Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam merancang sebuah bangunan tradisional, ada tiga buah komponen terpenting yang
harus dipenuhi menurut teori Vitruvius, yaitu firmitas (kekuatan dan kekokohan), komponen
venusitas (keindahan), dan komponen utilitas (kenyamanan). Dalam dunia arsitektur, yang utama
yang harus dipenuhi adalah utilitas, atau kenyamanan, karena berpengaruh sangat besar bagi
manusia yang hidup dalam bangunan tersebut.
Ruangan dalam sebuah bangunan jika dilihat sebagai tempat berlangsungnya kegiatan-
kegiatan sehari-hari, maka faktor yang harus dimiliki ruang tersebut adalah kelembapan udara,
suhu udara, dan pencahayaan yang tepat agar tercipta rasa nyaman saat beraktivitas.
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan
ruang. Ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik
apabila tidak disediakan akses pencahayaan. Pencahayaan di dalam ruang
memungkinkan orang yang menempatinya dapat melihat benda-benda. Tanpa
dapat melihat benda-benda dengan jelas maka aktivitas di dalam ruang akan
terganggu.
Objek studi pada materi ini adalah Rumah Tradisional Cina yang berlokasi di Sumatera
Selatan yang dibangun menggunakan material kayu. Sebagai rumah tradisional yang telah berdiri
selama ratusan tahun, bangunan pada kala itu tidak memiliki sumber penerangan lain selain
cahaya matahari. Oleh karena itu, untuk mendukung fungsi kenyamanan, maka bangunan
tradisional haruslah memiliki desain yang tepat agar cahaya matahari dapat masuk dengan cukup
menerangi ruangan dengan optimal.
Banyak aspek desain yang perlu diperhatikan dalam usaha mengoptimalkan perolehan
pencahayaan alami pada sebuah bangunan, dan perlu diingat setiap ruang membutuhkan
intensitas penerangan yang berbeda.
Aspek yang perlu diperhatikan adalah bukaan (pintu dan jendela). Sebaiknya bukaan
menghadap ke utara atau keselatan untuk memperkecil kemungkinan sinar langsung matahari
masuk ke ruangan. Membuat bukaan selebar-lebarnya akan lebih menguntungkan daripada
jendela sempit. Bila terlalu banyak cahaya, dapat digunakan tirai untuk menutup sebagian

1
jendela agar didapat penerangan sesuai dengan yang dikehendaki. Jendela timur dan barat perlu
dilindungi tirai agar panas dan sinar matahari pagi dan sore hari yang tajam tidak mengganggu.
Maka dari itu,diperlukan adanya pengkajian lebih lanjut mengenai pengaruh desain
bangunan tradisional terhadap pencahayaan alami yang optimal sehingga kenyamanan visual
bagi civitas dapat tercapai dengan baik.
(Mella Anggina Riskyani 03061281722026)

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun tujuan dari penelitian adalah:
1. Bagaimana sejarah rumah tradisional cina kampung kapitan?
2. Bagaimana desain rumah tradional cina kampung kapitan?
3. Bagaimana pencahayaan rumah tradisional cina kampung kapitan?
4. Apakah pencahayaan rumah tradisional cina kampung kapitan?
(Mella Anggina Riskyani 03061281722026)

1.3 TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui sejarah rumah tradisional cina kampung kapitan.
2. Mengetahui konsep desain rumah tradisional cina kampung kapitan.
3. Mengetahui tata cara simulasi pencahayaan rumah tradisional cina kampung kapitan.
4. Mengetahui hasil simulasi pencahayaan rumah tradisional cina kampung kapitan.
(Annisa Berliana 03061181722007)

1.4 MANFAAT
Manfaat penelitian ini adalah
1. Memberikan informasi mengenai sejarah rumah tradisional cina kampung kapitan dan
desain bangunannya.
2. Memberikan informasi mengenai tata cara penggunaan ecotech dalam mensimulasikan
pencahayaan dalam bangunan.
3. Memberikan hasil simulasi mengenai sistem pencahayaan pada area-area bangunan.
(Annisa Berliana 03061181722007)

2
1.5 METODE PENELITIAN
Secara umum metode yang dijalankan meliputi dua tahap, yakni:
 Pertama, dilakukan observasi ke obyek guna mengambil data iklim dan fisik objek
 Kedua, dilakukan perhitungan simulasi dengan menggunakan program Ecotech dan
SketchUp
(Annisa Berliana 03061181722007)

3
BAB II
TEORI

2.1 Pencahayaan alami


Cahaya adalah syarat mutlak bagi manusia untuk melihat dunianya. Tanpa cahaya keindahan
tidak akan tampak dan tidak dapat dinikmati. Matahari sebagai sumber cahaya alami utama bagi
manusia mempunyai peranan penting.
Di daerah yang beriklim tropis, matahari memang menjadi sesuatu yang cukup
dipermasalahkan. Matahari dibutuhkan sinar dan panasnya namun juga menggangu. Oleh karena
itu, rancangan bangunan arsitektur menjadi sangat penting untuk mengubah potensi negative
mejadi positif.
Dampak positif sinar matahari :
 Bersifat alami
 Tersedia berlimpah
 Terbarukan
 Memiliki spektrum cahaya lengkap
 Memiliki daya panas dan kimiawiyang dipelukan bagi makhluk hidup di bumi
 Dinamis
 Dapat digunakan untuk pengobatan
 Keperluan fotografi alami

Sedangkan dampak negatifnya :


 Pada bangunan berlantai banyak dan gemuk sulit untuk memanfaatkan cahaya matahari
alami
 Intensitasnya tidak mudah diatur
 Pada malah hari tidak tersedia
 Sering membawa serta panas masuk ke dalam ruangan
 Dapat memudarkan warna

4
Istilah-istilah dan Pengertian dalam Pencahayaan
 Cahaya (light) adalah gelombang eektromagnetik yang mempunyai panjang antara 380
hingga 700nm
 Sinar adalah berkas cahaya yang mengarah ke suatu tujuan
 Cahaya matahari (sunlight, daylight) mempunyai panjang gelombang antara 290-2300
nm
 Cahaya langit (sky light) adalah cahaya bola langit. Cahaya inilah yang dipakai untuk
penerangan alami ruangan
 Cahaya buatan (artificial light) segala bentuk cahaya yang bersumber dari alat yang
diciptakan manusia
Aspek Perancangan
Perlu diingat bahwa cahaya matahari yang digunakan untuk penerangan adalah cahaya
dari bola langit. Sinar matahari langsung hanya diperuntukkan bagi efek tertentu seperti estetik,
dll. Bukaan (jendela) sebaiknya menghadap ke utara atau selatan untuk memperkecil sinar
matahari langsung masuk ke dalam ruangan.
Bila dimungkinkan, letakanlah bangunan ditengah tapak agar setiap sisi dapat memiliki
pandangan keluar yang akan membantu cahaya masuk. Usahakan ruangan tidak terlalu lebar agar cahaya
dapat mengjangkau tengah ruangan.
(Amanda Ramadhanti)

2.2 Pencahayaan Buatan

A. Pengertian Pencahayaan Buatan


Pencahayaan buatan atau artificial lighting adalah pencahayaan yang memanfaatkan
teknologi buatan manusia atau energi olahan seperti lampu. Kelebihan dari konsep pencahayaan
buatan adalah, intensitas cahaya yang lebih stabil serta pilihan warna yang bervariasi.
Pencahayaan buatan sangat diperlukan pada posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami
atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi lagi.
B. Pencahayaan Buatan Menurut Jenisnya 
Pencahayaan tidak langsung ( indirect lighting ) 

5
Jenis pencahayaan yang di pancarkan melalui langit-langit 

Pencahayaan semi tidak langsung ( semi indirect lighting ) 


60 - 90% cahaya di arahkan ke langit-langit, sedangkan 10 - 40% diarahkan ke bawah. 

Pencahayaan langsung tidak langsung ( direct – indirect lighting ) 


Jenis pencahayaan ke atas dan ke bawah dengan menghasilkan cahaya yang teduh. 

Pencahayaan semi langsung ( semi direct lighting ) 


Jenis pencahayaan yang diarahkan ke bidang kerja, selebihnya di arahkan ke langit –
langit 

Pencahayaan langsung ( direct lighting ) 


Jenis pencahayaan yang seluruhnya hampir dipancarkan pada bidang kerja, dapat
dirancang menyebar/terpusat, tergantung reflektor yang digunakan. 

C. Berdasarkan Arah Penyinarannya, Pencahayaan Buatan Dibedakan Menjadi

 General Lighting
General lighting atau pencahayaan umum adalah sistem pencahayaan yang menjadi
sumber penerangan utama. Umumnya penerangan dilakukan dengan cara menempatkan titik
lampu pada titik tengah ruangan atau pada beberapa titik yang dipasang secara simetris dan
merata.
Tujuan general lighting adalah menghasilkan sumber cahaya secara terang dan
menyeluruh. Lampu yang digunakan adalah lampu TL atau downlight. Selain itu, dapat pula
digunakan pencahayaan tidak langsung (indirect lighting) dengan lampu tersembunyi yang
memanfaatkan bias cahayanya saja. Keunggulan lampu indirect adalah dapat menghasilkan
cahaya yang merata tanpa membuat mata silau dan suasana hangat pun lebih terasa dengan
tampilan lampu warna kekuningan.

6
 Task Lighting
Task lighting merupakan sistem pencahayaan yang difokuskan pada suatu area dengan
tujuan membantu aktivitas tertentu. Task lighting juga dapat menjadi satu cara untuk
menghindari ketegangan mata ketika beraktivitas.
Contoh task lighting adalah ruang kerja yang dilengkapi dengan lampu meja untuk
membaca sehinga mata tidak cepat lelah. Contoh lain adalah lampu di atas counter table
yang memungkinkan orang untuk membaca resep masakan ketika akan memasak. Atau,
lampu gantung yang diletakkan di atas ruang makan yang mengarah pada meja makan.
Selain diperuntukkan sebagai lampu penegas fungsi, task lighting juga dapat berfungsi
sebagai pembentuk suasana.

 Accent Lighting
Accent lighting digunakan untuk menyorot atau memfokuskan pada suatu benda agar
dapat lebih terlihat. Pemasangan accent lighting pada ruang dalam umumnya digunakan
untuk menyorot benda seni (artwork) atau menyorot lukisan.
Accent lighting biasanya menggunakan spotlight karena dapat menghasilkan bias
cahaya yang kuat dan menghasilkan fokus pada objek yang dituju. Aplikasi wall lamp juga
dapat digunakan untuk pada dinding tertentu sehingga menghasilkan tampilan ruang yang
dinamis.

 Pencahayaan dilokalisasi ( localized lighting ) 


Jenis pencahayaan dilokalisasi secara tidak seragam yang di fokuskan pada area
kerja. Efesiensi cukup tinggi karena area non kerja tidak mendapat cahaya yang sama
dengan area kerja. 

 Pencahayaan decoratif ( decorative lighting ) 


Pencahayaan dengan lampu sebagai object untuk di lihat. 

 Pencahayaan ambien ( ambient lighting )

7
Pencahayaan tidak langsung yang di pantulkan plafon & dinding, lampu dapat
digantung pada dinding atau menyatu dengan perabot
D. Pencahayaan Buatan Menurut Arah Pencahayaan 
Pencahayaan ke bawah ( downlight ) 
Pencahayaan datang dari atas ke bawah atau merata. 

Pencahayaan ke atas ( uplight ) 


Pencahayaan datang dari bawah ke atas. 

Pencahayaan dari belakang ( backlight ) 


Arah pencahayaan berasal dari belakang obyek untuk memberi aksentuasi pada obyek. 

Pencahayaan dari samping ( sidelight ) 


Arah cahaya datang dari samping sehingga memberikan penekanan pada elemen interior
tertentu. 

Pencahayaan dari depan ( frontlight ) 


Arah cahaya datang dari depan obyek. 

E. Pencahayaan Buatan Menurut Pencahayaan Arsitektur 


Pencahayaan cove 
Pencahayaan tidak langsung dari fixture yang terpasang menerus pada dinding. 

Pencahayaan coffer 
Jenis pencahayaan pada kantung (coffer) plafon lampu diletakkan pada kantung kecil
berbentuk persegi. 

Pencahayaan luminous – ceiling 


Sumber cahaya seragam dengan memakai elemen penyebar yang digantung dibawah
ruang lampu secara seragam. 

8
Pencahayaan valance ( bracket ) 
Jenis pencahayaan pada bidang atas dan bawah pelindung dinding. 

Pencahayaan cornice ( soffit ) 


Dinding yang kena cahaya hanya dari atas & plafon yang tidak terkena cahaya akan
terlihat gelap.

Faktor – Faktor Pencahayaan Buatan


Menurut Suma’mur PK (1998:10) ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
pencahayaan buatan antara lain:
1. Pembagian lumensi dalam lapangan penglihatan 
Lapangan penglihatan yang baik adalah dengan kekuatan terbesar ditengah pada
daerah kerja yang dilakukan. Perbandingan terbaik antara lumensi pusat, daerah
sekitar pusat dan lingkungan sekitarnya adalah 10:3:1. Kondisi penerangan
dinyatakan baik atau tidak bila memenuhi syarat jika perbedaan lumensi melebihi
perbandingan 40:1 baik di lapangan penglihatan pekerjaan maupun terhadap
lingkungan luar.
2. Kesilauan 
Terjadi bila perbedaan penyebaran luminensi melebihi perbandingan 40:1, namun
pada umumnya terjadi karena keterbatasan kemampuan penglihatan.Kepekaan retina
seluruhnya menyesuaikan dengan luminensi rata-rata sehingga pda lapangan
penglihatan dengan luminensi berbeda, retina terlalu peka untuk luminensi yang
tinggi, tetapi sangat kurang peka untuk daerah yang samar-samar.

3. Arah Cahaya 
Sumber cahaya yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur pencahayaan
yang baik. Cahaya dari berbagai arah dapat meniadakan gangguan oleh bayangan.

4. Warna Cahaya
Warna cahaya dan komposisi spektrumnya sangat penting dalam membandingkan
dan mengkombinasikan warna-warna dalam lingkungan kerja atau tempat kerja

9
sebagai akibat pencahayaan yang menentukan rupa dari lingkungan. Dengan adanya
kombinasi tata warna dan dekorasi yang serasi maka akan menimbulkan suasana
kerja yang nyaman sehingga kegairahan kerja akan meningkat.

5. Panas akibat sumber cahaya. 


Baik sumber pencahayaan alam maupun pencahayaan buatan dapat menimbulkan
suhu udara di tempat kerja. Pertambahan suhu yang berlebihan dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan bekerja dan akan merupakan beban tambahan.
(INGKE KUSUMAWATY 03061181722003)

2.3 Pengertian Ecotect


Ecotect merupakan software analisa bangunan yang paling inovatif saat ini, yang
mengintegrasikan pemodelan 3D dengan berbagai analisa dan simulasi performa
bangunan. Berbagai fitur analisa dan simulasi diaplikasikan secara interaktif, setiap
perubahan pada desain secara interaktif akan terbaca dampaknya.

Ecotect berhasil memadukan cara kerja arsitek yang lebih intuitif melalui fasilitas 3D nya
dengan sejumlah konten perhitungan fisika bangunan yang secara otomatis akan
dikalkulasi oleh software tersebut. Output dari hasil kalkulasi ditampilkan secara grafis
sehingga akan mudah dipahami.

Software Ecotect menjadi pilihan yang cukup signifikan dalam memberi ruang bagi
pendekatan bioklimatik untuk lebih mudah diterapkan, karena software ini memiliki
sejumlah fitur-fitur simulasi bioklimatik yang ramah-pengguna.

Dr. Andrew Marsh (2008) sang penemu Ecotect mulanya prihatin atas proses desain yang
tidak efektif. Dengan Ecotect diharapkan performa bangunan dapat dipertimbangkan
lebih awal pada tahapan konseptual ketimbang di akhir proses desain, sehingga dapat
menghemat waktu dan uang.

10
Berbagai simulasi fisika bangunan yang mampu dikalkulasi Ecotect terkait dengan
rancangan bioklimatik adalah sunshading, natural & artificial lighting, OTTV (Overall
Thermal Transfer Value),  mean radiant temperature, heat island,periode kenyamanan
termal, cooling load,  dan EEI (Energy efficient Index). Lebih jauh lagi, Ecotect mampu
memberi kontribusi dalam merancang green buildingmelalui simulasi green
energy dan green material.

Dukungan software Ecotect ini diharapkan dapat mempermudah para arsitek dalam
merancang bangunan bioklimatik secara efektif sehingga ke depannya pendekatan
bioklimatik menjadi sebuah pendekatan wajib bagi para arsitek.

Teori Lainnya Mengenai Ecotect

Analisa dan simulasi yang terkait dengan bioklimatik mencakup analisa termal dan
pencahayaan. Untuk menentukan temperatur internal dan beban panas, Ecotect
mengadaptasi Chartered Institute of Building Services Engineers (CIBSE) Admittance
Method. Admittance Method merupakan metode simplifikasi yang sangat cepat
dikalkulasi dan dapat digunakan untuk menghasilkan sejumlah besar informasi yang
berguna dalam proses desain. Metode ini telah digunakan secara luas di berbagai belahan
dunia dan telah teruji sebagai alat bantu desain yang sangat bermanfaat. Untuk tujuan
desain, Metode Admittance merupakan pilihan terbaik sejauh ini (Marsh,2008).
Untuk analisa pencahayaan alami, Ecotect menerapkan berbagai metode untuk
mengakomodasi kondisi yang berbeda. Metode-metode yang dipakai mulai dari yang
sederhana yakni Average Daylight Factor dan Sky Points Overlay hingga yang cukup
kompleks, yaitu BRE Split-Flux Method. Sedangkan untuk pencahayaan buatan Ecotect
hanya menggunakan point by point method, sebagai panduan awal dalam proses desain.
Perlu diperhatikan bahwa Ecotect bukanlah software validasi. Ecotect berguna sebagai
alat bantu desain pada tahapan konseptual untuk memprediksi performa desain, jadi saat
desain mendekati penyelesaian akhir maka sebaiknya analisa dilanjutkan dengan software
yang lebih spesifik seperti EnergyPlus untuk beban pendinginan dan RADIANCE untuk

11
pencahayaan. Untuk OTTV dan EEI , perhitungan lebih valid harus dilakukan melalui
rumus-rumusnya.
Disamping itu terdapat limitasi yang dimiliki Ecotect, yakni belum tersedianya diagram
untuk menghitung jumlah direct radiation dan diffuse radiation,  juga fitur untuk
menghitung time-lag dan solar heat gain, serta fitur untuk mengkalkulasi  OTTV dan EEI
secara langsung. Untuk mendukung software Ecotect, penulis membuat suatu program
yang dinamakan yaitu ESP atau Ecotect Supporting Program yang mampu membantu
menghitung variabel ataupun kalkulasi yang belum tersedia dalam Ecotect.
Ecotect merupakan software untuk mensimulasi, ecotect tidak bisa menyimpulkan sendiri
apakah bangunan ini sustain apa tidak, dalam artian ecotect belum bisa menganalisis.

Kemampuan program Ecotect


Ecotect 2011 adalah produk Autodesk yang fitur dalam analisa pencahayaan siang
harinya sangat lengkap, yang lainnya diantaranya adalah:
 Beberapa simulasi yang bisa dilakukan oleh Ecotect, diantaranya:
Simulasi pencahayaan
Simulasi termal
Simulasi kenyamanan
Simulasi angin
Simulasi akustik
Simulasi visual
Simulasi Angin + plugin
 Dapat dipakai sebagai alat desain model (drafting) sekaligus berkemampuan menganalisa
dan simulasi.
 Dapat mengimpor model dari CAD sebagai acuan dasar desain yang ada dalam bentuk
skema garis (wiring) dalam format DXF.
 Waktu simulasi dapat di simulasikan sepanjang tahun.
 Grafik yang cukup bersahabat dan informatif, sehingga hasil simulasi dan modeling dapat
dimengerti dengan mudah.
 Visualsisasi hasil simulasi dapat dilihat dalam bentuk grafik dan model 3 dimensi.

12
 Material pada bangunan dapat di definisikan secara tepat baik dengan material yang
tersedia atau memasukan settingan untuk material baru.
 Ray simmulation, mampu mensimulasikan cahaya matahari (sunlight) yang terjadi di
objek atau interior untuk melihat arah masuk dan pemantulannya.
 Kemampuan lain selain menganalisa pencahayaan bisa di pakai untuk menganalisa,
Termal, Visual, Radiasi dan Akustik. Sangat fleksibel kemampuanya yang mampu
ditambahkan plugin untuk menganalisa lebih spesif dan detail untuk pencahayaan melalui
Plug-inRadiance.

Keterbatasan Ecotect
 Harus memasukan data iklim (wheater data) yang untuk kawasan Indonesia masih belum
ada dengan bebas di temukan, untuk mendapatkannya harus memasukan data-data iklim
lengkap dengan skrip.
 Terbatas dalam mengimport langsung model 3 dimensi baik dari model cad atau sketch
up. Vertek didalam model akan terbaca sangat banyak, Ecotect masih berbasis
modeling wiring. 3d simulasi baiknya di gambar ulang sehingga akurasinya bisa lebih
presisi.
 Simulasi pencahayaan pada Ecotect khusunya pada interior hanya merata-ratakan
pencahayaan dalam satu tahun, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan simulasi
pencahayaan yang tepat. Untuk itu, diperlukan plug-in tambahan dalam analisis
pencahayaannya, yaitu menggunakan Radiance Simulation.

Struktur Program Ecotect


 Modeling dapat dilakukan diadalam software Ecotect dengan memasukan material yang
akan dipakai didalam bangunan.
 Memasukan data iklim yang telah di buat sebelumnya
 Simulasi dapat dilakukan dengan langsung apabila modeling yang diperlukan sudah
lengkap dan data iklim sudah di masukan. Simulasi pencahayaan menggunakan plug-in
Radiance akan mendapatkan data view 3d rendering serta data Radsimulation yang di
import langsung ke Ecotect untuk mendapatkan analisis gridnya juga hasilnya dapat
dilihat secara grafis dan model 3 dimensi.

13
( INGKE KUSUMAWATY 03061181722003)
2.4 Sejarah Ectotech
Ecological Technology in Architecture atau Eco-tech memiliki makna sebagai:
Arsitektur yang memakai teknologi berwawasan lingkungan.
Tiga prinsip pokok Ecotech (Klaus Daniel-1997) :
 Low tech
 Light tech
 High tech
Dapat disimpulkan bahwa ecotech adalah arsitektur yang memakai teknologi tinggi
maupun rendah yang dapat berintegrasi dengan lingkungan alam, dimana teknologi
tersebut diterapkan ntuk mendapatkan suatu lingkungan buatan yang optimal.
Prinsip-prinsip pada Ecotech :
1. Hemat energy
2. Memperhatikan kondisi iklim
3. Mengoptimalkan sumber daya
4. Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan
5. Merespon keadaan tapak dari bangunan
6. Menetapkan keseluruhan prinsip-prinsip green-architecture
Sifat-sifat bangunan yang berkonsep Ecotech :
 Sustainable
 Earthfriendly
 High performace building
(Amanda Ramadhanti)

14
BAB III
3.1 Sejarah dan Data rumah
Legenda Kampung Kapitan merupakan area perumahan 165,9 x 85,6 meter,berada di
tengah permukiman padat di tepi sungai musi dan bersebrangan dengan Benteng Kuto Besak.
Kampung Kapitan adalah pemukiman khas etnis Cina Palembang. Pada masa lalu merupakan
tempat tinggal Kapitan Cina dan keluarganya.
Bangunan inti dari kediaman Kapitan ini meliputi 3 buah rumah yg terdiri dari 2 rumah
tinggal yg mengapit rumah utama,tempat diadakannya pesta dan pertemuan. Saat ini bangunan
yang berusia kurang lebih 400 tahun itu sayangnya berada dalam kondisi agak kurang terurus,
baik di bagian luar maupun dalan interiror bangunan. Perabotan kuno yang masih dapat ditemui
hanyalah meja abu,altar sembahyang dan beberapa foto kapitan.
Awal munculnya kampung Kapitan adalah pada saat runtuhnya Kerajaan Sriwijaya pada
bad XI dan munculnya Dinasti Ming(cina) pada abad XIV. Pada masa itu kerajaan Cina
membentuk lembaga dagang yang salah satunya berpusat di Palembang,sehingga banyak
pedagang Cina yang kemudian menetap dan menikah dengan gadis Palembang. Salah satu
Kepala Kantor Dagang Cina yang terkenal adalah Liang Taow Ming. Di masa kolonial ,Belanda
mengangkat perwira Cina berpangkat mayor untuk mengatur wilayah 7 ulu yang dikenbal
sebagai Mayor Temenggung dan Mayor Putih. Setelahnya, jabatan itu diwariskan turun temurun
kepada pewarisnya hingga akhirnya dijabat oleh Tjoa Kie Cuan (1830) dan kemudian di teruskan
oleh putranya yaitu Tjoa Ham Hin yang diangkat menjadi kapten Cina pada tahun 1855. Semula,
Kampung Kapitan merupakan komplek permukiman yang terdiri atas beberapa bangunan.
Namun, saat ini yang tersisa hanyalah 2 bangunan rumah, bekas gudang(rumah karet), jalan
menuju dermaga dan tembok keliling. Kedua rumah yang tersisa berbentuk rumah panggung
yang dipadukan dengan gaya kolonial.Penugasan Tjoa Ham Liem sebagai ketua di Kampung
Kapitan dengan gelar komandan,yang kemudian berdasarkan No.572 tanggal 13 oktober
1871,gelarnya berubah menjadi kapten.
(1377) Palembang mulai dikuasai oleh China pada waktu awal dinasti Ming. Tanggal
pasti pada waktu China mengambil alih Palembang saat itu masih tidak diketahui,tetapi
diprediksi sekitar tahun 1377.

15
(1823) Keberadaan perkampungan awal china di hadapan Benteng Kuto Besak,dengan
hanya satu massa bangunan.
(1825) Setelah hancurnya Kesultanan Palembang (tahun 1825),pemerintah kolonial
Belanda membentuk perkampungan china yang di pimpin oleh mayor,kapten,dan letnan.
(1830-1855) Pimpinan masyarakat cina palembang yang pertama, pada masa
pemerintahan Belanda adalah Tjoa Kie Tjuan yang mendapat gelar atau pangkat mayor.
(1861) Tjoa Ham Lien sebagai kapiten pada tanggal 18 agustus 1861 Bishluit No.2,yang
menyebutkan bahwa Tjoa Ham Lien diangkat sebagai penguasa di Kampung Kapitan dengan
pangkat Letnan.
(13 Oktober 1871) Tjoa Ham Lien berdasarkan Bishluit No.572 tanggal 13 Oktober 1871
pangkatnya menjadi Kapiten.
(1922) Kondisi permukiman China di 7 Ulu, di antara klenteng di sebelah barat,sungai
kademangan di sebelah timur dan sungai musi di sebelah utara. Antara rumah Kapitan dan
Rumah Mayor dipisahkan oleh sungai ceko.
(1924) Kapiten Oe Teng Kiang dibunuh.
(1945) Kondisi permukiman china di 7 ulu yang letaknya tidak jauh dari dermaga ferry
dibagian timur dan pada bagian selatan telah ada Jl. Kademangan.
(2004) Kondisi Kampung Kapitan mempunyai Tradisi atau Upacara yaitu sedekah
kampung, ulang tahun dewa, menyambut imlek, cheng beng(ziarah ke makam), upacara dewa
bumi, Cap Go Meh,, Kirap Sriwijaya.
(2014) Kampung Kapitan sudah dibangun Resto.

Data Rumah
Nama Cagar Budaya : Rumah Tempat Ibadah/Rumah Aba
Nama Lokal : Rumah Kampung Kapitan
Jalan : K.H Azhari
Desa/Kelurahan : 7 Ulu Rt.05 Rw.14 Kapitan
Kecamatan : Seberang Ulu
Kota : Palembang
Provinsi : Sumatera Selatan
Nama Pemelihara : A. Karim

16
Ukuran Cagar Budaya : Panjang 49,2 m x Lebar 25,5 meter
Luas Lahan : 165,9 x 85,6 meter
Status Kepemilikan : Keturunan Ke-14
Fungsi Lama : Terdirinya rumah ini pada tahun 1644
Mulai Dipelihara : Sejak tahun 2008
(Rommi Aditya.W 03061181722012)

3.2 Detapot

17
(M..Y.ALIFFARHAN RAHMATULLAH)

18
(Mella Anggina Riskyani 03061281722026)

(Mella Anggina Riskyani 03061281722026)

19
(Mella Anggina Riskyani 03061281722026)

(Mella Anggina Riskyani 03061281722026)

3.3Analisa ecotect
3.3.1 Analisa lighting

20
Tampak atas analisa

Analisa 3D lighting

Analisa 3D bangunan lighting

21
3.3.2 Analisis arah matahari

Tampak atas

22
Analisis 3D

Diagram

Suhu

23
Solar

(AHMAD SYAUQI DAN FADHIL ASRI)

3.4 Referensi Bangunan


A. Tampak

Tampak Depan Tampak Depan

24
Tampak Depan Tampak Depan

Tampak Kiri Tampak Kiri

Tampak Kiri Tampak Kiri

25
Tampak Kiri Tampak Kiri

Tampak Belakang Tampak Belakang

B. Ruang

26
Teras Samping Kiri Teras Depan

Teras Samping Kanan Teras Depan

Ruang Depan 1 Ruang Depan 2

27
Ruang Sembahyang (Tengah)

Ruang Sembahyang (Belakang)

Teras Belakang Teras Belakang

C. Detail Pintu dan Jendela

28
Pintu Utama Detail Ukiran Pintu

Jendela Samping Jendela Depan

D. Data Bangunan

29
(NAZZUN RAHMAWATI)

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa ruangan yang paling dekat dengan
orientasi matahari akan lebih panas dan sebaliknya ruangan yang paling jauh dengan orientasi
matahari memiliki kenyamanan termal yang lebih baik, oleh karena itu, di bagian ruangan
yang lebih dekat terkena cahaya matahari diberikan ventilasi dan bukaan untuk mengalirkan
sirkulasi udara agar kenyamanan termal dapat terjaga, dan untuk mengantisipasi panas cahaya
matahari langsung masuk ke ruangan teras dibuat dengan atap yang lebar dan dibuat di
sekeliling ruangan yang berdekatan dengan cahaya matahari langsung. Pertimbangan seperti

30
ini sudah di lakukan oleh orang-orang pada zaman dahulu untuk membangun rumah agar
dapat beradaptasi dengan kondisi alam dan cuaca sekitar.

4.2. Saran

Dalam pengerjaan laporan kami tidak menemukan kesulitan yang cukup menghambat
pengerjaan laporan ini. Namun, dalam pelaksanaan survey lapangan kami menjumpai sedikit
kendala pada alat yang digunakan untuk mengukur jarak yang jauh, alat yang digunakan
hanya menggunakan alat ukur manual, sehingga waktu pengukuran dan ketepatan ukuran
kurang optimal. Oleh karena itu, kami menyarankan untuk survey selanjutnya sebaiknya
menggunakan laser distance meter atau alat ukur jarak dengan laser, sehingga pengukuran
akan lebih mudah dan efisien.

(WINA LESTARI)

Lampiran Foto

31
32
DAFTAR PUSTAKA

Satwiko, P. 2005. Fisika Bangunan 1 (Edisi 2) Yogyakarta: ANDI.

Buana, A. 2013. Pencahayaan Buatan. (Online) http://abarchitects.blogspot.co.id/2013/


08/pencahayaan-buatan.html. Diakses pada 29 April 2018.

Atrium, F. 2012. Pencahayaan Buatan. (Online) http://archzal.blogspot.co.id/2012/11/


pencahayaan-buatan.html. Diakses pada 29 April 2018

Wicaksana, A. 2015. Macam-macam Software yang digunakan dalam Proses Desain (Online).


http://agungarch17.blogspot.co.id/2015/01/macam-macam-software-yang-digunakan.html
Diakses pada 29 April 2018

Pratama, Y. 2014 Software Pendukung Kegiatan Arsitek. (Online). https://yanaapratamaa.


wordpress.com/2014/09/28/software-pendukung-kegiatan-arsitek/ Diakses pada 29 April 2018

33
Bagong. 2017. Pengenalan Ecotect. (Online). https://www.scribd.com/doc/
314061879/Pengenalan-ecotech. Diakses pada 29 April 2018

(Mella Anggina Riskyani 03061281722026)

34

Anda mungkin juga menyukai