Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BERKEBUN TOGA (TANAMAN OBAT KELUARGA)


PADA LANSIA

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Gerontik


Program Profesi Ners

Di susun Oleh:

1. Ainun Jariah, S.Kep 11194692110092

2. Devi Oktapia, S.Kep 11194692110096

3. Hifzhi Padliannor, S.Kep 11194692110103

4. Ni Komang Tri Mega Y, S.Kep 11194692110111

5. Rike Dwi Pandani, S.Kep 11194692110108

6. Rohandi Yusuf, S.Kep 11194692110120

7. Utari Ermawati, S.Kep 11194692110125

8. Yahayu, S.Kep 11194692110127

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
A. Latar Belakang Masalah

Lanjut usia (lansia) berdasarkan undang-undang kesejahteraan


lanjut usia No. 13 tahun 1998, lanjut usia adalah penduduk yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita, produktif dan
ataupun yang tidak lagi produktif (Kemenkes RI, 2017). Proses penuaan
(aging) bukanlah suatu penyakit, melainkan proses degeneratif yang
bersifat alamiah/ fisiologis. Sehingga lambat laun akan menimbulkan
sejumlah perubahan kumulatif diikuti dengan penurunan kemampuan
berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh untuk beradaptasi dalam
menghadapi rangsangan baik dari dalam maupun luar tubuh/lingkungan
(Sulaiman & Anggriani, 2018).
Saat ini indonesia telah mengalami pergeseran demografi ditandai
dengan peningkatan jumlah populasi lansia. Jumlah presentase lansia
saat ini mencapai 9,60% atau sekitar 26,64 juta jiwa (Badan Pusat
Statistik, 2018). Peningkatan jumlah penduduk lansia masih terus
berlanjut dan diprediksi akan mencapai 48,2 juta jiwa pada tahun 2030
(Kemenkes, 2019). Peningkatan jumlah penduduk lansia tersebut
memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah
peningkatan jumlah populasi tua menginterpretasikan terjadinya
peningkatan angka usia aharapan hidup (UHH) di indonesia yang juga
dapat diartikan sebagai salah satu penanda keberhasilan pembangunan
dibidang kesehatan (Nurfitri et al 2016). Sedangkan dampak negatif yang
juga perlu menjadi perhatian akibat peningkatan jumlah populasi lansia
adalah meningkatnya angka kesakitan akibat penyakit degeneratif.
(kemenkes, 2019).
Menurut data World Health Organizatoin (WHO) pada tahun 2017
menyatakan bahwa 1,13 miliar orang di seluruh dunia menderita
hipertensi. Menurut Riskesdas tahun 2018 penderita hipertensi di
Indonesia mencapai 8,4%, Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah
pada penduduk prevalensi penderita hipertensi di Indonesia adalah sekita
34,1%, sedangkan pada tahun 2013 hasil prevalensi penderita hipertensi
di Indonesia adalah sekitar 25,8%. Hasil prevalensi dari pengukuran
tekanan darah tahun 2013 hingga tahun 2018 dapat dikatakan mengalami
peningkatan yaitu sekitar 8,3%. Data dari Riskesdas tahun 2018 juga
mengatakan bahwa prevalensi hasil pengukuran darah pada penderita
hipertensi tertinggi terdapat pada provinsi Kalimantan Selatan dengan
prevalensi penderita sekitar 44,1% atau lebih tinggi dari rata-rata
prevalensi hasil pengukuran darah di Indonesia (Kemenkes, 2019).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar tahun 2018
cakupan kejadian hipertensi tertinggi dari 24 Puskesmas yaitu di
Puskesmas Sungai Tabuk 2 (34,04%) (Dinkes kabupaten banjar, 2018).

Berdasarkan data tabulasi dari praktek mahasiswa Profesi Ners


Universitas Sari Mulia Banjarmasin di Desa Paku Alam RT 01 total lansia
yang terdata berjumlah 55-59 tahun 65%, 60-69 tahun 18 % dan >70
tahun 18%. Tercatat angka kejaidan penyakit tertinggi yaitu hipertensi
(59%). Hipertensi adalah penyakit yang perlu diberikan penanganan
ekstra karena jika tidak dapat berdampak pada kesehatan khususnya
kesehatan lansia. Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya
penyakit jantung, gagal jantung kongestif, stroke, gangguan penglihatan
dan penyakit ginjal. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan
sedang yaitu pada mata, ginjal, jantung dan otak. Komplikasi pada mata
berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan
kebutaan (H & Nisa, 2017).
Cara pengendalian tekanan darah selain dari obat antihipertensi
juga diimbangi dengan merubah gaya hidup lebih sehat, melakukan
aktivitas fisik, dan manajemen stress dengan melakukan hal yang
menyenangkan seperti melakukan hobi atau kegiatan yang diminati.
Terapi Modalitas merupakan suatu cara pendekatan agar lanjut usia
dapat beradaptasi terhadap situasi, lebih mampu merawat diri sendiri,
banyak aktivitas dan lebih mandiri. Salah satu terapi modalitas pada lanjut
usia untuk menurunkan tingkat gangguan psikologis adalah terapi
berkebun, yaitu terapi dengan menggunakan berkebun secara terapeutik
untuk meningkatkan fungsi fisik, psikologis, kognitif, perilaku dan fungsi
sosial serta meningkatkan hubungan yang terapeutik, juga dapat
memperbaiki, memelihara dan meningkatkan status fisik dan mental
(Nugroho, 2014).
Terapi berkebun dimulai dengan membangun hubungan dan
kepercayaan serta rasa aman dan membuat Lanjut usia merasa lebih
baik dengan memanfaatkan waktu luangnya. Jenis terapi berkebun
adalah kegiatan bercocok tanam, mencangkok, merawat dan memelihara
tanaman sehingga energy yang dikeluarkan akan menghasilkan keringat
(Nugroho, 2014). Berdasarkan penelitian Magfirah & Alifariki (2018),
terapi berkebun efektif untuk menormalkan tekanan darah lansia dengan
hipertensi . Pada saat pelaksanaan terapi modalitas berkebun Rasa
tenang, nyaman dan bahagia inilah yang memicu tubuh untuk
mengaktifkan HPA axis. HPA axis akan merangsang hipotalamus
sehingga menurunkan sekresi CRH (Corticotropin Releasing Hormone)
menyebabkan ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) menurun dan
merangsang POMC (Pro-opimelanocortin) yang juga menurunkan
produksi ACTH dan kortisol sehingga menstimulasi produksi endorphin.
Endorphin menimbulkan dilatasi vascular penurunan kortisol dan ACTH
serta peningkatan endorphin membuat pembuluh darah rileks sehingga
akan menurunkan tahanan perifer dan cardiac output sehingga
mempengaruhi tekanan darah.

Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah salah satu kekayaan


Indonesia yang sudah ada sejak zaman dahulu, dibudidayakan untuk
mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan berbagai ramuan.
Tanaman obat keluarga merupakan program yang dilakukan dengan cara
pemanfaatan sebidang tanah di halaman rumah, kebun, lading dan lain-
lain (Afrioza, 2021). Oleh karena itu mahasiswa parktek dapat
membangkitkan semangat pada lansia dalam upaya melakukan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat lansia,dengan cara membina
terapi modalitas berkebun TOGA pada lansia, sehingga kegiatan ini dapat
memberikan manfaat pada kelompok lansia dengan hipertensi dalam
menurunkan tekanan darah dan terapi ini memberikan kesempatan bagi
lansia untuk melatih dan menjaga kemampuan motorik, seperti koordinasi
mata dan tangan, melatih otot-otot serta memberikan latihan ringan serta
mengisi waktu kosong dan jenuh pada lansia sehari- hari .Hasil dari terapi
berkebun ini juga memberikan manfaat besar pada masyarakat sekitar
karena membuat desa Paku Alam RT 01 memiliki TOGA (Tanaman Obat
Keluarga).
B. Tujuan
1. Umum
Setelah dilakukan terapi modalitas berkebun toga (tanaman obat
keluarga) pada lansia dengan hipertensi selama selama 30 menit,
diharapkan masyarakat lansia mampu mengikuti dan melaksanakan
terapi berkebun bersama-sama mahassiswa paktek.
2. Khusus
Setelah dilakukan terapi modalitas berkebun toga (tanaman obat
keluarga) selama 30 menit diharapkan masyarakat lansia dapat:

a. Lansia mampu bekerja sama dalam melakukan interaksi sosialisasi


b. Lansia mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan
tentang terapi modalitas berkebun TOGA yang telah dilakukan
c. Lansi mampu berespon terhadap lansia lain dengan
mendengarkan yang sedang berbicara
d. Lansia mampu memberikan tanggapan tentang peningkatan
hubungan sosial kegiatan terapi modalitas berkebun TOGA
e. Lansia merasa senang terhadap terapi modalitas berkebun TOGA
yang telah dilakukan
f. Lansia mampu ikut serta melakukan kegiatan berekebun bersama-
sama

C. Kriteria Klien Dalam Terapi


Masyarakat lansia di Desa Paku Alam RT.01

D. Waktu Dan Tempat Kegiatan


1. Hari dan Tanggal : 25 Februari 2022
2. Pukul : sore 15.00 – selesai
3. Tempat : Halaman rumah warga RT 01 Desa
Paku Alam
E. Seting

KETERANGAN :

1. : Moderator
2. : Pamateri dan
Pemandu
3. : Peserta

F. Struktur Pelaksana
1. Ketua Pelaksana : Hifzhi Padliannor
2. Pemateri : Yahayu
3. Pemandu Senam : Ainun Jariah, Ni KomangTri Mega

4. Moderator,pembawa acara : Utari


5. Fasilitator,Operator : Rohandi, Rike
6. Dokumentasi,Humas : Devi Oktapia

G. Alat
1. Pengeras Suara
2. Poster

H. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
I. Langkahh Langkah Kegiatan

Tahap
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan

1. Pembukaan 15 menit 1. Mengucapkan salam Masyarakat Kata/


2. Memperkenalkan diri lansia kalimat
3. Menyampaikan tujuan
tanaman toga dan
pokok materi
4. Menyampaikan
pokok pembahasan
5. Kontrak waktu
2. Pelaksanaan 30 menit 1. Mendomenstrasikan Masyarakat Poster
pembuatan tanaman Lansia
terhadap lansia
2. Pembuatan tanaman
toga untuk mengurangi
beberapa tanda dan
gejala penyakit di
pada lansia. Dan
dibuat bersama-sama
mahasiswa praktek
stase gerontik

3. Penutup 5 menit 1. Melakukan evaluasi Masyarakat Kata/


2. Menyampaikan Lansia kalimat
kesimpulan materi
3. Mengakhiri
pertemuan
K. Laporan Hasil Kegiatan
1. INPUT
Tempat pembuatan tanaman TOGA di halaman rumah warga RT 01
Desa Paku Alam.

2. PROSES
Peran perawat dalam tanaman TOGA ini, membantu mengurangi tanda
dan gejala penyakit yang dialami pada masyarakat usia muda maupun
lansia. Yang di mana tanaman dianjurkan berdasarkan literature
sehingga masyarakat dapat memanfaatkan tanaman sesuai tanda dan
gejala penyakit yang dialami.
3. HASIL
Lansia tampak antusias dengan dibuatkannya tanaman TOGA ini,
dimana kegiatan seperti ini pertama kali dilakukan oleh mahasiswa yang
berpraktik di Desa Paku Alam khususnya RT 01. Beberapa lansia
mengatakan bahwa tanaman TOGA sangat bermanfaat bagi mereka
untuk meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini juga menjadi wadah
berkumpulnya masyarakat dan lansia sehingga terjadinya interkasi sosial
yang baik .
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. Lansia yang sehat, lansia yang jauh dari demensia.2016. Diunduh dari

Hakim, L. N. (2020). Perlindungan Lanjut Usia Pada Masa Pandemik Covid-19.


Info Singkat, XII (10/II/Puslit/Mei/2020).

Hariawan, H., & Tatisina, C. M. (2020). Pelaksanaan Pemberdayaan Keluarga


Dan Senam Hipertensi Sebagai Upaya Manajemen Diri Penderita
Hipertensi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Sasambo, 1(2), 75-79.

Kazeminia, M., Daneshkhah, A., Jalali, R., Vaisi-Raygani A.. Salari, N.,
Mohammadi., M. (2020).The Effect Of Exercise On The Older Adult’s Blood
Pressure Suffering Hypertension: Systematic Review And Meta-Analysis
On Clinical Trial Studies :International Journal of Hypertension, 107, 2411-
2502

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Analisis Lansia di Indonesia. Pusat


Data dan Informasi. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan RI; 2017.

Rahmasari, N., Asnawati, A., & Muttaqien, F. (2021). Literature Review:


Pengaruh Olahraga Aerobik terhadap Fungsi Endotel Penderita Hipertensi.
Homeostasis, 4(2), 417-426.

Sulaiman & Anggriani. (2018). Efek Postur Tubuh Terhadap Keseimbangan


Lanjut Usia Di Desa Suka Raya Kecamatan Pancur Batu. Jurnal Jumantik,
3(2), 127-140.

Sumartini, N. P., Zulkifli, Z., & Adithya, M. A. P. (2019). Pengaruh Senam


Hipertensi Lansia terhadap Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turida Tahun 2019.
Jurnal Keperawatan Terpadu, 1(2), 47–5
Lampiran 1. Materi Penyuluhan
A. Definisi
Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah salah satu kekayaan Indonesia yang
sudah ada sejak zaman dahulu, dibudidayakan untuk mengatasi masalah kesehatan
dengan menggunakan berbagai ramuan. Tanaman obat keluarga merupakan
program yang dilakukan dengan cara pemanfaatan sebidang tanah di halaman
rumah, kebun, lading dan lain-lain (Afrioza, 2021).
B. Manfaat
Memberikan manfaat pada kelompok lansia dengan hipertensi dalam
menurunkan tekanan darah maupun tanda dan gejala penyakit lain dan terapi ini
memberikan kesempatan bagi lansia untuk melatih dan menjaga kemampuan
motorik, seperti koordinasi mata dan tangan, melatih otot-otot serta memberikan
latihan ringan serta mengisi waktu kosong dan jenuh pada lansia sehari- hari .Hasil
dari terapi berkebun ini juga memberikan manfaat besar pada masyarakat sekitar
karena membuat desa Paku Alam RT 01 memiliki TOGA (Tanaman Obat Keluarga).

Anda mungkin juga menyukai