Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

KOMUNIKASI KESEHATAN

(MATERI KE-2)

DOSEN PANGAMPU : M.RIDWAN SKM.MPH

DISUSUN OLEH :
QONITA LUTFIAH
NIM :
N1A120174

FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NEGERI JAMBI


BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Jika ditanya apakah komunikasi itu? Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas
manusia dikenali oleh semua orang namun sangat sedikit yang dapat
mendefinisikannya secara memuaskan. Komunikasi memiliki beberapa variasi definisi
yang tidak terhingga seperti ;saling berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran
informasi dan masih banyak lagi.

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication yang


berakar dari kata commumis. Artinya adalah sama makna mengenai sesuatu hal.
Dengan kata lain suatu peristiwa komunikasi akan berlangsung apabila
orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki kesamaan persepsi atau makna
mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan. Sebagai istilah, komunikasi dapat
diartikan sebagai penyampaian dan penerimaan pesan atau informasi di antara dua
orang atau lebih dengan menggunakan simbol verbal dan non verbal.
Menurut Ruben dan Stewerdn komunikasi adalah
proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan kelompok,
organisasi, dan masyarakat yang  merespon dan menciptakan pesan untuk
beradaptasi dengan linkungan satu sama lain. Sedangkan dalam paradigma Laswell
menyebutkan bahwa komunikasi itu harus memiliki komunikator, pesan, media,
komunikan, efek. Teori komunikasi matematis dari Shannon dan Weaver
(1949;Weaver, 1949b) sangat diterima secara luas sebagai salah satu dasar
berkembangnya ilmu komunikasi. Teori ini adalah contoh yang jelas dari mahzab
proses, yang memandang komunikasi sebagai transmisi pesan. Pemikiran mereka
berkembang selama perang dunia II didalam Bell Telephone Laboratories di Amerika
Serikat, dan fokus utama mereka adalah mencari jalan bagaimana agar saluran-saluran
komunikasi dapat digunakan
seefisien mungkin. Bagi mereka saluran utama adalah kabel telepon dan gelombang
radio. Mereka memproduksi sebuah teori yang memungkinkan mereka untuk mendekati
permasalahan terkait bagaimana mereka mengirimkan informasi dengan jumlah yang
maksimal pada saluran yang ada, dan bagaimana mengukur kapasitas sebuah saluran
untuk membawa informasi. Konsentrasi pada saluran dan kapasitasnya sesuai bagi
para akademisi yang memiliki latar belakang matematika dan mesin, namun mereka
juga mengaku bahwa teori mereka dapat diterapkan secara luas pada keseluruhan
pertanyaan terkait komunikasi manusia.
1.1. TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari dengan


baik dan benar.

2. Untuk dapat mengetahui batasan-batasan dalam berkomunikasi

1.2. MANFAAT

Manfaat dari makalah ini adalah agar kita tahu bagaimana karakteristik dan fungsi dari
komunikasi dan bagaimana komunikasi yang efektif agar dapat membantu kita
memecahkan permasalahan yang ada dalam kehidupan sosial, profesional, dan pribadi
serta dalam memperbaiki hubungan bermasyarakata.

1.3. PERTANYAAN KAJIAN

1. Pengertian dan karakteristik komunikasi?

2. Apa saja fungsi komunikasi?

3. Bagaimana proses komunikasi?

4. Apa saja unsur dan jenis yang ada dalam komunikasi?


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KOMUNIKASI

1. Landasan Teori Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, yang bersumber dari kata
komunis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna, jadi
komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan
yang disampaikan oleh komunikator dan di terima oleh komunikan. Hovland
mendefenisikan proses komunikasi sebagai proses yang memungkinkan seseorang
menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain. (Mulyana, 2010:62).

Dalam komunikasi yang melibatkan dua orang, komunikasi berlangsung apabila adanya
kesamaan makna. sesuai dengan definisi tersebut pada dasarnya sesorang melakukan
komunikasi adalah untuk mencapai kesamaan makna antara manusia yang terlibat
dalam komunikasi yang terjadid, dimana kesepahaman yang ada dalam benak
komunikator (penyampai pesan) dengan komunikan (penerima pesan) mengenai pesan
yang disampaikan haruslah sama agar apa yang komunikator maksud juga dapat
dipahami dengan baik oleh komunikan sehingga komunikasi berjalan baik dan efektif
(Effendy, 2005:9). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Raymond S. Rossm
mendefinisikan “Komunikasi (intensional) sebagai suatu proses menyortir, memilih dan
mengirim simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar
membangkitkan makna atau respon 12 dari pikirannya yang serupa dengan yang
dimaksud oleh sang komunikator” (Mulyana, 2010:69).

Beberapa pakar juga meyakini bahwa komunikasi dapat digunakan sebagai alat untuk
mengubah seseorang, baik itu tingkah laku, kepercayaan, maupun persepsi, seperti
yang diungkapkan oleh Gerald R. Miller, yakni “Komunikasi sebagai situasi-situasi yang
memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima
dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima” (Mulyana, 2010:61), lalu
kemudian definisi dari Everett M. Rogers, “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka” (Mulyana, 2010:69).

Komunikasi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, dari kegiatan


keseharian manusia dilakukan dengan berkomunikasi. Dimanapun,kapanpun, dan
dalam kesadaran atau situasi macam apapun manusia selalu tetjebak dengan
komunikasi. Dengan berkomunikasi manusia dapat memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan-tujuan hidupnya, karna dengan berkomunikasi merupakan suatu
kebutuhan manusia yang amat mendasar. Oleh karena itu sebagai makhluk sosial
manusia ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Manusia ingin mengetahui
lingkungan sekitarnya, Bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya.
Dengan rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia perlu berkomunikasi.

Dari definisi diatas menjelaskan bahwa, komunikasi merupakan proses penyampaian


simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal. Maka dari itu komunikasi terbagi menjadi
2 bagian yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal,komunikasi verbal adalah
komunikasi yang terjadi secara langsung dengan lisan atau tulisan. Didalam kegiatan
komunikasi, kita menempatkan kata verbal untuk menunjukan pesan yang dikirimkan
atau yang diterima dalam bentuk kata–kata baik lisan maupun lisan. Kata verbal sendiri
berasal dari bahasa latin, verbalis verbum yang sering pula dimaksudkan dengan
berarti atau bermakna melalui kata atau yang berkaitan dengan kata yang digunakan
untuk menerangkan fakta, ide atau tindakan yang lebih sering berbentuk percakapan
daripada tulisan (Liliweri, 2002:135).

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. PENGERTIAN KOMUNIKASI

Komunikasi adalah "suatu proses ketika seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung
dengan lingkungan dan orang lain", atau suatu proses penyampaian informasi (pesan,
ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak
ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat
dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik tubuh atau menunjukkan sikap tertentu,
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, dan mengangkat bahu. Cara seperti ini
disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

Menurut Lasswell cara yang tepat untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan : who, say what, in which channel, to whom, with what effect?
Rumusan pertanyaan tersebut mengandung lima unsur dasar dalam komunikasi, yaitu:

a. Siapa yang mengatakan? (komunikator, pengirim pesan, sumber)

b. Apa yang disampaikan? (pesan, ide, gagasan)

c. Dengan saluran mana? (media atau sarana)

d. Kepada siapa? (komunikan, penerima pesan)

e. Apa dampaknya? (efek atau hasil komunikasi)

3.2. KARAKTERISTIK KOMUNIKASI

a. Komunikasi itu unik

Unik dalam konteks ini mengacu kepada dua hal. Pertama, setiap orang memiliki
kebiasaan dan kebutuhan yang relatif berbeda ketika berkomunikasi. Kebiasaan
itu dibentuk dari pengalaman, pengetahuan, potensi, serta karakter seseorang.
Adapun kebutuhan, datangnya dari tujuan dan harapan yang timbul dari diri
seseorang ketika berkomunikasi. Termasuk dalam kebutuhan adalah keinginan untuk
diakui, dihibur, diberi ide atau informasi, dan didukung atau dimotivasi.
Keunikan yang kedua, suatu peristiwa atau pengalaman komunikasi yang pernah
terjadi tak akan dapat terulang lagi dengan cara yang sama persis. Pengalaman
itu berubah. Suatu tindak komunikasi tertentu akam mempengaruhi perubahan para
pelakunya sehingga kegiatan itu tidak akan terjadi lagi dengan cara yang
serupa.

b. Komunikasi merupakan suatu proses yang dinamis

Sebagaisuatu proses, komunikasi adalah suatu aktivitas yang selalu berubah, terus-
menerus, tak pernah benar-benar tuntas, dan tidak selalu jelas awal-akhirnya. Peristiwa
yang dialami sebelumnya sekalipun tidak disadari mempengaruhi komunikasi yang
terjadi saat itu, dan peristiwa komunikasi saat mendatang. Proses itu disebut
dinamis karena semua faktor yang terlibat dalam komunikasi (orang, latar,
peristiwa, perilaku, dan media) secara terus-menerus berinteraksi.

c. Komunikasi itu terikat konteks

Yang dimaksud dengan konteks di sini adalah segala sesuatu yang melingkupi
peristiwa komunikasi, termasuk ke dalamnya adalah situasi komunikasi, tradisi atau
adat istiadat, dan budaya mayarakat.

d. Komunikasi itu simbolik

Simbol atau lambang merupakan sesuatu yang digunakan dan dianggap mewakili
sesuatu hal yang disepakati para pemakainya. Simbol dapat berupa bahasa, gerak
tubuh, ekspresi muka, gambar, warna. aroma, busana. atau kode-kode tertentu.
Diantara sekian
banyak simbol, bahasa merupakan simbol yang paling banyak digunakan dalam
berkomunikasi.
e. Komunikasi merupakan suatu transaksi

Sebagai suatu transaksi, di dalam komunikasi terjadi proses kegiatan menyampaikan


dan
menerima pesan. Disitu ada orang atau pihak yang berperan sebagai penyampai dan
penerima pesan.

3.2 UNSUR UNSUR KOMUNIKASI

a. komunikator dan komunikan

Komunikator adalah orang atau pihak yang memberikan pesan baik verbal maupun
nonverbal. Sedangkan komunikan adalah orang atau pihak yang menerima pesan.

b. Pesan
Pesan adalah informasi, ide, atau perasaan yang disampaikan atau diterima oleh
orang-orang yang terlibat dalam komunikasi. Denagn kata lain pesan adalah isi atau
muatan dari apa yang dikomunikasikan.

c. Saluran
Saluran sendiri merupakan sarana atau sesuatu alat yang digunakan untuk
menghubungkan antara komunikator dan komunikan. Saluran juga bisa dengan
bertatap muka akan tetapi apabila kita berbeda jarak yang cukup jauh maka kita bisa
menggunaka
bantuan alat seperti telepon, televisi, radio, internet dan lain sebagainya yang dapat
digunakan sebagai saluran penghubung.

d. Konteks
Komunikasi terkait dengan konteks yang artinya suatu komunikasi tidak akan terlepas
dari tempat, waktu, dan situasi yang menyertainya. Untuk konteks formal misalnya
selalu dipakai ketika suasana atau berada di tempat yang formal. Tetapi apabila berada
di dalam konteks yang informal maka penggunaan ragam pasti akan lebih

e. Balikan
Balikan atau umpan balik (feedback) adalah respon atau tanggapan yang muncul dari
penerima dan penanggap pesan. Bentuknya dapat berupa verbal maupun nonverbal.
Ketika Anda bercerita mengenai sesuatu yang lucu maka respon yang didapatkan
adalah senyuman dan bahkan tawa yang meledak-ledak. Contoh lain
Anda menasihati seorang kawan yang rumah tangganya sedang kisruh, kemudian
tanggapan yang Anda terima adalah sikap yang ketus. Respon juga merupakan balikan
dari Anda apakah dia menyukai atau tidak dengan apa yang Anda sampaikan.

f. Gangguan atau Interferensi


Gangguan atau Interferensi sendiri adalah segala sesuatu yang mengganggu atau
menghambat ketersampaian pesan dari komunikator ke komunikan. Ada tiga bentuk
gangguan, yakni:

a. Interferensi internal, yaitu gangguan yang berasal dari diri penyampai dan penerima
pesan. Wujudnya dapat berupa keengganan membicarakan atau mendengar sesuatu
yang pernah disampaikan , tidak menarik dan mengandung resiko.

b. Interferensi eksternal, yaitu gangguan komunikasi yang muncul dari luar lingkungan
atau luar dari penerima pesan. Bentuknya dapat berupa suara , tulisan yang tidak jelas,
kondisi udara dan suasana yang tidak nyaman.

c. Interferensi sernantik, yaitu gangguan komunikasi yang timbul karena penyampai dan
penerima pesan memberi arti yang berbeda terhadap simbol verbal maupun non verbal.
Wujudnya berupa penggunaan bahasa yang terlalu tinggi, tidak jelas tabu dan kurang
sopan.

3.3. FUNGSI KOMUNIKASI


Setiap peristiwa komunikasi memiliki satu fungsi atau lebih. Yang termasuk fungsi
komunikasi adalah berikut ini :

a. Fungsi personal, yaitu tindak komunikasi untuk mengekspresikan pikiran,


sikap,atau perasaan pelakunya, seperti sedih, gembira, senang, dan benci.

b. Fungsi instrumental (direktif), yaitu kegiatan komunikasi yang dimaksudkanuntuk


mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, seperti bujuk-rayuan,nasihat, adu
pendapat, pembelaan diri, permintaan, perintah.

c. Fungsi interaksional, yaitu perilakukomunikasi untuk menjalin kontak dan


hubungan sosial, seperti sapaan,mbasa-basi, simpati, dan penghiburan.

d. Fungsi informatif, yaitu aktivitas komunikasi untuk menyampaikan informasi,ilmu


pengetahuan, dan budaya, seperti penyuluhan, pemberian pelajaran, dan
sarasehan.

e. Fungsi heurisyik, yaitu tindak komunikasi yang dimaksudkan untuk belajar atau
memperoleh informasi, seperti pertanyaan atau penjelasan mengenai sesuatu
hal.

f. Fungsi imajinatif, yaitu kegiatan komunikasi yang bertujuan untuk memenuhi


rasa estetik ( keindahan), seperti puisi, cerira, drama,dan lagu.

3.4. Model Model Komunikasi

3.4.1. Model Komunikasi Linear

Model komunikasi ini dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver pada
tahun 1949 dalam buku The Mathematical of Communication. Mereka mendeskripsikan
komunikasi sebagai proses linear karena tertarik pada teknologi radio dan telepon dan
ingin mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan bagaimana informasi
melewati berbagai saluran (channel). Hasilnya adalah konseptualisasi dari komunikasi
linear (linear communication model). Pendekatan ini terdiri atas beberapa elemen kunci:
sumber (source), pesan (message) dan penerima (receiver). Model linear berasumsi
bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja hal ini merupakan
pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-partisipan dalam proses
komunikasi. Suatu konsep penting dalam model ini adalah gangguan (noise), yakni
setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu
kecermatan pesan yang disampaikan. Gangguan ini selalu ada dalam saluran bersama
sebuah pesan yang diterima oleh penerima.

3.4.2. Model Komunikasi Interaksi

Model interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang
menekankan pada proses komunikasi dua arah di antara para komunikator. Dengan
kata lain, komunikasi berlangsung dua arah : dari pengirim dan kepada penerima dan
dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi
selalu berlangsung. Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah
orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial,
tepatnya melalui pengambilan peran orang lain. Patut dicatat bahwa model ini
menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu
elemen yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik (feedback), atau
tanggapan terhadap suatu pesan.

3.4.3. Model Komunikasi Transaksional

Model komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund pada tahun 1970. Model
ini menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara
terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi bersifat transaksional
adalah proses kooperatif: pengirim dan penerima sama-sama bertanggungjawab
terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. Model transaksional
berasumsi bahwa saat kita terus-menerus mengirimkan dan menerima pesan, kita
berurusan baik dengan elemen verbal dan nonverbal. Dengan kata lain, peserta
komunikasi (komunikator) melalukan proses negosiasi makna.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN
Komunikasi adalah segala proses kegiatan antar dua orang ( dua pihak) atau lebih
untuk berbagi informasi, ide, dan perasaan. Sesuatu itu dinamakan komunikasi karena
karakteristiknya yang unuk, merupakan suatu proses dinamis, terikat konteks,simbolik,
dan transaksional. Komunikasi memiliki enam fungsi yaitu: fungsi personal,
instrumental, interaksional, informatif, heuristik, dan imajinatif. Dalam praktiknya, fungsi-
fungsi tersebut dapat muncul bersamaan. Dengan kata lain, setiap peristiwa
komunikasai memiliki satu fungsi atau lebih. Proses konumikasi melibatkan serangkaian
kegiatan yang berlangsung terus –menerus. Kegiatan itu meliputi penyandian atau
pengkodean, pengiriman kode, serta penerimaan dan pemahaman kode.

4.2. SARAN
Sebagai komunikator jika berkomunkasi hendaknya dapat menyesuaikan dengan
situasi yang ada dengan komunikan. Agar tidak terjadi kesalahpahaman antar
komunikaror dan
komunikan.

DAFTAR RUJUKAN
Alwasilah Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung:
Angkasa.
Tarigan djago. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Rendah. Jakarta: Universitas Terbuka.
Fiske John. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:
Rajawali Pers.

MAKALAH

KOMUNIKASI KESEHATAN

(MATERI KE-3)

DOSEN PANGAMPU : M.RIDWAN SKM.MPH

DISUSUN OLEH :
QONITA LUTFIAH
NIM :
N1A120174
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NEGERI JAMBI


BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam
kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara umum. Komunikasi
merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan
sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara
yang sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia
berkomunikasi secara drastis.

Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan bentuk dari
apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan hati, sikap badan,
ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya pengertian yang sama
adalah merupakan kunci dalam komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan
pengertian yang sama, maka yang terjadi adalah “dialog  antara orang satu”.

Organisasi atau Organization bersumber dari kata kerja bahasa latin Organizare “to
form as or into a whole consisting of interdependent or coordinated parts (membentuk
sebagai atau menjadi keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bergantung atau
terkoordinasi). Organisasi adalah sarana dimana manajemen mengkoordinasikan
sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas
dan wewenang.
1.1. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari
komunikasi dalam organisasi, proses komunikasi, apa saja hambatan komunikasi,
bagaimana mengatasi hambatan komunikasi, apa saja jenis-jenis komunikasi, dan
mengapa komunikasi menjadi inti kepemimpinan. Di samping itu, makalah ini ditulis
sebagai tugas individu pada mata kuliah komunikasi kesehatan  yang diberikan oleh
pengajar.

1.2. MANFAAT

Manfaat dari makalah ini adalah agar kita tahu bagaimana komunikasi yang efektif dan
jenis jenisnya agar dapat membantu kita memecahkan permasalahan yang ada dalam
kehidupan sosial, profesional, dan pribadi serta dalam memperbaiki hubungan
bermasyarakat.

1.3. PERTANYAAN KAJIAN

Untuk memudahkan proses penjabaran dan penjelasan, makalah ini memiliki beberapa
pertanyaan kajian, yaitu :

1. Apa pengertian dari komunikasi?


2. Bagaimana proses komunikasi?
3. Apa saja yang termasuk tipe tipe komunikasi?
4. Apa saja jenis-jenis komunikasi?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KOMUNIKASI

2.1.1. PENGERTIAN KOMUNIKASI

Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan


manusia. Kegiatan komunikasi akan timbul jika seorang manusia mengadakan interaksi
dengan manusia lain, jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi timbul sebagai akibat dari
adanya hubungan social. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa komunikasi tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai
kelompok.

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa latin
communis yang artinya “sama”, communico, communication, atau communicare yang
berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah
yang paling sering sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-
kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu
makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2005:4)

Untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif, kita dituntut untuk tidak hanya
memahami prosesnya, tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan kita secara kreatif.
Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi bersifat dua arah yaitu
dimana makna yang distimulasikan sama atau serupa dengan yang dimaksudkan oleh
komunikator atau pengirim pesan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. JENIS JENIS KOMUNIKASI

Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas


hubungan antara manusia atau kelompok

Jenis komunikasi terdiri dari:

 Komunikasi Verbal, mencakup aspek-aspek berupa :

1. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan


disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi
penting dalam berkomunikasi.

2. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara
dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.

3. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan
menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara
yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.

4. Humor : dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan


catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri.
Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah
merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.

5. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas,
langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
6. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat
menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.

 Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi
non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.

Yang termasuk komunikasi non verbal :

1. Ekspresi wajah

Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah
cerminan suasana emosi seseorang.

2. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan


kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan
menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar
mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain
untuk mengobservasi yang lainnya

3. Sentuhan, adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat


spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang
sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan
melalui sentuhan.

4. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan
bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.

5. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan
perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan
dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat
menjadi pesan yang sangat jelas.
6. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat
sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau
mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan
stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.

3.2. TIPE TIPE KOMUNIKASI

1. Komunikasi Intrapribadi

Adalah komunikasi dengan diri sendiri. Contohnya berpikir. Komunikasi ini merupakan
landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya,
meskipun dalam disiplin ilmu komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas.
Komunikasi ini melekat pada komunikasi dua orang, tiga orang, dan seterusnya, karena
sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri
sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya
sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain tergantung pada
keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri (Mulyana, 2007)

Menurut Rachmadi (1992:2) Efektifitas komunikasi interpersonal baru tercapai jika


memenuhi lima syarat, yaitu :

a. Adanya kesamaan kepentingan antara komunikator dengan komunikan.

b. Adanya sikap yang mendukung dari kedua belah pihak.

c. Sikap positif, artinya pikiran atau ide yang diutarakan dapat diterima sebagai sesuatu
yang mendatangkan manffat bagi keduanya.

d. Sikap keterbukaan yang ditampilkan kedua belah pihak.

2. Komunikasi Antarpribadi

adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun
nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi diadik
(dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti contohnya suami-
istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid, dan sebagainya. (Mulyana, 2007)

Menurut sifatnya komunikasi antarpribadi dibagi dua :

A. Komunikasi dyadic, Proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam
situasi tatap muka.

Menurut Pace ada 3 bentuk :

1. Percakapan : suasana bersahabat dan informal

2. Dialog : lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal

3. Wawancara : lebih serius karena ada pihak yang dominan

B. Komunikasi kelompok kecil, Proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang
atau lebih secara tetap muka, di mana anggotaanggotanya saling berinteraksi satu
sama lainnya.

Tipe komunikasi antarpribadi karena: 1) Aggotanya terlibat dalam suatu proses


komunikasi yang berlangsung tatap muka. 2) Pembicaraan berlangsung secara
terpotong-potong, tidak ada pembicara tunggal. 3) Sumber dan penerima sulit
diidentifikasi. Contohnya si A dapat terpengaruh dari B, dan si C dapat mempengaruhi
si B. Proses ini ada pada kelompok studi dan kelompok diskusi.

Ciri-ciri dari komunikasi antarpribadi adalah:

 Pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat;


 Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan
spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.
Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta komunikasi. Kedekatan
hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau
respons nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatap mata yang ekspresif, dan jarak fisik
yang sangat dekat. Meskipun setiap orang dalam komunikasi antarpribadi bebas
mengubah topik pembicaraan, kenyataannya komunikasi antar pribadi bisa saja
didominasi oleh suatu pihak. Misalnya, komunikasi suami-istri didominasi oleh suami,
komunikasi dosen-mahasiswa didominasi oleh dosen, dan komunikasi atasan-bawah
oleh atasan. Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi orang lain,
karena kita dapat menggunakan kelima alat indra kita untuk mempertinggi daya bujuk
pesan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi
antarpribadi berperan penting selama manusia masih mempunyai emosi. (ibid)

3. Komunikasi Kelompok

Adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya saling kebergantungan), mengenal
satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut,
meskipun setiap anggota boleh jadi mempunyai peran berbeda. Contoh adalah
keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat; kelompok diskusi; kelompok pemecahan
masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.
Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang
dilakukan kelompok kecil (small group communication), bersifat tatap muka.

Persyaratan sebagai kelompok :

1) Ada kesadaran dari anggota yang merupakan bagian kelompok ia bersama.

2) Ada hubungan timbal balik antara individuindividu yang menjadi bagian dari
kelompok itu.

3) Ada faktor yang menjadi pengikat (nilai-nilai, ideologi, norma, tujuan, dll).

4) Berstruktur, berkaidah, dan memiliki pola perilaku.


Umpan balik dari seseorang perserta dalam komunikasi kelompok masih bisa
diidentifikasi dan ditanggapi langsung oleh peserta lainnya. Komunikasi kelompok
dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena banyak dari teori
komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.Mulyana, 2007

Secara ringkas kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan
kita, karena melalui kelompok, memungkinkan kita dapat berbagi informasi,
pengalaman, dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya. Burhan,2007

Beberapa contoh komunikasi kelompok antara lain :

1) Kuliah

2) Rapat

3) Briefing

4) Seminar

5) Workshop dan lain-lain.

4. Komunikasi Publik

adalah komunikasi antar seseorang pembicara dengan sejumlah besar orang


(khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi ini sering juga disebut
dengan pidato, ceramah, atau kuliah umum. Beberapa pakar komunikasi menggunakan
istilah komunikasi kelompok besar (large group communication) untuk komunikasi ini,
contoh adalah tabligh akbar yang sering disampaikan pendakwah kodang seperti Ust
Arifin Ilham adalah contoh dari komunikasi publik yang paling mengena.Mulyana, 2007

Komunikasi ini biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi
antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan
pesan yang cermat, keberanian dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang.
Daya tarik fisik pembicara bahkan sering merupakan faktor penting untuk menentukan
efektivitas pesan, selain keahlian dan kejujuran pembicara. (ibid)

5. Komunikasi Organisasi

komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam suatu organisasi,


bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar
daripada komunikasi kelompok. Oleh karena itu, organisasi dapat diartikan sebagai
kelompok dari kelompok-kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga
komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik.
Semakin formal sifatnya, semakin terstruktur pesan yang disampaikan.

Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke


bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horisontal, sedangkan komunikasi informal
tidak bergantung pada stuktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga
termasuk selentingan dan gosip. Mulyana, 2007

Syarat terjadinya komunikasi organisasi :

• Komunikasi organisasi melibatkan komunikasi kelompok, komunikasi antarpribadi,


komunikasi intrapribadi, dan terkadang komunikasi publik muncul.

• Terjadi di dalam organisasi ataupun antarorganisasi, baik formal maupun informal.

• Komunikasi formal: komunikasi menurut struktur organisasi: komunikasi ke atas, ke


bawah, ataupun horizontal.

• Komunikasi informal: terjadi di luar struktur organisasi.

6. Komunikasi Massa
adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah),
atau elektronik (e-paper, televisi, radio), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu
lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang
yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat
umum disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas (khusus media elektronik
dahulu) kini pesan dari media elektronik dapat kembali disimak melalui video di
youtube. Meskipun khalayak menyampaikan pesan kepada lembaga (dalam bentuk
saran-saran yang sering tertunda), proses komunikasi didominasi oleh lembaga, karena
lembagalah yang menentukan agendanya. Mulyana, 2007

Untuk melihat secara rinci dari bentuk-bentuk komunikasi yang dibahas di atas penulis
mencoba merangkumnya pada tabel berikut :

Jenis
N Komunika Media yang
o si Keuntungan Kelemahan digunakan
– tidak
Intrapribad – mengasah imajinasi terjadi feedba Hati nurani,
 1 i dan intuisi ck perasaan, pikiran
– komunikasi
berlangsung dua arah
– terjadi feedback

– komunikasi yang
paling lengkap dan
sempurna karena
mempergunakan
kelima pancaindera

– memberikan
keakraban karena
langsung bertatap – informasi ada
Antarpriba muka di satu
 2 di pihak Panca indra
3 Kelompok – pesan dari komunikan – terkadang – panca indra dan
lebih efektif pesan yang alat bantu
karena audience berju diharapkan komunikasilainnya(
Jenis
N Komunika Media yang
o si Keuntungan Kelemahan digunakan
mlah banyak
– membantu setiap
individu mencapai
perubahan personalnya
– mempererat
hubungan sosial,
sebagaimana suatu
kelompok secar rutin oleh
memberikan komunikan
kesempatan kepada tidak sesuai
anggotanya untuk harapan
melakukan aktivitas karena
informal, santai, dan terjadi noise a
menghibur tau perbedaan mic, infocus, alat
– problem solving pemahaman peraga)
–feedback bersi
fat terbatas,
–efektivitas pesan terutama yang
4 Publik tinggi bersifat verbal N/A

5 Organisasi – seluruh anggota – orang-orang yang N/A


dalam suatu organisasi berada dalam
berharap dapat tatanan
memperoleh informasi manajemen, yaitu
yang lebih banyak, mereka yang
lebih baik, dan tepat memiliki
waktu. kewenangan untuk
– pesan-pesan regulatif mengendalikan
pada dasarnya semua informasi
berorientasi pada kerja. yang disampaikan.
Artinya, bawahan
membutuhkan
kepastian peraturan
tentang pekerjaan yang
boleh dan tidak untuk
dilaksanakan.

–pesan yang
disampaikan
tidak sampai
pada sasaran
karena
khalayak
yang anonim
dan
heterogen. Mediamas
– berbiaya sa cetak
–pesan dikirim dengan mahal dan
6 Massa cepat dan efisien elektronik

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari komunikasi. Begitupun dengan
pembelajaran yang merupakan proses komunikasi yang berlangsung dalam dunia
pendidikan. Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas bahwa komunikasi
pembelajaran adalah proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan
teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami
maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku
menjadi lebih baik.

Dalam komunikasi terdapat beberapa bentuk komunikasi, diantaranya adalah


komunikasi intrapersonal, komunikasi intarpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi
organisasi dan komunikasi massa. Bentuk-bentuk komunikasi tersebut muncul karena
komunikasi bisa terjadi kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun. Baik terjadi hanya
dengan diri sendiri ataupun terjadi dengan dua orang atau lebih.

4.2. SARAN

Sebagai komunikator jika berkomunikasi hendaknya dapat menyesuaikan dengan


situasi yang ada dengan komunikan. Agar tidak terjadi kesalahpahaman antar
komunikator dan komunikan.

DAFTAR RUJUKAN
Mulyana, 2007: Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D., Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar,
2007

Burhan,2007: Prof. Dr. H.M Burhan Bungin, S.Sos. M.Si, Sosiologi Komunikasi: Teori,
Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, 2007
MAKALAH

KOMUNIKASI KESEHATAN

(MATERI KE-4)

DOSEN PANGAMPU : M.RIDWAN SKM.MPH

DISUSUN OLEH :
QONITA LUTFIAH
NIM :
N1A120174

FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NEGERI JAMBI


BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Komunikasi berasal dari bahasa latin Communicatio, dan asal kata ini bersumber pada
kata Communis yang artinya sama makna, yaitu sama makna mengenai satu hal
(Effendy, 2005: 3). Banyak makna tentang arti kata komunikasi namun dari sekian
banyak definisi yang diungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan secara lengkap
dengan maknanya yang hakiki, yaitu komunikasi adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu, atau untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung (secara lisan), maupun tidak langsung melalui
media. (Effendy, 2005: 5).

Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan suatu tindakan yang


memungkinkan kita mampu menerima dan memberikan informasi atau pesan sesuai
dengan apa yang kita butuhkan. Secara teoritis, tindakan komunikasi berdasarkan pada
konteks terbagi menjadi beberapa macam, yaitu konteks komunikasi interpersonal,
komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan
komunikasi massa. Jika di lihat dari beberapa konteks komunikasi di atas, konteks
komunikasi yang berhubungan atau sesuai dengan penelitian ini adalah komunikasi
organisasi.

1.1. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa saja peran komunikator tipe dan peran berdasarkan
retorikanya

2. Untuk dapat mengetahui prinsip umum kredibilitas komunikator

1.2. MANFAAT

Manfaat dari makalah ini adalah agar kita tahu bagaimana peran, tipe, dan prinsip dari
seorang kumunikator dalam komunikasi karena semakin dekat pesan yang
diterjemahkan dengan maksud komunikator maka semakin efektif komunikasi yang
terjadi agar dapat membantu kita memecahkan permasalahan yang ada dalam
kehidupan sosial, profesional, dan pribadi serta dalam memperbaiki hubungan
bermasyarakat.

1.3. PERTANYAAN KAJIAN

1. Apa pengertian komunikator dan perannya?

2. Apa saja prinsip umum kredibilitas komunikator?

3. Bagaimana proses komunikator menyampaikan pesan dalam komunikasi?

4. Apa saja tipe tipe komunikator?


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dimana komunikator


memberikan pesan kepada komunikan baik verbal maupun nonverbal melalui suatu
saluran (channel) kemudian pesan tersebut mendapatkan tanggapan dari komunikan
sehingga terjadi kesepahaman antara komunikator dengan komunikan. Menurut Effendi
(2004:5) menyatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampain suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui
media.

Komunikasi berjalan dengan baik apabila terjadi saling pengertian antara komunikator
dengan komunikan, dimana sudah terjadi kesepahaman makna pesan antara
komunikator dangan komunikan. Dalam hal seperti inilah komunikasi yang dilakukan
telah berhasi baik atau komunikatif.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. PENGERTIAN KOMUNIKASI

Komunikasi adalah adanya komunikator (penyampai pesan), pesan (informasi yang


disampaikan), dan komunikan (penerima pesan) juga timbal balik. Sedangkan
pengertian komunikasi secara sederhana adalah proses penyampaian pesan dari
penyampai pesan (komunikator) kepda penerima pesan (komunikan) sehingga terjadi
timbal balik.

Menurut Lasswell cara yang tepat untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan : who, say what, in which channel, to whom, with what effect?
Rumusan pertanyaan tersebut mengandung lima unsur dasar dalam komunikasi, yaitu:

a. Siapa yang mengatakan? (komunikator, pengirim pesan, sumber)

b. Apa yang disampaikan? (pesan, ide, gagasan)

c. Dengan saluran mana? (media atau sarana)

d. Kepada siapa? (komunikan, penerima pesan)


e. Apa dampaknya? (efek atau hasil komunikasi)

Dari paradigma Lasswell tersebut dapat disimpulkan bahwa, komunikasi merupakan


suatu proses penyampaian pesan, idea atau gagasan dari komunikator kepada
komunikan melalui suatu saluran tertentu dan menghasilkan efek-efek tertentu pula.
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan taupun pengalaman. Komunikasi
dilakukan manusia dengan berbagai cara, misalnya berbicara, tulisan dan gesture.

Komunikasi dapat berupa interaktif, translatif, bertujuan atau tak bertujuan. Dengan
komunikasi seseorang atau suatu kelompok dapat memahami sikap dan perasaan
orang lain atau kelompok lain. Komunikasi dapat berjalan efektif ketika terjadi
kesamaan makna atara komunikator dengan komunikan terhadap pesan yang
deberikan komunikator kepada komunikan.

3.2. PERAN KOMUNIKATOR

Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan kepada komunikan
(penerima pesan) dalam sebuah proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator
merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber
dalam sebuah hubungan. Seorang komunikator tidak hanya berperan dalam
menyampaikan pesan kepada penerima, tetapi juga memberikan respons dan
tanggapan, serta menjawab pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh
penerima, dan publik yang terkena dampak dari proses komunikasi yang berlangsung,
baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Hardiyansyah (2015) komunikator adalah orang/pihak yang bertindak sebagai


pengirim/penyampai pesan dalam proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator
merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber
pesan dalam sebuah proses komunikasi. Seorang komunikator tidak hanya berperan
dalam menyampaikan pesan kepada penerima, namun juga memberikan tanggapan,
serta menjawab pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh penerima dan publik
yang terkena dampak dari proses komunikasi yang berlangsung, baik secara langsung
maupun tidak langsung (Wiryanto, 2000:63). Komunikator adalah manusia berakal budi
yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya.
Cangara (2008) mengungkapkan bahwa komunikator memegang peranan yang sangat
penting terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Menurutnya, seorang
komunikator juga harus memiliki kepercayaan(credibility), dan daya tarik(attractive).

3.3. PERAN KOMUNIKATOR BERDASARKAN RETORIKA

a) Defenisi Retorika

Retorika atau Rhetoric menurut Yani (Rahim, 2010 hal : 76) merupakan ilmu berbicara
atau seni berbicara di hadapan umum atau ucapan untuk menciptakan kesan yang
diinginkan. Hal ini serupa dengan Aristoteles (Freese, 1926) bahwa retorika di
definisikan sebagai kemampuan dalam menampilkan kecerdasan yang dapat
digunakan sebagai cara untuk mengajak dalam hal – hal tertentu yang dipengaruhi oleh
karakter dari seorang orator, kecerdasan emosi, dan pemikirannya. Arisoteles dan
Cicero (Sutrisno dan Wiendjarti, 2014 hal: 75) mendefiniskan bahwa retorika adalah
suatu gaya atau seni berbicara, baik yang dicapai berdasarkan bakat alami maupun
melalui keterampilan teknis yang memiliki kemampuan baik dalam berbicara, berpidato
secara singkat, jelas, padat, dan mengesankan.

Sedangkan menurut kaum Sofis, Retorika adalah alat untuk menyelesaikan suatu
kasus menggunakan teknik berbicara. Jika ada suatu kasus yang dipermasalahkan,
maka kasus ini bisa diselesaikan menggunakan kecakapan dalam teknik bertutur kata,
selama perkataan atau gagasan tersebut berdasarkan kaidah retorika milik kaum sofis.
Prinsip retorika yang dimiliki oleh kaum sofis adalah : (1) seorang pembicara harus
pandai mengolah argumen, (2) pembicara harus fasih dalam berbahasa, (3) Pembicara
harus memanfaatkan emosi audiens sebaik mungkin, dan (4) membuat permasalahan
menjadi sederhana dan memperkecil timbulnya peluang yang merugikan sehingga
berdampak pada kegagalan dari retorika tersebut. Dalam penerapannya di era moderen
ini retorika sofis dimanfaatkan dalam penyebaran propaganda politik, indoktrinasi,
agitasi, dan juga reklame (Oka, 1976 :27 – 28). Luhukay (2007 : 69) menjelaskan
bahwa lima hukum retorika yang dikemukakan oleh Aristoteles berguna untuk
menumbuhkan kredibilitas dari komunikator itu sendiri. Ethos memiliki 3 aspek yakni
Intelegensia, Karakter, dan Goodwill.

b) Tujuan Retorika

- To Inform, yaitu memberikan penerangan dan pengertian kepada massa, guna


memberikan penerangan yang mampu menanamkan pengertian dengan sebaik-
baiknya.

- To Convise, yaitu meyakinkan kepada massa terkait argumen yang disampaikan agar
mau mengikuti dan merubah pandangannya.

- To Inspire, yaitu menimbulkan inspirasi dengan teknik dan sistem penyampaian yang
baik.

- To Intertain, yaitu untuk menggembirakan, menghibur dan menyenangkan, dan


memuaskan massa.

- To Ectuate, yaitu menggerakkan dan mengarahkan mereka untuk bertindak


menetralisir dan melaksanakan ide yang telah dikomunikasikan oleh orator dihadapann
massa (Rousydy, 1989, hal : 234-235).

c) Fungsi Retorika

- Untuk menyediakan gambaran yang jelas tentang manusia terutama dalam hubungan
kegiatan bertutur kata, termasuk kedalam gambaran ini antara lain gambaran proses
kejiwaan ketika ia terdorong untuk bertutur dan ketika ia mengidentifikasi pokok
persoalan sampai retorika bertutur ditampilkan.
- Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahasa atau benda yang bisa diangkat
menjadi topik pembicaraan, misalnya gambaran tentang hakikat, struktur, dan fungsi
topik pembicaraan.

- Mengemukakan gambaran yang terperinci tentang masalah pembicaraan misalnya


dikemukakan tentang hakikat, struktur, dan bagian – bagian topik pembicaraan (Oka,
1976, hal : 65).

d) Pembagian Retorika

- Monologika, merupakan seni berbicara secara monolog, dimana hanya ada seorang
yang berbicara, dalam model retorika ini biasanya terjadi dalam proses pidato yang
bersifat satu arah, sebab hanya satu orang yang berbicara (komunikator), dan yang lain
hanya sebagai pendengar (komunikan).

- Dialogika, seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih berbicara
mengambil bagian dalam suatu proses pembicaraan. Gaya retorika ini biasanya
memang jarang ditemui dalam acara

– acara pidato atau orasi politik yang dihadiri banyak orang (massa) di sebuah
lapangan terbuka.

- Pembinaan teknik bicara, efektifitas monologika dan dialogika tergantung pada teknik
bicara. Bahkan teknik bicara ini menjadi syarat penting dalam retorika. Mulai dari
bagaimana cara ia mengatur pernapasan, teknik membina suara dan berbicara. Semua
harus diperhatikan dan diatur agar bicaranya bisa menjadi efektif (Hendrikus, 1991 hal :
16-17).

Metode Pidato

Mulgrave (dalam Tarigan, 2008, hal 54) membagi metode pidato menjadi empat,
diantaranya adalah :

- Impromptu Delivery
Metode ini gunakan dalam keadaan mendadak seperti dalam acara resmi (pesta dan
lain – lain). Pidato impromptu biasanya disampaikan tanpa persiapan dan tidak
menggunakan naskah.

- Delivery from Manuscript

Metode ini digunakan pada acara – acara resmi kenegaraan, dalam siaran radio dan
televisi. Pembicara membacakan naskah pidato dari awal dan akhir serta sistematika
pembahasan maupun bahasa yang digunakan dalam pembahasaan akan lebih terjamin
karena telah dipersiapkan dalam bentuk naskah yang mudah diteliti dan dikorekti
kembali oleh sang pembicara. Namun, hal ini harus di barengi dengan penguasaan
terhadap penonton dan isi pidato agar metode ini dapat berjalan dengan baik.

- Delivery from Memory

Metode ini menuntut olahan ingatan pembicara dalam menguasai bahan selengkap
mungkin sebagai kekuatan menyampaikan gagasannya. Metode ini dalam prakteknya
pembicara menuliskan gagasan – gagasan nya kemudian dalam penyampaiannya
diingat kata demi kata. Jika pembicara kurang memiliki kemampuan yang terlatih baik
dalam memakai olahan ingatan sebagai kekuatan penyampaian gagasan, maka
kemungkinan besar audiensi kurang memperhatikan maksud pidato dan kurang
menjiwai pidato, yang mengakibatkan pidato menjadi hambar dan tidak tersampaikan
pada penyimak.

- Ekstemporan Delivery

Metode ini dipersiapkan oleh pembicara dengan membuat kerangka pidato dan data
yang baik. Untuk itu sang pembicara harus mengetahui ide utama dan urutan dari
setiap ide yang ia tuangkan. Bagian yang dicatat dalam kerangka pikiran khusus hal –
hal yang penting dan harus singkat. Dalam penyampaiannya seorang pembicara tidak
menggunakan naskah.

Prinsip Retorika Aristoteles


Menurut Aristoteles, perbedaan cara cara berpikir dan bertindak itu dapat dipersatukan
melalui retorika yang dalm praktinya tergantung dari bagamaina menerapkan jenis
kemampuan untuk mengungkapkan pendapat, yaitu : etos, pathos dan logos.

1. Etos

Kata Aristoteles, jika anda adalah komunikan maka anda akan dipengaruhi oleh
seorang pembicara hanya karena dia menampilkan diri sebagaai seorang yang dilihat
san irasakan audiens sebagai orang (sumber,pengirim,komunikator) yang:

a. Intelegence- komunikator yang tampil sebagai seorang yang pandai atau cakap ,
percaya diri, mengetahui fakta, berbicara yang jelas, berdiri atau menunjukkan postur
tubuh yang cakap.

b. Karakter - komunikator yang tampil dengan karakter yang jujur, adil, memiliki reputasi
sehingga kita merasa orang itu berkata benar dan

jujur.

c. Goodwill – audiens juga lebih percaya kepada komunikator yang menunjukan


kemauan baik, pernyataan yang pasti, kontak mata, gerakan yang meyakinkan, ada
kesan melindungi kita.

2. Pathos

Pathos brkaitan dengan emosi, artinya bagaimana seorang komunikator mampu


menampilkan daya tarik emosional sehingga mampu membangkitkan perasaan
komunikan. Kemampuan itu ditunjukan oleh manipulasi:

a. Making and cahning – anger > mampu memuat komunikan merasa sejuk dan
marah.

b. Love – hate > mampu membuat komunikan mencintai dan membenci.

c. Fear – confidence > mampu membuat komunikan merasa malu atau


membangkitkan keberanian.

d. Indignation – envy > mampu membangkitkan rasa berkuasa atau kehilangan


kekuasaan/pengaruh.
e. Admiration – envy > mampu membangkitkan semangat kerja atau mendorong orang
lain bekerja keras atau tidak bekerja keras.

3. Logos

Berkaitan dengankemampuan komunikaator yang secara intelek (cerdik atau pandai)


mengatakan sesuatu secara rasional dan argumentative, misalnya menyampaikan
informasi dengan dukungan data statistic, memberikan contoh-contoh, atau dengan
kesaksian-kesaksian (Larson,1986:28:30). Logos, Meliputi:

a. Invention – kemampuan menyampaikan sebuah informasi yang menampilkan


hokum-hukum logika (masuk akal)

b. Arrangement – kemampuan menyampaikan sebuah topik informasi secara


sederhana sesuai dengan posisi komunikator.

c. Style – kemampuan menampilkan gaya berbicara yang menyenangkan


komunikan.

d. Memory – kemampuan menampilkan informasi dngan gambaran sesuatu


informasi yang diingat dan informasi itu berkaitan dengan apa yang anda ucapkan.

e. Delivery – kemampuan berbicara efektif. (Zwell, 2000; 20-24).

3.4. PRINSIP UMUM KREDIBILITAS KOMUNIKATOR

1. Kesamaan

Kesamaan atau similarity merupakan salah satu faktor yang memudahkan penerimaan
pesan oleh audiens. Orang lebih tertarik pada komunikator yang mempunyai banyak
kesamaan dengan dia, misalnya minat, hobi, pilihan politik, asal sekolah, asal suku
bangsa, dan lain-lain (jadi bisa kesamaan sosiologis, antropologis, atau psikologis!).

Tidaklah mengherankan apabila dalam komunikasi dikenal istilah homofili, artinya


kesamaan antara audiens dengan komunikator. Hipotesis yang dapat diajukan adalah,
jika makin banyak faktor kesamaan antara komunikator dengan audiens, maka makin
besar peluang audiens menerima pesan dari komunikator. Lawan dari homofili adalah
heterofili atau perbedaan. Artinya, jika makin banyak faktor pembeda antara
komunikator dengan audiens, maka makin kecil peluang audiens menerima pesan dari
komunikator.

2. Dapat Dipercayai

Carl Hovland mengemukakan bahwa penerimaan audiens atas informasi tergantung


dari trustworthiness komunikator. Komunitas dari audiens rupanya lebih muda
menerima informasi dari orang yang dapat dipercayai. Memang kita tidak mempunyai
indikator yang relatif konsisten tentang “dapat dipercayai” ini, namun dalam praktik
komunikasi hal “dapat dipercayai” rupanya terlihat atau terasa dari ungkapan kata-kata
verbal (tidak ambigu) atau ungkapan non-verbal (wajah,muka,suara) dari komunikator.
Audiens sering menilai “kepercayaan” itu dari mata komunikator yang “kurang bersih”
atau wajah yang tidak ramah, atau kata- kata yang tidak bersahabat. Satu hal yang tak
bisa disepelekan juga bahwa tema “kepercayaan” ini berkaitan dengan reputasi
seorang komunikator yang dihubungkan dengan jabatan, pangkat, pendidikan,
pengalaman dari seorang komunikator.

3. Kepakaran

Masih berkaitan dengan kepercayaan adalah masalah kepakaran. Inilah kunci


penerimaan audiens terhadap seorang komunikator. Pelbagai penelitian komunikasi
antar personal menunjukan bahwa seorang komunikator yang pakar dalam bidangnya
lebih muda dipercayai daripada yang tidak pakar. Orang lebih percaya informasi
tentang hukum jika informasi itu berasal dari seorang sarjana hukum, orang lebih
percaya pada informasi tentang kejahatan yang dia peroleh dari polisi daripada dari
seorang yang bukan polisi, demikian pula orang lebih percaya pada penyuluh
kesehatan yang berlatar belakang pendidikan FKM daripada dari FISIP, dan lain-lain.

4. Keaslian Sumber Pesan


Masalah keaslian sumber pesan sangat menentukan tingkat penerimaan audiens.
Keaslian pesan ini bersumber dari sumber informasi.

Artinya, orang lebih percaya informasi ilmiah kesehatan yang bersumber dari jurnal
kesehatan daripada dari surat kabar umum, orang lebih mudah percaya informasi
tentang bahaya Narkoba yang bersumber dari kesaksian seorang bekas pencandu
Narkoba daripada seorang dokter sekalipun, dan lain-lain.

3.5. DIMENSI DAN TIPE KOMUNIKATOR

Dari uraian mengenai prinsip-prinsip umum kreditbilitas komunikator diatas maka kita
dapat menyimpulkan beberapa dimensi dan tipe kreditbilitas sebagai berikut :

1. Dimensi Kreditbilitas

a. Competence – kemampuan komunikator yang diperlihatkan melalui


kewenangan (pangkat, jabatan , kepakaran ) di atas suatu subjek

yang sedang di percakapkan.

b. Character – yang diperlihatkan oleh moral komunikator.

c. Intention – motif atau maksud yang mendorong komunikator mengatakan


sesuatu.

d. Personality – yakni perasaan kedekatan (proximity) antara komunikan dengan


komunikator ( kesamaan psikologis, sosiologis, antropoogis sering mempengaruhi “
rasa kedekatan “ antara komunikan dan komunikator)

e. Dynamics – yakni dinamika yang di perlihatkan oleh seorang komunikator.

f. Charisma – kualitas individu yang ditunjukan oleh powerful language, social


sensitivity, dan attractiveness.

g. Authority – komunikator yang memegang kekuasaan atau wewenang tertentu


lebih dipercayai komunikan dari pada yang tidak mempunyai kekuasaan atau
wewenang ( lihat kompetensi)
h. Compliance – komunikan lebih mudah mengadopsi perilaku komunikator karena
hubungan di antara dua pihak diiming-imingi oleh hukuman atau ganjaran.

i. Internaliztation – komunikan lebih mudah menerima suatu pesan yang di


rekomendasikan komunikator karena informasi itu searah dengan nilai atau sikap
komunikan.

j. Identification – komunikan juga lebih mudah menerima suatu pesan yang di


rekomendasikan komunikator karena komunikasi itu merupakan identifikasi diri / pribadi
komunikator.

k. Expertise – kepakaran yang melekat pada seseorang komunikator, karena kepakaran


dalam subjek yang di percakapkan atau diinformasikan akan memudahkan komunikan
percaya kepada komunikator.

l. Trustworthiness – hal dapat dipercayai merupakan penilaian komunikan terhadap


komunikator. Artinya audiens lebih muda menerima pesan dari komunikator yang
dipercayai.

m. Good will – audiens lebi muda menerima pesan dari komunikasi yang menurut dia
mempunyai kebaikan tertentu.

n. Emotional intelligence – kecerdasan emosional, ternyata factor kecerdasan


emosional ( yakni tampilan emosi sesuai dengan konteks tertentu ) komunikator sangat
memengaruhi penerimaan pesan oleh audiens. Daniel Goleman ( pakar kecerdasan
emosional ) mengemukakan karakteristik emosional sebagai berikut :

• Self – awareness – suatu kesadaran seseorang atas emosi yang dia miliki,
dan kesadaran itu dapat membuat seseorang dapar mengartikulasikan emosinya
setepat tindakannya.

• Managing emotion – bagaimana mengambarkan emosi secara

tepat sesuai dengan lingkungan ( level ) komunikasi atau konteks komunikasi.

• Motivating yourself – bagaimana mengelola emosi dan menjadikan emosi


sebagai faktor pendorong untuk mencapai suatu yang dicita- citakan.
• Recognizing emotion in others – bagaimana seseorang mengakui emosi orang
lain, ini merupakan sikap empati atau memasuki perasaan orang lain.

• Handling relationship – bagaimana seseorang menangani emosinya dalam


relasi dengan orang lain.\

Tipe Kredibilitas De vito ( 1978:80-84 ) mengemukakan bahwa ada tiga tipe kredibilitas
komunikator, yaitu :

a. Initial creditbility – yakni inisial yang menunjukan status atau posisi seseorang,
misalnya jabatan, pangkat, gelar-gelar akademik atau kebangsawan dll

b. Derived credibility – yakni sesuatu yang mengesankan bagi komunikan tatkala


komunikasi sedang berlangsung, misalnya tentang kemampuan intelektual, moral
komunikator, tentang kompetensi hingga kemampuan untuk mengekspresikan kata-
kata melalui bahasa isyarat (non verbal)

c. Terminal creditbility – yakni hasil yang diperoleh akibat dua tipe kreditbilitas
terdahulu ( initial dan derived ), tingkat keterpengaruhan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN
Peranan komunikator dalam proses komunikasi kesehatan sangatlah besar, karena
komunikatorlah yang menetapakan peranan dari seluruh unsur komunikasi.

4.2. SARAN
Seorang komunikator kesehatan harus mampu mengembangkan diri sabagai penyebar
pesan, memanipulasi pesan, memilih media, menganilisis audiens agar pesan-pesan
tersebut dapat mempengaruhi warga masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN
Kusniadji, Suherman (2017). Strategi Komunikasi Pemasaran dalam Kegiatan
Pemasaran Produk Consumer Goods (Studi kasus Pada PT Expand Berlian Mulia Di
Semarang. http://journal.untar.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/49

Anda mungkin juga menyukai