurun karena pengaruh
umpanbalik berbagai dampak samping yang merugi-kan tersebut di atas. Praktek
pertaniankonvensional secara terus menerus telahmeningkatkan penggunaan bahan kimia
yangtidak ramah lingkungan dan secara langsungberdampak kepada degradasi lahan
danlingkungan serta menurunkan kualitas hasilproduksi pertanian. Dalam kaitan
tersebut,Untung (2006) mengidentifikasi dampak daripraktek pembangunan pertanian
konvensionalyang selama ini, yaitu : (a) peningkatan erosipermukaan, banjir dan tanah
longsor; (b)penurunan kesuburan tanah; (c) kehilanganbahan organik tanah; (d) salinasi air
tanah danirigasi serta sedimentasi tanah; (e)peningkatan pencemaran air dan tanah
akibatpupuk kimia, pestisida, limbah domestik; (f)eutrifikasi badan air; (g) residu pestisida
danbahan-bahan berbahaya lain di lingkungan danmakanan yang mengancam kesehatan masya-
rakat dan penolakan pasar; (h) pemerosotankeanekaragaman hayati pertanian,
hilangnyakearifan tradisional dan budaya tanaman lokal;(i) kontribusi dalam proses
pemanasan global;(j) peningkatan pengangguran; (k) penurunanlapangan kerja,
peningkatan kesenjangansosial dan jumlah petani gurem di perdesaan;(l) peningkatan
kemiskinan dan malnutrisi diperdesaan; (m) ketergantungan petani padapemerintah dan
perusahaan/industri agrokimia.

Sejalan dengan yang diuraikan di atas,Sihotang, (2010) secara khusus


menekankantentang aspek pencemaran dan kerusakan dilingkungan pertanian dapat
disebabkan karenapenggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida)yang tidak proporsional.
Dampak negatif daripenggunaan agrokimia antara lain berupapencemaran air, tanah, dan
hasil pertanian,gangguan kesehatan petani, menurunnya ke-anekaragaman hayati.
Penggunaan pestisidayang berlebih dalam kurun yang panjang, akanberdampak pada
kehidupan dan keberadaanmusuh alami hama dan penyakit, dan jugaberdampak pada
kehidupan biota tanah. Halini menyebabkan terjadinya ledakan hamapenyakit dan
degradasi biota tanah. Peng-gunaan pupuk kimia yang berkonsentrasitinggi dan dengan
dosis yang tinggi dalamkurun waktu yang panjang menyebabkanterjadinya kemerosotan
kesuburan tanahkarena terjadi ketimpangan hara atau keku-rangan hara lain, dan semakin
merosotnyakandungan bahan organik tanah. Penanamanvarietas padi unggul secara mono
kultur tanpaadanya pergiliran tanaman, akan memper-cepat terjadinya pengurasan hara
sejenisdalam jumlah tinggi dalam kurun waktu yangpendek. Hal ini kalau dibiarkan terus
menerustidak menutup kemungkinan terjadinya defi-siensi atau kekurangan unsur hara
tertentudalam tanah.Permasalahan yang dihadapi dalamkaitan pembangunan pertanian ke
depanmerupakan masalah yang kompleks, antaralain mengupayakan
pencapaianMilleniumDevelopment Goals (MDG’s) yang mencakupangka kemiskinan,
pengangguran, dan rawanpangan, menciptakan kebijakan harga (pricingpolicies) yang
proporsional untuk produk-produk pertanian khusus, memperkuatkemampuan untuk bersaing
di pasar globalserta mengatasi pelemahan pertumbuhanekonomi akibat krisis global,
memperbaiki citrapetani dan pertanian agar kembali diminatigenerasi penerus,
memperkokoh kelembaga-an usaha ekonomi produktif di perdesaan,menciptakan sistem
penyuluhan pertanianyang efektif, dan memenuhi kebutuhanpangan, serta
mengembangkan komoditasunggulan hortikultura, peternakan, dan perke-bunan. Untuk
pencapaian tersebut pemba-ngunan pertanian dihadapkan kepada ber-bagai persoalan
sebagaimana dirumuskandalam Renstra Kemtan 2010-2014, yaitu: (a)kerusakan
lingkungan dan perubahan iklim, (b)infrastruktur, (c) sarana prasarana, (d) lahandan air; (e)
kepemilikan lahan; (f) sistemperbenihan dan perbibitan nasional; (d) aksespetani terhadap
permodalan,(e) kelembagaanpetani dan penyuluh; (f) ketahanan pangandan energi; (g) Nilai
Tukar Petani (NTP); (h)keterpaduan antar sektor, (Renstra Kemen-terian Pertanian 2010-
2014, 2010).

Dengan memperhatikan berbagai ma-salah sumber daya dan lingkungan


pertanianyang terjadi serta adanya tekanan dantuntutan dari berbagai pihak, semakin
menim-bulkan kesadaran pemerintah akan pemba-ngunan pertanian berkelanjutan.Untuk
itudalam rencana strategis Kementrian Pertani-an (Renstra Kemtan) tahun 2010–
2014aspek inimendapat perhatian. Hal initercermin dari butir butir komponen
(RenstraKemtan 2010–2014 yang mengakomodasikanbutir butir dari agenda 21 Rio de Janeiro,
1992dan Kongres Nasional Pembangunan Ber-kelanjutan 2004, sebagaimana tertuang
dalamTabel 1. Dalam Renstra Kemtan 2010-1014minimal terdapat 10 butir komponen
yangsearah dengan komitmen yang dihasilkandalam Agenda 21 Rio de Janeiro, 1992
danKongres Nasional Pembangunan Berkelan-jutan 2004, yaitu yang berkaitan dengan :
(1)meningkatkan pendapatan dan kesejahteraanpetani; (2) menciptakan
keseimbanganekosistem pertanian yang mendukung keber-lanjutan peningkatan produksi;
(3) pencapaianswasembada dan swasembada berkelanjutan;(4) menjadikan petani kreatif,
inovatif dandapat memanfaatkan iptek dan sumber dayalokal; (5) penataan regulasi lahan
pertanian,pengembangan areal sertaoptimalisasi penggunaan lahan terlantar; (6)
peningkatanperlindungan dan pendayagunaan plasmanutfah nasional; (7) peningkatan
SDM per-tanian dan kelembagaan pertanian, termasukalih pengetahuan dan keterampilan
pertanianberkelanjutan; (8) penguatan akses petaniterhadap pasar dan permodalan
bungarendah; (9) perbaikan dan pengembanganinfra struktur pertanian (irigasi, embung,
jalandesa, dan jalan usaha tani); (10) peningkatandiversifikasi pangan.

Sebagaimana dikemukakan dimukapembangunan berkelanjutan bukan


hanyabertumpu pada aspek lingkungan hidupsemata, tetapi juga pada
pembangunanekonomi dan sosial, yang satu sama lainsaling berkaitan. Dalam kaitan
itu, makaimplementasi pembangunan pertanian berke-lanjutan bukan hanya tugas dari
KementerianPertanian atau Kementerian Lingkungan Hidupsaja namun juga terkait dengan
institusi yangluas. Sayangnya justru dalam koordinasi dankerjasama antar instansi dan
antar sektormerupakan titik lemah pelaksanaan pemba-ngunan kita selama ini, sehingga
harus adakomitmen politik yang kuat agar baik pem-bangunan ekonomi dan sosial sudah
dapatmengintegrasikan aspek lingkungan secarautuh.Salah satu penyebab kegagalan
dalamimplementasi pembangunan berkelanjutanadalah pendekatan penerapan secara
sektoraldan parsial. Pendekatan yang egosektoraltersebut mengakibatkan banyak
komitmenIndonesia pada banyak konvensi dan kese-pakatan internasional tidak dapat
dilaksanakansecara penuh di lapangan. Pendekatanegosektoral tersebut juga yang
menyebabkandalam era persaingan global saat ini,Indonesia selalu ketinggalan dan
belum mem-perlihatkan komitmen tinggi terhadap berbagaikesepakatan global.
Pembangunan Pertani-an Berkelanjutan mengharuskan penerapansecara terpadu, lintas
sektoral dan lintasdisiplin ilmu, baik pada tingkat pusat dan/ataudaerah.

Otonomi daerahpada pemerintahankabupaten/kota ataupun di tingkat


provinsi,dengan segala kekuasaannya juga nampak-nya akan sangat efektif mendukung
pelak-sanaan pembangunan pertanian berkelanjutanyang berbasis konsep, program serta
strategipencapaian program tersebut di tingkatdaerah. Karena bagaimanapun otonomi
dae-rah dapat dijadikan payung kekuatan untukmelakukan sinergisitas program-
programsecara lintas sektoral, mengingat implementasikegiatan pembangunan pertanian
berkelan-jutan masih memerlukan dukungan keterkaitandari berbagai sektor yang terkait,
dalam ke-rangka kebijakan Perencanaan PembangunanDaerah yang lebih holistik.Ditingkat
nasional, sinergisitas konsep,program serta startegi pencapaian pemba-ngunan
berkelanjutan dan juga pembangunanpertanian berkelanjutan, secara bersama-sama
dijadikan program terpadu diantaraberbagai sektor pembangunan, dalam hal inimelalui
koordinasi berbagai lembaga kemen-terian yang ada dan sekaligus terkait denganprogram
pembangunan nasional. Sehinggaprogram pembangunan berkelanjutan
maupunpembangunan pertanian berkelanjutan dapatdilaksanakan, sesuai dengan ketentuan
yangsudah disepakati secara internasional, seba-gaimana yang tertuang dalamAgenda 21.

DAFPUS

https://adoc.pub/konsep-dan-implementasi-pembangunan-pertanian-berkelanjutan-.html

https://media.neliti.com/media/publications/70029-ID-konsep-dan-implementasi-pembangunan-
pert.pdf

Anda mungkin juga menyukai