Anda di halaman 1dari 4

Nama : Widya Ningsi S Bulonggon

Kelas : MPI 2C

Nim :191022064

Untuk merealiasikan gagasan #MerdekaBelajar yang diusungnya, Mendikbud Nadiem Makarim


menghapus Ujian Nasional (UN).

Ujian Nasional terakhir akan diadakan pada tahun 2020. Setelah itu, ujian akan diganti dengan
Ujian di tingkat sekolah yang disebut USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional).

“Penyelenggaraan UN tahun 2021, akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan
Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi),
kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter,”
jelas Mendikbud.

Inti dari kebijakan tentang merdeka belajar yang ditetapkan Nadiem Makarim adalah:

1. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan digunakan untuk mengukur kompetensi
siswa

2. Ujian Nasional (UN) dihentikan, diganti Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter
di kelas 4, 8, dan 11

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disederhanakan

4. Sistem Zonasi tetap dipakai dengan penyempurnaan

Selengkapnya, kebijakan tentang Merdeka Belajar dan Ujian Nasional itu disebarkan melalui
rilis yang dibuat oleh Kemdikbud berikut ini:

Mendikbud Tetapkan Empat Pokok Kebijakan Pendidikan “Merdeka Belajar”

Jakarta, Kemendikbud — Menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo


dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim,
menetapkan empat program pokok kebijakan pendidikan “Merdeka Belajar”. Program tersebut
meliputi Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi.
“Empat program pokok kebijakan pendidikan tersebut akan menjadi arah pembelajaran kedepan
yang fokus pada arahan Bapak Presiden dan Wakil Presiden dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia,” demikian disampaikan Mendikbud pada peluncuran Empat Pokok
Kebijakan Pendidikan “Merdeka Belajar”, di Jakarta, Rabu (11/12).

Arah kebijakan baru penyelenggaraan USBN, kata Mendikbud, pada tahun 2020 akan diterapkan
dengan ujian yang diselenggarakan hanya oleh sekolah. Ujian tersebut dilakukan untuk menilai
kompetensi siswa yang dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis atau bentuk penilaian lainnya
yang lebih komprehensif, seperti portofolio dan penugasan (tugas kelompok, karya tulis, dan
sebagainya). “Dengan itu, guru dan sekolah lebih merdeka dalam penilaian hasil belajar siswa.
Anggaran USBN sendiri dapat dialihkan untuk mengembangkan kapasitas guru dan sekolah,
guna meningkatkan kualitas pembelajaran,” terang Mendikbud.

Selanjutnya, mengenai ujian UN, tahun 2020 merupakan pelaksanaan UN untuk terakhir kalinya.
“Penyelenggaraan UN tahun 2021, akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan
Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi),
kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter,”
jelas Mendikbud.

Pelaksanaan ujian tersebut akan dilakukan oleh siswa yang berada di tengah jenjang sekolah
(misalnya kelas 4, 8, 11), sehingga dapat mendorong guru dan sekolah untuk memperbaiki mutu
pembelajaran. Hasil ujian ini tidak digunakan untuk basis seleksi siswa ke jenjang selanjutnya.
“Arah kebijakan ini juga mengacu pada praktik baik pada level internasional seperti PISA dan
TIMSS,” tutur Mendikbud.

Sedangkan untuk penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kemendikbud akan


menyederhanakannya dengan memangkas beberapa komponen. Dalam kebijakan baru tersebut,
guru secara bebas dapat memilih, membuat, menggunakan, dan mengembangkan format RPP.
Tiga komponen inti RPP terdiri dari tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen.
“Penulisan RPP dilakukan dengan efisien dan efektif sehingga guru memiliki lebih banyak waktu
untuk mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri. Satu halaman saja
cukup,” jelas Mendikbud.

Dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), Kemendikbud tetap menggunakan sistem zonasi
dengan kebijakan yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di
berbagai daerah. Komposisi PPDB jalur zonasi dapat menerima siswa minimal 50 persen, jalur
afirmasi minimal 15 persen, dan jalur perpindahan maksimal 5 persen. Sedangkan untuk jalur
prestasi atau sisa 0-30 persen lainnya disesuaikan dengan kondisi daerah. “Daerah berwenang
menentukan proporsi final dan menetapkan wilayah zonasi,” ujar Mendikbud.

Mendikbud berharap pemerintah daerah dan pusat dapat bergerak bersama dalam memeratakan
akses dan kualitas pendidikan “Pemerataan akses dan kualitas pendidikan perlu diiringi dengan
inisiatif lainnya oleh pemerintah daerah, seperti redistribusi guru ke sekolah yang kekurangan
guru,” pesan Mendikbud.

“Orangtua harus membuka diri bahwa putra-putrinya berhak sekolah. Mereka harus berani ke
sekolah untuk menyampaikan keadaan sebenarnya. Kalau ditolak, boleh datang ke Dinas
tepatnya ke Direktorat Pendidikan Khusus,” kata Ngadirin.

Di tengah pembicaraan Ngadirin, Yola juga menambahkan agar biaya sekolah anak
berkebutuhan khusus turut diperhatikan. “Biaya sekolah anak berkebutuhan khusus jangan
mahal-mahal," ujar Yola.

Terkait hal tersebut, Ngadirin menjawab bahwa dana BOS sudah ditingkatkan. BOS ini tentunya
berlaku juga untuk anak berkebutuhan khusus.

“Pokoknya tidak ada alasan untuk tidak sekolah. Ngadirin akan selalu ada walau gak diundang
dia akan selalu ngadirin,” pungkasnya.

1. Kalimat tidak efektif

 Setelah itu, ujian akan diganti dengan Ujian di tingkat sekolah


 akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum
 Menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo
 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim
 Empat program pokok kebijakan pendidikan tersebut akan menjadi arah pembelajaran
 pada tahun 2020 akan diterapkan dengan ujian yang diselenggarakan hanya oleh sekolah
 kompetensi siswa yang dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis atau bentuk penilaian
lainnya
 tahun 2020 merupakan pelaksanaan UN untuk terakhir kalinya.
 Pelaksanaan ujian tersebut akan dilakukan oleh siswa
 Dalam kebijakan baru tersebut, guru secara bebas dapat memilih
 Mendikbud berharap pemerintah daerah dan pusat dapat bergerak bersama dalam
memeratakan akses dan kualitas pendidikan
 seperti redistribusi guru ke sekolah yang kekurangan guru.
 Mereka harus berani ke sekolah untuk menyampaikan keadaan sebenarnya.
 menambahkan agar biaya sekolah anak berkebutuhan khusus turut diperhatikan.

 BOS ini tentunya berlaku juga untuk anak berkebutuhan khusus.


2. Kalimat tidak efektif menjadi Kalimat efektif

 Setelah itu, diganti dengan Ujian di tingkat sekolah


 diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum
 Menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia
 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
 Empat program pokok kebijakan pendidikan tersebut menjadi arah pembelajaran
 pada tahun 2020 diterapkan ujian yang diselenggarakan hanya oleh sekolah
 kompetensi siswa dilakukan dalam bentuk tes tertulis atau bentuk penilaian lainnya
 tahun 2020 merupakan pelaksanaan UN terakhir kalinya.
 Pelaksanaan ujian tersebut dilakukan oleh siswa
 Dalam kebijakan baru tersebut, guru secara bebas memilih
 Mendikbud berharap pemerintah daerah dan pusat bergerak bersama memeratakan akses
dan kualitas pendidikan
 seperti redistribusi sekolah yang kekurangan guru.
 Mereka harus berani ke sekolah menyampaikan keadaan sebenarnya.
 menambahkan agar biaya sekolah anak berkebutuhan khusus diperhatikan.

 BOS ini tentunya berlaku untuk anak berkebutuhan khusus.

Anda mungkin juga menyukai