Anda di halaman 1dari 16

A.

Pengertian Trombositopenia
Trombositopenia adalah penurunan jumlah trombosit dalam sirkulasi yang
ditandai dengan keadaan berkurangnya jumlah trombosit di bawah nilai normal,
yaitu kurang dari 150x109 /L. Kelainan ini berkaitan dengan peningkatan resiko
perdarahan hebat, bahkan hanya dengan cedera ringan atau perdarahan spontan kecil
(Corwin, 2016).
Trombosit adalah fragmen sel yang tersirkulasi dalam darah yang terlibat dalam
mekanisme hemostasis tingkat sel yang menimbulkan pembekuan darah (trombus).
Trombosit mempunyai dinding mukopolisakarida yang berfungsi dalam reaksi
adesi dan agregasi trombosit. Fungsi dari trombosit adalah memperbaiki kerusakan
pembuluh darah dan menginisiasi rantai reaksi untuk pembekuan darah.
(Calistania dan Mulansari, 2017).
Trombosit diproduksi di dalam sumsum tulang belakang dari fragmentasi sel
induk yang disebut megakariosit. Trombopoetin merupakan hormon yang
diproduksi oleh hati, dapat menstimulasi pembentukan trombosit. Trombopoetin
berkaitan dengan trombosit yang bersirkulasi dalam darah. Jika jumlah trombosit
dalam darah cukup, maka jumlah trombopoetin dalam serum tetap rendah, tetapi
jika jumlah trombosit menurun, maka jumlah trombopoetin bebas yang bersirkulasi
lebih banyak dan dapat meningkatkan produksi trombosit oleh sumsum tulang
belakang.
(Kim E, et al., 2016).

B. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2017), penyebab dari trombositopenia adalah :
1. Infeksi virus, misalnya demam berdarah dengue (DBD), eipsten-barr
virus, hepatitis hingga HIV- AIDS menjadi penyebab trombositopenia yang
sering terjadi.
2. Infeksi bakteri yang berat, misalnya Tuberkulosis miliar
3. Keganasan pada sel darah, misalnya leukemia ataupun limfoma
4. Anemia aplastik menjadi penyebab trombositopenia karena mencegah sumsum
tulang memproduksi trombosit
5. Efek samping dari kemoterapi dan radioterapi
6. Defisiensi atau kekurangan vitamin B6 dan asam folat.
7. Penyakit autoimun, seperti idiopatik trombositopenia purpura (ITP)
8. Splenomegali atau pembesaran limpa menjadi penyebab trombositopenia karena
limpa yang membesar menyebabkan trombosit terperangkap didalamnya dan
mencegah trombosit beredar di sirkulasi darah
9. Herediter atau keturunan
10. Terpapar bahan kimia toksik menjadi penyebab trombositopenia lainnya.
11. Konsumsi alkohol berlebihan
12. Obat -obatan tertentu seperti : obat antikonvulsi, antibiotik, dsb bisa menjadi
salah satu penyebab trombositopenia
C. Patofisiologi dan Pathway
Trombositopenia terjadi akibat kerusakan trombosit melalui antibodi. Pada
umumnya, gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1 sampai 6
minggu sebelum timbul awitan gejala. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi. ITP
dapat digolongkan menjadi tiga jenis: akut, kronis dan kambuhan. Pada anak – anak
mula – mula terdapat gejala seperti demam, perdarahan, petekie, purpura dengan
trombositopenia, dan anemia. Prognosis baik, terutama pada anak-anak dengan
gangguan akut. (Cecily, 2015)
IgG antitrombosit reaktif dengan glikoprotein permukaan sel telah
diidentifikasi dalam serum kebanyakan kasus ITP. Dengan teknik–teknik khusus,
immunoglobulin juga dapat ditunjukan terikat pada permukaan trombosit.
Limpa memainkan peran penting dalam patogenesis kelainan ini. Limpa
merupakan tempat utama produksi antibodi antitrombosit dan destruksi trombosit
yang dilapisi IgG. Pada lebih dari dua pertiga penderita, splenektomi akan dikuti
kembalinya hitung trombosit menjadi normal dan remisi lengkap penyakitnya.
Limpa biasanya nampak normal sekali, atau mungkin disertai sedikit pembesaran
saja. Splenomegali demikian yang mungkin terjadi sebagai akibat bendungan
sinusoid dan pembesaran folikel –folikel limfoid, yang memiliki sentra germina
mencolok.
Secara histologi sumsum tampak normal, tetapi biasanya dapat menunjukan
peningkatan jumlah megakariosit, kebanyakan megakariosit hanya berinti satu dan
diduga masih muda. Gambaran sumsum serupa dicatat dalam berbagai bentuk
trombositopeni sebagai akibat perusakan trombosit yang dipercepat. Kepentingan
pemeriksaan susmsum ialah untuk menyimgkirkan trombositopeni sebagai akibat
kegagalan sumsum. Tentu saja temuan penting pada umumnya terbatas pada
perdarahan sekunder. Perdarahan dapat tampak menyebar ke seluruh tubuh,
khususnya dalan lapisan – lapisan serosa dan mukus. (Cecily & Sowden, 20015).
Pathway
Terbentuk antibodi
Trombositopenia Menyerang platelet
yang merusak
dalam darah
trombosit

Jumlah platelet menurun

Dihancurkan oleh Molekul Ig G reaktif dalam Platelet mengalami


makrofak dalam jaringan sirkulasi trombosit gangguan agresi

Penghancuran dan
pembuangan trombosit
meningkat

Menyumbat kapiler – Ketidak efektifan perfusi Perdarahan


kapiler darah jaringan perifer

Suplai darah ke perifer


Dinding kapiler rusak
menurun

Penumpukan darah intra Kapiler pecah Kapiler bawah kulit pecah


dermal
Perdarahan intra dermal Tumbuh bintik merah
Menekan saraf nyeri

Kerusakan integritas Gangguan citra tubuh


Merangsang SSP
jaringan
Penurunan transport O2
Muncul sensasi nyeri Penurunan metabolism
dan zat nutrisi lain
anaerob
kejaringan
Nyeri
Kelemahan

Intoleransi aktivitas
(Cecily, 2015 dan Santosa, 2016)

D. Tanda dan Gejala


Menurut Kiswari Rukman (2016), tanda dan gejala trombosithopenia adalah :
A. Akut
1. Hanya 16% yang idiopatik
2. Perdarahan dapat didahului oleh infeksi, pemberian obat – obatan atau
menarche
3. Pada permulaan perdarahan sangat hebat selain terjadi
trombositopenia, rusaknya megakariosit juga terjadi perubahan pembuluh
darah
4. Sering terjadi perdarahan GIT, tuba falopi dan peritoneum
5. Kelenjar lymphe, lien dan hepar jarang membesar

B. Menahun
1. Biasanya pada dewasa, terjadi beberapa bulan samapai beberapa tahun
kadang menetap
2. Permulaan tidak dapat ditentukan ada riwayat perdarahan menahun,
menstruasi lama
3. Perdarah relative ringan
4. Jumlah trombosit 30.000 – 80.000/mm3
5. Biasanya tanpa enemi, lekopeni dan splenomegaly
6. penghancuran trombosit lebih normal
7. Sering terjadi relap dan remisi yang berulang – ulang
C. Recurrent
1. Diantaranya episode perdarahan, perdarahan normal dan tak ada petekie dan
masa hidup trombosit menurun
2. Hasil pengobatan dengan kortikosteroid baik
3. Kadang tanpa pengobatan dapat sembuh sendiri
4. Remisi berkisar beberapa minggu sampai 6 bulan

F. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang trombositopenia :
1. Jumlah trombosit – menurun sampai kurang dari 40.000/ mm3. Sedangkan
trombosit normal pada anak 150.000-450.000/mm3
2. Hitung darah lengkap (CBC) : Anemia karena ketidakmampuan sel darah
merah (SDM) menggunakan zat besi.
3. Aspirasi susmsum tulang : peningkatan megakariosit.
4. Jumlah leukosit-leukosits ringan sampai sedang : eosinofilia ringan.
5. Uji antibodi trombosit : dilakukan bila diagnosis diragukan.
6. Biopsi jaringan pada kulit dan gusi-diagnostik.
7. Uji antibodi antinuklir : untuk menyingkirkan kemungkinan Lupus
Eritematosus Sistemik (SLE).
8. Pemeriksaan dengan slit lamp : untuk melihat adanya uveitis.
9. Biopsi ginjal : untuk mendiagnosis keterlibatan ginjal.
10. Foto toraks dan uji fungsi paru : diagnostik untuk manifestasi paru
(efusi, fibrosis interstitial paru).

G. ManifestasiTrombositopenia
1. Diatesis hemoragik yang merupakan akibat yang timbul Karena
kelainan faal hemostasis yaitu kelainan patologik pada dinding
pembuluh darah mengakibatkan:
- Simple easy bruising (mudah memar)
- Purpura senilis, karena atrofi jaringan penyangga pembuluh darah kulit
terlihat terutama pada aspek dorsal lengan bawah atau tangan.
- Purpura steroid, karena terpai steroid yang mengakibatkan atrofi jaringan ikat
penyangga kapiler bawah kulit sehingga pembuluh darah mudah pecah.
- Scurvy, yaitu terjadi pada defisiensi vitamin C, zat intersel yang tidak
sempurna dapat menyebabkan petechie perifolikular, memar, dan perdarahan
mukosa
2. Ditemukan adanya petechie, yaitu perdarahan yang halus terjadi di bawah kulit
yang akan manifes dengan gesekan yang lemah. Petechie timbul sebab jumlah
trombosit yang ada tidak mencukupi untuk membuat sumbat trombosit dan
karena penurunan resistensi kapiler darah.
- Mudah atau memar yang berlebihan
- Pendarahan dari luka yang berkepanjangan
- Pendarahan spontan dari gusi atau hidung
- Ada darah dalam air seni atau kotoran
- Menstruasi berat
- Adanya darah dalam urin dan feses
- Perdarahan serebral, terjadi 1 – 5 % pada ITP.

G. Penatalaksanaan
Berdasarkan teori, pengobatan ITP dapat dibagi menjadi manajemen medis
dan bedah. Manajemen medis dibagi lagi menjadi lini pertama dan lini kedua
farmakoterapi. Berikut adalah panduan pengobatan ITP dari ASH 2016.
1. Pengobatan lini pertama pada kasus ITP adalah steroid dan
Intravenous Immunoglobulin (IVIG). Namun, pemberian IVIG ini masih jarang
dikarenakan masalah sosial dan ekonomi sehingga trombosit opsonizedy yang
dimediasi melalui reseptor FcRIIb. Beberapa penelitian juga menunjukkan
bahwa IVIG dapat menyebabkan peningkatan clearance antibody antiplatelet.
2. Farmakoterapi lini kedua terutama terdiri dari imunosupresan dan rituximab.
Obat ini digunakan ketika obat lini pertama telah gagal atau telah menjadi pasien
tidak toleran. Imunosupresan Terutama bertindak pada tingkat sel T.
Azathioprine, siklofosfamiddan siklosporin merupakan obat utama yang
digunakan. Dapson, mycophenolate mofetil, danazol, alkaloid vinca, dan
beberapa obat lini kedua lainnya terbukti berkhasiat, namun agen ini jarang
digunakan pada anak-anak dengan pertimbangan dokter. Splenektomi juga dapat
diberikan pada kasus tidak berespon pada pengobatan lini pertama dan ITP
kronis. (Pratama, BA, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Sheema. 2017. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.


Barbara C. Long. 2015. Perawatan Medikal Bedah. Bandung
Kiswari, Lukman, 2016, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ;
alih Nurarif & Kusuma 2016; Penyebab Idyopathic trombotospenia purpura, Edisi 8,
EGC; Jakarta.
Cecily & sowden 2015, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 20015.
Doenges, Marilynn E, 2017, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ;
editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.
Tucker, Susan Martin, 2016, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis
dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta.
Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA: ELSEVIER.
NANDA Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015 –
2017. Jakarta: EGC.
Pratama,BA.2016. Immune Thrombocytopenic Purpura.Avalible :
file:///C:/Users/admin/Downloads/785-2182-1-PB.pdf Diakses tanggal 9 Desember
2017 pukul 09.00 WITA
H . ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama ,umur, jenis kelamin, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,
agama, tanggal MRS, status perkawinan, tanggal pengkajian, sumber
informasi.

b. Riwayat kesehatan
1. Diagnosa medik
Trombositopenia
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang menyebabkan klien dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang dialami sekarang dan apa ada penyakit
penyerta.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah mengalami penyakit seperti ini atau tidak, penyakit
yang pernah dialami klien.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapatnya riwayat keluarga yang mengalami DBD atau tidak.

c. Pengkajian keperawatan
1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
2. Pola nutrisi/metabolic
3. Pola eliminasi
4. Pola aktivitas dan latihan
5. Pola tidur dan istirahat
6. Pola kognitif dan perseptual
7. Pola persepsi diri
8. Pola seksualitas dan reproduksi
9. Pola peran dan hubungan
10.Pola manajemen koping dan stress
11. System nilai dan keyakinan

d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik difokuskan kepada:
a) Kulit dan Membran Mukosa : Purpura, Hemoraghi subkutan, Hematoma
dan Sianosis akral.
b) Sistem GI : Mual, muntah, nyeri pada abdomen, dan peningkatan lingkar
abdomen.
c) Sistem Urinaria : Hematuria.
d) Sistem Pernapasan : Dispnea.Takipnea,sputum mengandung darah.
e) Sistem Kardiovaskular : Hipertensi, Frekuensi Jantung meningkat dan nadi
perifer tak teraba.
f) Sistem Saraf : Perubahan tingkat kesadaran,gelisah dan ketidakstabilan
vasomotor.
g) Sistem Muskuloskeletal : Nyeri otot sendi dan punggung.
e. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul diantaranya:
a. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrient
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
oksigen
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan keluarnya volume
plasma ke ekstrasel
d. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
I. Perencanaan (tujuan, kriteria hasil, intervensi, rasional)

No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Ketidakseimbang Setelah a. Tidak ada 1. Motivasi klien untuk 1. Motivasi sangat penting bagi
a dilakukan tanda mual makan penderita anoreksia dan
n nutrisi: tindakan nutrisi makanan dan gangguan gastrointestinal.
kurang dari keperawatan b. Tidak suplemen makanan. 2. Makanan dengan porsi kecil
kebutuhan 3x24 jam terjadi 2. Tawarkan makan dan sering lebih ditolerir
tubuh klien dapat penurunan makanan dengan porsi 3. Meningkatkan selera makan
berhubungan memenuhi berat badan sedikit tapi sering. dan rasa sehat.
dengan kebutuhan yang berarti 3. Hidangkan makanan 4. Mengurangi citarasa yang
ketidakmampua nutrisi c. Berat badan yang menimbulkan tidak enak dan merangsang
n untuk seimbang sesuai selera dan menarik selera makan.
mengabsorbsi dengan dalam penyajiannya. 5. Dapat mengurangi frekuensi
nutrient tinggi badan 4. Pelihara higiene mual.
oral sebelum 6. Mengurangi gejala
makan. gastrointestinal dan perasaan
5. Pasang ice collar tidak enak pada perut yang
untuk mengatasi mengurangi selera makan dan
mual. keinginan terhadap makanan.
6. Berikan obat yang 7. Meningkatkan pola defekasi
diresepkan untuk yang normal dan mengurangi
mengatasi mual, muntah, rasa tidak enak serta distensi
diare atau konstipasi. pada abdomen.
7. Motivasi peningkatan
asupan cairan dan
latihan jika klien
melaporkan konstipasi
2. Intoleransi Setelah Self care- 1. Bantu klien 1. Melakukan klasifikasi dan
aktifitas dilakukan Activities of mengidentifikasi memilih aktivitas yang
berhubungan tindakan daily living aktivitas yang mampu dapat dilakukan klien di
dengan keperawatan Indikator: dilakukan RS
keidakseimbangan 3x24 jam a. Berpartisipasi 2. Motivasi klien untuk 2. Menghemat tenaga klien
antara suplai dan klien dapat dalam aktifitas melakukan latihan sambil mendorong klien
kebutuhan menoleransi fisik tanpa yang diselingi untuk melakukan latihan
oksigen aktivitas dan disertai istirahat dalam batas toleransi klien
melakukan peningkatan 3. Motivasi dan bantu klien 3. Memperbaiki perasaan
perawatan TD, nadi, dan untuk melakukan latihan sehat secara umum dan
diri:ADL’s RR dengan periode waktu percaya diri
atau tanpa b. Mampu yang ditingkatkan secara 4. Memberi kalori bagi tenaga
bantuan alat melakukan bertahap dan protein bagi proses
aktivitas 4. Berikan diet tinggi penyembuhan Menentukan
sehari-hari kalori dan tinggi terapi yang tepat untuk
secara mandiri protein mempercepat proses
Mampu 5. Kolaborasi dengan penyembuhan klien
berpindah tenaga rehabilitasi
dengan atau medik dalam
tanpa bantuan merencanakan
alat program terapi yang
tepat
3. Kekurangan Setelah Nutritional 1. Kaji intake cairan 1. Perawat harus mengetahui
volume cairan dilakukan status: food dan kebiasaan eliminasi sumber asupan cairan klien
berhubungan tindakan and fluid klien untuk
dengan keperawatan Indikator: 2. Tentukan kebutuhan 2. Agar cairan yang akan
keluarnya 1x24 jam intake a. Turgor kulit cairan klien diberikan kepada klien sesuai
volume plasma dan output < 2 detik 3. Pantau intake dan output kebutuhan
ke ekstrasel cairan cairan klien 3. Jumlah cairan yang masuk
seimbang 4. Anjurkan klien untuk harus sama dengan yang
menambah cairan lewat keluar untuk menghindari
oral dehidrasi
5. Monitor berat badan klien 4. Agar klien tidak mengalami
6. Pantau turgor kulit klien dehidrasi
7. Berikan intake cairan 5. Mengetahui sejauh mana
lewat IV klien kehilangan cairan
6. Mengetahui bahwa
kebutuhan cairan dalam sel
terpenuhi
f. Intervensi
Merupakan suatu perencanaan tindakan asuhan keperawatan yang akan dilakukan
oleh perawat untuk meningkatkan kesehatan pasien
g. Implementasi
Merupakan serangkaian kegiatan/ intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dri masalah status kesehatannya
h. Evaluasi
Merupakan mengkaji ulang respon pasien setelah diberikan tindakan keperawatan
sejauh mana keberhasilan perawat dalam tindakan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai