Anda di halaman 1dari 36

Accelerat ing t he world's research.

C. Data dan Sumber Data D. Teknik


Pengumpulan Data E. Validitas Data
F. Teknik Analisis Data G. Indikator
Kinerja
Sardi Aras

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

3. PS - PT K
Kendek Londong

PENELIT IAN T INDAKAN KELAS (CLASSROOM ACT ION RESEARCH)


Muhammad Djajadi

Meningkat kan Profesionalisme Guru melalui Penelit ian T indakan Kelas


Ridwan A Sani
MODUL
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU
(PLPG)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh :
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.

PANITIA SERTIFIKASI GURU


RAYON 113 UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
MATERI PELATIHAN

A. Ihwal Penelitian Tindakan Kelas


1. Konsep Dasar PTK
Untuk mengetahui konsep penelitian tindakan kelas (PTK)—yang di dalam
bahasa Inggris disebut classroom action research (CAR)—secara jelas perlu
dikemukakan sejumlah batasan tentang penelitian tersebut. Dave Ebbutt,
sebagaimana dikutip Hopkins (1993), menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah
kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan oleh
sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis yang mereka lakukan dan melalui
refleksi atas hasil tindakan tersebut.
Suharsimi Arikunto (2006) menjelaskan frasa penelitian tindakan kelas dari
unsur kata pembentuknya, yakni penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian mengacu
pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara atau aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
Tindakan mengacu pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu. Dalam penelitian tindakan kelas tindakan itu berbentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk siswa. Kelas mengacu pada pengertian yang tidak terikat pada ruang
kelas, tetapi pada pengertian yang lebih spesifik. Istilah kelas mengacu pada
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari
guru yang sama. Kelas bukan wujud ruang, tetapi sekelompok peserta didik yang
sedang belajar. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dapat dilakukan tidak
hanya di ruang kelas, tetapi di mana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok
anak belajar. Pembelajaran dapat terjadi di laboratorium, di perpustakaan, di lapangan
olahraga, di tempat kunjungan, atau tempat lain.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa dalam kegiatan penelitian tindakan,
guru merupakan faktor utama yang harus memainkan perannya secara baik. Guru
dituntut memiliki kepekaan terhadap setiap permasalahan dalam proses belajar

2
mengajar. Tanpa kepekaan itu guru sulit menemukan permasalahan yang layak untuk
diteliti atau diperbaiki. Dan jika itu yang terjadi, maka sulit bagi guru untuk
memperbaiki kinerjanya, terlebih memperbaiki sistem yang ada.
Menurut Hopkins (1993), PTK memiliki karakteristik sebagai berikut (1)
perbaikan proses pembelajaran dari dalam (an inquiry om practice from within); (2)
usaha kolaboratif antara guru dan dosen (a collaborative effort between scholl
teachers and teacher educators); dan (3) bersifat fleksibel (a reflective practice made
public).
Secara umum, menurut Rochman Natawidjaya (1977) tujuan penelitian
tindakan kelas adalah sebagai berikut: (1) untuk menanggulangi masalah atau
kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga
kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan
pengembangan materi pengajaran; (2) untuk memberikan pedoman bagi guru atau
administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan meningkatkan mutu
kinerja atau mengubah sistem kerjanya agar menjadi lebih baik dan produktif; (3)
untuk melaksanakan program latihan, terutama pelatihan dalam jabatan guru, yaitu
sebagai salah satu strategi pelatihan yang bersifat inkuiri agar peserta lebih banyak
menghayati dan langsung menerapkan hasil pelatihan tersebut; (4) untuk
memasukkan unsur-unsur pembaruan dalam sistem pembelajaran yang sedang
berjalan dan sulit untuk ditembus oleh pembaharuan pada umumnya; (5) untuk
membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara praktisi (guru)
dengan para peneliti akademis; dan (6) untuk perbaikan suasana keseluruhan sistem
atau masyarakat sekolah, yang melibatkan administrasi pendidikan, guru, siswa,
orang tua, dan pihak lain yang bersangkutan dengan pihak sekolah.
Apabila tujuan-tujuan di atas dapat dicapai, maka guru akan memperoleh
sekurang-kurangnya empat manfaat penting dari pelaksanaan PTK. Manfaat PTK
meliputi (1) Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran; (2) Guru dapat
meningkatkan kemampuan reflektifnya dan mampu memecahkan permasalahan
pembelajaran yang muncul; (3) Melalui PTK guru akan terlatih untuk

3
mengembangkan secara kreatif kurikulum di kelas atau sekolah; dan (4) Kemampuan
reflektif guru serta keterlibatan guru yang dalam terhadap upaya inovasi dan
pengembangan kurikulum pada akhirnya akan bermuara pada tercapainya
peningkatan kemampuan profesionalisme guru.
Berdasarkan pendapat di atas secara ringkas dapat disenaraikan prinsip PTK
yaitu (1) Tidak mengganggu komitmen mengajar; (2) Tidak terlalu menyita waktu;
(3) Masalah nyata dihadapi guru; (4) Dimulai dari hal-hal yang sederhana; (5)
Metodenya andal, yaitu identifikasi dan rumusan hipotesis → meyakinkan dan
strategi dapat diterapkan di kelas; (6) Pilihan tindakan dapat dilaksanakan; (7) Terikat
oleh waktu (terencana); (8) Konsisten terhadap prosedur etika; (9) Berorientasi pada
perbaikan masalah; (10) Proses belajar sistematik; (11) Guru perlu membuat jurnal
untuk mencatat perubahan; dan (12) Guru memiliki kemampuan reflektif.
Kegiatan belajar mengajar tidak mungkin terjadi hanya semata-mata karena
ada unsur siswa dan guru. Kegiatan yang mereka lakukan tentu didasarkan pada
tujuan tertentu yang telah ditetapkan dan untuk mencapai tujuan itulah diperlukan
sejumlah komponen pembelajaran lainnya. Guru dan siapapun yang terlibat dalam
proses pembelajaran harus memandang sesuatu selalu dalam keseluruhan dan dalam
kaitan dengan unsur lain.. Komponen-komponen dari sebuah kelas adalah (1) siswa, (2)
guru, (3) materi pelajaran, (4) media pembelajaran, (5) lingkungan pembelajaran,
dan (6) manajemen sekolah, dan (7) hasil belajar. Dengan demikian, objek
pengamatan dalam penelitian tindakan kelas tidak harus selalu ketika proses
pembelajaran sedang berlangsung karena kelas bukan ruang, tetapi sekelompok
siswa.

4
B. Tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas
Terdapat beberapa model penelitian tindakan yang diusulkan oleh sejumlah
tokoh, seperti model Kemmis dan McTanggart, model Elliot, model Ebbutt, dan
model McKernan. Model-model tersebut dikembangkan dari pemikiran Kurt
Lewin—orang yang dianggap sebagai penggagas awal penelitian tindakan. Kurt
Lewin (dalam McNiff, 1992: 22) mengambarkan penelitian tindakan sebagai
serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap,
yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting). Langkah-langkah itu dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

planning

reflecting acting

observing

Gambar 2. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas

Tahap-tahap di atas, yang membentuk satu siklus, dapat dilanjutkan ke siklus


berikutnya dengan rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi ulang berdasarkan
hasil yang dicapai pada siklus sebelumnya. Jumlah siklus dalam suatu penelitian
tindakan bergantung pada apakah permasalahan penelitian yang dihadapi sudah dapat
dipecahkan. Pengembangan terhadap model dasar tersebut dapat dilihat pada Gambar
2 di bawah ini.

5
ModelPTK
Model PTK(pengembangan)
(pengembangan)
pengembangan)
pengembangan)

plan plan

reflect act reflect act dst.


observe observe

Gambar 3. Model Dasar Penelitian yang Dikembangkan

2. Penetapan Fokus Masalah Penelitian


a. Merasakan Adanya Masalah
Hal yang sangat diperlukan agar Anda dapat menerapkan PTK sebagai upaya
memperbaiki dan/atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih profesional,
Anda dituntut untuk berani mengatakan secara jujur mengenai beberapa sisi lemah
yang masih terdapat dalam implementasi program pembelajaran yang Anda kelola.
Dengan kata lain, Anda harus mampu merefleksi, merenung, berpikir balik, mengenai
apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangka
mengidentifikasikan sisi-sisi lemah yang mungkin ada. Dalam proses perenungan itu,
terbuka peluang bagi Anda untuk menemukan kelemahan-kelemahan praktik
pembelajaran yang selama ini mungkin Anda lakukan secara tanpa Anda sadari.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa permasalahan yang Anda angkat
dalam PTK harus benar-benar merupakan masalah-masalah yang Anda hayati sebagai
guru dalam praktik pembelajaran, bukan praktik yang disarankan, apalagi ditentukan
oleh pihak luar termasuk oleh kepala sekolah yang menjadi mitra. Permasalahan
tersebut dapat berangkat (bersumber) dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum,
interaksi pembelajaran, dan hasil belajar siswa.

6
b. Identifikasi Masalah PTK
Sebagaimana telah dijelaskan, penetapan arah PTK berangkat dari diagnosis
terhadap keadaan yang bersifat umum. Anda pun dapat memulai proses penemuan
permasalahan dengan bertolak pada gagasan-gagasan yang masih bersifat umum
mengenai keadaan yang perlu diperbaiki. Menurut Hopkins (1993), untuk mendorong
pikiran-pikiran dalam mengembangkan fokus PTK, kita bisa bertanya kepada diri
sendiri, misalnya:
(1) Apa yang sedang terjadi sekarang?
(2) Apakah yang sedang terjadi itu mengandung permasalahan?
(3) Apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasinya?

Pada tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan


awal mengenai permasalahan aktual yang Anda alami sebagai guru di kelas. Dengan
berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut, Anda dapat berbuat sesuatu untuk
memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK. Masalah yang Anda rasakan atau
pernah Anda alami dapat Anda catat. Masalah dapat berasal dari guru, siswa, bahan
ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran, hasil belajar, media, dan sebagainya.
Sering dijumpai betapa tidak mudahnya mengidentifikasi permasalahan. Jika
hal ini terjadi, Anda dapat meminta bantuan pada sesama guru, berdiskusi dengan
dosen mitra dan/atau melacak sumber-sumber kepustakaan yang relevan.

c. Analisis Masalah
Setelah identifikasi masalah dapat dilakukan, Anda sebagai peneliti—secara
individu atau bermitra dengan guru lain—melakukan analisis terhadap masalah-
masalah tersebut untuk menentukan urgensi pengatasan. Dengan kegiatan tersebut
akan dapat ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi. Tidak perlu
ditekankan lebih kuat lagi bahwa analisis masalah perlu dilakukan secara cermat
sebab keberhasilan pada tahap analisis masalah akan menentukan keberhasilan

7
keseluruhan pelaksanaan PTK. Jika PTK berhasil dilaksanakan dengan membawa
kemanfaatan yang dapat Anda rasakan dan dapat dirasakan pula oleh sekolah
(intrinsically rewarding), keberhasilan ini akan menjadi motivasi bagi Anda untuk
meneruskan usaha di masa-masa yang akan datang. Di samping itu, temuan-temuan
yang dihasilkan melalui PTK itu akan menarik bagi guru lain yang belum mengikuti
program PTK untuk juga mencoba melaksanakannya.

d. Perumusan Masalah
Setelah menetapkan fokus permasalahan serta menganalisisnya menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil, selanjutnya Anda perlu merumuskan permasalahan
secara lebih jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan
membuka peluang bagi Anda untuk menetapkan tindakan perbaikan (alternatif solusi)
yang perlu dilakukannya, jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur
perekamannya serta cara menginterpretasikannya, khususnya yang perlu dilakukan
sementara tindakan perbaikan dilaksanakan dan data mengenai proses dan/atau
hasilnya itu direkam. Di samping itu, penetapan tindakan perbaikan yang akan
dilakukan itu juga memberikan arahan kepada Anda untuk melakukan berbagai
persiapan termasuk yang berbentuk pelatihan guna meningkatkan keterampilan untuk
melakukan tindakan perbaikan yang dimaksud.

3. Perencanaan Tindakan
a. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
Alternatif tindakan perbaikan juga dapat dilihat sebagai hipotesis dalam arti
mengindikasikan dugaan mengenai perubahan dalam arti perbaikan yang bakal terjadi
jika suatu tindakan dilakukan. Misalnya, Jika kebiasaan membaca ditingkatkan
melalui penugasan mencari kata atau istilah serapan, perbendaharaan kata akan
meningkat rata-tara 10% setiap bulannya. Dari contoh ini, hipotesis tindakan
merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi
dengan penyelenggaraan PTK.

8
Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, Anda dapat melakukan
kegiatan berikut ini.
(1) Pengkajian teoretik di bidang pembelajaran/pendidikan.
(2) Pengkajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan.
(3) Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya.
(4) Pengkajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang dituangkan
dalam bentuk program.
(5) Perefleksian pengalaman Anda sebagai guru.

b. Analisis kelaikan hipotesis tindakan


Setelah diperoleh gambaran awal mengenai sejumlah hipotesis tindakan
saelanjutnya Anda perlu melakukan pengkajian terhadap kelaikan dan masing-masing
hipotesis tindakan itu dari segi “jarak” yang terdapat antara situasi nyata dengan
situasi ideal yang dijadikan rujukan. Jika terdapat jarak yang terlalu jauh di antara
keduanya sehingga dalam praktik akan sulit untuk mengupayakan perwujudannya,
tindakan yang dilakukan tidak akan membuahkan hasil yang optimal (Imam dkk,
2004).
Berdasarkan pada kondisi dan situasi yang dipersyaratkan perwujudannya
tindakan yang dilakukan dalam rangka PTK harus diterapkan sedemikian sehingga
masih ada dalam batas-batas kemampuan guru serta dukungan fasilitas yang tersedia
di sekolah maupun kemampuan rata-rata siswa untuk “mencernakannya”. Dengan
kata lain, sebagai aktor PTK, guru hendaknya cukup realistis dalam menghadapi
kenyataan keseharian dunia sekolah tempat ia berada dan melaksanakan tugasnya.
Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik. Itu berarti bahwa baik
proses “implementasi” tindakan yang dilakukan maupun dampak yang
diakibatkannya dapat diamati oleh guru yang merupakan aktor dalam PTK maupun
mitra kerjanya. Sebagian dan gejala-gejala yang dapat diamati itu dapat dinyatakan
dengan angka-angka namun sebagian lagi hanya dapat diberikan secara kualitatif.

9
Namun, yang paling penting gejala-gejala tersebut harus dapat diverifikasi oleh
pengamat lain, apabila diperlukan (Imam dkk., 2004).

c. Persiapan Tindakan
Sebelum PTK dilaksanakan, tim PTK perlu melakukan berbagai persiapan
sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-
langkah persiapan yang perlu ditempuh itu sebagai berikut:
(1) membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah yang dilakukan
guru di samping bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka
implementasi tindakan perbaikan yang telah direncanakan;
(2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, seperti
gambar-gambar dan alat-alat peraga;
(3) mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil
tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk pelatihan-pelatihan; dan
(4) melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji
keterlaksanaan rancangan sehingga dapat menumbuhkan serta mempertebal
kepercayaan diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya. Sebagai aktor PTK, guru
harus terbebas dari rasa takut gagal dan takut berbuat kesalahan.

4. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi


Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, sangatlah beralasan
untuk beranggapan bahwa PTK dilakukan oleh seorang guru atas prakarsanya sendiri,
meskipun memang terbuka peluang bagi pelaksana PTK secara kolaboratif itu berarti
bahwa observasi yang dilakukan oleh guru sebagai aktor PTK tidak dapat digantikan
oleh pengamat luar atau oleh sarana perekam, betapapun canggihnya.
Dengan kata lain, penyaturagaan implementasi tindakan dan observasi-
interpretasi proses dan hasil implementasi tindakan tersebut terjadi karena keduanya
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tindakan alamiah pembelajaran.

10
a. Pelaksanaan Tindakan
Jika semua tindakan persiapan telah selesai, skenario tindakan perbaikan yang
telah direncanakan itu dapat Anda laksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan
pelaksanaan tindakan perbaikan ini nmerupakan tindakan pokok dalam siklus PTK,
dan sebagaimana telah diisyaratkan di atas, pada saat yang bersamaan kegiatan
pelaksanaan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti
dengan kegiatan refleksi.
Observasi dan interpretasi memang lazim dalam konteks supervisi pengajaran,
tetapi sebagaimana diisyaratkan pada bagian terdahulu dan kembali ditekankan di
atas. PTK bukan supervisi pengajaran, meskipun memang mungkin saja dalam PTK
juga tergelar dimensi supervisi pengajaran. Dalam konteks PTK, supervisi pengajaran
yang berpeluang terjadi adalah supervisi kesejawatan (peer supervision). Dengan kata
lain, berbeda dengan konteks supervisi pada umumnya. Dalam supervisi umum, tata
hubungan bersifat subordinatif, sebaliknya dalam konteks PTK terdapat keterlibatan
dua pihak yang setara sehingga mekanisme yang tergelar lebih menyerupai interaksi
kesejawatan ( peer to peer).

b. Observasi dan Interpretasi


Observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang
terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Yang
penting dicatat pada kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam
rekaman hasil observasi. Sesuai dengan hakikat data yang dikehendaki observasi
harus dilakukan secara bersamaan dengan interpretasi. Sebagai contoh, interpretasi itu
perlu dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan observasi seperti yang
lazim diperlukan dalam mengamati dan/atau tindakan profesional Anda dalam
interaksi pembelajaran. Observasi semacam ini dinamakan observasi yang
berinferensi tinggi (high-inference observation) yang merupakan pendekatan
interpretatif dalam observasi yang digunakan dalam rangka penerapan alat penilai

11
kemampuan guru (APKG) sebagai piranti penyusunan pengumpulan data mengenai
kinerja calon guru dalam pelaksanaan PPL.

c. Diskusikan Balikan
Meskipun dirujuk supervisi klinis dalam menetapkan observasi PTK, perlu
diingat kekhasannya, yaitu observasi oleh dan untuk sejawat (Hopkins: 1993). Dalam
observasi kejawatan ini mitra pengamat dapat menggelar berbagai fungsi sesuai
dengan kebutuhan yang kontekstual, melakukan pengamatan secara umum,
memusatkan perhatian pada suatu fokus, secara langsung melakukan semacam
verifikasi kepada siswa untuk pada saat-saat yang tepat sementara kegiatan
pembelajaran berlangsung, dan/atau mencatat sesuatu kejadian penting yang mungkin
luput dari perhatian guru sebagai aktor tindakan perbaikan.
Observasi kelas akan memberikan manfaat apabila pelaksanaannya diikuti
dengan diskusi balikan (review discussion). Balikan yang terburuk adalah yang
terlalu dipusatkan pada kekurangan dan/atau kesalahan guru aktor tindakan
perbaikan, diberikan secara satu arah, yaitu dari pengamat kepada guru, yang
bertolak dari kesan-kesan yang kurang didukung data, dan/atau dilaksanakan terlalu
lama setelah observasi dilakukan (Imam dkk., 2004).

5. Analisis dan Refleksi


Salah satu ciri khas profesionalitas adalah dilakukannya pengambilan
keputusan ahli sebelum, sementara, dan sesudah tindakan layanan ahli dilaksanakan.
Dengan bermodalkan kemampuan dan wawasan kependidikan. Anda dapat membuat
rancangan pembelajaran berdasarkan serentetan keputusan situasional dengan
menggunakan apa yang telah belajar dari titik berangkat (Imam, 2004).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Imam dkk. (2004) bahwa untuk dapat melakukan
secara efektif, pengambilan keputusan sebelum, sementara, dan setelah program
pembelajaran dilaksanakan, Anda sebagai guru dan terlebih–lebih ketika juga
berperan sebagai pelaksanaan PTK, melakukan refleksi. Artinya, Anda merenungkan

12
secara intens apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, mengapa segala sesuatu terjadi
dan/atau tidak terjadi, serta menjajaki alternatif-alternatif solusi yang perlu dikaji,
dipilih, dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki. Secara
teknis, refleksi dilakukan dengan melakukan analisis dan sintesis, di samping induksi
dan deduksi. Suatu proses analitik terjadi jika objek kajian diuraikan menjadi bagian-
bagian, serta dicermati unsur-unsurnya. Sementara itu, suatu proses sintetik terjadi
apabila berbagai unsur objek kajian yang telah diuraikan tersebut dapat ditemukan
kesamaan esensinya secara konseptual sehingga dapat ditampilkan sebagai suatu
kesatuan.

a. Analisis Data
Berbeda dari interpretasi data hasil tiap observasi yang dijadikan bahan tiap
diskusi balikan sebagai tindak lanjut dan suatu observasi sebagaimana telah
digunakan sebelumnya, menurut Imam dkk. (2004), analisis data dalam rangka
refleksi setelah implementasi suatu paket tindakan perbaikan mencakup proses dan
dampak seperangkat tindakan perbaikan dalam suatu siklus PTK sebagai keseluruhan.
Dalam hubungan ini analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematik dan
rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun
jawaban terhadap tujuan PTK.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa analisis data dilakukan melalui tiga tahap,
yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses
penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian
data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses
penampilan data secara sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi tabular
termasuk dalam format matriks, representasi grafis, dan sebagainya. Penyimpulan
adalah proses pengambilan intisari dan sajian data yang telah terorganisasi tersebut
dalam bentuk pernyataan kalimat dan/atau formula yang singkat dan padat, tetapi
mengandung pengertian yang luas.

13
b. Refleksi
Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan/atau tidak
terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan oleh tindakan
perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan
langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Dengan perkataan lain,
refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam
pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka
mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam rangka pencapaian berbagai
tujuan sementara lainnya. Apabila dicermati, dalam proses refleksi tersebut dapat
ditemukan komponen-komponen sebagai berikut.

ANALISIS PEMAKNAAN PENJELASAN PENYUSUNAN


SIMPULAN

IDENTIFIKASI
TINDAK
LANJUT

Gambar 4. Proses Refleksi dalam Penelitian

6. Perencanaan Tindak Lanjut


Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah
dilaksanakan dapat mengatasi masalah yang memicu penyelenggaraan PTK atau
belum. Jika hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belum terselesaikan, maka
dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan perbaikan
sebelumnya atau, dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk
mengatasi masalah yang ada.

14
Jika masalah yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan
pengatasannya, maka PTK harus dilanjutkan pada siklus ke-2 dengan prosedur yang
sama seperti pada siklus ke-1, yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis-refleksi. Jika pada
siklus ke-2 ini permasalahannya sudah terselesaikan (memuaskan), maka tidak perlu
dilanjutkan dengan siklus ke-3. Namun, Jika pada siklus ke-2 masalahnya belum
terselesaikan, maka perlu dilanjutkan dengan siklus ke-3, dan seterusnya.

C. Penyusunan Proposal Penelitian


Kegiatan penelitian dimulai dengan membuat rencana. Rencana itu disebut
usulan penelitian atau yang lazim disebut proposal penelitian. Proposal penelitian
merupakan cetak biru (blue print) dari sebuah penelitian. Untuk dapat menyusun
proposal penelitian dengan baik perlu dipahami terlebih dahulu komponen-komponen
proposal. Proposal Penelitian Tindakan Kelas pada umumnya terdiri atas komponen-
komponen sbb.:
Judul
Pengesahan (jika perlu)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Tindakan
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
B. Subjek Penelitian

15
C. Data dan Sumber Data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Validitas Data
F. Teknik Analisis Data
G. Indikator Kinerja/Keberhasilan
H. Prosedur Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan sistematika di atas, berikut ini Anda dapat mengikuti uraian


singkat tiap-tiap komponen tersebut.

1. Judul Penelitian
Judul proposal memuat pernyataan yang jelas tentang permasalahan yang
diteliti (misal: peningkatan kemampuan menulis siswa) dan bentuk tindakan yang
akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut (misal: penerapan strategi
komposisi terkendali dan terarah). Meminjam istilah dalam penelitian kuantitatif,
permasalahan yang diteliti (Y) dan bentuk tindakan untuk mengatasi permasalahan
(X). Judul hendaknya dikemukakan secara singkat, spesifik, jelas, dan mensugesti
ketertarikan pembaca (mengorak pesona). Penjudulan yang baik akan menarik
pembaca untuk membaca lebih jauh isi proposal penelitian tersebut.

Contoh Judul PTK:


PENERAPAN STRATEGI KOMPOSISI TERKENDALI DAN TERARAH
UNTUK MENINGKATKAN KAMAMPUAN MENULIS SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Surakarta)
2. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas.
Kemukakan hal-hal yang mendorong atau argumentasi pentingnya dilakukan

16
penelitian. Mengapa sesuatu itu dipermasalahkan dan akan diteliti. Uraikan proses
yang terjadi—yang dilakukan guru atau antara guru dan guru atau antara guru dan
dosen—dalam mengidentifikasi permasalahan penelitian. Dalam bagian ini perlu
dikemukakan kondisi nyata (baik siswa maupun guru), kondisi yang seharusnya atau
diharapkan (baik siswa maupun guru), masalah nyata (adanya kesenjangan antara
kenyataan yang ada dengan kondisi yang seharusnya atau diharapkan). Kemukakan
data-data atau fakta-fakta yang ditemukan di lapangan (kelas atau sekolah), baik dari
refleksi guru itu sendiri, pengamatan terhadap kegiatan KBM, wawancara dengan
siswa atau guru, analisis berbagai dokumen yang relevan, dan sebagainya. Sejalan
dengan masalah yang telah Anda kemukakan kemukakan tindakan untuk mengatasi
masalah tersebut. Untuk lebih meyakinkan bahwa pilihan tindakan yang Anda ajukan
memiliki pijakan ilmiah sedapat mungkin cerahi dengan kerangka teoretik dari studi
pustaka.

b. Perumusan Permasalahan
Permasalahan merupakan bagian terpenting dalam sebuah proposal penelitian.
Permasalahan adalah pertanyaan (-pertanyaan) yang jawabannya ingin dikaji melalui
penelitian. Permasalahan hendaknya dirumuskan secara jelas dan rinci dan sebaiknya
dalam bentuk pertanyaan. Hendaknya diingat bahwa permasalahan yang akan dikaji
merupakan permasalahan nyata yang terdapat di kelas atau sekolah. Oleh karena itu,
variabel yang akan diakaji harus diungkapkan secara jelas dan demikian pula
hubungan antarvariabel yang dikaji. Dengan perkataan lain, dalam perumusan
masalah, hendaknya tergambar permasalahan dan tindakan yang bakal dilakukan.
Contoh:
(1) Bagaimanakah penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah untuk
meningkatkan kemampuan menulis?
(2) Apakah penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis?

17
(3) Apakah penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah dapat
meningkatkan kemampuan menulis siswa?
Penentuan permasalahan penelitian memerlukan kehati-hatian dan
kecermatan. Harus disadari oleh peneliti bahwa tidak semua masalah keilmuan yang
dihadapi dan telah diidentifikasi akan dijamin sebagai masalah yang layak dan sesuai
untuk diteliti. Peneliti perlu memperhatikan hal-hal berikut ini.
(1) Kemanfaatan hasil penelitian, yaitu seberapa jauh penelitian terhadap suatu
masalah tersebut akan memberikan sumbangan pada khasanah teori ilmu
pengetahuan atau pada pemecahan masalah-masalah praktis.
(2) Kriteria pengetahuan yang dipermasalahkan, yaitu (a) mempunyai khasanah
keilmuan yang dapat dipakai untuk pengajuan hipotesis dan (b) memiliki
kemungkinan mendapatkan sejumlah fakta empirik yang diperlukan guna
pengujian hipotesis.
(3) Persyaratan dari segi peneliti, yaitu seberapa jauh kemampuan si peneliti
untuk melakukan penelitian. Hal ini setidak-tidaknya menyangkut lima faktor:
biaya, waktu, alat dan bahan, bekal kemampuan teoretis peneliti, dan
penguasaan peneliti terhadap metode penelitian yang akan digunakannya.

c. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian menyatakan target tertentu yang akan diperoleh dari
kegiatan penelitian yang direncanakan. Tujuan penelitian harus dinyatakan secara
spesifik dalam pernyataan yang jelas. Kemukakan secara singkat tujuan penelitian
sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah diidentifikasi dan dirumuskan.
Tujuan umum dan khusus dikemukakan secara jelas sehingga dapat diukur tingkat
pencapaian keberhasilannya.
Contoh:
Penelitian ini bertujuan untuk:
(1) mendeskripsikan dan menjelaskan penerapan strategi komposisi terkendali
dan terarah untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa.

18
(2) meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis melalui penerapan
strategi komposisi terkendali dan terarah.
(3) meningkatkan kemampuan menulis siswa melalui penerapan strategi
komposisi terkendali dan terarah.

d. Kontribusi Penelitian
Kontribusi atau kegunaan penelitian menyatakan manfaat yang dapat dipetik
dari pemecahan masalah yang didapat dari hasil penelitian. Uraikan kontribusi atau
kegunaan penelitian pada proses belajar mengajar dan inovasi yang akan dihasilkan
dalam penelitian ini dalam memecahkan masalah. Kemukakan manfaat teoretis
(kepentingan ilmiah) dan manfaat praktis (kepentingan terapan). Berkenaan dengan
manfaat praktis, kemukakan, misalnya, manfaat untuk siswa, guru, dan sekolah.

3. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka menguraikan teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang
diperoleh dari acuan (buku atau jurnal-jurnal ilmiah), yang dijadikan landasan untuk
melakukan penelitian yang diusulkan. Kemukakan kajian teori yang relevan dengan
variabel masalah maupun variabel tindakan. Berdasarkan urutan, kemukakan terlebih
dahulu kajian teori yang gayut dengan variabel masalah dan baru kemudian kajian
teori yang gayut dengan variabel tindakan. Sejalan dengan contoh judul yang telah
dikemukakan, peneliti menguraikan kajian teori tentang Kemampuan Menulis dan
selanjutnya teori tentang Strategi Kompoisisi Terkendali dan Terarah. Uraian dalam
Tinjauan Pustaka dibawa untuk menyusun kerangka atau konsep yang akan
digunakan dalam penelitian. Dalam hubungan ini hendaknya diusahakan pustaka
yang relevan dan terbaru. Dengan demikian, dalam bagian ini hendaknya
dikemukakan hipotesis tindakan.
Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori dan kerangka berpikir
sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis.

19
a. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang
teori (dan bukan sekadar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian
yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu
dikemukakan atau dideskripsikan akan bergantung pada luasnya permasalahan dan
secara teknis bergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Oleh karena itu, makin
banyak variabel yang diteliti, maka akan makin banyak teori yang perlu
dikemukakan.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-
variabel yang diteliti melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam
dari berbagai referensi sehingga ruang lingkup, kedudukan dan perdiksi terhadap
hubungan antarvariabel yang akan diteliti akan menjadi lebih jelas dan terarah.
Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian
dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang
diteliti atau tidak. Variabel-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan
baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antarvariabel yang
diteliti, menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.
Untuk menguasai teori maupun generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian,
peneliti harus rajin membaca. Orang harus rajin membaca dan menelaah yang dibaca
itu setuntas-tuntasnya agar ia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-
langkah berikutnya. Untuk dapat membaca dengan baik, peneliti harus mengetahui
sumber-sumber bacaan. Sumber-sumber bacaan dapat berupa buku-buku teks, kamus
(khususnya kamus istilah), ensiklopedia, jurnal ilmiah, internet, dan hasil-hasil
penelitian.
Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yaitu relevansi,
kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali penelitian sejarah, penelitian ini justru
menggunakan sumber-sumber yang lama). Relevansi berkenaan dengan kecocokan
antara variabel yang diteliti dengan teori yang dikemukakan, kelengkapan berkenaan

20
dengan banyaknya sumber yang dibaca, kemutakhiran berkenaan dengan dimensi
waktu. Makin baru sumber yang digunakan, makin mutakhir teori tersebut.

b. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran yang baik akan menjelaskan
secara teoretis pertautan antarvariabel yang akan diteliti. Pertautan antarvariabel
tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena
itu, pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka
berpikir.
Kerangka berpikir yang baik antara lain memuat (1) variabel-variabel yang
akan diteliti harus dijelaskan dan (2) diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat
menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antarvariabel yang diteliti dan ada
teori yang mendasari. Dalam PTK, berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan,
penyusun proposal harus mampu menjelaskan bahwa bentuk tindakan yang akan
dilakukan dapat mengatasi permasalahan.

c. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian,
setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir. Tetapi perlu
diketahui bahwa tidak semua penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang
bersifat eksploratif dan sering juga dalam penelitian deskriptif tidak perlu
merumuskan hipotesis
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa tinjauan pustaka menguraikan teori,
temuan, dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan (buku atau jurnal-jurnal
ilmiah), yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang diusulkan. Uraian
dalam tinjauan pustaka dibawa untuk menyusun kerangka atau konsep yang akan
digunakan dalam penelitian. Berdasarkan teori dan kerangka berpikir itulah
selanjutnya dikemukakan hipotesis tindakan atau hipotesis kerja.
Contoh:

21
Penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran menulis.
Penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah dapat meningkatkan
kemampuan menulis siswa.

4. Metode Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian dan memperoleh manfaat penelitian
sebagaimana yang telah dirumuskan perlu dipilih metode penelitian yang tepat.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa komponen-komponen yang tercakup dalam
metode penelitian meliputi setting penelitian, subjek penelitian, data dan sumber data,
teknik pengumpulan data, teknik pemeriksaan validitas data, teknik analisis data,
indikator kinerja, dan prosedur penelitian. Uraian berikut ini akan menjelaskan
komponen-komponen tersebut secara singkat.

a. Setting Penelitian
Setting penelitian mengacu pada waktu dan tempat penelitian dilakukan.
Contoh:
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Surakarta.
Pemilihan tempat itu didasarkan pada pertimbangan (1) .......... , (2) ........, dsb.
Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan, yaitu September sampai dengan
November 2003. Rincian kegiatan penelitian tersebut adalah sbb.: persiapan
penelitian, koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan (perencanaan, tindakan,
monitoring dan evaluasi, dan refleksi), penyusunan laporan penelitian, seminar hasil
penelitian, penyempurnaan laporan berdasarkan masukan seminar, serta penggandaan
dan pengiriman laporan penelitian.

b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa dan guru yang terlibat dalam pelaksanaan
pembelajaran. Hal ini sangat bergantung pada setting penelitian dan peneliti. Jika

22
peneliti melakukan penelitian PTK di kelas yang diampunya, maka subjek penelitian
adalah siswa di kelas itu. Namun, jika seorang peneliti melaukan PTK di kelas yang
tidak diampunya dan peneliti tersebut melibatkan guru kelas sebagai kolaborator,
maka subjek penelitiannya meliputi siswa dan guru (guru kelas atau guru mata
pelajaran).
Contoh:
Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VII F SMP Negeri 10
Surakarta. Siswa kelas VII F berjumlah 35 orang, yang terdiri atas 20 siswa
perempuan dan 15 siswa laki-kali.
Contoh lain:
Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa dan guru Bahasa Indonesia SMP
Negeri 10 Surakarta. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas
III F. Dengan perkataan lain, kelas III F ditetapkan sebagai setting kelas. Sementara
itu, guru BI yang dijadikan subjek penelitian ini adalah Sy.

c. Data dan Sumber Data


Pada bagian ini hendaknya dikemukakan jenis data apa saja yang dibutuhkan
serta sumber data tersebut. Jenis data yang dijelaskan disesuaikan dengan fokus
penelitian.
Contoh:
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses
pembelajaran menulis, kemampuan siswa dalam menulis, motivasi siswa dalam
menulis, serta kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan
melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan strategi pembelajaran) di kelas.
Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:
(1) Informan atau nara sumber, yaitu siswa dan guru.
(2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran mengarang dan
aktivitas lain yang bertalian.

23
(3) Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa Kurikulum, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, hasil karangan siswa, dan buku penilaian.

d. Teknik Pengumpulan
Sejalan dengan data yang akan dikumpulkan serta sumber data yang ada
selanjutnya dikemukakan teknik pengumpulan data.
Contoh:
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi
pengamatan, wawancara atau diskusi, kajian dokumen, angket, dan tes yang masing-
masing secara singkat diuraikan berikut ini.
(1) Pengamatan
(2) Wawancara atau diskusi
(3) Kajian dokumen
(4) Angket
(5) Tes
e. Teknik Pemeriksaan Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan
sebagai dasar yang kuat dalam menarik simpulan. Teknik yang digunakan untuk
memeriksa validitas data antara lain adalah triangulasi dan review informan kunci.
Triangulasi adalah teknik pemeriksanaan validitas data dengan memanfaatkan
sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu (Lexy
J. Moleong, 1995: 178). Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa
triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. Misalnya, untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam kegiatan mengarang dan
faktor-faktor penyebabnya, peneliti melakukan hal-hal berikut: (1) memberikan tes
mengarang dan selanjutnya menganalisis hasil karangan itu untuk mengidentifikasi
kesalahan yang masih mereka buat dan (2) melakukan wawancara dengan guru untuk
mengetahui pandangan guru tentang hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam

24
mengarang, fasilitas pembelajaran yang dimiliki atau tidak dimiliki sekolah, kegiatan
pembelajaran mengarang di kelas, penilaian yang dilakukan guru, dan sebagainya.
Review informan kunci adalah mengkonfirmasikan data atau interpretasi
temuan kepada informan kunci sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti dan
informan tentang data atau interpretasi temuan tersebut. Hal ini dilakukan melalui
kegiatan diskusi antartim peneliti setelah kegiatan pengamatan maupun kajian
dokumen.
f. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah
berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik
deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Taknik statistik deskriptif komparatif
digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antarsiklus.
Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap
siklus. Misal: membandingkan rerata nilai kemampuan menulis siswa pada kondisi
sebelum tindakan, setelah siklus I, setelah siklus II, dan seterusnya. Teknik analisis
kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk
mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar
mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoretis maupun
dari ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun
perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis
data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan data.

g. Indikator Kinerja
Pada bagian ini perlu dikemukakan atau dirumuskan indikator sebagai tolok
ukur keberhasilan penelitian yang dilakukan. Indikator kinerja merupakan rumusan
kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan
penelitian.
Contoh:
Peningkatan kemampuan menulis siswa.

25
Misalnya:
Anak yang memperoleh nilai 7,5 lebih dari 80 %
Nilai rata-rata menulis siswa meningkat (dari 65 menjadi 70)

h. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas pada umumnya dilakukan dalam beberapa siklus,
misalnya tiga siklus. Oleh karena itu, perlu digambarkan rancangan tindakan pada
masing-masing siklus.

D. Penyusunan Laporan Penelitian


Tujuan penulisan laporan penelitian adalah untuk mengomunikasikan hasil-
hasil penelitian kepada pihak lain. Selain itu, laporan penelitian dimaksudkan sebagai
bentuk pertanggungjawaban peneliti kepada pihak tertentu atas proses dan hasil
penelitian yang telah dilakukan. Berkenaan itu, peneliti haruslah menyadari untuk
siapakah laporan penelitian itu ditulis atau disampaikan. Jawaban terhadap
pertanyaan ini mempengaruhi hampir semua bagian atau aspek dalam laporan
penelitian. Laporan yang ditulis dan ditujukan kepada lembaga pemberi dana
penelititan tentu harus disusun sesuai dengan format dan segala ketentuan yang
digariskan. Lain lagi kalau laporan itu berupa skripsi, tesis atau disertasi yang ditulis
orang seorang mahasiswa. Laporan penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel untuk
sebuah jurnal ilmiah tentu berbeda dengan artikel yang disusun dalam bentuk
makalah, buku, atau yang akan dipublikasikan di surat kabar atau majalah.
Laporan penelitian pada umumnya ditulis setelah peneliti merampungkan
semua proses pengumpulan data serta menganalisis data tersebut. Cara kerja
demikian dapat dikatakan kurang efisien. Peneliti hendaknya mempersiapkan proses
penyusunan laporan sejak kegiatan penelitian dimulai. Sehubungan dengan itu,
peneliti perlu merancang garis besar laporan bersamaan waktunya dengan pada
waktu ia mengajukan desain penelitian.

26
Laporan penelitian biasanya terdiri atas tiga bagian, bagian awal
(preliminary), bagian pokok, dan bagian akhir. Namun, aspek-aspek yang tercakup
dalam masing-masing bagian tersebut bisa bervariasi. Hal itu bergantung pada jenis
penelitian maupun lembaga penelitian atau lembaga penyandang dana penelitian.
Berikut ini dikemukakan salah satu contoh struktur atau format penelitian.

Bagian Awal
LEMBAR JUDUL PENELITIAN
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (JIKA ADA)
DAFTAR GAMBAR (JIKA ADA)
DAFTAR LAMPIRAN
Bagian Pokok
Bab I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
B. Temuan Hasil Penelitian Relevan
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
B. Subjek Penelitian

27
C. Data dan Sumber Data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Validitas Data
F. Teknik Analisis Data
G. Indikator Kinerja
H. Prosedur Penelitian
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Pengamatan
d. Refleksi
2. Siklus II
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Pengamatan
d. Refleksi
3. dst.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V: SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
Bagian Akhir
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Uraian berikut ini menjelaskan secara singkat setiap bagian laporan Penelitian
Tindakan Kelas.

28
a. Abstrak
Pada bagian ini dituliskan dengan ringkas hal-hal pokok tentang (a)
permasalahan, khususnya rumusan masalah atau tujuan penelitian (b) metode
penelitian, dan (c) hasil penelitian.
b. Pendahuluan
Bagian ini memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang
permasalahan pentingnya masalah dipecahkan, perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian.
c. Tinjauan Pustaka
Bagian ini menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang relevan, yang
memberi arah pada pelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun argumen
teoretis bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat ditingkatkan
mutu proses hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan
teori. Bab ini diakhiri dengan hipotesis tindakan.
d. Metode Penelitian
Bagian ini menguraikan setting penelitian (deskripsi tempat atau lokasi dan
waktu penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada), menguraikan subjek
penelitian (termasuk menguraikan karakteristik subjek penelitian secara rinci),
menjelaskan data yang diperlukan sesuai dengan permasalahan penelitian dan
sumber datanya, menjelaskan teknik pengumpulan data beserta instrument
yang digunakan, menjelaskan upaya peneliti untuk memperoleh data yang
valid (validitas data), menjelaskan teknik analisis data, mengemukakan
indicator kinerja atau keberhasilan sebagaimana telah dirumuskan dalam
proposal penelitian, dan menguraikan prosedur penelitian.
e. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bagian ini mengemukakan pelaksanaan penelitian serta hasil penelitian dan
pembahasannya.
Pelaksanaan Penelitian

29
Pada bagian ini dijelaskan pelaksanaan penelitian pada setiap siklus:
perencanaan, tindakan, cara pemantauan beserta jenis instrumen, dan cara
analisis dan refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional dan feasible
serta collaborative. Uraian masing-masing siklus menyajikan data lengkap,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang berisi
penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu
ditambahkan hal yang mendasar, yaitu hasil perubahan (kemajuan) pada diri
siswa, lingkungan, guru sendiri, motivasi, dan aktivitas belajar, situasi kelas,
dan hasil belajar. Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis
data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara
sistematis dan jelas.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang
menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematis
dan jelas. Penjelasan hasil menggunakan perspektif teori tertentu maupun
norma atau ketentuan yang berlaku.
f. Kesimpulan dan Saran
Bagian ini menyajikan simpulan hasil penelitian (potret kemajuan) sesuai
dengan tujuan penelitian. Berikan saran tindak lanjut berdasarkan pembahasan
hasil penelitian.
g. Daftar Pustaka
Bagian ini memuat semua sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian
secara alfabetis.
h. Lampiran-lampiran
Memuat instrumen penelitian, personalia tenaga peneliti, riwayat hidup
masing-masing peneliti, data penelitian, dan bukti lain pelaksanaan penelitian.

30
DAFTAR PUSTAKA

Brown, H. Douglas. 1994. Teaching by Principles: An Interactive Approach to


Language Pedagogy. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Regents.

Dardjowijojo, Soenjono. 1988. Prinsip dan Format Penulisan Ilmiah. Yogyakarta:


Bharata.

Depdiknas. 2001. Pedoman penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan


dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Gorys Keraf. 1980. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah

Harun Joko Prayitno, M. Thoybi, dan Adyana Sunanda (Ed.). 2000. Pembudayaan
Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Second Edition.


Philadelphia: Open University Press.

Imam dkk. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Dit. PLP
Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Jujun S. Suriasumantri. 1987. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Sinar Harapan.

Kasihani Kasbolah E.S. 2002. “Penelitian Tindakan kelas untuk Peningkatan


Profesionalisme Guru SLTP” Makalah. Malang: Universitas Negeri Malang.

McNiff, Jean. 1992. Action Research: Principles and Practice. London: Routledge.

Mukayat D. Brotowidjojo. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika


Pressindo.

Rochman Natawidjaya. 1997. Konsep dasar Penelitian Tindakan. Bandung: IKIP


Bandung.
Sarwiji Suwandi. 2003a. ”Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam
Mengimplementasikan Kurikukum Berbasis Kompetensi,” Makalah
dipresentasikan pada Seminar Kurukulum Berbasis Kompetensi yang
diselenggarakan MKKS SLTP Kab. Wonogiri dan Dinas Pendidikan Kab.
Wonogiri pada tanggal 20 Juli 2003.

31
_________. 2003b. “Penelitian Tindakan Kelas sebagai Strategi Pengembangan
Profesi Guru”, Makalah dipresentasikan pada Pendidikan dan Pelatihan
Manajemen Sekolah bagi Kepala SLTP Kabupaten Wonogiri yang
diselenggarakan BKD Pemkab Wonogiri, 8-26 September 2003.

_________. 2003c. “Penelitian Tindakan Kelas: Strategi Penyusunan Proposal”,


Makalah dipresentasikan pada Penlok PTK yang diselenggarakan P3M
STAIN Surakarta, 24-25 September 2003.

_________. 2003d. “Peranan Guru dalam Meningkatkan Kemahiran Berbahasa


Indonesia Siswa Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi”, Makalah
dipresentasikan pada Kongres Bahasa Indonesia VIII, Jakarta, 14–17 Oktober
2003.

_________. 2004. “Penelitian Tindakan Kelas”, Makalah dipresentasikan pada


Penlok PTK yang diselenggarakan Lembaga Penelitian Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 20 September 2004.

_________. 2005a. “Penulisan Makalah dan Artikel Ilmiah”, Makalah


dipresentasikan pada Diklat Pengembangan Profesi bagi Guru Jawa Tengah
diselenggarakan LPMP Jateng Ditjen PMPTK Depdiknas, 20 – 29 Juni 2005.

_________. 2005b. “Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas”,


Makalah dipresentasikan pada Diklat Peningkatan Profesionalisme bagi Guru-
Guru SD-SMA Kabupaten Cilacap diselenggarakan LPMP Jateng Ditjen
PMPTK Depdiknas, 10-15 Oktober 2005.

_________. 2005. ”Penerapan Strategi Komposisi Terkendali dan Terarah


(Controlled and Guided Composition) untuk Meningkatkan Kemampuan
Menulis Siswa, dalam Varidika Vol. 17 No. 1 Juni 2005. Surakarta: UMS.

_________. 2006. “Classroom Action Research: Penelitian untuk Pemecahan


Permasalahan Pendidikan dan Perbaikan Sistem Pembelajaran”, Makalah
dipresentasikan pada Lokakarya Peningkatan Kemampuan Penelitian
Tindakan bagi Guru dan Kepala Sekolah, diselenggarakan Dinas Pendidikan
Kota Bogor, 14 – 20 Agustus 2006.

Soenjono Dardjowijojo. 1988. Prinsip dan Format Penulisan Ilmiah. Yogyakarta:


Bharata.

Soly Abimanyu dkk. 1995. Penelitian Praktis untuk Perbaikan Pengajaran.


Jakarta:Bagian Proyek PGSD, Ditjen Dikti Depdikbud.

32
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.

Suminar Setiati Achmadi. 2001. Anatomi Artikel Ilmiah dalam Harun Joko Prayitno,
M. Thoyibi, & Adyana Sunanda (Ed.) Pembudayaan Penulisan Karya Ilmiah.
Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Suwarsih Madya. 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga


Penelitian IKIP Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Wahyu Wibowo. 2008. Piawai Menembus Jurnal Terakreditasi: Paradigma Baru


Kiat Menulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Zuber-Skerritt, Ortrun. 1996. “Introduction: New Direction in Action Research”,


dalam Ortrun Zuber-Skerritt (Ed.). New Direction in Action
Research.Washington, D.C.: The Falmer Press.

33
FORM LATIHAN PEMBUATAN PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
I. PENDAHULUAN
Komponen Deskripsi Masing-masing Subbagian
Judul
Latar belakang 1. Kondisi yang diharapkan
masalah 2. Kondisi riil yang dihadapi guru
3. Masalah (kesenjangan antara harapan dan kenyataan)
4. Faktor-faktor penyebab masalah
5. Tindakan untuk mengatasi masalah
Perumusan
Masalah
Tujuan
Penelitian
Manfaat Bagi siswa
penelitian Bagi guru
Bagi sekolah
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
TINJAUAN Konsep Variabel 1
PUSTAKA Konsep Variabel 2
dan seterusnya
Kerangka 1. Deskripsi Kerangka Berpikir Penelitian
Berpikir 2. Skema Kerangka Berpikir
Hipotesis
Tindakan
III. Metode Penelitian
Subjek Penelitian
Setting Penelitian

34
Prosedur 1. Perencanaan Tindakan
Penelitian 2. Pelaksanaan Tindakan
3. Observasi Tindakan
4. Analisis dan Refleksi

35

Anda mungkin juga menyukai