Anda di halaman 1dari 8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Daring
1. Pengertian Pembelajaran Daring
Pembelajaran Daring adalah pembelajaran yang menggunakan jaringan internet
dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan
berbagai jenis interaksi pembelajaran. Pembelajaran daring juga merupakan pembelajaran
yang mampu mempertemukan mahasiswa dan dosen untuk melaksanakan interaksi
pembelajaran dengan bantuan internet (Kuntarto, E. (2017). Pada tataran pelaksanaanya
pembelajaran daring memerlukan dukungan perangkat-perangkat mobile seperti
smartphone atau telepon android, tablet, computer, laptop, dan iphone yang dapat
dipergunakan untuk mengakses informasi kapan saja dan dimana saja (Gikas & Grant,
2013).
Perguruan tinggi pada masa WFH (Work From Home) perlu melaksanakan
penguatan pembelajaran secara daring (Darmalaksana, 2020). Pembelajaran secara daring
telah menjadi tuntutan dunia pendidikan sejak beberapa tahun terakhir (He, Xu, & Kruck,
2014). Pembelajaran daring dibutuhkan dalam pembelajaran di era revolusi industri 4.0
(Pangondian, R. A., Santosa, P. I., & Nugroho, E., 2019). Pembelajaran Daring
merupakan metode belajar yang menggunakan model interaktif berbasis Internet dan
Learning Manajemen System (LMS). Seperti menggunakan Zoom, Geogle Meet, Geogle
Drive, dan sebagainya. Kegiatan daring diantaranya Webinar, kelas online, seluruh
kegiatan dilakukan menggunakan jaringan internet dan komputer (Hasibuan, Simarmata,
dan Sudirman, 2019).
Menurut Muhammad Nadzirin Anshari Nur (2020), fasilitas daring LMS sudah
sejak lama digandrungi penggiat E-learning, sudah banyak perguruan tinggi dan sekolah
menggunakan platform ini, dan yang paling popular adalah Moodle. Aplikasi open source
ini terbilang cukup lengkap untuk sebuah kelas daring mulai dari membuat course,
manajemen kelas, siswa, materi dan bahan ajar, sampai ujian online bisa dilaksanakan
dengan LMS dan saat ini Moodle merupakan sistem wajib dalam SPADA Indonesia yang
digunakan oleh seluruh perguruan tinggi.
Selain Moodle banyak sistem sejenis yang bertebaran dijagad maya antara lain
Google Classroom, Edmodo, Schoology dan masing-masing platform memiliki
keunggulan dan kekurangan. Google Classroom milik Google terbilang handal dan cukup
mudah pengoperasiannya, secara otomatis terkoneksi dengan akun Gmail dan fitur
Google lainnya seperti google doc, google drive, YouTube, dan lainnya. Sedangkan
Edmodo desainnya lebih milineal dengan tampilan mirip media sosial namun dengan
fitur yang terbilang lengkap. Selanjutnya yang tak kalah menarik adalah Schoology, yang
bisa menjadi alternatif dalam membuat kelas E-learning.

2. Faktor-faktor Pembelajaran Daring


Faktor-faktor yang dimaksud pada bagian ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas pembelajaran daring. Masing-masing faktor dijelaskan
dalam setiap sub judul sebagai berikut :
a. Ekonomi
Faktor ekonomi dalam pembelajaran daring lebih banyak mengeluarkan biaya
karena pencarian materi yang sesuai, pembelajaran via akses virtual, submit tugas
dan urusan lainnya saat ini membutuhkan akses internet yang maksimal dan
tentunya menghabiskan banyak kuota. Namun pembelajaran daring dapat lebih
menghemat pengeluaran uang saku dan transportasi, bagi mahasiswa juga tidak
perlu menanggung biaya sewa kosan.
b. Sosial
Pembelajaran daring pada faktor sosial dapat menghambat proses komunikasi
secara langsung sehingga sering terjadi misskomunikasi maupun misskonsepsi.
Terdapat perasaan kurang nyaman saat berkomunikasi secara daring karena
merasa akan mendapat jawaban atau penyelesaian yang kurang maksimal
sehingga malas untuk bertanya. Kurangnya interaksi inilah yang bisa
memperlambat terbentuknya konsep saat proses belajar mengajar. Selain itu
faktor sosial memiliki kelebihan dapat mendekatkan diri dan berinteraksi lebih
banyak dengan keluarga, dapat mematuhi protokol kesehatan sehingga lebih aman
untuk berinteraksi, mendapatkan lebih banyak teman melalui forum-forum, dan
webinar dari segala sisi.
c. Kesehatan
Dari segi kesehatan, pembelajaran daring yang banyak dirasakan dapat membuat
mata terasa lelah karena sering membuka laptop, compute atau gawai untuk
mengerjakan tugas, kelelahan, badan pegal-pegal karena jarang bergerak dan
perasaan tertekan dengan banyaknya tugas yang perlu dikerjakan. Hal ini sejalan
dengan penelitian Putria dkk. (2020) tentang banyaknya keluhan terkait tugas
yang terlalu banyak diberikan oleh guru maupun dosen selama pembelajaran
daring. Namun sisi positif dari faktor kesehatan adalah pengerjaan tugas dan akses
pembelajaran dapat dilakukan dirumah sehingga dapat menghindari resiko dari
terkena COVID-19.
d. Kepribadian
Aspek negatif pembelajaran secara daring pada kepribadian adalah kemampuan
bersosialisasi yang semakin berkurang karena kurangnya interaksi dan bingung
dengan pengaturan jadwal yang tidak sesuai dengan jadwal awal. Adapun aspek
positifnya adalah disiplin, melatih rasa tanggung jawab dan multitasking dengan
banyaknya tugas sekolah serta kewajiban rumah yang harus diselesaikan.

3. Aspek-aspek Pembelajaran Daring


a. Konten
Dalam pembelajaran daring, konten beserta penataannya dalam LMS (Learning
Management System) sebaiknya telah selesai dilakukan sebelum aktivitas
pembelajaran dimulai. Konten dalam pembelajaran daring, yang lazim disebut
objek pembelajaran. Halaman kualitas intrinsik objek pembelajaran, yakni ketika
objek pembelajaran itu dinilai “pada dirinya sendiri” di luar konteks
pemanfataannya, dan kualitas kontekstual, ketika objek pembelajaran tersebut
dinilai dalam kaitannya dengan keseluruhan tahapan dan aktivitas pembelajaran
secara utuh. Dalam hal ini, objek pembelajaran dan penataannya dalam LMS
dievaluasi terkait dengan kesesuaiannya dengan capaian atau tujuan pembelajaran
(learning outcome) dan pengembangan serta penataannya. Kebenaran, akurasi,
keberimbangan penyajian ide, dan ketepatan tingkat kerincian (keluasan dan
kedalaman). Dalam objek pembelajaran, aspek kualitas konten merupakan elemen
yang paling menonjol dalam membentuk kepakaran. Objek pembelajaran,
meskipun desainnya menarik, menjadi tak berguna apabila isinya tidak akurat
atau bahkan menyesatkan.
b. Open courses
Open courses adalah situs penyedia kursus yang dibuat gratis oleh institusi
perguruan tinggi dapat diakses menggunakan fasilitas internet. Materialnya
biasanya dalam bentuk video, dan paparan artikel. Open courses membuat sistem
perkuliahan menjadi terstruktur. Open courses merupakan bagian dari gagasan
Open Education yang mencakup sumber daya, alat dan praktik yang menerapkan
kerangka kerja berbagi secara terbuka dengan tujuan untuk meningkatkan akses
dan efektifitas pendidikan ke seluruh pelosok dunia. Open Education (Pendidikan
Terbuka) menciptakan kumpulan besar sumber daya pendidikan yang dibagikan
secara terbuka, dengan semangat kolaboratif dalam mengembangkan pendekatan
pendidikan yang responsive.
c. Hybrid Learning (pembelajaran bisa online bisa separuh online)
Belakangan kita sering mendengar istilah hybrid learning, apalagi setelah
pandemi Covid-19 meraja rela di sekitar kita. Pembelajaran tatap muka di ruang-
ruang kelas sekolah hampir tidak mungkin lagi dilaksanakan secara normal lagi.
Banyak sekali kemungkinan risiko yang mengancam kesehatan siswa dan guru.
Pembelajaran secara hybrid adalah pembelajaran yang dilakukan dengan
menggabungkan dua atau lebih metode pembelajaran. Ada juga yang menyatakan
bahwa pembelajaran hybrid adalah pembelajaran yang mengombinasikan
pembelajaran di luar kelas dan di dalam kelas. Inilah yang dimaksud dengan kelas
hybrid.
d. Sertifikasi,
Sertifikasi adalah sebuah penetapan yang diberikan oleh organisasi atau asosiasi
profesi terhadap seseorang bahwa orang tersebut telah memenuhi standar
kompetensi tertentu. Dalam sertifikasi ini yakni bagaimana mengubah
pembelajaran menjadi kredit dan gelar yang sepenuhnya diberikan via
pembelajaran jarak jauh seperti UT (Universitas Terbuka).
B. Burnout
1. Pengertian Burnout
Salah satu dampak dari perkuliahan daring secara psikologis adalah kejenuhan
belajar (burnout). Kejenuhan tersebut dirasakan mahasiswa berupa rasa bosan, materi
yang disampaikan terlalu monoton, kurang menggunakan media yang lain seperti video
atau film, tidak bisa bertemu teman secara langsung, banyak tugas yang diberikan dalam
satu mata kuliah, sistem dan komunikasi yang kurang efektif sehingga mempengaruhi
pemahaman mahasiswa terhadap materi (Soegijapranata, 2020, hal. 85). Perkuliahan
daring dapat mengakibatkan mahasiswa mengalami burnout karena dalam prosesnya
berlangsung secara monoton.
Burnout berasal dari kata kerja burnout yang memiliki arti gagal atau kelelahan
yang diakibatkan tuntutan yang berlebihan pada energi, kekuatan dan sumber daya
(Freudenberger, 1975, hal. 73). Burnout didefinisikan sebagai keadaan seseorang berupa
kelelahan atau frustasi yang disebabkan oleh sesuatu yang diharapkan tidak dapat
tercapai (Freudenberger dan Richelson dalam Farhati & Rosyid, 1996, hal. 2). Burnout
didefinisikan sebagai sindrom yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu kelelahan emosional,
depersonalisasi dan penurunan prestasi pribadi (Maslach & Jackson, 1981, hal. 99).
Burnout dalam pembelajaran daring biasanya disebut dengan academic
burnout.Mahasiswa yang mengalami academic burnout akan cenderung absen dalam
kelas, mengerjakan tugas dengan tidak baik dan mendapatkan hasil ujian yang buruk
sampai berpotensi dikeluarkan dari perguruan tinggi (Law, 2007, hal. 239). Burnout
dalam pembelajaran daring berpusat pada stres, beban atau psikologis lain yang
disebabkan oleh proses pembelajaran yang mahasiswa ikuti sehingga menjadi pertanda
pada individu mengalami kelelahan emosional, kecenderungan depersonalisasi dan
perasaan prestasi pribadi yang rendah (Yang, 2004, hal. 287).

2. Aspek-aspek Burnout
Menurut Maslach dan Goldberg (1998) kondisi-kondisi yang menandai burnout
terdiri dari tiga aspek, yaitu :
a. Kelelahan Emosional
Kelelahan emosional adalah perasaan terlalu berat secara emosional dan
kehabisan salah satu sumber daya emosional akibat adanya beban kerja yang
berlebihan dan konflik personal. Kelelahan emosional terdiri dari kelelahan
fisik dan emosi yang ditandai dengan kekurangan energi seperti kehilangan
semangat dan motivasi untuk melakukan aktivitas.
b. Depersonalisasi
Depersonalisasi adalah suatu upaya untuk melindungi diri dari tuntutan emosional
yang berlebihan dengan bersikap negatif, kasar menjaga jarak dengan penerima
layanan, menjauh dari lingkungan sosial dan cenderung tidak peduli terhadap
lingkungan dan orang-orang sekitar.
c. Rendah Diri (Rendahnya Penghargaan Diri)
Rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri (low personal accomplishment)
dimana individu tidak pernah merasa puas dengan hasil kerja sendiri, merasa
tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya ataupun orang
lain.

C. Hubungan Pembelajaran Daring dengan Burnout


Fenomena perkuliahan daring (dalam jaringan) akhir – akhir ini menjadi banyak
diperbincangkan. Perkuliahan daring adalah model pembelajaran yang memanfaatkan
fasilitas teknologi informasi dan komunikasi (Hanum, 2013, hal. 92). Penerapan
perkuliahan secara daring menjadi solusi di tengah wabah Covid-19 dalam keberlanjutan
proses pembelajaran mahasiswa. Salah satu dampak dari perkuliahan daring secara
psikologis adalah kejenuhan belajar (burnout). Kejenuhan tersebut dirasakan mahasiswa
berupa rasa bosan, materi yang disampaikan terlalu monoton, kurang menggunakan
media yang lain seperti games, video atau film, tidak bisa bertemu teman secara
langsung, banyak tugas yang diberikan dalam satu mata kuliah, sistem dan komunikasi
yang kurang efektif sehingga mempengaruhi pemahaman mahasiswa terhadap materi
(Soegijapranata, 2020, hal. 85).
Perkuliahan daring dapat mengakibatkan mahasiswa mengalami burnout karena
dalam prosesnya berlangsung secara monoton sehingga membosankan. Selain monoton
beban akademik yang berlebihan juga akan menyebabkan kelelahan atau burnout pada
mahasiswa. Karena seharian telah melaksanakan kuliah daring akhirnya banyak
mahasiswa yang kelelahan, seharusnya malamnya untuk mengerjakan tugas mereka lebih
memilih tidur terleboh dahulu dan tengah malam baru mengerjakan tugas. Terkadang
tugas yang diberikan begitu banyak, sulit dan ribet padahal para mahasiswa belum
paham, akhirnya tugasnya tertunda.
Penjelasan di atas menjelaskan bahwa perkuliahan daring memberikan dampak
kepada mahasiswa berupa kelelahan atau kejenuhan belajar. Hal tersebut dapat
mempengaruhi kinerja mahasiswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dari
dosen, salah satunya berupa penundaan untuk mengerjakan atau memulai mengerjakan
tugas. Penundaan yang dilakukan mahasiswa yaitu mengerjakan tugas mendekati
deadline yang sudah ditentukan sebelumnya atau pengerjaan tugas yang kurang maksimal
(Ferrari dalam Ghufron & Rini, 2014, hal. 158). Penundaan tersebut diakibatkan
mahasiswa khawatir salah dalam mengerjakan, malas untuk mengerjakan atau memulai
pengerjaan tugas.

References :

Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19. Biodik,
6(2), 214–224. https://doi.org/10.22437/bio.v6i2.9759

Malyana, A. (2020). Pelaksanaan Pembelajaran Daring Dan Luring Dengan Metode Bimbingan
Berkelanjutan Pada Guru Sekolah Dasar Di Teluk Betung Utara Bandar Lampung.
Pedagogia: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Indonesia, 2(1), 67–76.
https://doi.org/10.52217/pedagogia.v2i1.640

Baety, D. N., & Munandar, D. R. (2021). EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN


Analasis Efektifitas Pembelajaran Daring Dalam Menghadapi Wabah Pandemi Covid-19.
Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(3), 880–889.

Wibawanto, H. (2017). Instrumen Evaluasi Kualitas Pembelajaran Daring dalam SPADA


Indonesia. Semiloka Pembelajaran Daring Di Perguruan Tinggi, 2, 1–10.
http://www.merlot.org
Maramis, J. R., & Tawaang, E. (2021). Hubungan Pembelajaran Daring Dengan Burnout Pada
Mahasiswa Profesi Ners Universitas Klabat Di Era Pandemi Covid 19. Klabat Journal of
Nursing, 3(1), 67. https://doi.org/10.37771/kjn.v3i1.546

Agustriandri, F. (2021). Hubungan Antara Academic Burnout Dengan Prokrastinasi Akademik


Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim
Malang Di Masa Perkuliahan Daring. Skripsi, juli.

Anda mungkin juga menyukai