Anda di halaman 1dari 12

190 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 190-201

Tersedia Online di http://journal.um.ac.id/index.php/jph Jurnal Pendidikan Humaniora


pISSN: 2338-8110/eISSN: 2442-3890 Vol. 3 No. 3, Hal 190-201, September 2015

Kepemimpinan Biksu Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

Soulikhone Simmavong1), M. Huda A.Y2), Imron Arifin2)


Savannakhet University
1)

Manajemen Pendidikan–Universitas Negeri Malang


2)

Naxeng Village, Kaisonphomvihane District, Savannakhet Province, Lao PDR


E-mail: soulikhone_sku@yahoo.com

Abstract: The main objective of this research is to know about Monk’s leadership in educational
quality improvement in a college. There are (1) educational system that led by Monk; (2) Monk’s
leadership in educational quality improvement; (3) Monk’s strategy in educational quality develop-
ment. Research results about educational system that led by Monk are (1) aspect of vision and mis-
sion; (2) aspect of real educational system. In Monk’s leadership in educational quality improvement
there are (1) Monk as ecclesiastic; (2) Monk as lecturer. As well as in Monk’s strategy in educational
quality development there are (1) strategy in academic sector; (2) strategy in non-academic sector;
(3) strategy in finance and (4) strategy in work field.

Key Words: monk’s leadership, educational quality

Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk memberikan mengetahui kepemimpinan Biksu dalam pening-
katan mutu pendidikan di perguruan tinggi adalah sebagai berikut: (1) sistem pendidikan yang Biksu
pimpinan; (2) kepemimpinan biksu dalam mengembangkan mutu pendidikan; dan (3) strategi biksu
dalam mengembangkan mutu pendidikan. Penelitian dirancang menggunakan rancangan studi kasus.
Peneliti sebagai instrumen kunci dalam pengumpulan data dari informan utama agar menghasilkan
data akurat. Kehadiran peneliti adalah sebagai pengamat sejak awal hingga akhir. Penelitian menemukan
sistem pendidikan yang dipimpin biksu meliputi aspek: (1) visi dan misi; dan (2) hakikat sistem pendi-
dikan. Kepemimpinan biksu dalam mengembangkan mutu pendidikan adalah (1) biksu sebagai rohani-
wan; dan (2) biksu sebagai pendidik. Strategi biksu dalam mengembangkan mutu pendidikan dengan:
(1) strategi di bidang akademik; (2) strategi di bidang non akademik; (3) strategi pendanaan; dan (4)
strategi lapangan pekerjaan.

Kata kunci: kepemimpinan biksu, mutu pendidikan

Sumber daya manusia yang baik tidak lepas dari pe- sekolah dalam mengimplementasikan manajemen
ngaruh pola kepemimpinan yang diterapkan dalam sekolah tinggi untuk mewujudkan tujuan pendidikan
sebuah organisasi. Kepemimpinan merupakan suatu secara efektif, efisien, produktif, dan akuntabel. Oleh
proses yang mengandung unsur memengaruhi, ada- karena itu, ketua sekolah tinggi memiliki posisi yang
nya kerjasama dan mengarah pada suatu hal dan tu- sangat penting dalam menggerakkan manajemen
juan bersama dalam sebuah organisasi. Kepemimpin- sekolah agar dapat berjalan sesuai dengan tuntutan
an berperan sebagai penggerak segala sumber daya masyarakat dan perkembangan kebutuhan zaman,
manusia dan sumber daya lain yang ada dalam organi- khususnya kemajuan ilmu pengetahun, teknologi,
sasi. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat budaya, dan seni. Pentingnya kepemimpinan kepala
dimaknai bahwa keberhasilan organisasi sekolah ting- sekolah ini perlu lebih ditekankan lagi, terutama dalam
gi yang dipimpin oleh seorang Ketua Sekolah Tinggi kaitannya dengan kebijakan pendidikan yang ingin
untuk mencapai tujuan sekolah tinggi yang telah dite- dicapai oleh sekolah tersebut.
tapkan akan sangat tergantung berperannya kepe- Berkenaan dengan kepemimpinan kepala seko-
mimpinan. lah tersebut, maka salah satu peran kepala sekolah
Kinerja kepemimpinan ketua merupakan upaya dalam kepemimpinan adalah memotivasi dosen untuk
yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh kepala berprestasi. Adapun prestasi yang diharapkan dari
190 Artikel diterima 27/11/2014; disetujui 20/07/2015
Volume 3, Nomor 3, September 2015
Simmavong, Huda, Arifin–Kepemimpinan Biksu Dalam Peningkatan.....191
191

dosen tersebut, antara lain (1) mahasiswa dapat me- Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Kerta-
mahami mata pelajaran yang diajarakannya dengan rajasa Batu didirikan pada tahun 2000 oleh Yayasan
mudah dan baik, (2) membawa mahasiswanya dapat Dhamadipa Agama dengan Ijin Operasional dari De-
menjuarai bila ada lomba mata pelajaran di luar seko- partemen Agama Republik Indonesia. Setelah 1 tahun
lah, dan (3) menunjukkan keprofesionalannya dalam perkuliahan berjalan tepatnya pada tanggal 7 Oktober
kegiatan-kegiatan relevan di luar sekolah. 2002 Departemen Agama Republik Indonesia mene-
Di antara sejumlah penelitian tentang kepemim- tapkan Sekolah Tinggi Agama Kertarajasa dengan
pinan kepala sekolah yang efektif, penelitian Austin Status Terdaftar dengan Program Studi Dharma
seperti dikutip dalam Sergiovanni (1987) juga mene- Achariya Nomor: DJ.V/63/SK/2002 tertanggal 7 Ok-
mukan bahwa sekolah yang prestasi dosen dan maha- tober 2002. Berdasarkan kondisi tersebut maka me-
siswanya tinggi, memiliki kepala sekolah yang terlibat narik untuk diteliti tentang kepemimpinan pada STAB
dalam program pengajaran dibandingkan dengan ke- Kertarajasa, Kota Batu karena lembaga tersebut di
pala sekolah yang tidak terlibat langsung. Sementara bawah naungan yayasan para Biksu.
itu, Rutter dikutip dalam Sergiovanni (1987) dalam
Arifin (2008:11) menyimpulkan dalam penelitiannya
bahwa kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan METODE
bagi peningkatan kualitas dosen dan keluaran maha- Penelitian ini dirancang dengan menggunakan
siswa. rancangan studi kasus yang berusaha
Kepemimpinan adalah cara seseorang pemim- mendeskripsikan suatu latar, obyek atau suatu
pin memengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja peristiwa tertentu secara rinci dan mendalam
sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai (Bogdan dan Biklen, 1982:58). Sebagaimana pula
tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan yang kurang dikemukakan oleh Ary, et.al (1985) sebagai
melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan berikut:”In a case study in the investigator attemps
maka akan mengakibatkan adanya diharmonisasi hu- to examine an individual or unit in depth. The
bungan antara pemimpin dan yang dipimpin. investigator tries to discover all the variables that
Dalam manajemen berbasis sekolah dimana are important in the history or development of
memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk me- the subject”
ngelola potensi yang dimiliki dengan melibatkan se- Dalam studi kasus penelitian berusaha menga-
mua unsur stakeholder untuk mencapai peningkatan mati individu atau unit secara mendalam dan mencoba
kualitas sekolah tersebut. Karena sekolah memiliki menemukan seluruh variabel yang penting dan men-
kewenangan yang sangat luas itu maka kehadiran cari faktor-faktor yang dapat menjelaskan kondisi
figur pemimpin menjadi sangat penting. subjek sekarang dan pengaruh perubahan waktu dan
Kepemimpinan yang baik tentunya sangat ber- lingkungan terhadap subjek.
dampak pada tercapai tidaknya tujuan organisasi ka- Pendapat ini didukung olah Yin (1996) yang me-
rena pemimpin memiliki pengaruh terhadap kinerja nyatakan bahwa studi kasus merupakan strata yang
yang dipimpinnya. Kemampuan untuk memengaruhi dipilih untuk menjawab pertanyaan “bagaimana” pe-
suatu kelompok untuk mencapai tujuan merupakan laksanaan atau mengimplementasi sesuatu, jika fokus
bagian dari kepemimpinan. Konsep kepemimpinan penelitian berusaha menelaah fenomena yang seka-
erat sekali hubungannya dengan konsep kekuasaan. rang dalam konteks nyata.
Dengan kekuasaan pemimpin memperoleh alat untuk Peneliti berperan sebagai instrumen kunci dalam
mempengaruhi perilaku para pengikutnya. Terdapat pengumpulan data kepada informan utama yang jujur
beberapa sumber dan bentuk kekuasaan, yaitu kekua- agar menghasilkan suatu data yang pasti dan akurat
saan paksaan, legitimasi, keahlian, penghargaan, refe- sehingga kehadiran peneliti di lapangan adalah hal
rensi, informasi, dan hubungan (Toha, 1990:323). yang sangat penting. Kehadiran peneliti di Sekolah
Gaya kepemimpinan adalah sikap, gerak-gerik Tinggi Agama Budha (STAB) Kertarajasa Batu ada-
atau lagak yang dipilih oleh seseorang pemimpin da- lah sebagai pengamat penuh sejak awal hingga akhir
lam menjalankan tugas kepemimpinannya. Gaya yang penelitian karena penelitian lapangan adalah instru-
dipakai oleh seorang pemimpin satu dengan yang lain men kunci. Penelitian harus bersikap kritis, rendah
berlainan tergantung situasi dan kondisi kepemimpin- hati dan sunguh-sunguh di lapangan karena sekaligus
annya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perila- sebagai perencana, pelaksana, pengumpulan, penga-
ku yang dipergunakan seseorang pada saat orang nalisis, penafsir data dan akhirnya dapat melaporkan
tersebut mencoba memengaruhi perilaku orang lain.
192 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 190-201

hasilnya secara transparansi dan akurat (Moleong, laku secara umum, baik untuk pendidik maupun bagi
2007). mahasiswa semuanya karena kurikulum yang diterap-
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau kan adalah kurikulum nasional yang berasal dari Ke-
dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul mentrian Pendidikan, yang dalam hal ini adalah mate-
data utama. Hal ini dilakukan karena, jika memanfa- ri-materi pendidikan untuk STAB secara nasional.
atkan alat bukan-manusia dan mempersiapkan dirinya Kepemimpinan Biksu dalam mengembangkan
terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam mutu pendidikan dapat dicermati dalam dua pandang-
penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin untuk an, sebagai berikut. (1) Biksu sebagai rohaniwan me-
mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-ke- nekankan kepada mahasiswa yang berasal dari viha-
nyataan yang ada di lapangan. Selain itu, hanya ma- ra, yaitu para Atthasilani dan Samanera melalui pendi-
nusia sebagai alat saja yang dapat berhubungan de- dikan di vihara. Dalam hal ini kami menempatkan
ngan responden atau objek lainnya dan hanya manu- diri sebagai pembina spiritual mereka. Biksu mene-
sialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-ke- kankan pada character building dan moral attitude
nyataan di lapangan. Hanya manusia sebagai instru- bagi semua warga, untuk para mahasiswa semua di
men pulalah yang dapat menilai apakah kehadirannya kampus, maka Biksu menempatkan diri sebagai pen-
menjadi faktor pengganggu sehingga apabila terjadi didik dalam hal ini sebagai dosen, dan juga sebagai
hal demikian ia pasti dapat menyadarinya serta dapat pembina rohani karena status sebagai Biksu. Biksu
mengatasinya (Moleong, 2007). Oleh karena itu, saat dituntut tidak hanya memberikan pemahaman spiritual
mengumpulkan data di lapangan, peneliti berperan saja tetapi Biksu juga dapat memberikan pemahaman
serta pada situs penelitian dan mencermati kepemim- pendidikan yang pas, sesuai dengan tuntutan akade-
pinan Biksu dalam meningkatkan mutu STAB Kerta- mis dari pemerintah. (2) Biksu sebagai pendidik me-
rajasa, Batu. nempatkan diri sebagai layaknya dosen yang mem-
punyai tanggung jawab akademis kepada para maha-
siswanya, menyelaraskan antara yang diajarkan da-
HASIL lam perkuliahan dengan motivasi spiritual sehingga
Berdasarkan aspek visi dan misi Sekolah Tinggi terjadi keseimbangan, memberikan pemahaman
Agama Buddha Kertarajasa memiliki tiga makna. yang luas tentang pentingnya membaca dan bersikap
Pertama, makna religius karena para pendidik dan kritis sebagai mahasiswa, hal ini menempatkan posisi
mahasiswa selalu ditekankan untuk memahami nilai- mahasiswa sebagai kaum intelektual yang handal,
nilai Dharma ajaran Budha dengan baik. Kedua, memberikan nasihat kepada semua mahasiswa untuk
makna sosial, hal ini berkenaan dengan implementasi mengerjakan tugas-tugas kuliah serta ceramah kea-
dari nilai-nilai religius tersebut dalam kehidupan ber- gamaan yang akan menjadi kekuatan mereka untuk
masyarakat. Ketiga, makna akademis, merupakan dikenal di masyarakat dalam rangka mempersiapkan
nilai kognitif yang dapat membekali para mahasiswa diri menuju kesempatan mencari pekerjaan setelah
untuk secara nyata mengerti tentang hakikat pendi- lulus nanti, dan memberikan motivasi kepada semua
dikan ketika terjun di masyarakat nantinya, baik seba- warga STAB Kertarajasa, untuk meningkatkan po-
gai tenaga pendidik maupun pembina rohani. tensi diri dalam pengembangan SDM sehingga dapat
Berdasarkan aspek hakikat sistem pendidikan menjadi pendukung bagi perkembangan dan kemaju-
bersumber pada dua hal, yaitu pertama, pendidikan an STAB Kertarajasa.
yang bersumber dari tempel, bagi mahasiswa Attha- Strategi kepemimpinnan Biksu dalam mengem-
silani dan Samanera yang berasal dari vihara, yaitu bangkan mutu pendidikan dapat dicermati dalam em-
pendidikan moral spiritual Buddhis. Hal ini dilakukan pat pandangan, yaitu (1) strategi di bidang akademik
dengan ritual puja bakti berupa doa dan siraman-si- terhadap padangan ini Biksu melakukan rapat rutin
raman rohani yang merupakan kegiatan rutin di viha- bulanan guna mengetahui perkembangan STAB Ker-
ra. Akan tetapi bagi mahasiswa umum, mereka hanya tarajasa, juga mempererat persaudaraan warga seko-
mendapatkan penekanan moral spiritual Budhis ter- lah tinggi tersebut, memberikan beasiswa bagi maha-
sebut pada saat kegiatan perkuliahan, yaitu seperti siswa yang berprestasi, maupun kesempatan belajar
doa sebelum dan setelah perkuliahan selesai, ataupun ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi para do-
pada saat kegiatan keagamaan berlangsung di tempel. sen dan atau tenaga non kependidikan yang mempu-
Kedua, pendidikan yang bersumber dari pemerintah, nyai kemampuan untuk meningkatkan potensi diri ser-
yaitu pelaksanaan kurikulum pembelajaran yang ber- ta berguna bagi perkembangan dan kemajuan STAB

Volume 3, Nomor 3, September 2015


Simmavong, Huda, Arifin–Kepemimpinan Biksu Dalam Peningkatan.....193
193

Kertarajasa, memberikan sarana dan prasarana per- di dalam dirinya yang diperlukan untuk dirinya sendiri
kuliahan yang mewadahi semua mahasiswa, merekrut dan masyarakat.
para dosen yang berkualitas sesuai dengan relevansi Lebih lanjut Helen G. Daoglas dalam Samani
ilmu yang akan diajarkan dan dibutuhkan oleh STAB dan Hariyanto (2011:86) mengemukakan “Education
Kertarajasa, mendorong para mahasiswa untuk bu- system is a system which is implemented in the
daya berdiskusi terhadap ilmu relevan yang sedang school or education institutional in order to reach
dipelajari, mendorong para dosen untuk terlibat dalam education goal”. Berkenaan dengan hal tersebut,
mengikuti seminar-seminar yang relevan dalam rang- maka sistem pendidikan di STAB Kertarajasa, memi-
ka peningkatan kualitas sebagai dosen, dan mendo- liki dua pengertian, masing-masing berkenaan dengan
rong para tenaga non kependidikan untuk mengikuti peran para Biksu dalam memotivasi para dosen untuk
pelatihan-pelatihan yang relevan dengan tugas yang berprestasi dan peran para Biksu dalam bidang kea-
diemban guna meningkatkan profesionalitas kerja- gamaan.
nya; (2) strategi di bidang non akademik adalah Biksu
memberikan kesempatan kepada para mahasiswa,
Biksu dalam Memotivasi Pendidikan
dosen, atau tenaga non kependidikan yang mempu-
Karakter
nyai bakat yang dapat dikembangkan sehingga bergu-
na bagi perkembangan dan kemajuan STAB Kertara- Helen G. Daoglas dalam Samani dan Hariyanto
jasa, wujud kesempatan tersebut berupa kesempatan (2011:41) “character isn’t inherited. One builds
untuk mengikuti perlombaan-perlombaan relevan atau its daily by the way one thinks and act, thought
mendatangkan tenaga ahli yang dapat membantu pe- by thought, action by action”. Pernyataan ini dapat
ningkatan potensi dan bakat yang dimiliki, mengaloka- diartikan bahwa karakter tidak diwariskan, tetapi se-
sikan anggaran untuk pengembangan minat dan bakat suatu yang dibangun secara berkesinambungan hari
di STAB Kertarajasa, dan mendatangkan sukarela- demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi
wan (volunteer) yang berkenan untuk membantu pikiran, tindakan demi tindakan. Mengacu dari per-
dalam pengembangan kemampuan mahasiswa STAB nyataan tersebut maka karakter kepemimpinan seo-
Kertarajasa dalam rangka peningkatan kualitasnya; rang Biksu dapat dimaknai sebagai sikap kepemim-
(3) strategi pendanaan, dalam hal ini, Biksu memba- pinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan
ngun kerjasama dengan para donator dan pemerintah, yang merupakan pengejawantahan dari kehidupan
pengelolaan keuangan dilakukan dengan sangat hati- keagamaannya, pengalaman pekerjaan sebelumnya,
hati; (4) strategi lapangan pekerjaan dalam hal ini, Bik- dan rasa percaya diri dalam menjalankan tugasnya
su menjalin kerjasama dengan para donator, menjalin untuk memimpin warga sekolah tinggi yang dipimpin-
kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan lain- nya.
nya, seperti sekolah-sekolah yang ada dan memberikan Reinhartz dan Beach (2004:5) juga mengemuka-
tugas kepada para mahasiswa untuk membuat maka- kan “Perhaps one of the most important areas for
lah yang relevan, dan akan diperiksa oleh para Biksu school for school leaders to address is the need to
yang berstatus sebagai dosen, yang selanjutnya maka- treat everyone in an ethical manner, with fairness
lah tersebut diceramahkan melalui media Dhamma and integrity”. Pernyataan tersebut dapat dimaknai
TV Malang atau ceramah-ceramah langsung di ma- bahwa kepemimpinan seorang pemimpin pendidikan
syarakat komunitas Budha, sehingga dengan sendirinya mampu mengintegrasikan semua potensi sumber daya
para mahasiswa tersebut telah menanamkan keperca- yang dimiliki oleh sekolah khususnya para pendidik
yaan atau kemampuan akademisnya yang akan bergu- yang dalam penelitian ini adalah para dosen dalam
na bagi mereka ketika lulus kuliah nanti. bentuk memberikan motivasi. Motivasi tersebut selan-
jutnya sebagai semangat bagi para dosen untuk me-
ngerti potensi yang dimilikinya untuk mendedikasikan
PEMBAHASAN
keilmuannya.
Sistem Pendidikan Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari seba-
gai seorang pemimpin pendidikan, maka karakter ke-
Sistem pendidikan adalah suatu strategi atau ca- pemimpinan yang dimilikinya akan berpengaruh pada
ra yang akan dipakai untuk melakukan proses belajar tumbuhnya motivasi berprestasi pada para dosen.
mengajar untuk mencapai tujuan agar para pelajar Perihal karakter dalam kepemimpinan Tao Te Ching
tersebut dapat secara aktif mengembangkan potensi dalam Saskhin & Saskhin (2003:145) mengemukakan
194 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 190-201

“Effective leaders don’t put on a show of being sebagai seorang pemimpin lembaga pendidikan maka
great but, knowing how things work, they can selain mengemban tugas kepercayaan dari lembaga
achieve great things”. Pernyataan ini dapat dimak- pendidikan yang dipimpinnya, juga dapat mengem-
nai bahwa pemimpin yang efektif tidak cukup hanya bangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga da-
menunjukkan seberapa besar kekuasaanya tetapi me- pat diterima dan didengar oleh para dosen. Potensi
ngerti semua potensi yang dimiliki oleh orang-orang inilah yang dapat menjadi alat untuk memberi motivasi
yang dipimpinnya sehingga terjadi kesinergisan dalam kepada para dosen di STAB Kertarajasa tersebut.
proses kepemimpinannya. Lebih lanjut untuk dapat memberi motivasi kepa-
Pendapat di atas juga sejalan dengan yang dike- da para dosen di STAB Kertarajasa, maka Kepala
mukakan oleh Rivai dan Murni (2009:271) bahwa STAB Kertarajasa dalam menjalankan tugas-tugas-
para pemimpin dan kepemimpinan adalah penting, nya juga perlu mempunyai perlengkapan tertentu atau
sebab mereka bertindak sebagai jangkar, menyedia- kepiawaian dalam menjalankan tugasnya sebagai pe-
kan bimbingan pada waktu perubahahan dan bertang- mimpin pendidikan di sekolah tinggi yang dipimpinnya.
gung jawab untuk efektivitas organisasi. Soetopo (2010:67) mengemukakan bahwa kepala se-
Dalam memberikan motivasi kepada para dosen kolah sebagai pemimpin pendidikan berkemampuan
di STAB Kertarajasa, karakter kepemimpinan Kepa- mengorganisir dan membantu dewan guru dalam me-
la STAB Kertarajasa yang diterapkan pun juga perlu rumuskan program pembinaan pengajaran. Kemam-
menyesuaikan dengan kondisi STAB serta potensi puan tersebut selanjutnya dapat dimaknai sebagai hal
para dosen yang dapat dikembangkan untuk kepen- yang mendukung karakter kepemimpinan kepala se-
tingan STAB maupun dalam rangka pengembangan kolah dalam member motivasi kepada guru, yaitu an-
dosen itu sendiri. Dengan demikian, maka karakter tara lain ramah, menghargai pendapat orang lain, ber-
kepemimpinan Kepala STAB Kertarajasa perlu me- sikap ilmiah, objektif, dan demokratis.
merhatikan unsur manusia, unsur sarana, dan unsur
tujuan. Unsur manusia berkenaan dengan diri Kepala
Peran Biksu dalam Pendidikan
STAB Kertarajasa, yang dalam hal ini adalah seorang
Biksu dan para dosen yang dipimpinnya, unsur sarana Surya (2012:3–4) mengemukakan bahwa semua
berkenaan dengan sarana dan prasarana pendidikan biksu mentaati Sila-Sila Biksu yang telah ditetapkan
yang ada di STAB Kertarajasa, dan unsur tujuan ber- oleh dalam “7 Penyucian”. Adapun ke “7 Penyucian”,
kenaan dengan tujuan STAB Kertarajasa yang hen- yaitu 1) bersadhana empat kali sehari yaitu di pagi
dak dicapai melalui kepemimpinannya. hari, siang hari, malam hari, dan sebelum tidur; 2) pikir-
Saskhin dan Saskhin (2003) mengemukakan an selalu diusahakan berada dalam keadaan meditasi;
bahwa karakter kepemimpinan dalam menumbuhkan 3) bergembira (berbahagia) atas pahala (keberhasilan)
motivasi bagi pengikutnya tidak terlepas dari keteram- orang lain (muditacitta); 4) bertobat; 5) melimpahkan
pilan yang dimiliki pemimpin dalam memimpin pengi- jasa kepada semua makhluk lain; 6) bernamaskara
kutnya, yaitu (1) keterampilan konseptual (concep- dan mandala puja (memberi persembahan); dan 7)
tual skill), yaitu keterampilan untuk memahami dan menyebarkan Dharma.
mengoperasikan organisasi; (2) keterampilan manusi- Dari pemahaman di atas maka dapat dimengerti
awi (human skill), yaitu keterampilan untuk bekerja bahwa seorang Biksu disamping melatih diri sendiri,
sama, memotivasi, dan memimpin; (3) keterampilan mereka dapat memberikan kedamaian pada orang
teknik (technical skill), yaitu keterampilan dalam lain. Menjadi biksu berarti melatih diri untuk mencapai
menggunakan pengetahuan, teknik, metode, serta ke- penerangan sempurna dan berusaha menyelamatkan
lengkapan untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu. semua makhluk. Dengan kata lain, tak peduli dimana
Sejalan dengan hal ini, Mulyasa (2011:59) mengemu- mereka tinggal (bermukim), mereka belajar dan
kakan bahwa sikap dan karakter yang perlu dimiliki mengajar pada saat yang sama. Selain hadir secara
seorang pemimpin lembaga pendidikan salah satunya tubuh fisik, para biksu harus memastikan supaya
adalah menjadi leader yang komunikatif dan motiva- ucapan mereka dan pikiran mereka juga “hadir” se-
tor bagi stafnya untuk lebih berprestasi, serta tidak penuhnya selama keberadaannya di tengah-tengah
bersikap bossy (pejabat yang hanya mau dihormati masyarakat. Dengan demikian para biksu mampu
dan dipatuhi). Selain itu, Reinhartz dan Beach menilai sendiri apakah keputusan mereka masuk di
(2004:73) juga mengemukakan bahwa “school akal atau tidak masuk di akal, apakah keputusan me-
leaders must be deligent, fair, consistent, and use reka sesuai atau bertentangan dengan Dharma Bu-
job related criteria..”. Hal ini dapat dimaknai bahwa dha.
Volume 3, Nomor 3, September 2015
Simmavong, Huda, Arifin–Kepemimpinan Biksu Dalam Peningkatan.....195
195

Kepemimpinan Biksu dalam in many organizations is expected to act in imma-


Mengembangkan Mutu Pendidikan ture ways rather than as a mature adult. In fact,
one of even see it happening in many school sys-
Saskhin & Saskhin (2003) mengemukakan bah- tems”. Pernyataan ini dapat dimaknai bahwa kede-
wa pendekatan dari seorang pemimpin kepada ang- wasaan perilaku dan pola pikir Ketua STAB Kertara-
gota organisasi yang dipimpinnya akan memengaruhi jasa dalam memimpin warga STAB Kertarajasa khu-
kinerja dan motivasi anggotanya dalam bekerja. Per- susnya bagi para dosen merupakan faktor yang pen-
nyataan tersebut dalam organisasi sekolah juga se- ting yang perlu dimiliki oleh Ketua STAB Kertarajasa,
perti dikemukakan dalam Reinhartz & Beach Batu. Dengan adanya kedewasaan baik dalam perila-
(2004:18) bahwa “Good school leaders believe ku maupun pola pikir tersebut maka akan memudah-
they have what it takes to make a difference in kan interaksi antara Ketua STAB Kertarajasa dengan
their schools”. Perbedaan tersebut dapat dimaknai para dosen khususnya dalam memberikan motivasi
dalam cara pendekatan yang dilakukan oleh Ketua untuk berprestasi. Prestasi tersebut tentunya tidak
STAB Kertarajasa khususnya kepada para dosen hanya dalam lingkungan STAB saja, tetapi juga perlu
untuk memberikan motivasi sehingga para dosen da- di luar STAB untuk lebih menambah wawasan mau-
pat memaksimalkan potensi yang dimilikinya untuk pun pergaulan dalam area profesionalisme sebagai
berprestasi. dosen yang profesional pula.
Dosen merupakan bagian dari warga sekolah Kedua, berkenaan dengan perilaku kepemimpin-
tinggi yang dipimpin oleh ketua sekolah tinggi. Seba- an (leadership behavior) Ketua STAB Kertaraja-
gai pemimpin maka Ketua STAB Kertarajasa perlu sa, maka terdapat dua orientasi dalam memotivasi
mempunyai semangat untuk mengetahui situasi dosen para dosen untuk berprestasi, yaitu dengan pendekat-
yang dipimpinnya sehingga langkah kepemimpinan- an target dan pendekatan nilai-nilai Darma yang diya-
nya, salah satunya adalah memberi motivasi kepada kini STAB. Sehubungan perilaku kepemimpinan
para dosen dapat mudah diterima dan dapat pula di- (leadership behavior) yang berorientasi pada keter-
kerjakan dengan baik sehingga memperolah hasil capaian taget, Reinhartz & Beach (2004:13), menge-
yang maksimal atau setidaknya sesuai dengan visi, mukakan “Achievement-oriented leadership, which
misi, dan tujuan dari STAB Kertarajasa, Kota Batu. emphasizes excellence in task completion and sets
Lebih lanjut berkenaan dengan wibawa kepala atau goals that are challenging, yet attainable”. Sejalan
ketua lembaga pendidikan, maka Salam (2002:182) dengan pernyataan tersebut, Hoy & Miskel (2005:381)
mengemukakan bahwa kewibawaan adalah sesuatu juga menegaskan bahwa “Achievement orientation
yang sangat penting dimiliki oleh seorang pendidik. includes a need to achieve, desire to excel, drive
Oleh karena itu, kewibawaan mempunyai kesung- to succeed, willingness to assume responsibility,
guhan, suatu kekuatan, sesuatu yang dapat memberi- and a concern for task objectives”. Sementara itu,
kan kesan dan pengaruh. Semangat yang dijalankan sehubungan dengan perilaku kepemimpinan (leader-
oleh Ketua STAB Kertarajasa tersebut di atas seja- ship behavior) yang berorientasi pada nilai-nilai yang
lan dengan yang dikemukakan dalam Mulyasa diyakini sekolah, maka nilai juga dapat diartikan sebagai
(2011:17) bahwa perilaku kepala lembaga pendidikan sebuah pikiran (idea) atau konsep mengenai apa yang
dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjuk- dianggap penting bagi sesorang dalam kehidupannya
kan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan (Fraenkel dalam Thoha, 1996). Selain itu, kebenaran
terhadap para pendidik, baik sebagai individu maupun sebuah nilai juga tidak menuntut adanya pembuktian
sebagai kelompok. Selanjutnya dalam melakukan empirik, namun lebih terkait dengan penghayatan dan
pendekatan dari Ketua STAB Kertarajasa kepada apa yang dikehendaki atau tidak dikehendaki, disenangi
para dosen untuk menumbuhkan motivasi berprestasi, atau tidak disenangi oleh seseorang. Hal ini juga se-
setidaknya perlu memperhatikan empat hal, yaitu (1) perti dikemukakan oleh Allport dalam Kadarusmadi
kedewasaan seorang pemimpin Ketua STAB Kerta- (1996:55) yang menyatakan bahwa nilai adalah: “a
rajasa; (2) perilaku kepemimpinan Ketua STAB Ker- belief upon which a man acts by preference. It is
tarajasa; (3) komunikasi antara Ketua STAB Kerta- this a cognitive, a motor, and above all, a deeply
rajasa dan dosen; dan (4) gaya kepemimpinan Ketua propriate disposition.” Pengertian tersebut berarti
STAB Kertarajasa. bahwa nilai itu merupakan kepercayaan yang dijadikan
Pertama, berkenaan dengan kedewasaan seo- preferensi manusia dalam tindakannya. Manusia me-
rang pemimpin pada lembaga pendidikan, Hersey dan nyeleksi atau memilih aktivitas berdasarkan nilai yang
Blanchard (1977: 62) mengemukakan “The worker
196 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 190-201

dipercayainya. Sejalan dengan hal tersebut, Rokeach an Group Processes in Training Administration,
dalam Danandjaja sebagaimana dikutip oleh Ndraha seperti dikutip dalam Soetopo (2010:9) membagi em-
(1997:20) menyatakan “A value system is a learned pat tipe atau gaya kepemimpinan, yaitu (1) tipe atau
organization of principles and rules to help one gaya authoritarian, yaitu gaya kepemimpinan yang
choose between alternatives, solve conflict, and lebih bersifat ingin berkuasa, sehingga suasana di se-
make decision.” Artinya suatu sistem nilai merupakan kolah selalu tegang; (2) tipe atau gaya laizzes-faire,
prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang dapat dipelajari yaitu gaya kepemimpinan yang memberikan kebebas-
dalam suatu organisasi untuk membantu seseorang an penuh kepada para anggotanya dalam melaksana-
memilih di antara berbagai alternatif, menyelesaikan kan tugasnya, atau secara tidak langsung segala pera-
konflik, dan membuat keputusan. turan, kebijakan (policy) suatu institusi berada di ta-
Ketiga, berkenaan dengan komunikasi antara ngan anggotanya; (3) tipe atau gaya demokratis, yaitu
Ketua STAB Kertarajasa dengan para dosen, maka gaya kepemimpinan yang selalu mengikutsertakan
untuk dapat melakukan pendekatan yang baik dari seluruh anggota kelompoknya dalam mengambil sua-
Ketua STAB Kertarajasa kepada para dosen dalam tu keputusan. Dengan demikian kepala sekolah yang
rangka memotivasi dosen untuk berprestasi, maka bersifat demokratis tersebut akan selalu menghargai
faktor komunikasi antara Ketua STAB Kertarajasa pendapat atau kreasi anggotanya atau guru-guru yang
kepada para dosen perlu mendapatkan perhatian, ada dibawahnya dalam rangka membina sekolahnya;
karena tanpa adanya komunikasi yang baik dan tera- dan (4) tipe atau gaya pseudo demokratis, yaitu gaya
rah dari Ketua STAB Kertarajasa kepada para dosen kepemimpinan yang hanya tampak demokratis saja,
atau sebaliknya dari dosen kepada Ketua STAB Ker- tetapi dibalik kata-katanya yang penuh tanggung ja-
tarajasa, maka penyampaian motivasi tidak akan ter- wab ada siasat yang sebenarnya merupakan tindakan
capai dengan baik. Berkenaan dengan komunikasi yang absolut.
tersebut, Reinhartz dan Beach (2004:128) mengemu-
kakan “Good communication involves not only
Strategi Kepemimpinan Biksu dalam
speaking and writing, but reading and listening
Mengembangkan Mutu Pendidikan
as well. Effective communication hinges on other
people understanding the message and respond- Strategi kepemimpinan biksu dalam mengem-
ing in a way that moves the exchange (spoken or bangkan mutu pendidikan di STAB Kertarajasa ter-
written) forward”. Sejalan dengan pernyataan terse- dapat tiga hal, yaitu 1) strategi memotivasi para dosen,
but sebelumnya juga telah dipertegas oleh Harsey berkenaan dengan kegiatan belajar mengajar dan juga
dan Blanchard (1977:163) “As the individual or untuk terus meningkatkan prestasinya; 2) strategi pe-
group begins to move into an above average level nanaman pendidikan karakter bagi para mahasiswa
of maturity, it becomes appropriate for leaders dalam proses belajar dan berkehidupan di masyara-
to decrease not only task behavior but also rela- kat sesuai Darma Budha; dan 3) strategi hubungan
tionship behavior”. Kedua pernyataan tersebut da- komunitas warga umat Budha khususnya atau ma-
pat dimaknai bahwa komunikasi yang baik dan efektif syarakat pada umumnya sebagai donator untuk pe-
yang didukung dengan hubungan individu yang baik nyelenggaraan STAB Kertarajasa.
merupakan sarana yang dapat mendukung kepemim-
pinan Ketua STAB Kertarajasa dalam memberikan
motivasinya kepada para dosennya untuk berprestasi. Strategi Memotivasi Para Dosen
Keempat, berkenaan dengan gaya kepemimpin- Peranan Biksu di STAB Kertarajasa sangat ber-
an maka sebagaimana dikemukakan oleh Soetopo pengaruh kepada bagaimana para dosen di sekolah
(2010:9) bahwa “Di tengah-tengah perjuangan menu- tinggi tersebut termotivasi untuk maju dan berprestasi.
ju kesuksesan tujuan pendidikan tidak lepas dan sa- Maju dalam pengertian mengoptimalkan kemampuan
ngat membutuhkan tipe-tipe pemimpin sebagai pe- yang dimiliki, sedangkan berprestasi dalam pengertian
mimpin pendidikan (official leader), yang cara kerja memaksimalkan kemampuan yang dimiliki tersebut
dan cara bergaulnya dapat dipertanggungjawabkan menjadi potensi untuk mengembangkan ke arah yang
dan dapat menggerakkan orang lain untuk turut serta lebih kompetitif. Hal ini sejalan dengan yang dikemu-
mengerjakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan- kakan Mulyasa (2011:27) bahwa setiap pemimpin
nya”. Sehubungan dengan gaya kepemimpinan terse- pendidikan dalam sebuah lembaga pendidikan dalam
but Graves di Standord University memberikan lapor- melaksanakan fungsi kepemimpinannya mampu

Volume 3, Nomor 3, September 2015


Simmavong, Huda, Arifin–Kepemimpinan Biksu Dalam Peningkatan.....197
197

memberdayakan tenaga kependidikan dan seluruh Dalam memaksimalkan peranan Ketua STAB
warga lembaga pendidikan yang dipimpinnya agar Kertarajasa, untuk memotivasi para dosen berpresta-
mau dan mampu melakukan upaya-upaya untuk men- si maka setidaknya terdapat tiga peran yang menjadi
capai tujuan lembaga pendidikan tersebut. Hal sena- pokok utama, yaitu (1) peranan Ketua STAB Kerta-
da juga seperti ditegaskan oleh Reinhartz dan Beach rajasa sebagai pemimpin (leader); (2) peranan Ketua
(2004: 21) bahwa “School leadership has become STAB Kertarajasa sebagai manajer (manager); dan
more important as it has been linked to school (3) peranan Ketua STAB Kertarajasa sebagai pem-
success”. Pernyataan tersebut selanjutnya dapat di- beri motivasi (motivator).
maknai bahwa peranan para Biksu di STAB Kertara- Sebagai pemimpin (leader), maka Ketua STAB
jasa sangatlah penting untuk membawa kesuksesan Kertarajasa: (1) melakukan hal-hal yang benar yang
dalam pendidikan di STAB yang dipimpinnya, sehing- telah menjadi aturan baku tugas pokok dan fungsinya
ga para Biksu yang berkapasitas sebagai dosen di sebagai Ketua STAB, baik dalam kapasitasnya di
STAB tersebut mampu mengoptimalkan sumber daya lembaga tersebut, maupun kapasitasnya sebagai Bik-
yang ada, khususnya sesama para dosen untuk dapat su atau pemimpin rohani agama Budha; (2) berurusan
memaksimal potensi yang dimilikinya masing-masing. dengan upaya untuk menghadapi perubahan, yaitu
Terry (1972) dalam Mulyasa (2011:47) menge- dengan memberikan motivasi berprestasi kepada pa-
mukakan sehubungan dengan memotivasi guru untuk ra dosen untuk melakukan perubahan bagi dirinya
berprestasi bahwa: sendiri, yaitu memaksimalkan potensi yang ada pada
Untuk dapat memberdayakan setiap individu dalam dirinya untuk dikembangkan menuju potensi yang
tingkat persekolahan, seorang kepala sekolah seyogya- kompetitif; (3) berfokus pada penciptaan visi bersa-
nya dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
pemberdayaan (create an environment conducsive to ma, yaitu visi STAB Kertarajasa; (4) sebagai arsitek
empowerment), memperlihatkan idealism pemberdaya- bagi para dosen, dalam arti membuat dosen untuk
an (demonstrates empowerment ideals), penghargaan menjadi dosen yang handal dari potensi yang dimiliki-
terhadap segala usaha pemberdayaan (encourages all nya, baik dari segi akademis maupun perilaku agamis;
endeavors toward empowerment), dan penghargaan
(5) peduli terhadap potensi yang dimiliki para dosen
terhadap segala keberhasilan pemberdayaan (applauds
all empowerment successes). untuk berprestasi; (6) memberi motivasi dalam suasa-
Pernyataan di atas dapat dimaknai bahwa upaya na bebas dan kreatif, tetapi tetap dalam disiplin.
pemberian motivasi kepada para dosen bukanlah hal Berkenaan dengan Ketua STAB Kertarajasa
yang sederhana, melainkan didalamnya membutuh- sebagai manajer (manager) maka Ketua STAB
kan kerja keras dan kesungguhan dari Ketua STAB, Kertarajasa: (1) melakukan hal-hal dengan benar yai-
agar para dosen dapat menerima motivasi tersebut tu tugasnya sebagai Ketua STAB Kertarajasa; (2)
sebagai dorongan untuk mengoptimalkan potensi berurusan dengan upaya untuk menghadapi komplek-
yang dimiliki oleh guru menuju pada pemaksimalan sitas, yaitu memberikan motivasi kepada para dosen
potensi yang kompetitif dan profesional. dengan tetap memperhatikan tugas utamanya seba-
Lebih lanjut Rivai dan Murni (2009:732) menge- gai pendidik dalam STAB Kertarajasa sesuai jabatan
mukakan bahwa terdapat dua macam motivasi, yaitu yang diemban di sekolah tinggi tersebut; (3) berfokus
(1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari pada desain pekerjaan dan berurusan dengan kontrol,
dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan, dorong- yaitu Ketua STAB Kertarajasa selain memberikan
an orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri; dan motivasi secara kata-kata, juga mendampingi dosen
(2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul ka- yang diberikan motivasi tersebut untuk terus mening-
rena pengaruh dari luar individu. Terkait dengan pendi- katkan potensi yang dimilikinya; (4) sebagai pemba-
dikan di lembaga pendidikan, yang dalam hal ini adalah ngun motivasi bagi para dosen di STAB Kertarajasa
STAB Kertarajasa, maka faktor pendidikan dan untuk berprestasi; (5) peduli pada proses dosen untuk
pengalaman Ketua STAB Kertarajasa sangat besar mengembangkan potensi yang dimilikinya sebagai pe-
peranannya dalam memberikan kontribusi menum- ngejawantahan dari motivasi yang diberikan oleh Ke-
buhkan motivasi kepada para dosen, baik itu untuk tua STAB Kertarajasa; (6) pemberian motivasi dalam
motivasi intrinsik maupun ekstriksik. Hal ini juga se- kepatuhan, disiplin, dan tidak memberi ruang adanya
perti ditegaskan oleh Soetopo (2010:67) bahwa pendi- kesalahan.
dikan dan pengalaman yang dimiliki oleh pemimpin Sebagai pemberi motivasi (motivator), maka
lembaga pendidikan merupakan faktor yang meme- Ketua STAB Kertarajasa: (1) mampu menciptakan
ngaruhi kepemimpinannya. lingkungan yang kondusif di STAB Kertarajasa; (2)
198 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 190-201

mampu menciptakan hubungan yang harmonis antar traditions; c) to develop skills of critical and apprecia-
warga sekolah tinggi tersebut dalam suasana yang tive values appraisal; d) to develop and put into prac-
tice the skills of decision making and value negotiation;
aman dan nyaman; (3) menciptakan suasana disiplin and (2). It should encourage them to develop a concern
sehingga dapat menciptakan suasana produktivitas for the community and the care of its members.
para dosen dalam beraktivitas; (4) memberikan per- Pernyataan Hills tersebut menandaskan bahwa
hatian dalam bentuk pendekatan pribadi (personal pendidikan nilai harus mampu membuat peserta didik
approach) agar para dosen dapat dalam suasana untuk dapat menguasai pengetahuan yang berakar
tenang menyampaikan keluh kesahnya bila ada masa- pada nilai-nilai tradisionalnya yang mampu menolong
lah yang mengakibatkan terhambatnya dosen untuk menghadapi nilai-nilai modern; berempati dengan
berprestasi; (5) memberikan penghargaan (reward) persepsi dan perasaan orang-orang tradisional; me-
secara relevan dan sesuai kebermanfaatannya. ngembangkan keterampilan kritis dan menghargai ni-
Dari penjelasan di atas maka dapat dimaknai lai-nilai tersebut; mengembangkan diri sehingga ber-
bahwa peranan kepemimpinan Ketua STAB Kerta- keterampilan dalam membuat keputusan dan berdia-
rajasa sangatlah menentukan dan berpengaruh pada log dengan orang lain; dan pada akhirnya mampu
pemberian motivasi kepada para dosen untuk dapat mendorong peserta didik untuk berkomitmen pada
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya menjadi po- masyarakat dan warganya.
tensi yang kompetitif menuju prestasi. Pendidikan karakter tentang Darma cinta kasih
dalam agama Budha menjadi rujukan utama (core
values) dan menjiwai seluruh proses pendidikan di
Strategi Penanaman Pendidikan Karakter
STAB Kertarajasa, yaitu pengembangan ilmu penge-
Bagi Para Mahasiswa dalam Proses Belajar
tahuan dan teknologi, pendidikan karakter, kewirau-
dan Berkehidupan
sahaan, dan ekonomi kreatif, dan pendidikan anti ko-
Pada STAB Kertarajasa Batu, internalisasi nilai rupsi dalam menjawab dinamika tantangan globalisa-
dan etika menjadi awal dalam proses pembentukan si. Pendidikan karakter yang bersumber pada ajaran
suasana berkarakter dalam sekolah tinggi tersebut, Budha tersebut memberikan warna bagi lulusan
dalam hal ini adalah nilai dasar Darma agama Budha, STAB Kertarajasa. Khususnya dalam merespons se-
yaitu Darma cinta kasih. Proses internalisasi tersebut gala tuntutan perubahan dan dapat dipandang sebagai
tidak hanya dilakukan oleh para Biksu saja, tetapi ju- acuan nilai-nilai keadilan dan kebenaran, dan tidak
ga semua dosen. Dengan demikian, maka akan lebih semata hanya sebagai pelengkap. Dengan demikian,
menyentuh ke dalam diri para mahasiswa STAB Ker- pendidikan karakter yang bersumber pada Darma
tarajasa. cinta kasih dalam agama Buddha menjadi makin efek-
Sebagaimana diungkapkan oleh Fraenkel (1973) tif dan fungsional, mampu mengatasi kesenjangan
dalam Welton & Mallan (1981:155) “No one has antara harapan dan kenyataan serta dapat menjadi
ever seen a value. Like concepts and ideas, values sumber nilai spiritual bagi kesejahteraan masyarakat
exist only in our minds. Values are standards of dan kemajuan bangsa.
conduct, beauty, efficiency, or worth that individ- Tujuan pendidikan karakter yang ditanamkan di
uals believe in and try to live up to or maintain.” STAB Kertarajasa sebagaimana yang disebutkan di
Dengan nilai Darma cinta kasih yang ditanamkan atas juga sejalan dengan tujuan pendidikan agama
pada STAB Kertarajasa, maka hal ini masuk juga Buddha yang meliputi tiga aspek dasar, yaitu pengeta-
dalam pembelajaran tentang pendidikan karakter, yai- huan (pariyatti), pelaksanaan (patipatti), dan pe-
tu pada keseluruhan komponen struktur dan muatan nembusan/pencerahan (pativedha). Pemenuhan
kurikulum di STAB tersebut. Setiap komponen dalam terhadap tiga aspek dasar yang merupakan suatu ke-
matakuliah, mempunyai muatan pendidikan karakter satuan dalam metode pendidikan karakter Agama
yang disiapkan oleh masing-masing dosen. Hal ini Buddha di STAB Kertarajasa, sehingga akan me-
juga seperti dikemukakan oleh Hill (1991) dalam ngantarkan para mahasiswanya kepada moralitas
Adisusilo (2012:71) sebagai berikut: yang luhur, ketenangan dan kedamaian dan akhirnya
Values education should seek, as a minimum specifica- dalam kehidupan bersama akan mewujudkan perilaku
tion: (1) To enable students: a) to acquire a representa- yang penuh toleran, tenggang rasa, dan cinta perda-
tive knowledge base concerning the value traditions
which have helped to form contemporary culture; b)
maian.
to enter with empathy into the perceptions and feelings Salah satu bentuk penanaman pendidikan karak-
of people who have been strongly commited to these ter di STAB Kertarajasa adalah dengan puja bakti/

Volume 3, Nomor 3, September 2015


Simmavong, Huda, Arifin–Kepemimpinan Biksu Dalam Peningkatan.....199
199

kebaktian, yang memiliki tujuan yaitu: a) menghormati kasi dua arah antara organisasi dengan publik secara
dan merenungkan sifat-sifat luhur Tri Ratna (Buddha, timbal balik baik dalam rangka mendukung fungsi
Dhamma, dan Sangha); b) meningkatkan keyakinan dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembi-
(saddha) dengan tekad (aditthana) terhadap Tri naan kerjasama serta pemenuhan kepentingan bersa-
Ratna; c) mengembangkan empat sifat luhur (Brah- ma. Hal ini sejalan dengan makna adanya ikatan hu-
ma Vihara), yaitu cinta kasih, belas kasih, simpati, bungan lembaga pendidikan dengan masyarakat se-
dan batin seimbang; d) mengulang atau membaca bagai suatu proses komunikasi dengan tujuan mening-
dan merenungkan kembali khotbah-khotbah Buddha; katkan pengertian warga masyarakat tentang kebu-
e) melakukan Anumodana, yaitu membagi perbuat- tuhan dan praktik pendidikan serta berupaya dalam
an baik kepada makhluk lain; f) berbagi kebajikan memperbaiki sekolah (Soedjatmoko:2010). Hal ini ju-
kepada semua makhluk. ga senada seperti dikemukakan oleh Emerson Reck
Hal yang terpenting saat melakukan puja bakti (1993:25) bahwa:
adalah pikiran bersih dan penuh konsentrasi. Tujuan- Public relation is the continued process of keying
nya agar saat membaca doa untuk mengagungkan policies, service and action to the best interest of those
individual and group whose confidence and goodwill
Tri Ratna, indera-indera terkendali. Doa (paritta) and individual or institutions covets, and secondary it
yang dibaca dalam puja bakti berisi doa agar semua is the interpretation of these policies, service and action
makhluk berbahagia. Agar sifat luhur berkembang, to assure complete understanding and appreciation.
dengan melaksanakan meditasi sehingga pikiran men- Public relation dimaknai sebagai sebuah proses
jadi tenang. penetapan kebijakan, pelayanan serta tindakan-tin-
Selanjutnya puja bakti yang dilakukan dengan dakan nyata berupa kegiatan yang melibatkan orang
sungguh-sungguh dan penuh penghayatan akan ber- banyak agar orang-orang yang terlibat dalam kegiatan
manfaat besar, yaitu a) keyakinan (saddha) dan bakti tersebut memiliki kepercayaan terhadap lembaga-
kepada Tri Ratnaa kan bertambah; b) empat sifat lembaga yang menyelenggarakan kegiatan tersebut.
luhur (brahma vihara) akan berkembang; c) indera Logikanya jika lembaga tersebut tidak melakukan ke-
(samvara) akan terkendali karena pikiran diarahkan giatan, maka masyarakat akan mengalami kesulitan
untuk puja bakti; d) menimbulkan perasaan puas untuk dapat mengenali lembaga tersebut. Hal senada
(santutthi) karena telah berbuat baik; dan e) menim- dikemukakan oleh Rex Harlow (1997:17) yang me-
bulkan kebahagiaan (sukha) dan ketenangan batin. nyatakan bahwa:
Public relation merupakan suatu fungsi dari manajemen
yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan
Strategi Hubungan Komunitas Warga jalur bersama antara organisasi dengan publiknya teru-
tama menyangkut aktifitas komunikasi, pengertian,
Secara etimologis, “hubungan masyarakat” di- penerimaan dan kerjasama; melibatkan manajemen da-
terjemahkan dari perkataan bahasa Inggris “public lam persoalan permasalahan, membantu manajemen
menanggapi opini publik, mendukung manajemen dalam
relation”, yang berarti hubungan lembaga pendidikan mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif,
dengan masyarakat, yakni sebagai hubungan timbal bertindak sebagai sistem peringatan dini mengantisipasi
balik antara suatu organisasi (lembaga pendidikan) kecendrungan mempergunakan penelitian serta teknik
dengan masyarakatnya. Menurut Kindred Leslie, da- komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama.
lam bukunya “School Public Relation” mengemuka- Ada hal yang menarik dari pengertian di atas
kan pengertian hubungan lembaga pendidikan dengan bahwa komunikasi hendaknya dilakukan melalui
masyarakat adalah merupakan suatu proses komuni- pengkajian penelitian dan pengembangan, hal ini perlu
kasi antara lembaga pendidikan dengan masyarakat disadari terutama oleh manajemen STAB Kertaraja-
untuk berusaha menanamkan pengertian warga ma- sa bahwa penelitian dan pengembangan adalah sesua-
syarakat tentang kebutuhan dari karya pendidikan tu yang mutlak dilaksanakan oleh lembaga sebab
serta pendorong minat dan tanggung jawab masyara- atas dasar inilah maka akan muncul kebutuhan-kebu-
kat dalam usaha memajukan lembaga pendidikan ter- tuhan mendesak yang dirasakan oleh masyarakat dan
sebut. perlu segera ditanggapi.
Jika dilihat dari sisi maknanya, maka hubungan Hal semacam ini juga diungkapkan oleh Leslie
lembaga pendidikan di STAB Kertarajasa dengan dalam bukunya The School and Community Rela-
masyarakat memiliki pengertian yang sangat luas se- tions (1984:14) yang meyatakan bahwa “school
hingga dapat dikatakan sebagai hubungan masyara- public relations is a process of communication
kat dengan STAB Kertarajasa merupakan komuni- between the school and community for purpose
200 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 190-201

of increasing citizen understanding of education- lam mengembangkan mutu pendidikan di STAB Ker-
al needs and practices and encouraging intel- tarajasa, maka hal yang dilakukan adalah dengan a)
ligent citizen interest and cooperation in the work menekakan pada character building dan moral atti-
of improving the school”. Pengertian tersebut ham- tude bagi semua warga STAB Kertarajasa; b) me-
pir memiliki kesamaan dengan apa yang disampaikan nempatkan diri sebagai layaknya dosen yang mem-
oleh Mamusung (1988:6) yang menyatakan bahwa punyai tanggung jawab akademis kepada para maha-
lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial yang di- siswanya; c) menyelaraskan antara yang diajarkan
selenggarakan dan dimiliki oleh masyarakat seharus- dalam perkuliahan dengan motivasi spiritual sehingga
nya mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya dan terjadinya keseimbangan; d) memberikan pemaham-
sekolah memiliki kewajiban secara legal dan informal an yang luas tentang pentingnya membaca dan bersi-
untuk memberikan penerangan kepada masyarakat kap kritis sebagai mahasiswa, hal ini agar menempat-
tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan kan posisi mahasiswa sebagai kaum intelektual yang
serta keadaannya, dan sebaliknya sekolah harus me- handal; e) memberikan nasihat kepada semua maha-
ngetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan, dan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah serta
tuntutan masyarakatnya. ceramah keagamaan yang akan menjadi kekuatan
Memaknai pendapat-pendapat para ahli di atas, mereka untuk dikenal di masyarakat dalam rangka
saluran komunikasi merupakan sesuatu yang sangat mempersiapkan diri menuju kesempatan mencari pe-
esensial dalam pencapain tujuan kaitannya dengan kerjaan setelah lulus nanti; f) memberikan motivasi
hubungan kerjasama antara STAB Kertarajasa seba- kepada semua warga STAB Kertarajasa, untuk me-
gai lembaga pendidikan dengan masyarakat. ningkatkan potensi diri dalam pengembangan SDM
sehingga dapat menjadi pendukung bagi perkem-
bangan dan kemajuan STAB Kertarajasa.
SIMPULAN DAN SARAN Strategi untuk memotivasi para dosen, dilakukan
Simpulan dengan a) memberikan kesempatan bagi dosen yang
berprestasi untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
Sistem pendidikan di STAB Kertarajasa mene- tinggi; b) memberikan kesempatan yang luas bagi
kankan pada dua hal, yaitu pendidikan yang bersum- dosen untuk melakukan penelitian; dan c) memberi-
ber dari kuil dan pendidikan yang bersumber dari kan kesempatan yang luas bagi dosen untuk mengikuti
pemerintah. Pendidikan yang bersumber dari kuil, pelatihan-pelatihan atau seminar-seminar yang men-
bagi mahasiswa (atthaselani dan samanera) yang dukung tugasnya. Strategi penanaman pendidikan ka-
berasal dari vihara, yaitu pendidikan moral spiritual rakter bagi para mahasiswa dalam proses belajar dan
Budhis. Hal ini dilakukan dengan ritual puja bakti be- berkehidupan di masyarakat sesuai darma Budha,
rupa doa dan siraman-siraman rohani yang merupa- dilakukan dengan a) slogan-slogan pendidikan karak-
kan kegiatan rutin di vihara, tetapi bagi mahasiswa ter di lingkungan kampus; b) dengan adanya atribut-
umum, mereka hanya mendapatkan penekanan moral atribut atau simbol-simbol keagamaan yang diletak-
spiritual Budhis tersebut pada saat kegiatan perkuliah- kan baik di dalam ruang kuliah maupun di lingkungan
an, yaitu seperti doa sebelum dan setelah perkuliahan kampus; c) melakukan kegiatan darma atau sanggar
selesai, ataupun pada saat kegiatan keagamaan ber- keagamaan di komunitas agama Buddha yang berada
langsung di kuil. Pendidikan yang bersumber dari pe- di daerah pedesaan; dan d) melakukan bakti sosial
merintah, yaitu pelaksanaan kurikulum pembelajaran keagamaan di desa-desa. Strategi hubungan komuni-
yang berlaku secara umum, baik untuk pendidik, mau- tas warga umat Budha khususnya atau masyarakat
pun bagi mahasiswa semuanya karena kurikulum pada umumnya sebagai donator untuk penyelengga-
yang diterapkan adalah kurikulum nasional yang ber- raan STAB Kertarajasa, dilakukan dengan a) mela-
asal dari Kementerian Pendidikan, dalam hal ini ada- porkan hasil prestasi yang dicapai oleh mahasiswa
lah materi-materi pendidikan untuk STAB secara na- yang mendapatkan beasiswa atau calon mendapat-
sional. kan beasiswa di lingkungan STAB Kertarajasa; b)
Berkenaan dengan kepemimpinan Biksu dalam melaporkan hasil kegiatan penelitian yang telah dila-
mengembangkan mutu pendidikan di STAB Kertara- kukan oleh para dosen penerima bantuan penelitian;
saja, maka kepemimpinan Biksu tersebut adalah kait- c) melaporkan secara tranparan terhadap pengguna-
annya sebagai rohaniwan dan juga sebagai pendidik. an keuangan yang diterima oleh para donatur.
Selanjutnya mengingat kedua hal tersebut maka da-

Volume 3, Nomor 3, September 2015


Simmavong, Huda, Arifin–Kepemimpinan Biksu Dalam Peningkatan.....201
201

Saran Hoy, W.K & Miskel, C.G. 2005. Educational Administration.


Theory, Research, and Practice. New York: McGraw-
Bagi Ketua STAB Kertarajasa, Kota Batu, anta- Hill.
ra lain a) tetap mempertahankan kualitas penanaman Kadarusmadi. 1996. Upaya Orangtua dalam Menata Situa-
pendidikan karakter; b) diperkuat kembali jalinan ker- si Pendidikan dalam Keluarga. Disertasi tidak di-
jasama dengan para donatur dan para alumni untuk publikasikan. Bandung: PPS IKIP Bandung.
ikut serta memajukan lembaga, dan c) mempromosi- Leslie, A. 1984. The School and Comminity Relations. Lon-
kan keberadaan lembaga, sehingga lebih dikenal lagi don: Prentice & Hall.
di masyarakat luas. Bagi Para Dosen STAB Kertara- Mamusung, J.E. 1988. Kebijakan Pendidikan dalam Atur-
jasa, Kota Batu, antara lain a) untuk lebih sering mela- an Sekolah. Jakarta: Rajawali Pers.
kukan penelitian sehingga dapat mencermati perhati- Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi
an masyarakat terhadap keberadaan lembaga; b) ikut Revisi. Bandung: PT. Ramaja Rosdakary, et.ala.
berperan aktif dalam mempromosikan keberadaan Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep,
lembaga, sehingga lebih dikenal masyarakat luas; dan Strategi & Implimentasi. Bandung: Rosda kary,
c) lebih menggiatkan kepada para mahasiswanya un- et.al.
tuk melakukan tugas penelitian mahasiswa sehingga Mulyasa, E. 2011. Manajemen & Kepemimpinan Kepala
para mahasiswa mempunyai sense of knowledge Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
yang seimbang dengan sense of religion yang dimili- Ndraha, T. 1997. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.
kinya. Bagi peneliti lain yang berminat terhadap topik Reck, E. 1993. Public Policy in the Education: Concept
penelitian ini, dapat mengembangkan aspek-aspek and Application. Bevely Hall, CA: SAGE Publica-
yang berkaitan dengan “Pengaruh Budaya Keagama- tions, Inc.
an dalam Menumbuhkan Motivasi Guru/Dosen Reinhartz, J. & Beach, D.M. 2004. Education Leadership.
Berprestasi” dalam kawasan kemitraan sekolah tinggi Changing Schools, Changing Roles. Boston: Pear-
atau sekolah keagamaan, seperti peran kepala seko- son Education, Inc.
lah dan komite sekolah dalam hubungannya untuk Rivai, V & Murni, S. 2009. Education Management. Analisis
meningkatkan prestasi guru/dosen. Teori dan Praktik. Jakarta: Rajawali Pers
Salam, B. 2002. Pengantar Pedagogig. Dasar – Dasar Ilmu
Mendidik. Jakarta: Rineka Cipta.
DAFTAR RUJUKAN Samani, M & Hariyanto. 2011. Pendidikan Karakter. Kon-
Adisusilo, S. J. R. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter. Kon- sep dan Model. Bandung: Remaja Rosda Karya.
struktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Sergiovanni. 1987. The Principalship: A Reflective Prac-
Pembelajaran Effektif. Jakarta: Rajawali Pers. tice Perspective. Newton, MA: Allyn & Bacon.
Arifin, I. 2008. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Me- Soedjatmoko. 2010. Menjadi Bangsa Terdidik Menurut
ngelola Sekolah Berprestasi. Studi Multi Kasus Soedjamoko. Jakarta: Penerbit Buku Kompus.
pada MIN Malang I, MI Mamba’ul Ulum, dan SDN Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Malang:
Ngaglik I Batu Malang. Yogyakarta: Aditya Media Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Ma-
Publishing. lang.
Ary, D., Yacobs, L.C, & Razavich, A. 1985. Introduction to Surya, R.S. 2012. Aturan Moralitas Budhis. Pengertian, Pen-
Research inEducation. New York: Holt, Rinehart jelasan, dan Penerapan. Yogyakarta: Vidyasena
and Winston. Production, Vihara Vidyaloka
Bogdan, R.C & Biklen, S.K. 1982. Qualitative research Toha, M.1990. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Cetakan
for Education: An Introduction to Teory and Keempat. Jakarta: Rajawali Pers.
Method. United State of American: Allyn and Ba- Welton, D. A & Mallan, J. T. 1981. Children and Their
con, Inc. World. Strategies for Teaching Social Studies. 2nd
Harlow, R. 1997. Management for Leadership. Beverly Hill, Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.
CA: SAGE Publication Inc. Yin, R.K.1996 Studi kaus: Desain dan Metode. Terjemahan
Harsey, P & Blanchard, K.H. 1977. Management of Organi- oleh Djauzi Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
zational Behaviour: Utilizing Human Resources.
New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Anda mungkin juga menyukai