Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PERIMENAPOUSE PADA NY. S


DENGAN KELUHAN MENGALAMI DEPRESI PERIMENOPAUSE
DIPUSKESMAS MARGOTOTO

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Asuhan Kebidanan Perimenopause
Program Studi Profesi Bidan

Disusun oleh:
Nama : Nurayu Cendriana Azeta
NPM : 21390038

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021
TINJAUAN TEORI

1. Definisi Depresi

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan


kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup (Hawari, 2001, hal.19). Depresi adalah suatu mood sedih (disforia)
yang berlangsung lebih dari empat minggu, yang disertai prilaku seperti perubahan
tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat cemas, kurang bersemangat, sering
menangis, waspada berlebihan, pesimis, merasa tidak berharga, dan mengantisipasi
kegagalan. (DSM-IV-TR,2000 dalam Videbeck, 2008, hal.388)
Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. (Purwaningsih, 2009, hal.
130) Depresi adalah keadaan emosional yang ditunjukkan dengan kesedihan,
berkecil hati, perasaan bersalah, penurunan harga diri, ketidakberdayaan dan
keputusasaan. (Isaacs, 2004, hal. 121).
Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah
gangguan alam perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan komponen
somatic yang terjadi akibat kesedihan yang panjang.

2. Etiologi Depresi
Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan. Tak ada
orang yang mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan keinginan dan
harapannya.
1. Kekecewaan

Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi


jengkel tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat – saat khusus jika cinta
untuk diri sendiri lebih besar dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun
kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat kecewa, hal ini langkah pertama
depresi jika luka itu direnungkan terus – menerus akan menyebabkan kekesalan
dan keputusasaan.
2. Kurang Rasa Harga Diri

Ciri - ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya rasa harga
diri, sayangnya kekurangan ini cenderung untuk dilebih – lebihkan menjadi
estrim, karena harapan – harapan yang realistis membuat dia tak mampu
merestor dirinya sendiri, hal ini memang benar khususnya pada individu yang
ingin segalanya sempurna yang tak pernah puas dengan prestasi yang
dicapainya.
3. Perbandingan yang tidakadil

Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai
lebih baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka
depresi mungkin terjadi.
4. Penyakit

Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organic contoh individu
yang mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat menyebabkan depresi.
5. Aktivitas mental yangberlebihan

Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.

6. Penolakan

Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak
terpenuhi maka terjadilah depresi. (Anonymous, 2004)

3. Patofisiologis Depresi
1. Depresi Ringan

Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir komunikasi social
dan rasa tidak nyaman.

2. Depresi Sedang
a. Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis

b. Prosespikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikasi


verbal, komunikasi non verbal meningkat.
c. Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal,
komunikasi non verbal meningkat.
d. Partisipasi social : menarik diri tak mau bekerja/ sekolah, mudah
tersinggung.

3. Depresi Berat

a. Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif


berkurang
b. Gangguan prosespikir

c. Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama

d. Tiba - tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum,
menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan.

4. Komplikasi Depresi
Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai berikut :

1. Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak
semangat, merasa tidak berdaya

2. Perasaan bersalah, berdosa,penyesalan

3. Nafsu makan menurun

4. Berat badan menurun

5. Konsentrasi dan daya ingat menurun

6. Gangguan tidur: insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya


hipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai dengan
mimpi – mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang yang
telahmeninggal;

7. Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah takberdaya);

8. Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi,
kreativitas menurun, produktivitas juga menurun

9. Gangguan seksual (libidomenurun)

10. Pikiran – pikiran tentang kematian, bunuh diri.


5. Penatalaksanaan Depresi
Menurut (Tomb,2003,hal.61) Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi,
dan beberapa memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung
pada diagnosis, beratpenyakit, umur pasien, respon terhadap terapi sebelumnya.
- Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati,
pengertian dan optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan
hal – hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya. Identifikasi factor
pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem
eksternal (misal, pekerjaan, menyewa rumah), arahkan pasien terutama selama
periode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak. Latih pasien untuk mengenal
tanda – tanda dekompensasi yang akan dating. Temui pasien sesering mungkin
(mula – mula 1 – 3 kali per minggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak
berakhir atau untuk selamanya. Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat
memprovokasi kemarahan anda (melalui kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang
tak masuk akal, dll.). psikoterapi berorientasi tilikan jangka panjang, dapat
berguna pada pasien depresi minor kronis tertentu dan beberapa pasien dengan
depresi mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.
- Terapi Kognitif – Perilaku
Dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan ringan. Diyakini
oleh sebagian orang sebagai “ketidakberdayaan yang dipelajari”, depresi diterapi
dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan pengalaman –
pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan
menghilangkan pikiran – pikiran negative dan harapan – harapan negative.
Terapi ini mencegah kekambuhan. Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di
pertengahan malam dan tetap terjaga sampai malam berikutnya), dapat
membantu mengurangi gejala – gejala depresi mayor buat sementara. Latihan
fisik (berlari, berenang) dapat memperbaiki depresi, dengan mekanisme biologis
yang belum dimengerti dengan baik.
- Terapi Fisik
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang tidak
membaik membutuhkan antidepresan (70 – 80 % pasien berespon terhadap
antidepresan), meskipun yang mencetuskan jelas terlihat atau dapat
diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu antidepresan terbaru.
Apabila tidak berhasil, pertimbangkan antidepresan trisiklik, atau MAOI
(terutama pada depresi “atipikal”) atau kombinasi beberapa obat yang efektif
bila obat pertama tidak berhasil. Waspadalah terhadap efek samping dan bahwa
antidepresan “dapat” mencetuskan episode manik pada beberapa pasien bipolar
(10 % dengan TCA, dengan SSRI lebih rendah, tetapi semua koonsep tentang
“presipitasi manic” masih diperdebatkan). Setelah semuh dari episode depresi
pertama, obat dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan,
meskipun demikian pada beberapa pasien setelah satu atau lebih kekambuhan,
membutuhkan obat rumatan untuk periode panjang. Antidepresan saja (tunggal)
tidak dapat mengobati depresi psikosisunipolar.
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin
bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi
unipolar. Obat ini cukup efektif pada bipolar serta untuk mempertahankan remisi
dan begitu pula pada pasien unipolar. Antikonvulsan tampaknya juga sama baik
dengan litium untuk mengobati kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk
rumatan. Antidepresan dan litium dapat dimulai secara bersama–sama dan litium
diteruskan setelah remisi .Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi
membutuhkan antipsikotik, tunggal atau bersama – sama dengan antidepresan,
litium atau ECT – antidepresan antipikal yang baru saja terlihat efektif. ECT
mungkin merupakan terapi terpilih :

 Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu
pengobatan
 Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang
akut)
 Pada beberapa depresi psikotik
 Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misal pasien tua
yang berpenyakit jantung). Lebih dari 90 % pasien memberikan
respons
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.


Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (2010). Sinopsis psikiatri: Ilmu
pengetahuan perilaku psikiatri klinis. Dr.
Medika. Purwaningsih, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta :
Nuha Medika.

Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :


EGC

Tomb, David A. (2003). Buku Saku Psikiatri. (Ed. 6). Jakarta : EGC.

Nanda. (2006). Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima

Putri, A. K., & Hamidah, H. (2012). Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan
Depresi pada Wanita Perimenopause. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental,
1(02), 1-6
Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (2010). Sinopsis psikiatri: Ilmu
pengetahuan perilaku psikiatri klinis. Dr.

Sternfeld, B., Guthrie, K. A., Ensrud, K. E., LaCroix, A. Z., Larson, J. C., Dunn,
A. L. & Caan, B. J. (2014). Efficacy of exercise for menopausal symptoms: a
randomized controlled trial. Menopause (New York, NY), 21(4), 330.
LEMBAR BIMBINGAN

NAMA : Nurayu Cendriana Azeta

NPM : 21390038

LAHAN : Puskesmas margototo

NO. HARI/TANGGAL NAMA MASUKAN TTD


PEMBIMBING PEMBIMBING
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai