Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUANG TULIP II


RSUD ULIN BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Keperawatan Medikal Bedah


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Eka Puspita
11194692110098

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : Penyakit Jantung Koroner


NAMA MAHASISWA : Eka Puspita
NIM : 11194692110098

Banjarmasin, Oktober 2021

Menyetujui,
RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

H. M Sandi Suwardi, S. Kep., Ners.,M.Kes Eirene E. M. Gaghauna, Ns., MSN


NIP.197502141994021001 NIK.1166012009017.
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. ANATOMI ARTERI KORONER

Gambar 1. Anatomi Arteri Koroner

Arteri koroner merupakan cabang langsung dari aorta atau


bermuara di pangkal aorta sinus vulsava, yang berada dibelakang
katup aorta. Jantung menerima suplai oksigen dan nutrisi melalui
arteri koroner. Ada dua jenis arteri koroner utama yang terdapat pada
jantung, yaitu Arteri koroner kiri utama (Left Main/LMCA) keluar dari
sinus aorta kiri, lalu segera bercabang menjadi dua dan arteri koroner
kanan (Right Coronary Artery/RCA) keluar dari sinus aorta kanan dan
berjalan dalam sulkus antrioventrikular kanan di antara atrium kanan
dan ventrikel kanan, menuju ke bagian bawah dari septum (Yonarti.
2013).

Area anatomis Arteri koroner Sadapan EKG


Septum LAD prosimal V1, V2
Anterior LAD V3, V4
Apeks LAD distal, LCX atau RCA V5, V6
Lateral LCX IaVL
Inferior RCA, LCX II,III,aVF
Ventrikel kanan RCA Proksimal V1, V2 dan V4
Posterior RCA atau LCX ST, di V7-V8
2. FISIOLOGI ARTERI KORONER
a. Arteri koroner kiri utama (Left Main Coronary Artery)
Arteri koroner kiri utama berfungsi memasok darah ke sisi kiri otot
jantung (ventrikel dan atrium kiri). Arteri koroner kiri utama kemudian
bercabang membentuk:
1) Arteri Left Anterior Descending (LAD), berfungsi menyediakan
darah menuju bagian atas dan kiri jantung.
2) Arteri Left Circumflex (LCX), cabang arteri kiri utama yang
mengelilingi otot jantung dan menyediakan darah menuju sisi luar
dan belakang jantung
b. Arteri koroner kanan (Right Coronary Artery)
Arteri koroner kanan bertugas memasok darah menuju ventrikel
kanan, atrium kanan, SA (sinoatrial) dan AV (atrioventricular). Arteri
koroner kanan bercabang menjadi arteri Right Posterior Descending,
dan arteri marginal akut. Bersama dengan LAD, arteri koroner kanan
membantu memasok darah menuju sekat jantung. Arteri koroner
memiliki beberapa cabang yang lebih kecil yaitu obtuse marginal
(OM), septal perforator (SP), dan diagonals (Yonarti. 2013).

3. ENZIM JANTUNG
Enzim jantung adalah sejenis protein yang diproduksi oleh jantung
untuk membantu kerja organ ini. Pada kondisi normal, jumlah enzim jantung
dalam darah tidaklah banyak. Beberapa jenis enzim jantung yang digunakan
untuk mendiagnosis penyakit antara lain:
a. Troponin adalah enzim jantung yang paling sering dijadikan sebagai
patokan untuk mendiagnosis penyakit jantung sebab enzim ini lah yang
paling sensitif dibanding enzim lainnya. Saat seseorang mengalami
serangan jantung, tak perlu waktu lama hingga troponin masuk ke aliran
darah, yaitu sekitar 3-4 jam. Enzim ini juga akan bertahan di aliran darah
paling lama setelah serangan jantung terjadi, meski enzim-enzim yang
lain kadarnya sudah kembali normal. Pada pemeriksaan enzim jantung,
ada dua jenis troponin yang akan dilihat nilainya, yaitu Troponin T dan
Troponin I. Troponin T merupakan enzim jantung utama yang akan
membantu mengetahui bahwa jantung sedang mengalami stres atau
tekanan berlebih dan otot jantung tidak mendapatkan cukup oksigen
(Yonarti. 2013).
b. Kreatin kinase (Creatinine kinase atau CK) dan Creatinin Kinase Myocard
Band (CK-MB), yang merupakan protein dari jaringan jantung dan otot
rangka. Protein ini meningkat 3-6 jam setelah kerusakan jantung dan
mencapai puncak pada 18-24 jam pada CK dan 12-14 jam pada CK-MB.
Saat Anda mengalami serangan jantung, kadar kreatin kinase dapat
meningkat hingga dua kali lipat dalam darah. Meski begitu, peningkatan
kadar kreatin kinase tidaklah spesifik menandakan adanya gangguan
jantung. Jumlahnya juga dapat meningkat apabila ada penyakit lain yang
diderita pasien. Sebaliknya, CK-MB bisa menjadi patokan yang lebih
sensitif untuk mendeteksi serangan jantung dibanding CK.
Kekurangannya, kadar CK-MB akan cepat kembali turun ke kadar semula
satu atau dua hari setelah serangan terjadi (Yonarti. 2013).
c. Myoglobin yang merupakan protein dari jaringan jantung dan sel otot
lainnya. Myoglobin meningkat 2-3 jam setelah terjadi kerusakan pada
jantung, dan mencapai puncak pada 8-12 jam (Yonarti. 2013).

B. PENGERTIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

Gambar 2. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung


akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyumbatan atau
penyempitan pembuluh darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding
pembuluh darah (Aterosklerosis). Aterosklerosis merupakan pengerasan
dinding arteri yang diakibatkan oleh adanya atheroma (plak kekuningan yang
mengandung lemak, kolesterol, sel-sel, kalsium, dll) pada dinding pembuluh
darah arteri (Mutarobin, M. 2019).
Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah karena penyumbatan atau penyempitan pada
pembuluh darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah
(Aterosklerosis) (P2ptm.kemkes.go.id. 2018)

C. ETIOLOGI

Penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh kerusakan pada


arteri koroner. Kerusakan tersebut terutama disebabkan oleh penumpukan
ateroma di dinding arteri. Ateroma adalah senyawa yang terdiri dari kolesterol
dan zat sisa hasil metabolisme tubuh. Ateroma yang terus menumpuk dapat
menyebabkan dinding arteri menyempit sehingga aliran darah ke jantung
menjadi terhambat. Kondisi ini disebut dengan aterosklerosis (Mutarobin, M.
2019).

D. FAKTOR RESIKO
1. Faktor Yang Tidak Dapat Diubah
Faktor Resiko penyakit jantung coroner yang tidak dapat diubah antara
lain (P2ptm.kemkes.go.id. 2021):
a. Umur
Umur memiliki hubungan yang kuat dengan perkembangan proses
aterosklerosis. Aterosklerosis yang dideteksi di arteri karotis
menunjukkan peningkatan ketebalan tunika intima seiring dengan
bertambahnya usia. Pada pria, resiko aterosklerosis meningkat
setelah usia 45 tahun, sedangkan pada wanita, peningkatannya
terjadi setelah usia 55 tahun.
b. Jenis Kelamin
Wanita memiliki resiko lebih rendah mengalami penyakit
kardiovaskuler dibandingkan laki-laki. Estrogen merupakan salah satu
kunci proteksi dari penyakit kardiovaskuler pada wanita. Estrogen
berperan penting dalam vasodilatasi vaskuler. Reseptor estrogen
lebih banyak didapatkan pada wanita dibandingkan laki-laki. Studi lain
menunjukkan bahwa wanita dapat meningkatkan kadar HDL pada diet
dengan lemak jenuh, sedangkan laki-laki tidak. Hal ini juga mendasari
efek protektif kardiovaskuler pada wanita. Faktor menopause
menyebabkan wanita memiliki resiko penyakit kardiovaskuler yang
sama dengan laki-laki diusia yang sama.
c. Keturunan (Ras)
Penelitian Anand et. al. 2000 di Kanada menunjukkan bahwa ras
Asia Timur mengalami peningkatan prevalensi penyakit
kardiovaskuler dibandingkan dengan ras Eropa dan China. Ras Eropa
memiliki prevalensi lebih tinggi dibandingkan ras China. Peneliti
menyebutkan bahawa ras Asia Timur memiliki lebih banyak plasma
lipid dan abnormalitas glukosa dibandingkan ras lain. Selain itu ras
Asia Timur juga mengalami peningkatan konsentrasi fibrinogen
plasma, plasminogen activator inhibitor 1, lipoprotein a dan
homosistein. Studi lain menunjukkan ada peningkatan prevalensi
aterosklerosis pada orang kulit putih dibandingkan hispanik dan ras
kulit hitam.
Risiko penyakit jantung koroner lebih tinggi pada seseorang yang
memiliki keluarga dengan riwayat penyakit jantung. Risiko akan makin
tinggi bila memiliki ayah atau saudara laki-laki yang terdiagnosis
penyakit jantung sebelum usia 55 tahun dan memiliki ibu atau
saudara perempuan yang terserang penyakit jantung sebelum usia 65
tahun.
2. Faktor Yang Dapat Diubah
Faktor Resiko penyakit jantung koroner yang tidak dapat diubah antara
lain (P2ptm.kemkes.go.id. 2021):
a. Merokok
Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung koroner.
Kandungan nikotin dan karbon monoksida di dalam asap rokok dapat
memacu jantung bekerja lebih cepat sehingga membebani kerja
jantung. Kedua senyawa tersebut juga meningkatkan risiko terjadinya
penggumpalan darah. Di samping itu, senyawa lain pada rokok juga
dapat merusak dinding pembuluh jantung dan menyebabkan
penyempitan.
b. Dislipidemia
Kadar kolesterol yang tinggi (hiperkolesterolemia) dapat
meningkatkan risiko aterosklerosis. Kolesterol tinggi bisa terjadi akibat
kadar kolesterol jahat (LDL) yang berlebihan, atau kadar kolesterol
baik (HDL) yang rendah. Beberapa parameter yang dipakai untuk
mengetahui adanya resiko PJK dan hubungannya dengan adanya
kolesterol darah yaitu kolesterol total, HDL kolesterol serta kadar LDL
kolesterol
c. Hipertensi
Tekanan darah yang terus meningkat dalam jangka waktu panjang
akan mengganggu fungsi endotel, sel-sel pelapis dinding dalam
pembuluh darah (termasuk pembuluh koroner). Disfungsi endotel ini
mengawali proses pembentukan kerak yang dapat mempersempit
liang koroner. Pengidap hipertensi beresiko dua kali lipat menderita
penyakit jantung koroner.
d. Diabetes Melitus
Kadar gula darah tinggi bisa menyebabkan dinding pembuluh darah
menebal dan menghambat aliran darah. Penderita diabetes juga
diketahui dua kali lipat lebih berisiko terserang penyakit jantung
koroner.
e. Kurang Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dengan
meningkatkan efisiensi kerja jantung, mengurangi keluhan nyeri dada,
melebarkan pembuluh darah, membuat kolateral bila sudah ada
penyempitan pembuluh darah koroner dan mencegah timbulnya
penggumpalan darah.
f. Berat badan berlebih (obesitas)
Distribusi lemak tubuh berperan penting dalam peningkatan faktor
resiko penyakit jantung. Penumpukan lemak di bagian sentral tubuh
akan meningkatkan resiko penyakit jantung. Obesitas memaksa
jantung bekerja lebih keras. Obesitas menyebabkan bertambahnya
volume darah dan perluasan sistem sirkulasi sehingga berkorelasi
terhadap tekanan darah sistolik. (Seseorang bisa dikatakan menderita
obesitas jika memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 30.
g. Diet yang tidak sehat
Risiko penyakit jantung koroner bisa meningkat akibat pola makan
yang tidak sehat, seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan
dengan kadar gula atau garam tinggi, atau makanan yang
mengandung kadar lemak jenuh dan lemak trans yang tinggi.
h. Stres
Penelitian menunjukkan bahwa stres yang tidak dikelola dengan baik
berpotensi menyebabkan penyakit jantung koroner. Stres juga bisa
memicu faktor risiko lain, seperti merokok atau mengonsumsi
makanan tinggi gula secara berlebihan.
i. Konsumsi Alkohol berlebih
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat merusak otot
jantung dan memperburuk kondisi orang yang memiliki faktor risiko
penyakit jantung koroner, seperti hipertensi dan obesitas.

E. KLASIFIKASI
Penyakit Jantung Koroner dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu
artherosclerosis, angina pectoris, dan acute miocard infark (Rayka, Ivan.
2012)
1. Artherosclerosis
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar
maupun kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit,
neutrofii, monosit, dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima dan
akhirnya ke tunika media. Arteri yang paling sering terkena adalah arteri
koroner,aorta,dan arteri-arteri serebral
2. Angina pectoris
Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada
yang khas, yaitu seperti di tekan atau terasa berat di dada yang sering
kali menjalar ke lengan kiri. Hal ini biasa timbul saat pasien melakukan
aktivitas dan segera hilang saat aktivitas dihentikan. Angina pektoris juga
dl klasifikasikan lagi menjadi 3 macam adalah sebagai berikut.
a. Angina Pektoris Stabil
Stable angina atau angina stabil sering muncul ketika penderitanya
melakukan aktivitas yang berat atau saat mengalami tekanan
emosional. Stable angina ini memiliki pola yang teratur, dengan durasi
yang singkat, biasanya tidak lebih dari 5 menit. Istirahat dan obat-
obatan biasanya akan mengurangi keluhan.
b. Angina Pektoris Tidak Stabil (Unstable Angina/ UA)
Unstable angina merupakan jenis angina yang lebih berbahaya.
Angina jenis ini biasanya muncul tiba-tiba, tidak bergantung pada
aktivitas yang dilakukan dan bisa berlanjut meskipun penderitanya
sudah beristirahat. Rentang waktu terjadinya unstable angina lebih
panjang dengan intensitas nyeri yang lebih parah daripada stable
angina. Gejala yang ditimbulkan angina jenis ini juga tidak hilang
walau penderita sudah beristirahat atau minum obat. Unstable angina
umumnya merupakan pertanda dari serangan jantung.
c. Angina varian Prinzmetal
Angina varian Prinzmetal adalah gejala angina saat islirahat dan
elevasi segmen S-T pada EKG yang menandakan iskemia
transmural. Angina varian Prinzmetal disebabkan oleh adanya
kekakuan di arteri jantung, sehingga terjadi penurunan jumlah aliran
darah untuk sementara waktu. Angina jenis ini biasanya muncul saat
istirahat, pada malam hari, ataupun di pagi hari. Intensitas nyerinya
cukup berat namun biasanya bisa mereda dengan pemberian obat-
obatan. Angina varian Prinzmetal dengan cepat hilang dengan
pemberian nitrogliserin dan dapat diprovokasi oleh asetilkolin.
3. Acute miocard infark (serangan jantung)
Infark miokard akut (IMA) merupakan kejadian nekrosis miokard yang
disebabkan oleh sindrom iskemik tak stabil. Infark miokard akut (IMA)
disebabkan kerusakan ireversibel pada otot jantung akibat pasokan
oksigen yang kurang. Keberadaan infark miokard dapat mengganggu
fungsi sistolik maupun diastolik, dan meningkatkan risiko aritmia pada
pasien. Gejala yang muncul biasanya nyeri dada daerah antara tulang
belikat, lengan kiri, perut bagian atas, dan rahang. Nyeri seperti ada yang
mencengkram di dalam dada, nyeri dapat timbul saat beristirahat, seluruh
tubuh terasa lelah, kepala terasa ringan, pusing, berkeringat dingin,
jantung berdetak cepat (palpitasi), sesak dan tidak nyaman.
Infark miokard akut (IMA) dapat diklasifikasikan berdasarkan keberadaan
elevasi segmen ST, yaitu:
- ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI): Infark miokard
dengan gambaran elevasi segmen ST pada elektrokardiografi (EKG)
- Non-ST-segment elevation myocardial infarction (NSTEMI): Infark
miokard tanpa disertai gambaran elevasi segmen ST pada EKG.

Klasifikasi penyakit jantung koroner

Angina pectoris Sindrom koroner


stabil akut

Unstable NSTEMI STEMI


angina (UA)

Gambar 3. Klasifikasi penyakit jantung koroner

F. MANIFESTASI KLINIK/TANDA & GEJALA


Tanda dan gejala khas penyakit jantung Koroner antara lain (Solikin. 2014):
1. Nyeri dada pada penyakit jantung koroner (PJK):
a. Lokasi: substernal, retrosternal dan prekordial.
b. Sifat nyeri: rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda
berat seperti ditusuk, rasa diperas dan dipelintir.
c. Penjalaran: biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang
bawah, gigi, punggung/interscapula, perut dan dapat pula ke lengan
kanan.
d. Nyeri membaik atau hilang dengan: istirahat atau obat nitrat.
e. Faktor pencetus: latihan fisik, stress emosi, udara dingin dan sesudah
makan.
f. Gejala yang menyertai: mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin,
lemas dan cemas.
2. Bukti adanya penyakit jantung Koroner (PJK):
- Hasil Elektrokardiogram (EKG): ST elevasi, T inversi, ST elevasi
sesaat
- Peningkatan enzim CK-MB atau Troponin T

Gambar 4. ST elevasi, T inversi, ST elevasi sesaat

Gambar 5. Manifestasi penyakit jantung koroner

G. PATOFISIOLOGI
Penyakit jantung koroner berawal dari penimbunan lemak pada
pembuluh darah arteri yang mensuplai darah ke jantung. Akibat dari proses
ini pembuluh darah arteri menyempit dan mengeras, sehingga jantung
kekurangan pasokan darah yang kaya oksigen. Akibatnya fungsi jantung
terganggu dan harus bekerja sangat keras. Penyakit ini sering juga disebut
dengan istilah atherosclerosis (Mauliani, Winda. 2020).
Aterosklerosis merupakan komponen penting yang berperan dalam
proses pengapuran atau penimbunan elemen-elemen kolesterol. Salah satu
hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa kolesterol dalam batas normal juga
sangat penting bagi tubuh. Masalahnya akan berbeda ketika asupan
kolesterol berlebihan. Asupan lemak yang adekuat yang berhubungan
dengan keadaan patologi yaitu Penyakit Jantung Koroner erat hubungannya
dengan peningkatan kadar profil lipid (Mauliani, Winda. 2020).
Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh
pembuluh darah yang mengalami gangguan menyebabkan terjadinya iskemia
miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan
perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan, dan menekankan fungsi
miokardium. Apabila iskemia ini berlangsung lebih dari 30-45 menit akan
menyebabkan kerusakan sel yang sifatnya irreversible serta nekrosis atau
kematian otot jantung. Bagian yang mengalami infark atau nekrosis akan
berhenti berkontraksi secara permanen. Otot yang mengalami infark mula-
mula akan tampak memar dan sianotik akibat berkurangnya aliran darah
regional. Dalam waktu 24 jam akan timbul edema pada sel-sel, respons
peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung akan dilepaskan
oleh sel-sel yang mengalami kematian (Mauliani, Winda. 2020).
Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh
penumpukan lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam
pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa pembuluh
darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan pendarahan dibagian dalam
pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan klot darah. Pada akhirnya
dampak akut sekaligus fatal dari penyakit jantung koroner berupa serangan
jantung (Mauliani, Winda. 2020).
H. PATHWAY

Etiologi/Faktor pencetus

Arterosklerosis Penyempitan lumen arteri koroner

Gangguan oksigenasi Resistensi aliran darah meningkat

Suplai oksigen menurun pada arteri Penurunan kemampuan pembuluh


koronaria darah vaskuler untuk melebar

Miokardium Hipoksia

Kekuatan kontraksi
Metabolism areob Metabolism anaerob miokard menurun

Asam laktat Resiko


Penurunan curah
Nyeri akut PH miokardium menurun jantung

Kurang terpapar Meransang pusat


informasi Asidosis respiratorik pernapasan

Ansietas
Aktivitas pernapasan
Dipnea
meningkat

Intoleransi Pola napas tidak


aktivitas efektif
I. KOMPLIKASI
Penyakit jantung koroner yang tidak tertangani dapat memicu sejumlah
komplikasi, seperti (Alodokter.com. 2021):
1. Angina atau nyeri dada, akibat menyempitnya arteri sehingga jantung
tidak mendapatkan cukup darah
2. Serangan jantung, akibat arteri yang tersumbat sepenuhnya oleh
tumpukan lemak atau gumpalan darah
3. Gagal jantung, akibat kondisi jantung yang tidak cukup kuat untuk
memompa darah
4. Gangguan irama jantung (aritmia), akibat kurangnya suplai darah ke
jantung atau kerusakan di jaringan jantung yang memengaruhi impuls
listrik jantung.
J. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pola hidup sehat
a. Berhenti merokok
b. Mengurangi atau berhenti mengonsumsi minuman beralkohol
c. Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang
d. Mengelola stres dengan baik
e. Menjaga berat badan ideal
f. Berolahraga secara teratur (Alodokter.com. 2021).
2. Medikasi
Obat-obatan untuk mengatasi penyakit jantung koroner, antara lain
(Alodokter.com. 2021):
a. Pengencer darah, seperti aspirin dan clopidogrel, untuk membantu
mencegah pembekuan darah
b. Statin, seperti atorvastatin dan simvastatin, untuk menurunkan
kolesterol dengan membuang LDL dari darah
c. Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors),
seperti captopril dan enalapril, untuk mengatasi hipertensi
d. Angiotensin II receptor blockers (ARB), seperti valsartan dan
telmisartan, untuk menurunkan tekanan darah
e. Penghambat beta (beta blockers), seperti bisoprolol dan metoprolol,
untuk mencegah angina dan mengatasi hipertensi
f. Nitrat, seperti nitrogliserin, untuk melebarkan pembuluh darah
sehingga aliran darah ke jantung meningkat dan jantung tidak
memompa darah lebih keras
g. Antagonis kalsium, seperti verapamil dan diltiazem, untuk melebarkan
otot di pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun
h. Diuretik, untuk mengurangi kadar air dan garam dalam darah melalui
urine
3. Operasi
Bila obat sudah tidak efektif untuk mengatasi gejala, pasien akan
disarankan untuk menjalani operasi. Operasi juga dilakukan bila
penyempitan pada pembuluh darah disebabkan oleh penumpukan
ateroma. Sejumlah metode operasi yang dapat dilakukan adalah
(Alodokter.com. 2021):
a. Pemasangan Ring Jantung
Pasang ring jantung atau angioplasti koroner dilakukan dengan
memasukkan kateter ke bagian arteri yang menyempit. Setelah itu,
dokter akan memasang ring (stent) di arteri untuk mencegah
penyempitan kembali. Dengan begitu, aliran darah dapat kembali
lancar. Prosedur ini dapat dilakukan secara terencana pada pasien
dengan gejala angina, atau sebagai tindakan darurat pada seseorang
yang mengalami serangan jantung.
b. Bypass Jantung
Prosedur ini dilakukan dengan mengambil pembuluh darah dari
bagian tubuh lain, untuk ditempel (dicangkok) ke bagian antara
pembuluh darah besar (aorta) dan arteri dengan melewati area yang
menyempit. Tujuannya adalah agar darah bisa mengalir lancar
melalui rute baru tersebut. Bypass jantung dilakukan dengan
membedah dada pasien. Prosedur ini umumnya hanya dilakukan bila
terdapat lebih dari satu arteri yang tersumbat.
c. Transplantasi Jantung
Tindakan ini dilakukan jika kerusakan jantung sudah sangat parah
dan tidak dapat lagi diatasi dengan obat-obatan. Tranplantasi jantung
dilakukan dengan mengganti jantung pasien yang rusak dengan
jantung yang sehat dari pendonor.
K. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk mengidentifikasi faktor
pencetus dan kondisi lain sebagai konsekuensi dari PJK. Hipertensi
tak terkontrol, takikardi, anemis, tirotoksikosis, stenosis aorta berat
(bising sistolik), dan kondisi lain, seperti penyakit paru. Dapat juga
ditemukan retinopati hipertensi/diabetik. Keadaan disfungsi ventrikel
kiri/tanda-tanda gagal jantung (hipotensi, murmur dan gallop S3)
menunjukkan prognosis yang buruk. Adanya bruit di karotis atau
penyakit vaskuler perifer menunjukkan bahwa pasien memiliki
kemungkinan juga penderita penyakit jantung coroner (Rayka, Ivan.
2012).

Golongkan karakteristik nyeri dada menggunakan SOCRATES


(Fitriyani, 2020).

Karakteristik nyeri dada berdasarkan SOCRATES


Site  Nyeri somati, seringkali dapat dilokalisasi dengan
jelas, misalnya lutut yang kram
 Nyeri viseral, lebih difus, misalnya angina pectoris
Onset Kecepatan awitan dan keadaan yang menyertai
Character Deskripsi dari pasien apakah tajam/ tumpul, rasa
terbakar/ menggelitik, menusuk, menekan/ tertarik
Radiation  Melalui penyebaran setempat
 Menjalar melalui jalur neuron bersama menuju lokasi
yang jauh dibagian tubuh yang tidak mengalami
kelainan, misalnya nyeri difragmatika
Associated symptom  Gangguan visual menyertai migraine
 Rasa kesemutan di tungkai bawah yang disertai nyeri
punggung
Timing  Sejak awal
 Episodik (durasi dan frekuensi serangan) atau
kontinu (perubahan dalam tingkat keparahan)
Exacerbating and  Situasi dimana nyeri akan terprovokasi atau terulang
relieving factors kembali, misalnya makanan
 Aktivitas atau postur spesifik, dan langkah
pencegahan yang telah dilakukan untuk menghindari
timbulnya gejala
 Efek dari aktivitas atau postur spesifik, termasuk efek
obat-obatan
Severity  Kaji tingkat keparahan dengan sifat subjektif

b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG) dapat mendeteksi adanya
gangguan aktifitas listrik jantung yang terjadi akibat adanya
sumbatan di arteri koroner jantung
2) Pemeriksaan EKG Treadmill merupakan pemeriksaan EKG
dengan uji beban/uji latih jantung. Aktifitas listrik jantung direkam
ketika aktifitas jantung meningkat akibat latihan (berjalan di atas
papan treadmill)
3) Pemeriksaan laboratorium, dilakukan untuk megetahui kadar
trigiserida sebagai faktor resiko peningkat. Dari pemeriksaan
darah juga dapat diketahui ada tidaknya serangan jantung akut
dengan melihat kenaikan enzim jantung. Enzim pada jantung yaitu
4) Foto dada, Hasil dari pemeriksaan rontgen dada dapat menilai
ukuran dari jantung untuk melihat ada atau tidaknya pembesaran
jantung (kardiomegali), melihat kelainan dari paru. Pada
pemeriksaan rontgen dada tidak dapat melihat adanya kelainan
penyakit jantung koroner tetapi, ukuran jantung dapat menilai
apakah seseorang penderita berada pada penyakit jantung
koroner lanjut atau mungkin berlanjut pada payah jantung.
5) Ekokardiografi, pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk mengamati
struktur jantung seperti katup jantung, otot jantung, misalnya
penebalan otot jantung, sekat jantung (yang membagi jantung
menjadi 4 ruangan jantung), serta kantung jantung.
6) Ct Angiogram Koroner (Ct Coronary Angiogram), pada saat
scaning di tabung CT, zat kontras di injeksikan. CT angiogram
dapat menilai skor kalsium, untuk menilai banyaknya masa
kalsium di dinding pembuluh darah. Bila nilainya 0, artinya tidak
ada endapan kalsium di dinding pembuluh darah. Bila nilainya >0,
artinya ada endapan kalsium di dinding pembuluh darah
7) Magnetic resonance angiography (MRA), Prosedur ini
menggunakan teknologi MRI, sering dikombinasikan dengan
penyuntikan zat pewarna kontras, yang berguna untuk
mendiagnosa adanya penyempitan atau penyumbatan, meskipun
pemeriksaan ini tidak sejelas pemeriksaan kateterisasi jantung.
8) Kateterisasi jantung atau Angiografi Koroner, cara kerja dari
kateterisasi jantung sendiri yaitu memasukkan kateter yang
seukuran ujung lidi, kemudian selang ini di masukkan ke dalam
pembuluh arteri. Kateterisasi dapat dilakukan pada pangkal paha,
lipatan lengan atau melalui pembuluh darah di lengan bagian
bawah. Kemudian kateter didorong menuju muara pembuluh
koroner lalu disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi
pembuluh koroner, dari situ dapat kita lihat adanya penyempitan
atau tidak ada penyimbatan.Atas dasar hasil dari kateteriasasi
jantung dapat di tentukan rencana tindak lanjut bagi pasien
penyakit jantung koroner
9) Ultrasound Intra Vaskular (IVUS)
Ultrasonografi intravaskuler merupakan pemeriksaan ini dapat
memberikan banyak informasi mengenai kondisi sesungguhnya
dari lumen dan dimensi pembuluh darah arteri koroner, serta
karakteristik dari plak aterosklerosis yang ada didalamnya. Tujuan
utama penggunaan IVUS adalah untuk membantu dalam
pemilihan strategi intervensi sehingga pemasangan stent akan
mendapat hasil yang optimal dan baik.

c. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri Akut
2) Resiko Penurunan Curah Jantung
3) Intoleransi Aktivitas
4) Pola napas tidak efektif
5) Kecemasan
d. Intervensi keperawatan

No SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri akut TINGKAT NYERI (L.08066) MENEJEMEN NYERI (I.08238)


(D.0077) Setelah dilakukan asuhan
keperawatan diharapkan Tingkat Observasi
nyeri menurun dengan kriteria
hasil: 1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri dari skala 3 2. Identifikasi skala nyeri
sednag ke skal 5 menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Ekspresi meringis dari skala 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
3 sedang ke skala 5 menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
3. Rasa gelisah dari skala 3 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
sedang ke skala 5 menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
4. TTV dalam rentang dari skala 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
3 ke skala 5 membaik 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Resiko CURAH JANTUNG (L.02008) PERAWATAN JANTUNG (I.02075)


Penurunan Setelah dilakukan asuhan Observasi
Curah Jantung keperawatan diharapkan Tingkat 1. Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah jantung
(D.0011) nyeri meningkat dengan kriteria 2. Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung kulit
hasil: pucat)
1. Kekuatan nadi perifer dari skala 3. Monitor tekanan darah
3 (sedang) ke skala 5 4. Monitor intake dan output cairan
(meningkat) 5. Monitor saturasi oksigen
2. Bradikardi dari skala 2 (cukup 6. Monitor keluhan nyeri dada
meningkat) ke skala 5 7. Monitor EKG 12 sadapan
(menurun) 8. Monitor aritmia
3. Takikardi dari skala 2 (cukup 9. Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum dan sesudah
meningkat) ke skala 5 aktifitas
Terapeutik
(menurun) 1. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah
4. Dipnea dari skala 2 (cukup atau posisi nyaman
meningkat) ke skala 5 2. Berikan diet jantung yang sesuai
(menurun) 3. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
5. Tekanan darah dari skala 2
(cukup memburuk) ke skala 5 Edukasi
(membaik) 1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan berhenti merokok

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
3. Intoleransi TOLERANSI AKTIVITAS MANAJEMEN ENERGI (I.0578)
aktivitas (L.05047) Observasi
(D.0056) Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
keperawatan selama 1x24 jam 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
diharapkan toleransi aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
meningkat dengan kriteria hasil : 4. Monitor ketidaknyamanan selama beraktivitas
1. Keudahan dalam melakukan Terapeutik
aktivitas sehari-hari dari skala 3 1. Sediakakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
sedang ke skala 5 meingkat 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
2. Kekuatan tubuh bagian atas 3. Berkat aktivitas distraksi yang menenangkan
dari skala 3 ke skala 5 meningat 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur
3. Kekuatan tubu bagian bawah Edukasi
dari skala 3 ke skala 5 1. Anjurkan tirah baring
meningkat 2. Anjurkna melakukan aktivitas secara berkala
4. Keluhan lelah saat beraktivitas 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
dari skala 3 ke skala 5 sedang tidak berkurang
5. Perasaan lemah saat 4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
beraktivitas dari skala 3 ke Kolaborasi
skala 5 menurun 1. Kolaborasi dengan ahli gizi cara meningkatkan asupan makanan
4. Pola nafas tidak POLA NAPAS (L.01004) PEMANTAUAN RESPIRASI (I.010114)
efektif (D.0005) Observasi
Setelah dilakukan Tindakan - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
keperawatan diharapkan pola - Monitor pola napas
napas tidak efektif membaik - Monitor adanya produksi sputum
dengan kriteria hasil: - Monitor adanya sumbatan jalan napas
1. Penggunaan otot bantu nafas, - Auskultasi bunyi napas
dari cukup meningkat (2) ke - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
menurun (5)
2. Pemanjangan fase ekspirasi Terapeutik
dari cukup meningkat (2) ke - Dokumentasikan hasil pemantauan
menurun (5)
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
5. Ansietas TINGKAT ANSIETAS (L.09093) REDUKSI ANSIETAS (I.09314)
(D.0080) Observasi
Setalah dilakukan asuhan 1. Identifikasi saat ansietas berubah
keperawatan selama 1x24 jam 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
diharapkan tingkat ansietas 3. Monitor tanda-tanda ansietas
menurun dengan kriteria hasil: Terapeutik
1. Verbalisasi kebingungan dari 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbhjan kepercayaan
skala 3 sedang ke skala 5 2. Temani pasien untuk mengurnagi kecemasan jika perlu
menurun 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
2. Perilaku gelisah dari skala 3 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
sedang ke skala 5 menurun 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
3. Perilaku tegang dari skala 3 Edukasi
sedag ke skala 5 menurun 1. Jelaskan prosedur termasuk sensai yang mungkin dialami
4. Konsentrasi dari skala 3 sedang 2. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan
ke skala 5 membaik prognosis
5. Pola tidur dari skala 3 sedang 3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
ke skala 5 memmbaik 4. Latih tehnik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiansietas jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Fitriyani, N., & Ns, M. K. (2020). Modul Praktik Klinik Keperawatan dasar.
Surakarta: Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Mauliani, Winda (2020). ASUHAN GIZI PADA PASIEN CAD DISERTAI CHF,
DAN BRONKOPNEUMONIA. Diploma thesis. Poltekkes Kemenkes
Riau.
Mutarobin, M. 2019. Analisis Asuhan Keperawatan Pasien Coronary Artery
Disease Pre Coronary Artery Bypass Grafting. Quality: Jurnal
Kesehatan, 13(1), 9-21.

P2ptm.kemkes.go.id. (2018, 24 September). Apa saja tanda dan gejala


Penyakit Jantung Koroner ?. Diakses pada 20 Oktober 2021, dari
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic/apa-saja-tanda-dan-gejala-
penyakit-jantung-koroner

P2ptm.kemkes.go.id. (2021, 08 April). Faktor risiko penyakit Jantung Koroner


(PJK). Diakses pada 20 Oktober 2021, dari
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic/faktor-risiko-penyakit-jantung-
koroner-pjk

P2ptm.kemkes.go.id. (2018, 28 September). Apa itu Penyakit Jantung


Koroner?. Diakses pada 20 Oktober 2021, dari
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-
jantung-dan-pembuluh-darah/apa-itu-penyakit-jantung-koroner

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Kriteria Hasil,


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Rayka, Ivan. (2012). Gambaran Klinis Dan Pola EKG Pada Pasien Penyakit
Jantung Koroner Di Rumah Sakit PT. Pusri Palembang Periode
Januari 2011 - Desember 2011. Kripsi. Palembang: Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Solikin. 2014. www.slideshare.net. (2014, 24 Maret). Pjk kmbl. Diakses pada 20


Oktober 2021 dari https://www.slideshare.net/juliantimursidi/pjk-kmbl

www.alodokter.com. (2021, 30 November). Penyakit Jantung Koroner. Diakses


pada 20 Oktober 2021 dari https://www.alodokter.com/penyakit-
jantung-koroner/komplikasi

Yonarti. (2013). Hubungan Antara Jumlah Dan Lokasi Stenosis Arteri Koronaria
Dengan Durasi Qrs Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner. Thesis.
Makassar: Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai