Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KOMUNIKASI KESEHATAN
(MATERI KE-2)
DISUSUN OLEH :
QONITA LUTFIAH
NIM :
N1A120174
I. LATAR BELAKANG
Jika ditanya apakah komunikasi itu? Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas
manusia dikenali oleh semua orang namun sangat sedikit yang dapat
mendefinisikannya secara memuaskan. Komunikasi memiliki beberapa variasi definisi
yang tidak terhingga seperti ;saling berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran
informasi dan masih banyak lagi.
1.2. MANFAAT
Manfaat dari makalah ini adalah agar kita tahu bagaimana karakteristik dan fungsi dari
komunikasi dan bagaimana komunikasi yang efektif agar dapat membantu kita
memecahkan permasalahan yang ada dalam kehidupan sosial, profesional, dan pribadi
serta dalam memperbaiki hubungan bermasyarakata.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KOMUNIKASI
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, yang bersumber dari kata
komunis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna, jadi
komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan
yang disampaikan oleh komunikator dan di terima oleh komunikan. Hovland
mendefenisikan proses komunikasi sebagai proses yang memungkinkan seseorang
menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain. (Mulyana, 2010:62).
Dalam komunikasi yang melibatkan dua orang, komunikasi berlangsung apabila adanya
kesamaan makna. sesuai dengan definisi tersebut pada dasarnya sesorang melakukan
komunikasi adalah untuk mencapai kesamaan makna antara manusia yang terlibat
dalam komunikasi yang terjadid, dimana kesepahaman yang ada dalam benak
komunikator (penyampai pesan) dengan komunikan (penerima pesan) mengenai pesan
yang disampaikan haruslah sama agar apa yang komunikator maksud juga dapat
dipahami dengan baik oleh komunikan sehingga komunikasi berjalan baik dan efektif
(Effendy, 2005:9). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Raymond S. Rossm
mendefinisikan “Komunikasi (intensional) sebagai suatu proses menyortir, memilih dan
mengirim simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar
membangkitkan makna atau respon 12 dari pikirannya yang serupa dengan yang
dimaksud oleh sang komunikator” (Mulyana, 2010:69).
Beberapa pakar juga meyakini bahwa komunikasi dapat digunakan sebagai alat untuk
mengubah seseorang, baik itu tingkah laku, kepercayaan, maupun persepsi, seperti
yang diungkapkan oleh Gerald R. Miller, yakni “Komunikasi sebagai situasi-situasi yang
memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima
dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima” (Mulyana, 2010:61), lalu
kemudian definisi dari Everett M. Rogers, “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka” (Mulyana, 2010:69).
BAB III
PEMBAHASAN
Komunikasi adalah "suatu proses ketika seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung
dengan lingkungan dan orang lain", atau suatu proses penyampaian informasi (pesan,
ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak
ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat
dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik tubuh atau menunjukkan sikap tertentu,
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, dan mengangkat bahu. Cara seperti ini
disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Menurut Lasswell cara yang tepat untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan : who, say what, in which channel, to whom, with what effect?
Rumusan pertanyaan tersebut mengandung lima unsur dasar dalam komunikasi, yaitu:
Unik dalam konteks ini mengacu kepada dua hal. Pertama, setiap orang memiliki
kebiasaan dan kebutuhan yang relatif berbeda ketika berkomunikasi. Kebiasaan
itu dibentuk dari pengalaman, pengetahuan, potensi, serta karakter seseorang.
Adapun kebutuhan, datangnya dari tujuan dan harapan yang timbul dari diri
seseorang ketika berkomunikasi. Termasuk dalam kebutuhan adalah keinginan untuk
diakui, dihibur, diberi ide atau informasi, dan didukung atau dimotivasi.
Keunikan yang kedua, suatu peristiwa atau pengalaman komunikasi yang pernah
terjadi tak akan dapat terulang lagi dengan cara yang sama persis. Pengalaman
itu berubah. Suatu tindak komunikasi tertentu akam mempengaruhi perubahan para
pelakunya sehingga kegiatan itu tidak akan terjadi lagi dengan cara yang
serupa.
Sebagaisuatu proses, komunikasi adalah suatu aktivitas yang selalu berubah, terus-
menerus, tak pernah benar-benar tuntas, dan tidak selalu jelas awal-akhirnya. Peristiwa
yang dialami sebelumnya sekalipun tidak disadari mempengaruhi komunikasi yang
terjadi saat itu, dan peristiwa komunikasi saat mendatang. Proses itu disebut
dinamis karena semua faktor yang terlibat dalam komunikasi (orang, latar,
peristiwa, perilaku, dan media) secara terus-menerus berinteraksi.
Yang dimaksud dengan konteks di sini adalah segala sesuatu yang melingkupi
peristiwa komunikasi, termasuk ke dalamnya adalah situasi komunikasi, tradisi atau
adat istiadat, dan budaya mayarakat.
Simbol atau lambang merupakan sesuatu yang digunakan dan dianggap mewakili
sesuatu hal yang disepakati para pemakainya. Simbol dapat berupa bahasa, gerak
tubuh, ekspresi muka, gambar, warna. aroma, busana. atau kode-kode tertentu.
Diantara sekian
banyak simbol, bahasa merupakan simbol yang paling banyak digunakan dalam
berkomunikasi.
e. Komunikasi merupakan suatu transaksi
Komunikator adalah orang atau pihak yang memberikan pesan baik verbal maupun
nonverbal. Sedangkan komunikan adalah orang atau pihak yang menerima pesan.
b. Pesan
Pesan adalah informasi, ide, atau perasaan yang disampaikan atau diterima oleh
orang-orang yang terlibat dalam komunikasi. Denagn kata lain pesan adalah isi atau
muatan dari apa yang dikomunikasikan.
c. Saluran
Saluran sendiri merupakan sarana atau sesuatu alat yang digunakan untuk
menghubungkan antara komunikator dan komunikan. Saluran juga bisa dengan
bertatap muka akan tetapi apabila kita berbeda jarak yang cukup jauh maka kita bisa
menggunaka
bantuan alat seperti telepon, televisi, radio, internet dan lain sebagainya yang dapat
digunakan sebagai saluran penghubung.
d. Konteks
Komunikasi terkait dengan konteks yang artinya suatu komunikasi tidak akan terlepas
dari tempat, waktu, dan situasi yang menyertainya. Untuk konteks formal misalnya
selalu dipakai ketika suasana atau berada di tempat yang formal. Tetapi apabila berada
di dalam konteks yang informal maka penggunaan ragam pasti akan lebih
e. Balikan
Balikan atau umpan balik (feedback) adalah respon atau tanggapan yang muncul dari
penerima dan penanggap pesan. Bentuknya dapat berupa verbal maupun nonverbal.
Ketika Anda bercerita mengenai sesuatu yang lucu maka respon yang didapatkan
adalah senyuman dan bahkan tawa yang meledak-ledak. Contoh lain
Anda menasihati seorang kawan yang rumah tangganya sedang kisruh, kemudian
tanggapan yang Anda terima adalah sikap yang ketus. Respon juga merupakan balikan
dari Anda apakah dia menyukai atau tidak dengan apa yang Anda sampaikan.
a. Interferensi internal, yaitu gangguan yang berasal dari diri penyampai dan penerima
pesan. Wujudnya dapat berupa keengganan membicarakan atau mendengar sesuatu
yang pernah disampaikan , tidak menarik dan mengandung resiko.
b. Interferensi eksternal, yaitu gangguan komunikasi yang muncul dari luar lingkungan
atau luar dari penerima pesan. Bentuknya dapat berupa suara , tulisan yang tidak jelas,
kondisi udara dan suasana yang tidak nyaman.
c. Interferensi sernantik, yaitu gangguan komunikasi yang timbul karena penyampai dan
penerima pesan memberi arti yang berbeda terhadap simbol verbal maupun non verbal.
Wujudnya berupa penggunaan bahasa yang terlalu tinggi, tidak jelas tabu dan kurang
sopan.
e. Fungsi heurisyik, yaitu tindak komunikasi yang dimaksudkan untuk belajar atau
memperoleh informasi, seperti pertanyaan atau penjelasan mengenai sesuatu
hal.
Model komunikasi ini dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver pada
tahun 1949 dalam buku The Mathematical of Communication. Mereka mendeskripsikan
komunikasi sebagai proses linear karena tertarik pada teknologi radio dan telepon dan
ingin mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan bagaimana informasi
melewati berbagai saluran (channel). Hasilnya adalah konseptualisasi dari komunikasi
linear (linear communication model). Pendekatan ini terdiri atas beberapa elemen kunci:
sumber (source), pesan (message) dan penerima (receiver). Model linear berasumsi
bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja hal ini merupakan
pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-partisipan dalam proses
komunikasi. Suatu konsep penting dalam model ini adalah gangguan (noise), yakni
setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu
kecermatan pesan yang disampaikan. Gangguan ini selalu ada dalam saluran bersama
sebuah pesan yang diterima oleh penerima.
Model interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang
menekankan pada proses komunikasi dua arah di antara para komunikator. Dengan
kata lain, komunikasi berlangsung dua arah : dari pengirim dan kepada penerima dan
dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi
selalu berlangsung. Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah
orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial,
tepatnya melalui pengambilan peran orang lain. Patut dicatat bahwa model ini
menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu
elemen yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik (feedback), atau
tanggapan terhadap suatu pesan.
Model komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund pada tahun 1970. Model
ini menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara
terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi bersifat transaksional
adalah proses kooperatif: pengirim dan penerima sama-sama bertanggungjawab
terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. Model transaksional
berasumsi bahwa saat kita terus-menerus mengirimkan dan menerima pesan, kita
berurusan baik dengan elemen verbal dan nonverbal. Dengan kata lain, peserta
komunikasi (komunikator) melalukan proses negosiasi makna.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
Komunikasi adalah segala proses kegiatan antar dua orang ( dua pihak) atau lebih
untuk berbagi informasi, ide, dan perasaan. Sesuatu itu dinamakan komunikasi karena
karakteristiknya yang unuk, merupakan suatu proses dinamis, terikat konteks,simbolik,
dan transaksional. Komunikasi memiliki enam fungsi yaitu: fungsi personal,
instrumental, interaksional, informatif, heuristik, dan imajinatif. Dalam praktiknya, fungsi-
fungsi tersebut dapat muncul bersamaan. Dengan kata lain, setiap peristiwa
komunikasai memiliki satu fungsi atau lebih. Proses konumikasi melibatkan serangkaian
kegiatan yang berlangsung terus –menerus. Kegiatan itu meliputi penyandian atau
pengkodean, pengiriman kode, serta penerimaan dan pemahaman kode.
4.2. SARAN
Sebagai komunikator jika berkomunkasi hendaknya dapat menyesuaikan dengan
situasi yang ada dengan komunikan. Agar tidak terjadi kesalahpahaman antar
komunikaror dan
komunikan.
DAFTAR RUJUKAN
Alwasilah Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung:
Angkasa.
Tarigan djago. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Rendah. Jakarta: Universitas Terbuka.
Fiske John. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:
Rajawali Pers.
MAKALAH
KOMUNIKASI KESEHATAN
(MATERI KE-3)
DISUSUN OLEH :
QONITA LUTFIAH
NIM :
N1A120174
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
I. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam
kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara umum. Komunikasi
merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan
sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara
yang sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia
berkomunikasi secara drastis.
Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan bentuk dari
apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan hati, sikap badan,
ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya pengertian yang sama
adalah merupakan kunci dalam komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan
pengertian yang sama, maka yang terjadi adalah “dialog antara orang satu”.
Organisasi atau Organization bersumber dari kata kerja bahasa latin Organizare “to
form as or into a whole consisting of interdependent or coordinated parts (membentuk
sebagai atau menjadi keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bergantung atau
terkoordinasi). Organisasi adalah sarana dimana manajemen mengkoordinasikan
sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas
dan wewenang.
1.1. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari
komunikasi dalam organisasi, proses komunikasi, apa saja hambatan komunikasi,
bagaimana mengatasi hambatan komunikasi, apa saja jenis-jenis komunikasi, dan
mengapa komunikasi menjadi inti kepemimpinan. Di samping itu, makalah ini ditulis
sebagai tugas individu pada mata kuliah komunikasi kesehatan yang diberikan oleh
pengajar.
1.2. MANFAAT
Manfaat dari makalah ini adalah agar kita tahu bagaimana komunikasi yang efektif dan
jenis jenisnya agar dapat membantu kita memecahkan permasalahan yang ada dalam
kehidupan sosial, profesional, dan pribadi serta dalam memperbaiki hubungan
bermasyarakat.
Untuk memudahkan proses penjabaran dan penjelasan, makalah ini memiliki beberapa
pertanyaan kajian, yaitu :
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KOMUNIKASI
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa latin
communis yang artinya “sama”, communico, communication, atau communicare yang
berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah
yang paling sering sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-
kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu
makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2005:4)
Untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif, kita dituntut untuk tidak hanya
memahami prosesnya, tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan kita secara kreatif.
Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi bersifat dua arah yaitu
dimana makna yang distimulasikan sama atau serupa dengan yang dimaksudkan oleh
komunikator atau pengirim pesan.
BAB III
PEMBAHASAN
2. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara
dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
3. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan
menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara
yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
5. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas,
langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
6. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat
menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi
non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.
1. Ekspresi wajah
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah
cerminan suasana emosi seseorang.
4. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan
bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
5. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan
perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan
dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat
menjadi pesan yang sangat jelas.
6. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat
sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau
mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan
stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.
1. Komunikasi Intrapribadi
Adalah komunikasi dengan diri sendiri. Contohnya berpikir. Komunikasi ini merupakan
landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya,
meskipun dalam disiplin ilmu komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas.
Komunikasi ini melekat pada komunikasi dua orang, tiga orang, dan seterusnya, karena
sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri
sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya
sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain tergantung pada
keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri (Mulyana, 2007)
c. Sikap positif, artinya pikiran atau ide yang diutarakan dapat diterima sebagai sesuatu
yang mendatangkan manffat bagi keduanya.
2. Komunikasi Antarpribadi
adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun
nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi diadik
(dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti contohnya suami-
istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid, dan sebagainya. (Mulyana, 2007)
A. Komunikasi dyadic, Proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam
situasi tatap muka.
B. Komunikasi kelompok kecil, Proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang
atau lebih secara tetap muka, di mana anggotaanggotanya saling berinteraksi satu
sama lainnya.
3. Komunikasi Kelompok
Adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya saling kebergantungan), mengenal
satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut,
meskipun setiap anggota boleh jadi mempunyai peran berbeda. Contoh adalah
keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat; kelompok diskusi; kelompok pemecahan
masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.
Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang
dilakukan kelompok kecil (small group communication), bersifat tatap muka.
2) Ada hubungan timbal balik antara individuindividu yang menjadi bagian dari
kelompok itu.
3) Ada faktor yang menjadi pengikat (nilai-nilai, ideologi, norma, tujuan, dll).
Secara ringkas kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan
kita, karena melalui kelompok, memungkinkan kita dapat berbagi informasi,
pengalaman, dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya. Burhan,2007
1) Kuliah
2) Rapat
3) Briefing
4) Seminar
4. Komunikasi Publik
Komunikasi ini biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi
antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan
pesan yang cermat, keberanian dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang.
Daya tarik fisik pembicara bahkan sering merupakan faktor penting untuk menentukan
efektivitas pesan, selain keahlian dan kejujuran pembicara. (ibid)
5. Komunikasi Organisasi
6. Komunikasi Massa
adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah),
atau elektronik (e-paper, televisi, radio), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu
lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang
yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat
umum disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas (khusus media elektronik
dahulu) kini pesan dari media elektronik dapat kembali disimak melalui video di
youtube. Meskipun khalayak menyampaikan pesan kepada lembaga (dalam bentuk
saran-saran yang sering tertunda), proses komunikasi didominasi oleh lembaga, karena
lembagalah yang menentukan agendanya. Mulyana, 2007
Untuk melihat secara rinci dari bentuk-bentuk komunikasi yang dibahas di atas penulis
mencoba merangkumnya pada tabel berikut :
Jenis
N Komunika Media yang
o si Keuntungan Kelemahan digunakan
– tidak
Intrapribad – mengasah imajinasi terjadi feedba Hati nurani,
1 i dan intuisi ck perasaan, pikiran
– komunikasi
berlangsung dua arah
– terjadi feedback
– komunikasi yang
paling lengkap dan
sempurna karena
mempergunakan
kelima pancaindera
– memberikan
keakraban karena
langsung bertatap – informasi ada
Antarpriba muka di satu
2 di pihak Panca indra
3 Kelompok – pesan dari komunikan – terkadang – panca indra dan
lebih efektif pesan yang alat bantu
karena audience berju diharapkan komunikasilainnya(
Jenis
N Komunika Media yang
o si Keuntungan Kelemahan digunakan
mlah banyak
– membantu setiap
individu mencapai
perubahan personalnya
– mempererat
hubungan sosial,
sebagaimana suatu
kelompok secar rutin oleh
memberikan komunikan
kesempatan kepada tidak sesuai
anggotanya untuk harapan
melakukan aktivitas karena
informal, santai, dan terjadi noise a
menghibur tau perbedaan mic, infocus, alat
– problem solving pemahaman peraga)
–feedback bersi
fat terbatas,
–efektivitas pesan terutama yang
4 Publik tinggi bersifat verbal N/A
–pesan yang
disampaikan
tidak sampai
pada sasaran
karena
khalayak
yang anonim
dan
heterogen. Mediamas
– berbiaya sa cetak
–pesan dikirim dengan mahal dan
6 Massa cepat dan efisien elektronik
BAB IV
4.1. KESIMPULAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari komunikasi. Begitupun dengan
pembelajaran yang merupakan proses komunikasi yang berlangsung dalam dunia
pendidikan. Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas bahwa komunikasi
pembelajaran adalah proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan
teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami
maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku
menjadi lebih baik.
4.2. SARAN
DAFTAR RUJUKAN
Mulyana, 2007: Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D., Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar,
2007
Burhan,2007: Prof. Dr. H.M Burhan Bungin, S.Sos. M.Si, Sosiologi Komunikasi: Teori,
Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, 2007
MAKALAH
KOMUNIKASI KESEHATAN
(MATERI KE-4)
DISUSUN OLEH :
QONITA LUTFIAH
NIM :
N1A120174
I. LATAR BELAKANG
Komunikasi berasal dari bahasa latin Communicatio, dan asal kata ini bersumber pada
kata Communis yang artinya sama makna, yaitu sama makna mengenai satu hal
(Effendy, 2005: 3). Banyak makna tentang arti kata komunikasi namun dari sekian
banyak definisi yang diungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan secara lengkap
dengan maknanya yang hakiki, yaitu komunikasi adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu, atau untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung (secara lisan), maupun tidak langsung melalui
media. (Effendy, 2005: 5).
1.1. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja peran komunikator tipe dan peran berdasarkan
retorikanya
1.2. MANFAAT
Manfaat dari makalah ini adalah agar kita tahu bagaimana peran, tipe, dan prinsip dari
seorang kumunikator dalam komunikasi karena semakin dekat pesan yang
diterjemahkan dengan maksud komunikator maka semakin efektif komunikasi yang
terjadi agar dapat membantu kita memecahkan permasalahan yang ada dalam
kehidupan sosial, profesional, dan pribadi serta dalam memperbaiki hubungan
bermasyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KOMUNIKASI
Komunikasi berjalan dengan baik apabila terjadi saling pengertian antara komunikator
dengan komunikan, dimana sudah terjadi kesepahaman makna pesan antara
komunikator dangan komunikan. Dalam hal seperti inilah komunikasi yang dilakukan
telah berhasi baik atau komunikatif.
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut Lasswell cara yang tepat untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan : who, say what, in which channel, to whom, with what effect?
Rumusan pertanyaan tersebut mengandung lima unsur dasar dalam komunikasi, yaitu:
Komunikasi dapat berupa interaktif, translatif, bertujuan atau tak bertujuan. Dengan
komunikasi seseorang atau suatu kelompok dapat memahami sikap dan perasaan
orang lain atau kelompok lain. Komunikasi dapat berjalan efektif ketika terjadi
kesamaan makna atara komunikator dengan komunikan terhadap pesan yang
deberikan komunikator kepada komunikan.
Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan kepada komunikan
(penerima pesan) dalam sebuah proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator
merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber
dalam sebuah hubungan. Seorang komunikator tidak hanya berperan dalam
menyampaikan pesan kepada penerima, tetapi juga memberikan respons dan
tanggapan, serta menjawab pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh
penerima, dan publik yang terkena dampak dari proses komunikasi yang berlangsung,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
a) Defenisi Retorika
Retorika atau Rhetoric menurut Yani (Rahim, 2010 hal : 76) merupakan ilmu berbicara
atau seni berbicara di hadapan umum atau ucapan untuk menciptakan kesan yang
diinginkan. Hal ini serupa dengan Aristoteles (Freese, 1926) bahwa retorika di
definisikan sebagai kemampuan dalam menampilkan kecerdasan yang dapat
digunakan sebagai cara untuk mengajak dalam hal – hal tertentu yang dipengaruhi oleh
karakter dari seorang orator, kecerdasan emosi, dan pemikirannya. Arisoteles dan
Cicero (Sutrisno dan Wiendjarti, 2014 hal: 75) mendefiniskan bahwa retorika adalah
suatu gaya atau seni berbicara, baik yang dicapai berdasarkan bakat alami maupun
melalui keterampilan teknis yang memiliki kemampuan baik dalam berbicara, berpidato
secara singkat, jelas, padat, dan mengesankan.
Sedangkan menurut kaum Sofis, Retorika adalah alat untuk menyelesaikan suatu
kasus menggunakan teknik berbicara. Jika ada suatu kasus yang dipermasalahkan,
maka kasus ini bisa diselesaikan menggunakan kecakapan dalam teknik bertutur kata,
selama perkataan atau gagasan tersebut berdasarkan kaidah retorika milik kaum sofis.
Prinsip retorika yang dimiliki oleh kaum sofis adalah : (1) seorang pembicara harus
pandai mengolah argumen, (2) pembicara harus fasih dalam berbahasa, (3) Pembicara
harus memanfaatkan emosi audiens sebaik mungkin, dan (4) membuat permasalahan
menjadi sederhana dan memperkecil timbulnya peluang yang merugikan sehingga
berdampak pada kegagalan dari retorika tersebut. Dalam penerapannya di era moderen
ini retorika sofis dimanfaatkan dalam penyebaran propaganda politik, indoktrinasi,
agitasi, dan juga reklame (Oka, 1976 :27 – 28). Luhukay (2007 : 69) menjelaskan
bahwa lima hukum retorika yang dikemukakan oleh Aristoteles berguna untuk
menumbuhkan kredibilitas dari komunikator itu sendiri. Ethos memiliki 3 aspek yakni
Intelegensia, Karakter, dan Goodwill.
b) Tujuan Retorika
- To Convise, yaitu meyakinkan kepada massa terkait argumen yang disampaikan agar
mau mengikuti dan merubah pandangannya.
- To Inspire, yaitu menimbulkan inspirasi dengan teknik dan sistem penyampaian yang
baik.
c) Fungsi Retorika
- Untuk menyediakan gambaran yang jelas tentang manusia terutama dalam hubungan
kegiatan bertutur kata, termasuk kedalam gambaran ini antara lain gambaran proses
kejiwaan ketika ia terdorong untuk bertutur dan ketika ia mengidentifikasi pokok
persoalan sampai retorika bertutur ditampilkan.
- Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahasa atau benda yang bisa diangkat
menjadi topik pembicaraan, misalnya gambaran tentang hakikat, struktur, dan fungsi
topik pembicaraan.
d) Pembagian Retorika
- Monologika, merupakan seni berbicara secara monolog, dimana hanya ada seorang
yang berbicara, dalam model retorika ini biasanya terjadi dalam proses pidato yang
bersifat satu arah, sebab hanya satu orang yang berbicara (komunikator), dan yang lain
hanya sebagai pendengar (komunikan).
- Dialogika, seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih berbicara
mengambil bagian dalam suatu proses pembicaraan. Gaya retorika ini biasanya
memang jarang ditemui dalam acara
– acara pidato atau orasi politik yang dihadiri banyak orang (massa) di sebuah
lapangan terbuka.
- Pembinaan teknik bicara, efektifitas monologika dan dialogika tergantung pada teknik
bicara. Bahkan teknik bicara ini menjadi syarat penting dalam retorika. Mulai dari
bagaimana cara ia mengatur pernapasan, teknik membina suara dan berbicara. Semua
harus diperhatikan dan diatur agar bicaranya bisa menjadi efektif (Hendrikus, 1991 hal :
16-17).
Metode Pidato
Mulgrave (dalam Tarigan, 2008, hal 54) membagi metode pidato menjadi empat,
diantaranya adalah :
- Impromptu Delivery
Metode ini gunakan dalam keadaan mendadak seperti dalam acara resmi (pesta dan
lain – lain). Pidato impromptu biasanya disampaikan tanpa persiapan dan tidak
menggunakan naskah.
Metode ini digunakan pada acara – acara resmi kenegaraan, dalam siaran radio dan
televisi. Pembicara membacakan naskah pidato dari awal dan akhir serta sistematika
pembahasan maupun bahasa yang digunakan dalam pembahasaan akan lebih terjamin
karena telah dipersiapkan dalam bentuk naskah yang mudah diteliti dan dikorekti
kembali oleh sang pembicara. Namun, hal ini harus di barengi dengan penguasaan
terhadap penonton dan isi pidato agar metode ini dapat berjalan dengan baik.
Metode ini menuntut olahan ingatan pembicara dalam menguasai bahan selengkap
mungkin sebagai kekuatan menyampaikan gagasannya. Metode ini dalam prakteknya
pembicara menuliskan gagasan – gagasan nya kemudian dalam penyampaiannya
diingat kata demi kata. Jika pembicara kurang memiliki kemampuan yang terlatih baik
dalam memakai olahan ingatan sebagai kekuatan penyampaian gagasan, maka
kemungkinan besar audiensi kurang memperhatikan maksud pidato dan kurang
menjiwai pidato, yang mengakibatkan pidato menjadi hambar dan tidak tersampaikan
pada penyimak.
- Ekstemporan Delivery
Metode ini dipersiapkan oleh pembicara dengan membuat kerangka pidato dan data
yang baik. Untuk itu sang pembicara harus mengetahui ide utama dan urutan dari
setiap ide yang ia tuangkan. Bagian yang dicatat dalam kerangka pikiran khusus hal –
hal yang penting dan harus singkat. Dalam penyampaiannya seorang pembicara tidak
menggunakan naskah.
1. Etos
Kata Aristoteles, jika anda adalah komunikan maka anda akan dipengaruhi oleh
seorang pembicara hanya karena dia menampilkan diri sebagaai seorang yang dilihat
san irasakan audiens sebagai orang (sumber,pengirim,komunikator) yang:
a. Intelegence- komunikator yang tampil sebagai seorang yang pandai atau cakap ,
percaya diri, mengetahui fakta, berbicara yang jelas, berdiri atau menunjukkan postur
tubuh yang cakap.
b. Karakter - komunikator yang tampil dengan karakter yang jujur, adil, memiliki reputasi
sehingga kita merasa orang itu berkata benar dan
jujur.
2. Pathos
a. Making and cahning – anger > mampu memuat komunikan merasa sejuk dan
marah.
3. Logos
1. Kesamaan
Kesamaan atau similarity merupakan salah satu faktor yang memudahkan penerimaan
pesan oleh audiens. Orang lebih tertarik pada komunikator yang mempunyai banyak
kesamaan dengan dia, misalnya minat, hobi, pilihan politik, asal sekolah, asal suku
bangsa, dan lain-lain (jadi bisa kesamaan sosiologis, antropologis, atau psikologis!).
2. Dapat Dipercayai
3. Kepakaran
Artinya, orang lebih percaya informasi ilmiah kesehatan yang bersumber dari jurnal
kesehatan daripada dari surat kabar umum, orang lebih mudah percaya informasi
tentang bahaya Narkoba yang bersumber dari kesaksian seorang bekas pencandu
Narkoba daripada seorang dokter sekalipun, dan lain-lain.
Dari uraian mengenai prinsip-prinsip umum kreditbilitas komunikator diatas maka kita
dapat menyimpulkan beberapa dimensi dan tipe kreditbilitas sebagai berikut :
1. Dimensi Kreditbilitas
m. Good will – audiens lebi muda menerima pesan dari komunikasi yang menurut dia
mempunyai kebaikan tertentu.
• Self – awareness – suatu kesadaran seseorang atas emosi yang dia miliki,
dan kesadaran itu dapat membuat seseorang dapar mengartikulasikan emosinya
setepat tindakannya.
Tipe Kredibilitas De vito ( 1978:80-84 ) mengemukakan bahwa ada tiga tipe kredibilitas
komunikator, yaitu :
a. Initial creditbility – yakni inisial yang menunjukan status atau posisi seseorang,
misalnya jabatan, pangkat, gelar-gelar akademik atau kebangsawan dll
c. Terminal creditbility – yakni hasil yang diperoleh akibat dua tipe kreditbilitas
terdahulu ( initial dan derived ), tingkat keterpengaruhan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
Peranan komunikator dalam proses komunikasi kesehatan sangatlah besar, karena
komunikatorlah yang menetapakan peranan dari seluruh unsur komunikasi.
4.2. SARAN
Seorang komunikator kesehatan harus mampu mengembangkan diri sabagai penyebar
pesan, memanipulasi pesan, memilih media, menganilisis audiens agar pesan-pesan
tersebut dapat mempengaruhi warga masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
Kusniadji, Suherman (2017). Strategi Komunikasi Pemasaran dalam Kegiatan
Pemasaran Produk Consumer Goods (Studi kasus Pada PT Expand Berlian Mulia Di
Semarang. http://journal.untar.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/49