Anda di halaman 1dari 21

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN

KASUS STROKE HEMIPARESE DEXTRA


DI RSIJ PONDOK KOPI JAKARTA TIMUR

MAKALAH

Disusun oleh :

WINI FESTA MAHARDIKA

2110306117

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

2022
LEMBAR PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN

KASUS STROKE HEMIPARESE DEXTRA

DI RSIJ PONDOK KOPI JAKARTA TIMUR

PADA TANGGAL 29 DESEMBER 2021 – 22 JANUARI 2022

Disusun Oleh:

WINI FESTA MAHARDIKA

2110306117

Telah disetujui oleh pembimbing lahan RSIJ Pondok Kopi Jakarta Timur

Pembimbing : Parmono Dwi Putro, S.Ft.,MM

Tempat/Tanggal : Jakarta, 18 Januari 2022

Tanda Tangan :

2
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Warahmatullahi Wabarokatu

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah skripsi ini
Makalah ini merupakan salah satu tugas syarat kelulusan states
neuromuscular Program Pendidikan Profesi Fisioterapi di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta yang bertempat di RSIJ Pondok Kopi Jakarta Timur.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam
penatalaksanaan kasus stroke hemiparese dextra. Penulis menyadarai bahwa makalah
ini masih banyak kekuranga, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan guna
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamuallaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Jakarta, 16 Januari 2022

Wini Festa Mahardika

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................2

KATA PENGANTAR..................................................................................................3

DAFTAR ISI.................................................................................................................4

BAB I............................................................................................................................5

PENDAHULUAN........................................................................................................5

A. Latar Belakang...............................................................................................5

B. Rumusan Masalah..........................................................................................6

C. Tujuan Penelitian...........................................................................................6

D. Manfaat Penulisan..........................................................................................7

BAB II...........................................................................................................................8

TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................8

A. Definisi...........................................................................................................8

B. Anatomi..........................................................................................................8

C. Etiologi...........................................................................................................9

D. Patofisiologi.................................................................................................10

E. Tanda dan Gejala..........................................................................................11

F. Faktor Resiko......................................................................................................12

BAB III.......................................................................................................................13

STATUS KLINIS.......................................................................................................13

....................................................................................................................................13

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke didefinisikan sebagai suatu manifestasi klinis gangguan
peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis. Stroke menjadi
salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat. Hampir di seluruh
dunia stroke menjadi masalah yang serius dengan angka morbiditas dan
mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan angka kejadian penyakit
kardiovaskuler. Serangan stroke yang mendadak dapat menyebabkan
kecacatan fisik dan mental serta kematian, baik pada usia produktif maupun
lanjut usia (Dewi & Pinzon, 2016).

Data WHO tahun 2016, stroke menyumbang 5,7 juta kematian di


seluruh dunia, setara dengan 9,9 % dari seluruh kematian. Lebih 85 % dari
kematian ini terjadi pada orang yang hidup di negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah dan sepertiga pada orang yang berusia kurang dari 70.
Berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, prevalensi stroke mengalami
peningkatan dari 7% pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menjadi 10,9 %
pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Menurut data riset
kesehatan dasar 2013, prevalensi stroke di Indonesia 12,1 per 1.000
penduduk. Angka itu naik dibandingkan Riskesdas 2007 yang sebesar 8,3
persen. Stroke telah jadi penyebab kematian utama di hampir semua rumah
sakit di Indonesia, yakni 14,5 persen.

Masalah-masalah yang timbul akibat stroke yaitu adanya kelemahan


otot pada bagian anggota gerak tubuh yang terkena, adanya gangguan
keseimbangan, adanya gangguan postur, adanya gangguan pernafasan,
adanya atrofi, adanya gangguan kemampuan fungsional (Sudarsini, 2017).
Penderita stroke perlu mendapatkan penanganan sedini mungkin untuk
membantu penderita mengoptimalkan fungsi tubuh dan meningkatkan
kualitas hidup, sehingga penderita mampu melakukan aktivitas secara
mandiri kembali. Fungsi merupakan kemampuan atau keterampilan untuk

5
melakukan aktivitas sehari–hari agar mencegah komplikasi, seperti dekubitus,
kontraktur (kekakuan dan pengecilan) otot, keterbatasan gerak sendi.

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada


individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjangrentang kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi, dan komunikasi
(PERMENKES RI No. 65 Tahun 2015). Peran fisioterapi pada penanganan
stroke adalah mengevaluasi terlebih dahulu tentang apa yang tidak mampu
pasien lakukan dan hasil akhir yang akan dicapai dari rehabilitasi stroke ini.
Contoh ketidakmampuan yang dimiliki oleh pasien stroke adalah kelemahan
dan penurunan daya tahan otot, penurunan lingkup gerak sendi, gangguan
sensasi pada anggota badan dan masalah pada pola jalan (Dourman, 2013).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang tersebut diatas, maka penulis
merumuskan masalah yaitu:
“Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada pasien stroke?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada pasien stroke


hemiparese

2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui permasalahan yang timbul yang pada pasien stroke
- Untuk mengetahui definisi klasifikasi stroke
- Untuk mengetahui anatomi pada otak
- Untuk mengetahui etiologi pada stroke
- Untuk mengeratahui patofisiologi pada stroke
- Untuk mengetahui tanda dan gejala pada stroke
- Untuk mengetahui faktor-faktor resiko pada stroke

6
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis

Diharapkan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan


penulis dalam penatalaksaan fisioterapi pada pasien stroke terkhusus
pasien stroke non hemoragik supaya dapat meningkatkan pelayanan pada
pasien.

2. Bagi Praktisi Fisioterapi


Diharapkan dalam dijadikan refrensi untuk menambah
pengetahuan dalam penanganan pasien stroke.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai penyakit stroke.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan
suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda
dan gejalaklinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24
jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak. Sebagian besar kasus dijumpai pada orang-orang yang berusia di
atas 40 tahun.Makin tua umur, resiko terkena stroke semakin besar (Nasution,
2013).

B. Anatomi
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih
100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak
besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon
1) Serebrum
Terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri.
Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari :
- Lobus frontalis
Merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk
gerakan-gerakan voluntar, lobus parietalis yang berperanan pada
kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih
tinggi tingkatnya,
- lobus temporalis
Merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus
oksipitalis yang 7 mengandung korteks penglihatan primer,
menerimainformasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
2) Serebelum
Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi
dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan
kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
3) Brainstem (batang otak)

8
- Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk
jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan,
pengeluaran air liur danmuntah.
- Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras
kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.
- Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan
desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
4) Diensefalon
Dibagi empat wilayah yaitu :
- Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal
yang penting.
- Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi
pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai
dengan gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi
tubuh.
- Epitalamus berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar
seseorang.
- Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem
susunansaraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan
emosi

C. Etiologi
Stroke dibagi 2 jenis yaitu : stroke iskemik dan stroke hemoragik.

a. Stroke iskemik (non hemoragik)


Yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Stroke iskemik
ini dibagi 3 yaitu :
1) Stroke Trombotik : proses terbentuknya thrombus yang
membuat penggumpalan.
2) Stroke Embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan
darah. 3) Hipoperfusion sistemik : berkurangnya aliran darah ke
seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
b. Stroke hemoragik

9
Adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis yaitu:
1) Hemoragik intraserebral : perdarahan yang terjadi didalam
jaringan otak.
2) Hemoragik subarakoid : perdarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak).

D. Patofisiologi
Setiap kondisi yang meyebabkan perubahan perfusi darah pada otak
yang menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat
menyebakan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat
kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan
defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat
menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak.

Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana
yang terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh
darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami
iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis interna.

Defisit fokal permanen dapat diketahui jika klien pertama kali


mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi. Jika aliran darah ke tiap
bagian otak terhambat karena trombus atau emboli, maka mulai terjadi
kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan okigen dalam satu
menit dapat menunjukan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan
kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama
menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron. Area yang mengalami
nekrosis disebut infark. Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan
gangguan pada metabolisme sel-sel neuron, dimana sel-sel neuron tidak
mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung
dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri menuju otak.

10
E. Tanda dan Gejala
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi
otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.

1. Kehilangan motorik
2. Stroke adalah penyakit motor neuron dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerakan motorik.
3. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan
komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi
bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:

a. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit


dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung
jawab untuk menghasilkan bicara.

b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang


terutama ekspresif atau reseptif.

c. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang


dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir
dan berusaha untuk menyisir rambutnya.

4. Gangguan persepsi

Ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat


mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-
spasial dan kehilangan sensori.

5. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik


Disfungsi ini dapat ditunjukkan dengan kesulitan dalam pemahaman,
lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi
masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka.
6. Disfungsi kandung kemih

11
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan.

F. Faktor Resiko
Faktor risiko stroke adalah faktor yang memperbesar kemungkinan
seseorang untuk menderita stroke. Faktor ini terbagi menjadi faktor yang
tidak dapat diubah seperti genetik, jenis kelamin, dan usia. Sedangkan
faktor yang dapat diubah adalah hipertensi, gaya hidup seperti
perilaku merokok, konsumsi alkohol, dan diabetes mellitus. Faktor risiko
stroke pada pasien hipertensi sangat bervariasi (Handayani, 2012; Stroke
Association, 2015)

12
BAB III

STATUS KLINIS

LAPORAN STATUS KLINIS


PENDIDIKAN PROFESI
FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA

NAMA MAHASISWA : WINI FESTA MAHARDIKA


N.I.M : 2110306117
TEMPAT PRAKTIK : RSIJ Pondok Kopi Jakarta Timur
PEMBIMBING : Parmono Dwi Putro, S.Ft.,MM

Tanggal Pembuatan Laporan : 17 Januari 2020


Kondisi/kasus : Stroke non hemoregik hemiparese dextra
1. KETERANGAN UMUM PENDERITA
Nama : Ny. Sakila
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan :
Alamat :
No. CM :

DATA MEDIS RUMAH SAKIT


(Diagnosis medis, catatan klinis, medika mentosa, hasil lab, foto rontgen,
dll)

13
SEGI FISIOTERAPI
A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

1. KELUHAN UTAMA DAN RIWAYAT PENYAKIT


SEKARANG
Pasien datang dengan mengeluhkan tidak dapat menggerakan
tangan dan kakinya sebelah tangan kanan yang sudah dirasakan
selama 4 bulan kebelakang. Sebelumya sudah pernah dirawat di
RS karena adanya penyumbatan pada otak.

2. RIWAYAT KELUARGA DAN STATUS SOSIAL


(Lingkungan kerja, lingkungan tempat tinggal, aktivitas rekresi dan
diwaktu senggang, aktivitas sosial)

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Hipertensi

B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN TANDA VITAL
- Tekanan Darah : 128/90
- Nadi : 87/menit
- Suhu : 36,2 C
- RR : 20/menit

2. IPPA
a. INSPEKSI
1) Statis
- Pasien datang dengan menggunakan kursi roda

14
- Tangan kanan cenderung fleksi elbow
- Bahu terlihat asimetris lebih tinggi sisi kanan.
- Perut terlihat bergelambir cenderung pada sisi kanan

2) Dinamis
- Pasien kesulitan berpindah dari kursi roda ke bed
- Pasien kesulitan untuk meluruskan siku sebalah kanan
- Pasien kesulitan menggerakan kaki sebelah kiri

b. PALPASI
- Suhu lokal normal
- Tidak ada nyeri tekan
- Tightness pada ankle kanan

c. PERKUSI
-

d. AUSKULTASI
-

C. PEMERIKSAAN FUNGSIONAL GERAK DASAR

Bidang gerak MMT dextra MMT Sinistra

Shoulder:

Fleksi 3 4

Ekstensi 3 4

Abduksi 3 4

Adduksi 3 4

Endorotasi 2 4

Eksorotasi 2 4

Elbow :

15
Fleksi 3 4

Ekstensi 3 4

Wrist:

Fleksi 3 4

Ekstensi 3 4

Pronasi 4 4

Supinasi 4 4

Ulna deviasi 3 4

Radialdeviasi 3 4

Hip:

Fleksi 3 5

Ekstensi 3 5

Abduksi 2 5

Adduksi 2 5

Knee:

Fleksi 3 5

Ekstensi 3 5

Ankle:

Fleksi 3 4

Ekstensi 3 4

Inversi 3 4

16
eversi 3 4

MMT

Bidang gerak Dextra

Shoulder: S 20 – 0 – 110

F 80 – 0 – 40

T 10 – 0 – 30

R 40 – 0 – 20

Elbow : S 0 – 0 – 150

R 90 – 0 – 90

Wrist S 40 – 0 – 40

F 20 – 0 – 30

D. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Pemeriksaan Sensoris
Tajam – Tumpul : Normal
Kasar – Halus : - Normal
Dingin – Hangat : Normal
2. Pemeriksaan Reflek Fisiologis
Reflek tricep : - Normal
Reflek bicep : - Normal
Reflek Patela : - Normal
3. Pemeriksaan Reflek Patologis

17
Reflek Babinski : - Normal
4. Pemeriksaan Keseimbangan
Duduk ke berdiri : - Normal
5. Pemeriksaan Fungsional (Indeks Katz)

6. Aktivitas Mandiri Tergantung


No
1 Mandi V
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi (
seperti punggung atau ekstremitas yang tidak
mampu ) atau mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh,
bantuan masuk dan keluar dari bak mandi,
serta tidak mandi sendiri
2 Berpakaian V
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancingi/mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya
sebagian
3 Ke Kamar Kecil V
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar
kecil dan menggunakan pispot
4 Berpindah V
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk

18
duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat
tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau
lebih perpindahan
5 Kontinen V
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan pembalut ( pampers
)
6 Makan V
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan parenteral ( NGT )

Analisis Hasil :
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen (
BAK/BAB ), berpindah, kekamar kecil, mandi dan
berpakaian.
Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi
tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, dan satu fungsi tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi

19
tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

Dari hasil tersebut pasien masuk dalam kategori nilai F, yaitu


kemandirian hanya dalam makan dan yang lainya harus memerlukan bantuan.

E. DIAGOSIS FISIOTERAPI
1. Impairment
- Kelemahan AGA dan AGB yang disebabkan oleh spastisitas.
- Keterbatasan ROM karena kelemahan dan berkurangnya fleksibilitas
anggota gerak
- Telapak tangan kesemutan karena adanya gangguan sensoris
2. Fungsional Limitation
Pasien tidak mampu melalukan ADL secara mandiri
3. Participation Restriction
Tidak dapat mengikuti kegiatan social dilingkungan rumah

F. PROGRAM FISIOTERAPI
1. Tujuan Jangka Pendek
- Megurangi spastisitas pada AGA dan AGB
- Meningkatkan ROM
2. Tujuan Jangka Panjang
Mengembalikan fungsional pasien.

G. INTERVENSI FISIOTERAPI
- Breathing Exercise
- Aktif dan passive exercise
- Melatih kemampuan yang bersifat fungsional
- IR
- TENS
H. EVALUASI
- Peningkatan aktifitas fungsional
- Peningkatan ROM
Bidang gerak Dextra

Shoulder: S 20 – 0 – 130

F 80 – 0 – 50

T 20 – 0 – 30

R 40 – 0 – 20

20
Elbow S 0 – 0 – 150

R 90 – 0 – 90

Wrist S 50 – 0 – 60

F 20 – 0 – 30

21

Anda mungkin juga menyukai